Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ferdyna Widya Ningrum

NIM : 15/377615/HK/20347

Terkait dengan poligami, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang
hukum positifnya. Saya mewawancarai salah satu mahasiswa Fisipol UGM angkatan 2016
bernama Ulfatun Rizky yang berpandangan bahwa poligami secara sosial maupun psikis dapat
menimbulkan banyak dampak. Selain itu menurutnya, jika dipandang dari segi agama Islam
memang diperbolehkan. Menurut Ulfatun, banyak orang yang beragama Islam yang pro dengan
poligami karena mereka mengikuti Nabi Muhammad SAW yang dulunya memiliki istri lebih dari
satu dan salah presepsi akan hal tersebut. Namun, dalam prakteknya poligami itu sendiri banyak
dilakukan oleh para laki-laki dengan melakukan nikah seri. Bahkan tidak sedikit laki-laki
berpoligami diam-diam tanpa meminta izin dengan istri sebelumnya. Para laki-laki yang
melakukan poligami karena untuk kepentingan pribadinya dengan dalih bahwa dahulu kala Nabi
Muhammad SAW juga pernah melakukan hal yang sama. Ulfatun sendiri mengakui bahwa dia
tidak begitu mengetahui mengenai hukum positif di Indonesia yang mengatur tentang poligami
secara mendetail dan bagaimana. Dia mengakui bahwa, dia pribadi tidak setuju dengan adanya
poligami maupun poliandri, entah itu ada hukumnya atau tidak. Menurutnya juga melindungi
orang-orang yang melakukan poligami itu tidak hanya bisa dilakukan dengan hukum saja, karena
dengan ada hukumnya juga tetap kurang melindungi para pelaku (dalam hal ini istri) secara psikis.
Karena alih-alih seorang laki-laki yang melakukan poligami biasanya berkomitmen untuk bersikap
adil, namun dalam prakteknya adil itu tidak mudah untuk dipraktekan dan dalam prakteknya pasti
salah satu istri akan bersikap cemburu. Ulfatun mengetahui bahwa poligami hanya diperbolehkan
di agama Islam aja, sedangkan menurut agama lain yang ada di Indonesia poligami adalah dilarang.
Ulfatun juga mengetahui bahwa untuk melakukan poligami diwajibkan untuk meminta izin istri
sebelumnya, tapi dalam prakteknya perkawinan siri dilakukan tanpa diketahui istri atau istri-istri
dari perkawinan sebelumnya sangat banyak terjadi. Menurut Ulfatun, di agama lainnya selain
Islam ketika mereka melakukan perkawinan mereka sudah mengikat sumpah sehidup semati untuk
tidak mendua ketika di altar (gereja). Ulfatun sebagai perempuan muslim sangat tidak setuju
dengan adanya poligami, walaupun sudah ada hukum yang mengatur tentunya hukum tersebut
belum bisa melindungi karena melindungi itu bukan hanya dari segi hukum, namun dari segi psikis
juga perempuan perlu dilindungi. Dengan adanya hukum Islam yang memperbolehkan poligami,
hal tersebut malah disalahgunakan para laki-laki untuk melakukan poligami dan membenarkan
tindakannya. Sedangkan para laki-laki yang melakukan poligami tidak begitu mendalami
ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang poligami itu sendiri. Menurut Pasal 2 ayat (1)
menyatakan bahwa tiap-tiap perkawinan dianggap sah menurut hukum agama dan kepercayannya
masing-masing. Jadi bagi orang muslim, poligami memang diperbolehkan namun ada ketentuan-
ketentuan yang harus dijalankan sebelum melakukan poligami, salah satunya adalah dengan
meminta izin dari istri atau istri-istri sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai