REFERAT Sindrom Piriformis
REFERAT Sindrom Piriformis
SINDROM PIRIFORMIS
Pembimbing :
dr. Maula Nuruddin, Sp.S
Disusun oleh :
Amorrita Puspita Ratu (1102013023)
PENDAHULUAN
Piriformis berasal dari 2 kata ‘pirum’ yang berarti buah pir dan ‘forma’ yang
artinya bentuk. Pertama kali didefinisikan oleh seorang ahli anatomi dan botani Belgia,
Adrian van der Spieghel (1578 - 1625). Di tahun 1928, Yeoman menyebutkan bahwa
36% kasus ischialgia akibat artritis sacroiliaca ditransmisikan melalui musculus
piriformis. Pada tahun 1936, Shordania mengenalkan istilah ‘piriformitis’ atas
pengamatannya pada 37 perempuan dengan ischialgia.1
Piriformis Syndrome adalah neuritis perifer saraf sciatic yang disebabkan oleh
kondisi abnormal otot piriformis. Gejala klinisnya hilang timbul atau terkadang salah
didiagnosis. Piriformis Syndrome dapat menyerupai disfungsi somatik lainnya yang
umum, seperti intervertebralis discitis, radiculopathy lumbal, sacral disfungsi primer,
sakroilitis, linu panggul, dan bursitis trokanterika.6
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom piriformis adalah penyakit neuromuskular yang terjadi akibat
tertekannya saraf ischiadicus oleh otot piriformis.1 Penyakit ini sering tidak dikenali
atau salah terdiagnosis secara klinis. Keterlambatan dalam mendiagnosis sindrom
piriformis dapat menyebabkan kondisi patologis dari saraf ischiadicus, disfungsi
somatik kronis, dan keadaan kompensasi yang mengakibatkan rasa nyeri, kesemutan,
hipersetesia, dan kelemahan otot.2
2.2 Epidemiologi
Nyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat
dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah; merupakan
keluhan umum dengan insidensi sekitar 60–90% selama hidup seseorang.3 Frekuensi
sindrom piriformis diperkirakan hampir 6% dari total kasus iskialgia dalam praktek
dokter keluarga di AS4. Berdasarkan data kunjungan pasien di Klinik P di Denpasar
tahun 2014 sedikitnya 2% - 3% pasien dengan keluhan nyeri punggung bawah
mengalami sindrom piriformis.
2.4 Klasifikasi
1. Primer
2. Sekunder
3
penggunaan berlebihan dari otot piriformis, seperti berjalan atau berlari jarak jauh dan
penekanan langsung. Contoh dari penekanan langsung adalah "wallet neuritis" yang
dimaksud dengan trauma berulang karena duduk diatas permukaan keras.2,6
2.5 Patofisiologi
Pada saat otot piriformis memendek atau spasme akibat trauma, maka otot
tersebut dapat menekan atau menjepit saraf ischiadicus yang berada diantaranya. Hal
tersebut terjadi karena apabila otot piriformis memendek, maka saraf ischiadicus
terjebak. Akibatnya suplai darah ke saraf ischiadicus pun terhambat, sedangkan iritasi
terjadi akibat tekanan oleh otot piriformis tersebut. Penekanan pada serabut saraf
ischiadicus ini akan memberikan perangsangan, sehingga akan menimbulkan nyeri
yang bertolak dari daerah otot piriformis menjalar sampai tungkai dan nyeri ini
dirasakan hanya pada satu tungkai saja. Karena ada nyeri kemudian timbul spasme pada
otot-otot yang dilewati seperti m. gluteus, m. triscep surae, m. hamstring dan otot-
otot para vertebra lumbosakral.5
Sementara itu, Jankovic et al7 berpendapat bahwa salah satu penyebab sindrom
piriformis adalah cedera. Otot piriformis sangat rentan untuk terjadi cedera berulang
akibat gerakan (repetitive motion injury/RMI). RMI terjadi apabila otot bekerja di luar
kemampuannya, atau tidak diberi cukup waktu untuk fase recovery, akibatnya otot
menjadi memendek.
