Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH JENIS DAN KONSENTRASI

PEMUTIH (BLEACHER) TERHADAP RESIDU PEMUTIH


PADA BERAS YANG DIPUCATKAN
DENGAN METODE SEMPROT (SPRAYING)

The purpose of this research was to study the effect of bleacher type and concentration to
bleacher residue at the bleached rice with spraying method after twice washing and after cooking.
The experiment design were used factorial design of 2 x 3 in random device group (RAK)
with 4 replication.The varieble were (A) bleacher type, (a1) calcium hypoclorite (CaOCl 2) and
(a2) sodium bisulfide (NaHSO3) and (B) bleacher concentration, with level (b1) 600 ppm, (b2) 800
ppm, and (b3) 1000 ppm. The observation parameters were organoleptic test of colour and flavour
for decided the best leaking time after spraying, and chemical analysis were residue of chlorine
and residue of sulfide at the bleached rice after twice washing and after cooking.
The result of research shows that the single factor and interaction factor have effected to
the bleacher residue at the bleached rice with spraying method after twice washing and after
cooking. According to the result of research, bleacher residue of calcium hypoclorite (CaOCl 2)
and sodium bisulfide (NaHSO3) at the bleached rice having decrease from the addition start of
bleacher type and concentration until the rice cooked.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pemutih dan konsentrasi
pemutih serta interaksi antara jenis dan konsentrasi pemutih terhadap jumlah residu pemutih
pada beras yang dipucatkan dengan metode semprot (spraying) setelah dua kali pencucian dan
setelah dimasak.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan faktorial
2 x 3 dalam rancangan acak kelompok dengan 4 kali ulangan. Variabel yang digunakan adalah
jenis pemutih (A), yaitu (a1) kaporit (CaOCl2) dan (a2) natrium bisulfit (NaHSO3) dan
konsentrasi pemutih (B), yaitu (b1) 600 ppm, (b2) 800 ppm, dan (b3) 1000 ppm. Sedangkan
parameter pengamatan sebagai acuan adalah uji organoleptik terhadap warna dan aroma untuk
menentukan waktu penirisan terbaik setelah penyemprotan (spraying), dan analisis kimia produk
yang meliputi analisis kadar residu klorin dan kadar residu sulfit pada beras setelah dua kali
pencucian dan setelah dimasak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tunggal dan interaksi antara jenis dan
konsentrasi pemutih berpengaruh terhadap kadar residu pemutih pada beras yang dipucatkan
dengan metode semprot (spraying) setelah dua kali pencucian dan setelah dimasak. Berdasarkan
hasil penelitian, jumlah kadar residu pemutih baik kalsium hipoklorit (CaOCl 2) maupun natrium
bisulfit (NaHSO3) pada beras mengalami penurunan, dari awal penambahan jenis dan
konsentrasi pemutih sampai beras setelah dimasak.

I PENDAHULUAN
Indonesia makanan pokoknya adalah
1.1. Latar Belakang Penelitian nasi (beras) ini.
Kebutuhan makanan pokok Mutu beras dapat dibagi dalam
setiap penduduk di seluruh penjuru tiga kelompok, yaitu : mutu pasar,
dunia ini satu sama lain berbeda, mutu masak dan citarasa, serta mutu
tetapi salah satu kebutuhan makanan gizi. Kriteria mutu pasar umumnya
pokok tersebut adalah beras atau dikenakan terhadap beras giling.
nasi, dan sebagian besar penduduk Karakteristik mutu masak dan
citarasa beras giling terutama Tujuan dari penelitian ini adalah
ditentukan oleh perbandingan untuk mengetahui bagaimana
amilosa dan amilopektin. Penilaian pengaruh jenis dan konsentrasi
terhadap mutu gizi beras terutama pemutih terhadap residu pemutih
diarahkan terhadap kandungan pada beras yang diputihkan dengan
karbohidrat, protein, lemak dalam cara disemprot (spraying).
beras (Damardjati dan Harahap
1982). 1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan Penelitian ini diharapkan dapat
dari beberapa tempat penggilingan menginformasikan ada tidaknya
padi (Huller) yang ada di Kota pengaruh penambahan jenis dan
Karawang, menambahkan pemutih konsentrasi pemutih terhadap residu
ini karena untuk memenuhi tuntutan pemutih pada beras yang diputihkan
konsumen dan dapat meningkatkan dengan cara disemprot (spraying).
keuntungan hasil penjualan. Di pasar,
konsumen selalu memilih beras yang 1.4. Kerangka Pemikiran
putih dengan alasan nasinya bisa Berdasarkan hasil pengamatan
lebih putih dan pulen seperti halnya dari beberapa tempat penggilingan
beras bermutu tinggi. padi (Huller) yang ada di Kota
Konsekuensinya, produsen kemudian Karawang, melakukan proses
bisa menambahkan bahan pemutih pemutihan beras dengan
(bleacher) dengan metode semprot menggunakan pemutih (klorin).
(spraying). Proses pemutihan beras dilakukan
dengan cara mencampurkan 3-5 g
1.2. Identifikasi Masalah kaporit dengan 5 liter air, kemudian
Berdasarkan latar belakang disemprotkan pada 100 kg beras
permasalahan di atas maka dapat dengan luas penampang 2 m2 dalam
diidentifikasikan masalahnya sebagai ruangan. Setelah penyemprotan
berikut : (spraying) dengan pemutih, beras
1. Bagaimana pengaruh jenis diaduk secara merata dengan cara
pemutih terhadap residu pemutih manual menggunakan tangan lalu
pada beras yang diputihkan dengan didiamkan atau ditiriskan selama 1-3
cara disemprot (spraying). jam dalam suhu ruangan. Beras siap
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi dikemas untuk didistribusikan.
pemutih terhadap residu pemutih Larutan CaOCl2 merupakan
pada beras yang diputihkan dengan oksidator yang kuat dan dapat
cara disemprot (spraying). mengoksidasi warna coklat atau
3. Bagaimana pengaruh interaksi melanin (polimer hidroksi quinon)
antara jenis dengan konsentrasi menjadi o-difenol, sehingga pati sagu
pemutih terhadap residu pemutih yang semula coklat menjadi putih
pada beras yang diputihkan dengan bersih (Ucko, 1982).
cara disemprot (spraying). Larutan CaOCl2 dapat
meningkatkan nilai pH, semakin
1.3. Tujuan Penelitian besar konsentrasi larutan CaOCl2 dan
dengan perendaman yang semakin Penelitian dilakukan di
lama maka nilai pH nya semakin laboratorium Teknologi Pangan
tinggi (Nur, et al, 1988). Universitas Pasundan Bandung,
Reaksi pencoklatan dapat Jl. Setia Budhi 193 Bandung.
dicegah dengan cara merendam atau Penelitian dimulai pada Bulan Juni
mencelupkan bahan baku ke dalam 2007 sampai dengan Bulan
larutan natrium bisulfit (NaHSO3). November 2007.
Lama perendaman dalam larutan
natrium bisulfit (NaHSO3) dapat
II Tinjauan Pustaka
berpengaruh terhadap mutu bahan
pangan (Lund, 1972).
2.1. Padi
Penggunaan batas maksimum
Tanaman padi merupakan
natrium bisulfit (NaHSO3) sangat
tanaman semusim atau tanaman yang
bervariasi tergantung pada produk
biasanya berumur pendek, kurang
dan peraturan suatu negara. Contoh
dari satu tahun. Menurut Girisonta
penggunaannya untuk acar
(1990), padi termasuk golongan
pemakaian natrium bisulfit adalah
rumput-rumputan (Gramineae)
100 ppm, minuman ringan 200 ppm,
dengan klasifikasi sebagai berikut :
wortel kering 250 ppm (SNI 01-
Genus : Oryza Linn, Famili :
0222-1995).
Gramineae (Poaceae), Species : 25
Menurut peraturan Menteri
species, dua di antaranya ialah :
Kesehatan Republik Indonesia,
Oryza sativa L , Oryza glaberima
Nomor : 722/MenKes/PER/IX/1988
steund
batas maksimum penggunaan
Menurut D, Joy dan E. J. Wibberly
natrium bisulfit adalah 500 ppm.
(1979) dalam Girisonta 1990,
tanaman padi yang mempunyai nama
1.6. Hipotesis Penelitian
botani Oryza sativa dengan nama
Berdasarkan kerangka pemikiran
lokal padi (paddy), dapat dibedakan
di atas dapat diambil suatu hipotesis,
dalam dua jenis, yaitu padi kering
yakni diduga :
yang tumbuh di dataran tinggi dan
1. Jenis pemutih berpengaruh
padi sawah yang memerlukan air
terhadap residu pemutih pada beras
menggenang.
dengan metode semprot.
Ditinjau dari kegunaannya
2. Konsentrasi pemutih berpengaruh
tanaman padi dapat dibedakan dalam
terhadap residu pemutih pada beras
dua jenis, yaitu :
dengan metode semprot.
1. Padi beras, jenis tanaman padi
3. Interaksi antara jenis dengan
yang hasilnya untuk dijadikan
konsentrasi pemutih berpengaruh
makanan pokok sehari-hari. Beras
terhadap residu pemutih pada beras
sebagai hasil akhir tanaman padi
dengan metode semprot.
dijadikan sumber utama karbohidrat,
dimasak menjadi nasi dan
1.7. Waktu dan Tempat Penelitian
dikonsumsi.
2. Padi ketan, jenis tanaman padi
yang hasilnya bukan untuk dijadikan
makanan pokok sehari-hari. Beras Varietas Ciherang yang dilepas
ketan umumnya dibuat tepung pada tahun 2000, yang berdaya hasil
sebagai bahan pangan olahan. tinggi dengan rasa nasi enak lebih
Dengan demikian padi ketan tidak disukai oleh sebagian petani dan
dikonsumsi langsung sebagai konsumen di beberapa daerah,
makanan pokok sebagaimana padi terutama di Jawa Barat, Jawa Timur,
beras. Sumatera Utara, dan Sumatera
Perbedaan jenis padi pada Selatan. Beras jenis Ciherang
umumnya terletak pada : usia memiliki tekstur nasi lunak, kadar air
tanaman, jumlah hasil, mutu beras, 10,42 %, protein 9,99 %, dan
dan ketahanannya terhadap hama dan kandungan amilosa sebesar 23,51 %
penyakit. (Yandianto, 2003). (Damardjati, D.S. dan E.Y. Purwani,
1991).
2.2. Varietas Unggul
Upaya peningkatan produksi 2.3. Proses Penyosohan Beras
pertanian padi terus dilakukan, antara Teknik penggilingan padi yang
lain dengan menyilangkan varietas baik melalui tahapan proses sebagai
padi dan mendapatkan jenis bibit berikut :
padi baru varietas unggul. Jenis atau 2.3.1. Persiapan bahan baku
varietas unggul memiliki kelebihan- Untuk menghasilkan beras yang
kelebihan, diantaranya : umurnya berkualitas harus menggunakan
pendek, hasilnya banyak, tahan bahan baku gabah yang berkualitas
terhadap hama dan penyakit, dan pula. Gabah harus diketahui
menghasilkan beras berkualitas varietasnya, asal gabah, kapan
tinggi (Yandianto, 2003). dipanen, kadar air gabah dan
Padi dikatakan bervarietas langsung dikeringkan sampai kadar
unggul apabila mempunyai salah air 14%, baik melalui penjemuran
satu sifat keunggulan terhadap atau menggunakan alat pengering.
varietas sebelumnya. Keunggulan Penundaan gabah kering panen lebih
tersebut dapat tercermin pada sifat 2 – 3 hari akan menimbulkan kuning.
pembawaannya yang dapat 2.3.2. Proses Pemecahan Kulit
menghasilkan buah padi yang Pada proses ini, mula-mula
produksinya tinggi pada suatu lahan tumpukan gabah (GKG) disiapkan di
dan waktu tertentu (Girisonta, 1990). dekat lubang pemasukan (corong
Perakitan dan pengembangan sekam) gabah. Mesin penggerak dan
VUB (Varietas Unggul Baru) padi mesin pemecah kulit dihidupkan,
dimulai pada sekitar tahun 1920 kemudian corong sekam dibuka-
(Harahap, et.al.,1972). Pada masa itu tutup dengan alat klep penutup.
hingga sekitar tahun 1960, perakitan Proses pemecah kulit dilakukan 2
dan pengembangan varietas padi kali (ulangan) dan diayak 1 kali
diarahkan untuk memperoleh dengan alat ayakan beras pecah kulit
varietas yang mampu memanfaatkan agar dihasilkan beras pecah kulit
air yang terbatas di lahan tadah hujan (BPK). Ayakan BPK untuk varietas
(Balitpa, 2004). butir bulat (ukuran lubang ayakan
0,8 inci) dan butir panjang (ukuran pembalutnya yaitu sekam, dalam
lubang ayakan 1 inci) berbeda. dunia perdagangan dalam negeri
disebut dengan “beras pecah kulit”
2.3.3. Proses Penyosohan Beras dan diluar negeri disebut sebagai
Proses ini menggunakan alat brown rice karena warnanya yang
penyosoh tipe friksi yaitu gesekan agak kemerah-merahan (Juliano,
antar butiran, sehingga dihasilkan 1972).
beras yang penampakannya bening. Menurut Girisonta (1990), gabah
Beras pecah kulit disosoh 2 kali. atau buah padi adalah ovary yang
Penyosohan pertama menggunakan telah masak, bersatu dengan lemma
mesin penyosoh tipe kulit friksi dan palea. Buah ini merupakan hasil
(dapat digunakan merk ICHI N 120 penyerbukan dan pembuahan yang
kapasitas 1200 kg per jam) dan sosoh mempunyai bagian-bagian sebagai
kedua menggunakan mesin penyosoh berikut :
merk ICHI N 70 kg per jam). Perlu 1. Embrio (lembaga)
diperhatikan kecepatan putaran untuk Terletak pada bagian lemma,
mencapai beras berkualitas adalah pada lembaga ini terdapat daun
1100 rpm dengan menyetel gas pada lembaga (calon batang dan calon
mesin penggerak dan menyetel katup daun) serta akar lembaga (calon
pengepresan keluarnya beras. akar).
2. Endosperm
2.4. Beras Merupakan bagian dari buah
Beras sebagai anggota dari atau biji padi yang besar. Terdiri dari
famili Gramineae, secara anatomi zat tepung, sedang selaput protein
dari sekam yang membalut biji, melingkupi zat tepung tersebut.
dedak yang mengelilingi endosperm Endosperm mengandung zat gula,
dan benih yang merupakan embrio, lemak, dan bahan atau zat-zat
endosperm yang merupakan bagian anorganik, serta mengandung
penting untuk makanan (Bukle, et protein.
al., 1987). 3. Bekatul, adalah bagian buah padi
Butir padi yang singkatnya yang berwarna cokelat.
disebut gabah terdiri dari kulit
pembungkus. Kulit pembungkus ini 2.5. Kalsium Hipoklorit (CaOCl2)
terdiri dari dua belahan sekam yang Unsur klor (Cl) pertama kali
tidak sama besarnya. Belahan sekam ditemukan oleh ahli kimia Swedia,
yang terbesar disebut lemma, yaitu Scheele pada tahun 1774.
sedangkan belahan sekam yang Selanjutnya dikembangkan sebagai
kedua dan lebih kecil disebut palea bahan pemutih dengan
(Juliano, 1972). mencampurkannya ke dalam air.
Bagian butir padi yang dilindungi Pada tahun 1798 Charles Tennant
atau dibalut oleh kulit berupa sekam (Skotlandia) memproduksi kapur
itu terdapat caryopsis atau yang klorida (CaOCl2) yang pertama dan
lazim kita kenal dengan beras. merupakan cikal bakal terbentuknya
Caryopsis atau beras tanpa kulit
bahan pemutih kalsium hipoklorit rasa dan bau pada air (De Man,
(Hadfield, 1957). 1999).
