Anda di halaman 1dari 4

MONOGAMI, POLIGAMI DAN IZIN POLIGAMI

Siti Kamila Khaerunnisa1, Tya Fadzar Angelina2


1) Siti Kamila Khaerunnisa (61120059)
2) Tya Fadzar Angelina (61120063)
1.2
Ilmu Hukum Universitas Serang Raya
1
nabilaputrisyahira11@gmail.com, 2sylfapy@gmail.com

ABSTRAK

ABSTRACT
A. Pendahuluan
Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh masyarakat sejak jaman dahulu,
sekarang, dan masa yang akan datang sampai akhir jaman.
Kawin adalah perbuatan hukum yang membawa pengaruh sangat besar dan
mendalam bagi orang yang melakukan perkawinan sendiri mau-pun bagi masyarakat
dan negara. Perkawinan merupakan suatu hal yang mempunyai akibat yang luas di
dalam hubungan hukum antara suami dan isteri. Dengan perkawinan itu timbul suatu
ikatan yang berisi hak dan kewajiban Di antara konsep pernikahan yang ditawarkan oleh
Islam adalah pernikahan monogami dan poligami bersyarat. Konsep pertama merupakan
pengejawentahan dari janji setia dan cinta kasih yang diikrarkan oleh suami istri.4 Sementara
itu, konsep kedua mencerminkan realitas sosiologis kaum laki-laki dan budaya patriarkhis-
Arab yang diakomodir serta dimodifikasi oleh Islam. Konsep ini yang kemudian diadopsi
oleh banyak negara Islam, termasuk Indonesia. Dalam UU No.1 tahun 1974, disebutkan
bahwa azas pernikahan adalah monogami. Poligami hanya dibolehkan dengan syarat yang
ketat dan dalam keadaan tertentu. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), asas monogami dan
kebolehan poligami juga dibolehkan, namun dalam kondisi khusus, serta adanya pemenuhan
beberapa syarat yang telah diatur diatur. Adapun dalam Peraturan Pemerintah No.10 tahun
1983 jo Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1990. Meskipun telah memiliki landasan hukum
dan dasar-dasar teologis yang kuat, tampaknya praktik poligami selalu mengundang
kontroversi bagi beberapa kalangan Poligami adalah fenomena kehidupan yang terjadi di
sekitar kita.Istilah poligami sering terdengar namun tidak banyak masyarakat yang dapat
menerima keadaan ini. Kata poligami sendiri berasal dari yunani “polygamie”, yaitu poly
berarti banyak dan gamie berarti laki-laki, jadi arti dari poligami adalah laki-laki yang beristri
lebih dari satu orang wanita dalam satu ikatan perkawinan. Hukum Islam tidak melarang dan
tidak mewajibkan umat muslim untuk berpoligami. Poligami diperbolehkan dan dapat
dijalankan atas alasan-alasan kedharuratan tertentu yang telah dirumuskan dalam KHI dan
Undang-Undang perkawinan No.1 Tahun 1974 dan selanjutnya masih ada banyak prosedur
dan ketentuan yang cukup ketat untuk dilewati suami yang ingin berpoligami. Walaupun
Hukum Islam datang untuk mengatur persoalan poligami yang telah dirumuskan dalam KHI
dan Undang-Undang Perkawinan tetapi masih banyak Praktek Poligami yang
bertolakbelakang terhadap ketentuan dan persyaratan Poligami yang berlaku. Tradisi
Poligami yang telah dipraktekkan di Indonesia masih banyak menuai kontroversi, pasalnya
banyak dari pihak isteri dan anak yang dirugikan karena ketidakadilan para suami untuk
menafkahi keluarga secara lahir dan bathin, dan pada akhirnya banyak para isteri yang
mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Agama. maka peran izin poligami sangat
menentukan. Aturan-aturan dan syarat-syarat selektif serta prosedur pemberian izin poligami
harus ditaati secara konsisten, sehingga pasangan poligami dapat lebih diarahkan sesuai
dengan tujuan perkawinan.Untuk mencapai tujuan poligami yang sesuai dengan tuntunan
syara’, pemerintah memberikan aturan bahwa setiap mereka yang berkeinginan untuk
melakukan poligami harus mendapat izin Pengadilan Agama.
B. Latar Belakang Masalah
Poligami, juga tidak terlepas dari praktik politik hukum Islam di Indonesia.
Legalitas dan Konstitusionalitasnya sering menjadi perdebatan (debatable issue).
Beranjak dari politik hukum islam, dengan mengkaji konstitusionalitas dan
hermeneutikanya, sehingga akan dikaji mengenai konstitusionalitas Poligami dalam
Perspektif Hermeneutika Hukum Islam di Indonesia. Sebab, untuk memperjelas
hukum di Indonesia yang menganut asas monogami atau poligami.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan cara
mengumpulkan data dari buku-buku atau kitab-kitab yang diteliti dan ada
hubungannya dengan permasalahan yang ada yaitu mengenai poligami menurut
perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam
Penelitian ini bersifat deskriptif komparatif yaitu perbandingan suatu objek
yang dalam hal ini adalah poligami menurut persepektif Hukum Positif dan Hukum
Islam dengan maksud untuk memberikan penjelasan. Selanjutnya dilakukan analisis
Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan untuk memperoleh data-
data primer dan sekunder. Peneliti menggunakan metode komparatif, sehingga dapat
diketahui persamaan maupun perbedaan keduanya dan dapat ditarik suatu kesimpulan
yang konkrit tentang persoalan yang diteliti.
D. PEMBAHASAN
 Pengertian Monogami
Dasar hukum perkawinan mono-gamy dalam Islam didasarkan pada
ayat 3 surat Annisa. Di mana dije-laskan bahwa perkawinan menurut
Islam harus didasarkan kepada dan untuk menegakkan hukum Allah.
Salah satu kewajiban yang harus ditegakkan adalah berlaku adil.
Jika sebelum kawin dengan isteri kedua sudah khawatir atau takut tidak
akan berbuat adil, maka hendaknya berketetapan hati untuk tetap menjaga
ikatan perkawinan dengan seorang wanita saja, karena memang pada
dasarnya suruhan untuk mengikat tali perkawinan itu hanya dengan seorang
perempuan Hal ini dibuktikan dengan ayat yang diawali dengan kata
mastna atau artinya dua, tetapi diakhiri dengan kalimat “fawahidah
“yang artinya cukup satu dengan penghubung kata “fainlam ta’dilu “
yang artinya jika takut tidak berlaku adil. Kalimat yang terdapat dalam
ayat 3 surat Annisa itu jelas menyatakan bahwan prinsip perkawinan
dalam Islam adalah mo-nogamy, sedangkan poligami merupakan kebolehan
yang dibebani syarat yang sangat berat yaitu berlaku adil.
Dalam UU Perkawinan menganut asas monogamy sebagaimana
terdapat dalam pasal 3 yang menyatakan “Seorang pria hanya boleh
mempunyai seorang isteri dan seorang wanita hanya boleh mempunyai
seorang suami”. Pada bagian lain dinyatakan bahwa dalam keadaan tertentu
poligami dibenarkan. Klausul kebolehan pologami dalam UU Perkawinan
hanyalah pengecualian.
 Pengertian Poligami
Poligami adalah sebuah istilah yang diambil dari bahasa yunani dari kata Poly atau
Polus dengan arti banyak dan kata gamein atau gomos dengan arti kawin atau
perkawinan.Poligami ialah suatu perkawinan yang lebih dari seorang, baik lakilaki
atau perempuan.1Dalam Kamus Bahasa Indonesia Poligami adalah suatu system
perkawinan yang mana salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan
jenis dalam waktu yang bersamaan. 2 Poligami secara umum dapat dipahami dengan
ikatan perkawinan yang salah satu pihak (suami) mengawini beberapa lebih dari satu
istri dalam waktu yang bersamaan, bukan saat ijab qabul melainkan dalam menjalani
hidup berkeluarga

1
Tihami, Sobari Sahrani, Fiqh Munakahat: Kajian Fiqh Lengkap, (Jakarta, Rajawaali Pers, 2013), hlm. 351
2
Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm.892

Anda mungkin juga menyukai