2.6 Diagnosis
Keluhan yang khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area hamstring,
nyeri ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung, dan gangguan sensorik maupun motorik
sesuai distribusi saraf ischiadicus. Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri yang
semakin menjadi saat membungkuk, berlama-lama duduk, bangun dari duduk, atau saat
merotasi internal paha, kesulitan berjalan, juga nyeri saat defekasi dan
dispareunia pada wanita.2
Pemeriksaan Fisik
4
Piriformis Sign
Positif jika pada posisi telentang, tungkai ipsilateral pasien berotasi eksternal
dan terasa nyeri bila pasien memaksa untuk meluruskan kakinya ke tengah.2
Laseque's Sign
Positif jika terasa nyeri sepanjang otot piriformis saat sendi panggul difleksikan
dengan cara mengangkat kaki pasien ke atas, terutama pada sudut 90 derajat.7
Freiberg's Sign
Positif jika terasa nyeri pada saat tungkai bawah dirotasikan internal, panggul
ekstensi dan lutut fleksi 90 derajat.7
FAIR Test
Positif jika terasa nyeri saat saat posisi FAIR (Flexion, Adduction, and Internal
Rotation). Fishman et al8 menemukan bahwa FAIR test memiliki sensitivitas
dan spesifisitas sebesar 0.881 dan 0.832, sehingga pemeriksaan ini akan cukup
membantu dalam menegakkan diagnosis.
Beatty's Maneuver
Pasien tidur miring dengan tungkai diangkat beberapa menit, maka di sisi
tungkai yang mengalami sindrom piriformis akan terasa nyeri pada bokong
bagian dalam.
Pemeriksaan Penunjang
5
piriformis yang sakit.9 Jankovic et al7 menyatakan bahwa foto polos pelvis dapat
mengidentifikasi adanya kalsifikasi pada otot piriformis dalam beberapa kasus.
2.7 Tatalaksana
Fisioterapi
Place the patient in contralateral decubitus and flexed, adducted, and internally rotated (FAIR) position.
2
(1) Ultrasound, 2.0–2.5 W/cm , applied in broad strokes longitudinally along the piriformis muscle,
from the conjoint tendon to the lateral edge of the greater sciatic foramen, for 10–14 mins.
(3) Apply hot packs or cold spray at the same location for 10 mins.
(4) Stretch the piriformis muscle for 10–14 minutes by applying manual pressure to the muscle’s
inferior border, being careful not to press downward, but rather directing pressure tangentially, toward
the ipsilateral shoulder.11
6
Selain itu, Tonley et al12 menyebutkan latihan alternatif untuk sindrom
piriformis (Therapy Exercises for the Hip), yang berujuan untuk memperkuat ekstensor
panggul, abduktor dan rotator external, juga koreksi terhadap gerakan tubuh yang salah.
Terapi Farmakologi
Terapi konservatif yang paling efektif untuk mengurangi gejalanya adalah obat
golongan NSAIDs dan relaksan otot.2
Injeksi otot piriformis adalah salah satu dari terapi multimodalitas pada
penyakit sindrom piriformis, dan tindakannya dilakukan dengan panduan ultrasound
untuk akurasi injeksi. Respon dari injeksi lidokain dan steroid dilaporkan cepat
namun hanya untuk durasi yang singkat. Beberapa penelitian menunjukkan efikasi
yang lebih baik dengan injeksi Botulinum Toxin Type A (BTX-A) dibandingkan
plasebo dan kortikosteroid (metilprednisolone) ditambah lidokain. BTX-A dilaporkan
dapat memperbaiki kondisi kelemahan otot, atrofi dan kompresi dari saraf sciatica.10
Pada penelitian terbaru oleh Fishman et al11, ditemukan bahwa injeksi 12.500 unit
Botulinum Toxin Type B (BTX-B) dapat menghilangkan nyeri lebih cepat dan efektif
dibandingkan kortikosteroi ditambah lidokain ataupun BTX-A.
Terapi Bedah
Intervensi bedah bisa dipertimbangkan hanya bila terapi non-bedah gagal dalam
mengurangi gejala. Indikasi untuk bedah adalah abses, neoplasma, hematoma, dan
kompresi saraf yang disebabkan gluteal varicosities. Namun, intervensi bedah
sangatlah jarang dilakukan pada pasien dengan sindrom piriformis, karena adanya
7
terapi-terapi lainnya seperti injeksi botulinum.7
2.9 Prognosis
Sebagian besar pasien dengan sindrom piriformis memiliki progress baik
setelah dilakukan injeksi lokal. Kekambuhan jarang terjadi setelah 6 minggu terapi.
Setelah bedah, pasien dengan piriformis sindrom dapat kembali lagi beraktivitas rata-
rata dalam 2-3 bulan.13
8
DAFTAR PUSTAKA