Kalsium hipoklorit merupakan
salah satu bahan pemutih yang
umum digunakan, harganya murah, 2.6. Natrium Bisulfit (NaHSO3)
mudah didapatkan, dan mudah Natrium bisulfit (NaHSO3)
dikenali. Menurut Turner (1920) merupakan salah satu sulfing agent
Kalsium Hipoklorit atau CaOCl2 yang cukup efektif yang sering
termasuk dalam bahan pemutih atau digunakan untuk mencegah reaksi
bleaching powder yang berbentuk pencoklatan enzimatis dan non
bubuk dan rumus molekulnya enzimatis, mempertahankan warna
Ca(ClO)2.4H2O. Kalsium hipoklorit dan mencegah pertumbuhan
dalam perdagangan umum disebut mikroorganisme (Furia, 1983).
kaporit dengan kandungan klor 49,59 Natrium bisulfit yang
% dan Ca sebesar 8,08 %. Hadfield diperdagangkan berbentuk kristal.
di dalam Reddish, (1957) Pemakaiannya dalam pengolahan
menyatakan bahwa CaOCl2 bahan pangan bertujuan untuk
dipasaran terdiri dari dua jenis, yang mencegah proses pencoklatan pada
pertama dengan kandungan klor 15- buah sebelum diolah, menghilangkan
50 % dan yang kedua dengan bau dan rasa getir terutama pada ubi
kandungan klor sekitar 70 %. kayu serta untuk mempertahankan
Kalsium hipoklorit memiliki warna agar tetap menarik
densitas 2.35 g/cm3 dan daya (Warintek.com).
kelarutan dalam air 21 g/100 ml. Sulfitasi mencegah browning
Kalsium hipoklorit merupakan hasil selama proses pengeringan bahan
reaksi kalsium hirdoksida (Ca(OH)2) dan mencegah oksidasi pada buah-
dengan gas klorida (Cl2) pada suhu buahan. Tetapi penggunaan sulfit
kamar. Reaksi terbentuknya kalsium tidak boleh dalam jumlah yang
hipoklorit adalah sebagai berikut : berlebihan (maksimal 500 ppm),
selain berbahaya bagi kesehatan juga
2(Ca(OH)2) + 2(Cl2) CaCl2 + Ca(OCl)2 akan menimbulkan bau dan rasa
+ 2H2O
yang tidak enak (Furia, 1983).
Natrium bisulfit merupakan
Reaksi Terbentuknya Kalsium
serbuk putih berbentuk kristal dan
Hipoklorit (M. Natsir, 2000).
dapat dihasilkan dari hidrolisis
Klorin di Eropa digunakan
natrium sulfit.
sebagai BTP dengan kode E 926
yang mempunyai lebih banyak Na2SO3 + H2O NaHSO3 + NaOH
fungsi dalam pangan. Selain sebagai NaHSO3 Na+ + HSO3-
pemutih dan pengoksidasi pada HSO3- + H2O H2SO3 + OH –
tepung, komponen ini juga
digunakan sebagai pemutih pada Reaksi Terbentuknya Natrium
lemak dan minyak dll, selain juga bisulfit (M. Natsir, 2000).
untuk purifikasi air, untuk antiseptik
dan bakteriosidal serta pengontrol 2.7. Proses Pemucatan Beras
Proses pemucatan beras dengan Alat-alat yang digunakan untuk
menggunakan bahan kimia seperti jenis pemutih kaporit (CaOCl2)
kaporit (CaOCl2) dan natrium bisulfit adalah : timbangan, nampan plastik,
(NaHSO3) adalah sebagai berikut : semprotan (sprayer), gelas ukur,
Larutan CaOCl2 dalam air, ion buret, mortar porcelain, labu takar,
hipoklorit nya akan direduksi dan erlenmeyer.
menjadi Cl– dalam suasana basa yang Alat-alat yang digunakan untuk
masuk melalui sistem difusi dengan natrium bisulfit (NaHSO3) adalah :
mengoksidasi atau mengikis lapisan erlenmeyer, pipet tetes, buret,
aleuron beras sehingga nampan plastik, semprotan (sprayer),
memunculkan lapisan endosperm labu takar, mortar porcelain, neraca
yang sebagian besar adalah zat analisis, dan gelas ukur.
tepung. Sehingga memberikan efek
warna putih yang kuat. Larutan 3.2. Metode Penelitian
NaHSO3 masuk melalui sistem difusi Metode penelitian ini
dengan mereduksi langsung lapisan dilakukan menjadi dua tahap, yaitu
aleuron beras dalam suasana basa, penelitian pendahuluan dan
sehingga memunculkan lapisan penelitian utama.
endosperm yang sebagian besar 3.2.1. Penelitian Pendahuluan
adalah zat tepung. Penelitian pendahuluan ini
dilakukan untuk menentukan waktu
penirisan beras setelah disemprot
III BAHAN DAN METODE
pemutih, yaitu : 1 jam, 2 jam, dan 3
PENELITIAN
jam.
Selanjutnya dilakukan pengujian
3.1. Bahan dan Alat Penelitian
organoleptik (metode Hedonic test),
3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kesukaan
Bahan baku yang digunakan
atau penerimaan panelis terhadap
pada penelitian ini adalah beras jenis
beras yang diputihkan dengan cara
Ciherang yang diperoleh dari kota
disemprot (spraying), yang meliputi
Karawang. Bahan kimia yang
warna dan aroma. Sehingga dapat
digunakan pada penelitian ini adalah
diketahui produk tersebut disukai
jenis pemutih kaporit (CaOCl2) dan
atau tidak disukai. Hasil dari
natrium bisulfit (NaHSO3).
penentuan waktu penirisan terbaik
Bahan-bahan yang digunakan
digunakan untuk penelitian utama.
untuk analisis pemutih kaporit
Uji organoleptik yang meliputi
(CaOCl2) adalah : aquadest, larutan
penilaian terhadap warna dan aroma
NaHCO3, larutan As2O3, dan larutan
ini dengan menggunakan metode
baku I2. bahan-bahan yang
Hedonic, yaitu kriteria penilaian
digunakan untuk analisis natrium
yang ditentukan berdasarkan tingkat
bisulfit (NaHSO3) adalah : air suling,
kesukaan panelis terhadap sampel-
larutan H2SO4, amilum, dan larutan
sampel yang disajikan (Kartika.,
baku I2.
1987).
3.1.2. Alat-alat yang digunakan
3.2.2. Penelitian Utama
Penelitian utama bertujuan untuk Model matematika yang
mengetahui pengaruh jenis dan digunakan untuk interaksi dalam
konsentrasi pemutih terhadap residu penelitian ini adalah sebagai berikut :
pemutih pada beras dengan cara Yij = µ + Ai + Bj + ABij + Σij
disemprot setelah 2 kali pencucian Keterangan :
dan setelah diolah menjadi nasi. i = 1, 2
Penelitian utama terdiri dari j = 1, 2, 3
rancangan perlakuan, rancangan Yij = Nilai pengamatan untuk
percobaan, rancangan analisis, dan perlakuan faktor A (Jenis
rancangan respon. Pemutih) taraf ke-i
3.2.2.2. Rancangan Percobaan perlakuan faktor B
Model rancangan yang (Konsentrasi Pemutih)
digunakan dalam penelitian ini taraf ke-j
adalah faktorial 2 x 3 dalam µ = Nilai tengah umum (rata-
Rancangan Acak Kelompok (RAK) rata sebenarnya)
dengan 4 kali ulangan, susunan Ai = Pengaruh taraf ke-i faktor
kombinasi perlakuan tersebut dapat A (Jenis Pemutih)
dilihat pada Tabel 3 dibawah ini : Bj = Pengaruh taraf ke-j faktor
Tabel 3. Rancangan Acak Kelompok B (Konsentrasi Pemutih)
(RAK) Faktorial 2 X 3 dengan 4 kali ABij = Pengaruh interaksi antara
ulangan taraf ke-i faktor A (Jenis
Jenis Konsentrasi Ulangan
Pemutih Pemutih
Pemutih) dan taraf ke-j
I II III IV
(A) (B) faktor B (Konsentrasi
b1 a1b1 a1b1 a1b1 a1b1
(a1)
b2 a1b2 a1b2 a1b2 a1b2
Pemutih)
CaOCl2
b3 a1b3 a1b3 a1b3 a1b3 Σij = Pengaruh galat pada
(a2)
b1 a2b1 a2b1 a2b1 a2b1 pengamatan taraf ke-i
b2 a2b2 a2b2 a2b2 a2b2
NaHSO3
b3 a2b3 a2b3 a2b3 a2b3 faktor A (Jenis Pemutih)
Tabel 4. Lay Out Faktorial 2 x 3 dan taraf ke-j faktor B
dalam Rancangan Acak Kelompok (Konsentrasi Pemutih)
(RAK) dengan 4 kali ulangan
3.2.2.3. Rancangan Analisis
Kelompok Ulangan I Model rancangan analisis yang
a1b1 a2b1 a1b2 a2b2 a1b3 a2b3 digunakan untuk memudahkan
pengujian, maka dilakukan uji
Kelompok Ulangan II analisis variasi (ANAVA),
a2b1 a1b1 a2b2 a1b2 a2b3 a1b3 selanjutnya ditentukan daerah
penolakan hipotesis.
Kelompok Ulangan III 3.2.2.4. Rancangan Respon
a1b3 a2b3 a1b2 a2b2 a1b1 a2b1 Rancangan respon yang
dilakukan pada penelitian utama
Kelompok Ulangan IV adalah analisis kimia, yaitu : analisis
a2b3 a1b3 a2b2 a1b2 a2b1 a1b1 residu pemutih pada beras sebelum
diolah menjadi nasi (setelah dua kali
pencucian), dan analisis residu
pemutih pada beras setelah diolah penelitian pendahuluan, selanjutnya
menjadi nasi (AOAC, 2005 dan SNI, akan digunakan untuk penelitian
1995). utama.

3.3. Deskripsi Penelitian 4. Pengamatan


Deskripsi penelitian ini meliputi Beras hasil proses pemutihan
beberapa tahap, yaitu : selanjutnya dilakukan pangamatan
1. Pemilihan beras analisis kimia sebagai rancangan
Beras yang digunakan adalah respon, yaitu : analisis residu pada
beras varietas Ciherang yang beras setelah dua kali pencucian, dan
diperoleh langsung dari tempat analisis residu pada beras setelah
penggilingan padi (Huller) di kota diolah menjadi nasi.
Karawang. Beras yang digunakan Analisis residu terdiri dari residu
sebanyak 500 g untuk setiap kaporit (CaOCl2) dengan metode
perlakuan proses pemutihan. titrasi larutan I2 (AOAC, 2005) dan
2. Proses Pemutihan (Bleaching) residu natrium bisulfit (NaHSO3)
Jenis bahan pemutih (Bleaching dengan metode titrasi larutan I2
agent) yang digunakan adalah (SNI, 1995).
kalsium hipoklorit (CaOCl2) dengan
konsentrasi 600, 800, dan 1000 ppm
dan natrium bisulfit (NaHSO3)
dengan konsentrasi 600, 800, dan
1000 ppm.
Proses Pemutihan (Bleaching)
dilakukan dengan cara disemprot
(Spraying) menggunakan botol
semprot (Sprayer Bottle). Bahan
pemutih sebanyak 25 ml
disemprotkan pada 500 g beras yang
disimpan pada nampan dengan luas
penampang beras 560 cm2. Waktu
yang digunakan untuk proses
penyemprotan bahan pemutih
sebanyak 25 ml pada 500 g beras
adalah 1' 30" (satu menit tiga puluh
detik).
3. Penirisan
Setelah dilakukan proses Gambar 2. Diagram Alir Proses
penyemprotan bahan pemutih pada Pemutihan Beras Menggunakan
beras, beras kemudian ditiriskan. CaOCl2 800 ppm Dengan Cara
Penirisan dilakukan dengan cara Disemprot (Spraying) Pada
didiamkan selama 1-3 jam pada suhu Penelitian Pendahuluan.
ruangan. Waktu penirisan (1, 2, dan 3
jam) terbaik akan diperoleh dari hasil
Tabel 6. Hasil Uji Organoleptik
Penelitian Pendahuluan
Waktu
Penirisan
Beras Setelah Parameter Rata-rata
Disemprot
Pemutih
1 Jam Warna 4,73
(403) Aroma 4,46
2 Jam Warna 3,60
(522) Aroma 3,66
3 Jam Warna 2,60*
(343) Aroma 2,87*
Keterangan : (*) Menunjukan Waktu
Penirisan Yang Terbaik
Hasil nilai rata-rata uji
organoleptik yang dilakukan kepada
15 orang panelis menyatakan bahwa,
dilihat dari segi warna dan aroma
Gambar 3. Diagram Alir Proses maka sampel dengan waktu penirisan
Pemutihan Beras Menggunakan selama 3 jam setelah disemprot
CaOCl2 Dan NaHSO3 Dengan Cara pemutih Kalsium Hipoklorit
Disemprot (Spraying) Pada (CaOCl2) 800 ppm menghasilkan
Penelitian Utama. produk yang lebih disukai oleh
panelis.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penelitian Utama
4.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian utama bertujuan untuk
Penelitian pendahuluan mengetahui pengaruh jenis dan
bertujuan untuk menentukan waktu konsentrasi pemutih dengan cara
penirisan terbaik pada beras setelah disemprot terhadap residu pemutih
disemprot bahan pemutih.CaOCl2 pada beras setelah 2 kali pencucian
800 ppm. Selanjutnya dilakukan uji dan setelah diolah menjadi nasi.
organoleptik dengan menggunakan Penelitian utama yang dilakukan
uji hedonik, dengan parameter adalah analisis kimia, yang meliputi
pengujian adalah warna dan aroma. analisis residu klorin dan residu sulfit
4.1.1. Hasil Uji Organoleptik pada beras setelah 2 kali pencucian
Penelitian Pendahuluan dan setelah diolah menjadi nasi.
Hasil perhitungan uji 4.2.1. Analisis Residu Pemutih
organoleptik menggunakan uji Pada Beras Setelah 2 Kali
Hedonik dapat dilihat pada tabel 6 di Pencucian
bawah ini. Mekanisme dari pemutihan
beras adalah sebagai berikut : warna
coklat atau kotoran yang ada di
lapisan aleuron akan dioksidasi oleh Keterangan : Huruf yang tidak sama pada
klorin atau kaporit (CaOCl2) yang kolom taraf nyata menunjukkan hasil yang
berbeda nyata pada taraf 5 % untuk Uji
betindak sebagai oksidator kuat. Duncan.
Bahan oksidator ini mempunyai Berdasarkan hasil pada Tabel 8
kemampuan untuk merusak molekul- di atas, menunjukkan semakin tinggi
molekul warna melalui reaksinya konsentrasi pemutih yang digunakan
dengan oksigen bebas yang semakin tinggi pula residu pemutih
dilepaskan. tersebut. Tingginya residu tersebut
Berdasarkan hasil perhitungan disebabkan penggunaan konsentrasi
analisis variansi menyatakan bahwa yang lebih banyak, sehingga pada
perlakuan jenis pemutih berpengaruh saat dua kali pencucian residu
terhadap residu pemutih pada beras pemutihnya masih tetap tinggi.
setelah dua kali pencucian. Data Berdasarkan hasil perhitungan
hasil perhitungan analisis jenis analisis variansi menyatakan bahwa
pemutih terhadap residu pemutih interaksi antara jenis dan konsentrasi
pada beras setelah dua kali pencucian pemutih berpengaruh terhadap kadar
dapat dilihat pada Tabel 7. residu pemutih pada beras setelah
Tabel 7. Data Hasil Perhitungan dua kali pencucian.
Analisis Jenis Pemutih Terhadap Tabel 9. Data Asli Hasil Perhitungan
Residu Pemutih Pada Beras Setelah Analisis Pengaruh Jenis Dan
Dua Kali Pencucian Konsentrasi Pemutih Terhadap
Nilai Rata-
Jenis
rata Residu
Taraf Residu Pemutih Pada Beras Setelah
Pemutih Nyata Dua Kali Pencucian
pemutih
CaOCl2 (a1) 112,28 a Konsentrasi Pemutih
NaHSO3 (a2) 27,08 b Jenis b3
b1 (600 b2 (800
Keterangan : Huruf Yang Tidak Sama Pada Pemutih (1000
ppm) ppm)
Kolom Taraf Nyata Menunjukkan Hasil ppm)
Yang Berbeda Nyata Pada Taraf 5 % Untuk B B B
a1
Uji Duncan. 104,26 111,72 120,88
(CaOCl2)
Berdasarkan hasil perhitungan a a a
a2 A 19,88 A 28,26 A 33,10
analisis variansi menyatakan bahwa (NaHSO3) a a a
perlakuan konsentrasi pemutih Keterangan: Huruf Kecil Yang Berbeda
berpengaruh terhadap residu pemutih (Horizontal) Menunjukkan Perbedaan Yang
pada beras setelah dua kali Tidak Nyata Pada Uji Duncan Pada Taraf
pencucian. 5%. Huruf Besar Yang Berbeda (Vertikal)
Menunjukkan Perbedaan Yang Nyata Pada
Tabel 8. Data Hasil Perhitungan Uji Duncan Pada Taraf 5%.
Analisis Konsentrasi Pemutih Berdasarkan hasil pada Tabel 9
Terhadap Residu Pemutih Pada Beras di atas, perlakuan interaksi jenis dan
Setelah Dua Kali Pencucian konsentrasi pemutih berpengaruh
Nilai Rata-
Konsentrasi
rata Residu
Taraf terhadap kadar residu pada beras
Pemutih Nyata yang dipucatkan setelah dua kali
pemutih
600 ppm (b1) 62,07 a pencucian. Hal ini disebabkan sifat
800 ppm (b2) 69,99 b dari jenis pemutih dan konsentrasi
1000 ppm (b3) 76,99 b yang digunakan berbeda, yaitu
kalsium hipoklorit (CaOCl2) yang pada beras setelah dimasak dapat
merupakan oksidator kuat dan dilihat pada Tabel 11.
natrium bisulfit (NaHSO3) bersifat
reduktor yang cenderung lebih
mudah larut lagi dalam air pada Tabel 11. Data Asli Hasil
proses pencucian. Perhitungan Analisis Konsentrasi
Natrium bisulfit bersifat atsiri Pemutih Terhadap Residu Pemutih
dan mudah hilang ke atmosfer, residu Pada Beras Setelah Dimasak
yang dihasilkan akan jauh lebih Konsentrasi
Nilai Rata-
Taraf
rendah daripada jumlah yang dipakai rata Residu
Pemutih Nyata
pemutih
pada saat awal pemakaian (deMan,
600 ppm (b1) 7,78 a
1997). 800 ppm (b2) 9,25 ab
1000 ppm (b3) 11,22 b
4.2.2. Analisis Residu Pemutih Keterangan : Huruf yang sama pada kolom
Pada Beras Setelah Dimasak taraf nyata menunjukkan perbedaan yang
Berdasarkan hasil perhitungan tidak nyata pada taraf 5 % untuk Uji Duncan
analisis variansi menyatakan bahwa Berdasarkan hasil perhitungan
perlakuan jenis pemutih berpengaruh analisis variansi interaksi antara jenis
terhadap residu pemutih pada beras dan konsentrasi pemutih berpengaruh
setelah dimasak. Data hasil terhadap residu pemutih pada beras
perhitungan analisis jenis pemutih setelah dimasak.
terhadap residu pemutih pada beras Tabel 12. Data Asli Hasil
setelah dimasak dapat dilihat pada Perhitungan Analisis Jenis Dan
Tabel 10 di bawah ini. Konsentrasi Pemutih Terhadap
Tabel 10. Data Asli Hasil Residu Pemutih Pada Beras Setelah
Perhitungan Analisis Jenis Pemutih Dimasak
Konsentrasi Pemutih
Terhadap Residu Pemutih Pada Beras
Jenis b3
Setelah Dimasak Pemutih
b1 (600 b2 (800
(1000
Nilai Rata- ppm) ppm)
Jenis Taraf ppm)
rata Residu a1 A 10,80 B 11,64 B 12,51
Pemutih Nyata
pemutih (CaOCl2) a a a
CaOCl2 (a1) 11,65 a a2 A 4,76 A 6,85 A 9,92
NaHSO3 (a2) 7,18 b (NaHSO3) a a a
Keterangan : Huruf yang tidak sama pada Keterangan: Huruf Kecil Yang Berbeda
kolom taraf nyata menunjukkan hasil yang (Horizontal) Menunjukkan Perbedaan Yang
berbeda nyata pada taraf 5 % untuk Uji Tidak Nyata Pada Uji Duncan Pada Taraf
Duncan 5%. Huruf Besar Yang Berbeda (Vertikal)
Berdasarkan hasil perhitungan Menunjukkan Perbedaan Yang Nyata Pada
analisis variansi menyatakan bahwa Uji Duncan Pada Taraf 5%.
perlakuan konsentrasi pemutih Penggunaan sulfit pada produk
berpengaruh terhadap residu pemutih pangan cukup diterima konsumen,
pada beras setelah dimasak. Hasil karena sulfit aman dan didalam
perhitungan analisis konsentrasi tubuh akan dimetabolisme menjadi
pemutih terhadap residu pemutih sulfur yang kemudian diekskresikan
bersama urine (Mills, 1985).
Menurut Peraturan Menteri b. Tercium aroma kimia yang kuat,
Kesehatan no.722 tahun 1988. disebabkan adanya penambahan daya
Jumlah sulfit yang diperbolehkan serap air granula pati akibat
dengan batas maksimum 500 ppm. terkikisnya protein. Sehingga klorin
Sedangkan produknya yang telah atau sulfit yang larut dalam air dapat
dianalisa adalah 20-42 ppm, hal masuk bersamaan dan teperangkap
tersebut menunjukan bahwa produk dalam granula pati, sehingga masih
sudah memenuhi standar batas ada residu pemutih pada beras.
maksimum Departemen Kesehatan. c. Permukaan beras menjadi licin
Berdasarkan hasil penelitian, (gloss) disebabkan lapisan hull yang
Peraturan Menteri Kesehatan (1988) terdiri dari selulosa dioksidasi oleh
dan Peraturan Menteri Pertanian klorin (CaOCl2) yang bertindak
(2007) tentang bahan kimia yang sebagai oksidator kuat dan mengikis
dilarang digunakan dalam proses lapisan hull secara keseluruhan
penggilingan padi, huller, dan sehingga beras menjadi licin.
penyosohan beras. Sulfit dengan
konsentrasi rendah (maksimal 500
ppm) dapat digunakan sebagai zat
pemutih atau pemucat (bleacher)
pada beras. CaOCl2 atau
Larutan klorin yang diikat oleh NaHSO3
air masuk melalui lapisan aleuron
beras melalui sistem difusi. Hasil
dari pemutihan beras dengan jenis Gambar 13. Pengikisan Lapisan-
pemutih atau pemucat (bleacher) lapisan Beras Oleh Jenis Pemucat
kalsium hipoklorit dan natrium (Bleacher).
bisulfit adalah :
a. Warna beras menjadi mengkilap Hasil inilah yang menjadi tujuan
akibat terkikisnya lapisan aleuron para produsen dan pengelola
beras oleh klorin atau sulfit sehingga penggilingan agar kualitas beras
memunculkan lapisan endosperm. lokal tidak kalah bersaing daya
Lapisan endosperm adalah lapisan jualnya terhadap beras impor.
bagian utama butir pati (starch) yang Kreativitas yang tidak bertanggung
mengandung 80% zat tepung, jawab ini tidak bisa disalahkan
selulosa, protein, mineral dan sepenuhnya kepada para produsen
vitamin. Warna putih yang muncul beras, karena hal ini dipengaruhi
adalah hasil dari terkikisnya seluruh oleh daya beli dan permintaan
protein yang terdapat pada lapisan konsumen yang menginginkan
aleuron sehingga warna menjadi kualitas beras yang baik (warna
netral dan lapisan endosperm yang putih, beraroma, dan licin).
sebagian besar adalah zat tepung Berdasarkan hasil analisis,
akan memberikan efek warna putih jumlah kadar residu pemutih baik
yang kuat. kalsium hipoklorit (CaOCl2) maupun
natrium bisulfit (NaHSO3) pada
beras mengalami penurunan, dari dengan cara disemprot (Spray), maka
awal penambahan jenis dan dapat diambil beberapa kesimpulan
konsentrasi pemutih sampai beras sebagai berikut :
menjadi nasi. Hal ini disebabkan 1. Hasil uji organoleptik pada
beras yang dipucatkan dengan bahan penelitian pendahuluan didapatkan
pemucat mengalami beberapa proses, bahwa waktu penirisan terbaik
seperti pencucian yang sebagian setelah beras disemprot pemutih
besar dari residu pemutih yang adalah 3 jam.
digunakan larut dalam air pencuci 2. Berdasarkan hasil analisis, jumlah
dan pemasakkan juga sebagian besar kadar residu pemutih baik kalsium
dari residu pemutih yang digunakan hipoklorit (CaOCl2) maupun natrium
menguap atau terurai. bisulfit (NaHSO3) pada beras
Apabila macam pemakaian mengalami penurunan, dari awal
bahan tambahan makanan dan penambahan jenis dan konsentrasi
dosisnya tidak teratur dan diawasi, pemutih sampai beras setelah
kemungkinan besar akan dimasak.
menimbulkan bencana bagi 3. Berdasarkan hasil penelitian,
pemakaiannya baik yang bersifat semua faktor perlakuan berpengaruh
langsung misalnya keracunan terhadap jumlah kadar residu
ataupun tidak langsung. pemutih pada beras. Artinya
Untuk mengetahui apakah suatu penggunaan zat pemutih (Bleacher)
bahan tambahan makanan yang bahan kimia jauh lebih baik tidak
terkandung dalam suatu produk digunakan pada beras, karena
makanan dalam batas aman dari segi merupakan bahan pangan pokok
kesehatan, maka diperlukan analisis untuk sebagian besar konsumen.
data untuk memperoleh kesimpulan 4. Berdasarkan hasil penelitian,
tentang aseptibilitas atau penolakan Peraturan Menteri Pertanian (2007)
bahan yang diuji sebagai bahan tentang bahan kimia yang dilarang
tambahan makanan dengan prosedur digunakan dalam proses
pengujian yang telah ditetapkan dan penggilingan padi, huller, dan
dapat dirumuskan pula konsep penyosohan beras dan Peraturan
jumlah yang diperkenankan untuk Menteri Kesehatan (1988) tentang
dikonsumsi setiap harinya atau jumlah sulfit yang diperbolehkan
disebut dengan istilah Acceptable dengan batas maksimum 500 ppm.
Daily Intake (ADI) (A. Larry Sulfit dengan konsentrasi rendah
Branen, 1989). (maksimal 500 ppm) dapat
digunakan sebagai zat pemucat
(bleacher) pada beras.
IV KESIMPULAN DAN SARAN
5.2. Saran
5.1. Kesimpulan 1. Perlu dilakukan penelitian lebih
Berdasarkan penelitian yang lanjut untuk mengetahui pengaruh
telah dilakukan terhadap beras jenis dan konsentrasi pemutih
dengan menggunakan bahan pemutih terhadap kadar residu pemutih dan
sifat inderawi pada beras yang Anonymous, (2006), