Anda di halaman 1dari 10

Kasus Kampanye Poligami Yang Dilakukan Kyai Hafidin

Yang Ditentang Oleh Komnas Perempuan

Oleh :

Nurmayati Aulia

04020210197

B5

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2021/202

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................................1

Daftar Isi.......................................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUASTAKA ..............................................................................................................5

2.1 Pembahasan Teori ...........................................................................................................................5


2.1.1 Tanggapan Komnas Perempuan Terhadap Kampanye Poligami ........................5
2.1.2 Legalitas Poligami Menurut Perspektif Hukum Positif ..........................................6
2.1.3 Poligami Berpotensi Merugikan Pihak Perempuan ................................................7
2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan ....................................................................................................7
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era Orde Baru saat ini yang mengusung keterbukaan unformasi dan kebebasan
berpendapat memberi kesempatan pada masyarakat untuk mengkampanyekan poligami. Pada
dasarnya, hukum perkawinan di Indonesia menganut asas monogami. Ini terdapat dalam pasal
3 ayat (1) UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, bahwa seorang laki-laki hanya boleh
mempunyai seorang istri, dan seorang perempuan hanya boleh mempunyai seorang suami.
Tetapi, dalam UU Perkawinan memberikan pengecualian di mana seorang suami dapat
memiliki istri lebih dari satu dengan alasan-alasan tertentu. Dalam Pasal 3 ayat (2) UU
Perkawinan menyebutkan bahwa Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk
beristri lebih dari satu apabila dikehendahi oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Jadi, hukum
poligami di Indonesai diperbolehkan selama sang suami berlaku adil terhadap istri-istrinya.
Selain itu, poligami juga dapat dikatakan sah di mata hulum negara jika sang suami telah
memenuhi syarat-syarat untuk melakukan poligami.
Syarat poligami di Indonesia diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU Perkawinan, disebutkan
bahwa pengadilan hanya akan memberikan izin kepada suami untuk beristri lebih dari satu jika
sang istri nggak bisa menjalankan kewajibannya, istri memiliki cacat badan atau penyakit yang
nggak bisa disembuhkan, dan jika istrinya nggak dapat melahirkan keturunan.
Baru-baru ini ada seseorang Kiyai yang telah melakukan kampanye poligami dengan
melakukan mentor-mentor berbayar. Tidak disangka bahwa acara kamyanye ini menarik
banyak peminat, mereka rela merogoh gocek sampai berjuta-juta demi mendapatkan ilmu
mengenai “poligami”. Dalam hukum Indonesia disebutkan bahwa seorang suami
diperbolehkan untuk beristri lebih dari satu dengan adanya beberapa syarat yang salah satunya
adalah mampu secara finansial dan dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Tetapi
pada kasus ini, Kiyai tersebut tidak menjalankan beberapa syarat tersebut. Sehingga
perbuatannya ini di tentang oleh Komnas Perempuan.
Berdasarkan video yang ditampilkan pada akun YouTube Narasi Newsroom Kiyai yang
melakukan kampanye poligami tidak memberikan fasilitas yang layak kepada istri-istrinya dan

3
menikah semaunya tanpa adanya persetujuan istri sebelumnya. Bahkan Kiyai tersebut
menceraikan istri tua nya yang sudah menopause. Yang lebih parah lagi, Kiyai tersebut
menikahi wanita dibawah umur dengan dalih “saya bertemu dia di dalam mimpi”.
Dari fenomena ini dapat dilihat bahwa implementasi poligami yang ada di masyarakat
masih cenderung dilatar belakangi oleh tujuan yang sepihak, kadang karena tuntutan biologis,
atau teologis. Padahal dalam pernikahan dituntut untuk memenuhi dua hal kebutuhan mendasar
yang saling berkelindan, yaitu keinginan biologis di satu sisi dan tuntutan kapasitas teologis di
sisi yang lain ( QS, Al-Nisa : 1-5). Secara ideal tuntutan biologis tersebut seharusnya diimbangi
dengan kapasitas teologis. Dengan demikian mencairnya batas-batas simbolik antara Norma
Teologis dan biologis dalam sebuah perkawinan akan terwujud.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tanggapan komnas perempuan terhadap kampanye poligami?
2. Bagaimana legalitas poligami menurut perspektif hukum positif?
3. Bagaimana dampak kampanye poligami terhadap perempuan di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tanggapan komnas perempuas terhadap kampanye poligami.
2. Mengetahui legalitas poligami menurut perspektif hukum Indonesia.
3. Menganalisis dampak yang akan timbul dari kegiatan kampanye poligami terhadap
perempuan di Indonesia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembahasan teori
2.1.1 Tanggapan Komnas Perempuan Terhadap Kampanye Poligami
Isu poligami kembali ramai dibicarakan. Isu poligami yang bisa dinilai sebagai isu
yang sensitif, Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) menyampaikan praktik poligami merupakan tindakan kekerasan terhadap
perempuan. Kekerasan akibat perkawinan tidak tercatat atau dikenal sebagai nikah siri,
tetapi merupakan jumlah pengaduan terbanyak, disusul aksi kekerasan karena poligami dan
kekerasan berbasis siber.
Menikah yang tidak tercatat dan melakukan poligami adalah dua hal yang saling
tumpeng tindih, karena pada umumnya, praktik poligami itu pasti tidak dicatatkan. Jikapun
ada, jarang sekali ada pernikahan poligami yang tercatat. Bahkan hampir tidak ada
pernikahan poligami yang tercatat karena banyak membutuhkan syarat syarat yang sangat
ketat.
Ada tiga undang-undang yang mengatur praktik poligami di Indonesia. Yang
berarti, melakukan poligami bisa di tindak pidana. Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) Pasal 279 mengatur soal perkawinan tidak tercatat – dan poligami umumnya tidak
tercatat – tetapi penerapan pasal itu masih tidak efektif karena berbenturan dengan doktrin-
doktrin agama. Ada pula Pasal 45 dan 49 Undang-undang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) yang menyebutkan praktik kawin kedua dan seterusnya tanpa ada izin istri
pertama adalah tindak kekerasan terhadap perempuan dan itu bisa dipidanakan. Pasal ini,
kata Kiai Imam, bukan delik aduan, tapi delik umum. Kemudian ada Undang-undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang juga menerapkan syarat-syarat sangat ketat untuk
praktik poligami, termasuk harus mendapat izin dari istri.
Komnas Perempuan juga berpendapat bahwa sebenarnya poligami adalah hal
yang tidak seharusnya disebarluaskan yang dapat menyebabkan perspektif yang berbeda
tentang poligami. Jika banyak orang yang menyetujui adanya poligami dan melaksanakan
poligami dengan tidak melakukan syarat syarat yang sudah ditentukan sebelumnya, itu
akan mengakibatkan ketimpangan sosial yang berdampak serius bagi perkembangan
Indonesia.

5
2.1.2 Legalitas Poligami Menurut Perspektif Hukum Positif
Poligami Menurut UUP Nomor 1 Tahun 1974 Pelaksanaan PP Nomor 9 tahun
1975 tentang Perkawinan Di Indonesia masalah poligami diatur Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Menurut Undang-Undang tersebut, pada prinsipnya
sistem yang dianut oleh Hukum Perkawinan RI adalah asas monogami, satu suami untuk
satu isteri. Namun dalam hal atau alasan tertentu, seorang suami diberi izin untuk
beristeri lebih dari seorang. Hal ini tercantum (Anonim, 19 74 pasal 3) yaitu :
1. Pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang
isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
2. Pengadilan dapat member izin kepada seorang uami untuk beristeri lebih dari seorang
apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Dapat tidaknya seorang suami beristeri lebih dari seorang ditentukan oleh
Pengadilan Agama berdasarkan terpenuhi atau tidaknya persyaratan yang dimaksudkan.
Jadi meskipun seorang suami mempunyai alasanalasan yang jelas untuk melakukan
poligami, namun tetap harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang sudah ditentukan.
a. Adanya persetujuan dari isteri-isteri
b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-
isteri dan anak-anak mereka.
c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anak
mereka.
Hikmah Poligami yang dilandasi oleh rasa keadilan yaitu : untuk mendapatkan
keturunan bagi suami yang subur dan isteri yang mandul dan untuk menjaga keutuhan
keluarga tanpa menceraikan isterinya, sekalipun isterinya tidak dapat menjalankn
fungsinya sebagai isteri, atau ia mendapat cacat badan atau penyakit yang tak dapat
disembuhkan, untuk menyelamatkan suami dari yang hypersex, dan perbuatan zina serta
krisis akhlak lainnya dan untuk menyelamatkan kaum wanita dari krisis akhlak yang
tinggal di Negara atau Masyarakat yang jumlah wanitanya jauh lebih banyak dari kaum
prianya.
Seorang suami yang hendak melakukan poligami hendaknya melihat
kemampuan pada dirinya sendiri, jangan sampai pahala yang diinginkan ketika
melakukan poligami malah berbalik dengan dosa dan kerugian.

6
2.1.3 Poligami Berpotensi Merugikan Pihak Perempuan
Perkawinan bukan hanya mengenai kepentingan individu atau golongan tertentu
saja, tetapi juga bertujuan untuk membentuk tatanan masyarakat yang berbudaya, maju,
dan beradab. Maka dari itu, menjadi penting untuk menciptakan keluarga yang kuat dan
harmonis, sebab jika keluarga kuat, maka negara juga akan kuat. Poligami yang tidak
dilaksanakan dengan kesiapan, pemikiran matang, dan pengetahuan yang cukup dari
berbagai pihak, dapat berisiko menjadi awal mula terjadi berbagai perlakuan salah,
terutama bagi perempuan.
Banyak yang salah mengartikan mengenai poligami ini. Poligami dianggap
sebagai jalan pintas untuk mencari kesejahteraan, kemakmuran, dan kesuksesan dalam
hidup. Padahal, poligami harus dilaksanakan dengan sangat hati-hati dengan
pertimbangan, ilmu, dan komitmen yang kuat. Di sisi lain poligami dapat mempengaruhi
aspek sosial, ekonomi, dan budaya sebuah keluarga serta ketangguhan sebuah bangsa.
Poligami juga menjauhkan dari terealisasinya harapan ideal mengenai keluarga
yang harmonis yang diperlukan dalam pendidikan karakter bangsa bagi anak-anak
Indonesia. Sebuah perkawinan tentu tidak dapat dilaksanakan begitu saja, negara pun
telah menetapkan beberapa syarat atau ketentuan terkait perkawinan, mulai dari batas
usia, tahap pendidikan pra-nikah, bimbingan dalam masa pernikahan, dan berbagai
ketentuan, program, dan kebijakan lainnya.

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian dari Jurnal pada tahun 2005 dengan judul Poligami : Antara Legalitas
Formal Dan Legalitas Budaya oleh Ita Musarrofah Dalam jurnalnya Ita membahas terkait
dengan kronologi kasus salah satu Kyai di Pesantren Probolinggo, kyai ini mengaku
mengikuti pendapat yang mubah, bukan sunnah, maka setiap laki-laki, dari awal akan
bersiap-siap untuk mengejar kesunnahan ini. Selain pemahaman mereka terdapat tafsir dan
kitab-kitab klasik, mereka juga menyebut-nyebur praktek poligami Rasulullah. Jadi salah
satu argument pendukung kebolehan praktek poligami adalah praktek yang telah
dilakukan Nabi. Hanya saja menurut mereka, untuk umatnya, Nabi membatasi hanya
sampai empat wanita.

7
Kyai mendapatkan gadis-gadis ini kadang kala atas inisiatifnya sendiri dan
terkadang melalui perantara orang lain seperti yang dilakukan kyai Hafidzin ini.
Penawaran untuk beristeri lagi bagi sang kyai sudah menjadi rahasia umum. Kyai sadar
bahwa dengan statusnya sebagai kyai, masyarakat memberinya hak secara tidak tertulis
dan mewajarkannya karena di anggap lebih tau, padahal hal tersebut belum tentu benar
adanya. Di dalam masyarakat pun, ada kesadaran bahwa bagi seorang kyai, beristeri lebih
dari saru adalah bagian dari status kekyaiannya. Dengan begitu, kontrak tak tertulis ini pun
terjadi. Masyarakat tak akan segan-segan menawarkan keluarganya pada kyai untuk
dinikahi karena berfikir akan bahagia jika hidup bersama kyai dan menjadi istri yang ke
sekian.
Berdasarkan factor ini dapat dilihat bahwa tindakan poligami kyai tidak hanya berasal dari
motif-motif individual dalam dirinya, tetapi juga dukungan oleh norma-norma dan nilai-
nilai di luar dirinya. Motif-motif internal kyai seperti ingin memenuhi Hasrat seksual,
ingin mencari hiburan dan memperluas kekuasaan, hanya akan menjadi keinginan belaka
bila tanpa didukung norma-norma dan nilai-nilai yan telah melembaha dalam masyarakat
tempat ia tinggal. Masyarakar memberi fasilitas-fasilitas serta peluang-peluang yang
mendukung kyai mengambil tindakan poligamu tanpa melalui prosedur yang ditetapkan
Undang-undang perkawinan. Kyai dalam posisinya ini berada di bawah kendali nilai-nilai
dan norma-norma serta ide-ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih alternatif
tindakan untuk mencapai tujuan.

8
2.3 Kerangka Berpikir

Poligami adalah hal yang tidak


seharusnya disebarluaskan. Poligami
Mengetahui dengan tidak melakukan syarat
Tanggapan Komnas syarat yang sudah ditentukan
Perempuan Terhadap sebelumnya, akan mengakibatkan
Kampanye Poligami
ketimpangan sosial yang berdampak
serius bagi perkembangan Indonesia.

Pada asasnya dalam suatu perkawinan


seorang pria hanya boleh mempunyai
Kasus Kampanye Poligami seorang isteri. Seorang wanita hanya
Mengetahui boleh mempunyai seorang suami.
Yang Dilakukan Kyai Hafidin
legalitas poligami Pengadilan dapat member izin kepada
Yang Ditentang Oleh Komnas menurut perspektif seorang uami untuk beristeri lebih dari
Perempuan hukum Indonesia. seorang apabila dikehendaki oleh
pihak-pihak yang bersangkutan.

Adanya persetujuan dari isteri-isteri


Adanya kepastian bahwa suami mampu
menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-
isteri dan anak-anak mereka. Adanya
jaminan bahwa suami akan berlaku adil
terhadap isteri-isteri dan anak-anak mereka.

Dampak dari kegiatan


kampanye poligami terhadap Poligami yang tidak dilaksanakan dengan
perempuan di Indonesia. kesiapan, pemikiran matang, dan
pengetahuan yang cukup dari berbagai
pihak, dapat berisiko menjadi awal mula
terjadi berbagai perlakuan salah, terutama
bagi perempuan.

9
BAB I: PENDAHULUAN Berisi latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan yang
memberikan gambaran mengenai batasan masalah mengenai kasus poligami. Masalah ini
seperti : Untuk mengetahui tanggapan komnas perempuas terhadap kampanye poligami,
mengetahui legalitas poligami menurut perspektif hukum Indonesia, menganalisis dampak
yang akan timbul dari kegiatan kampanye poligami terhadap perempuan di Indonesia.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi pembahasan teori, hasil penelitian yang relevan, dan
kerangka berpikir yang memaparkan lebih dalam mengenai pokok masalah yang ada pada
BAB I. Pada bab ini diuraikan secara runut berbagai hal yang menjadi pertanyaan dan pokok
masalah di bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/Artikel_jurnal_FISIP/Global_Komunika/gk-vol3-no3-
mar2014-agu2014/54-63.pdf
https://www.popbela.com/relationship/married/windari-subangkit/arti-syarat-hukum-
poligami-di-indonesia/full
https://media.neliti.com/media/publications/242910-praktik-poligami-di-kalangan-para-
kiai-s-467dbc70.pdf
https://www.voaindonesia.com/a/komnas-perempuan-praktik-poligami-adalah-kekerasan-
terhadap-perempuan/4702669.html
http://unmasmataram.ac.id/wp/wp-content/uploads/15.Haeratun.pdf
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3140/poligami-tak-sesuai-syariat-
berpotensi-rugikan-perempuan
https://media.neliti.com/media/publications/42543-ID-poligami-antara-legalitas-formal-
dan-legalitas-budaya-studi-kasus-praktek-poliga.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai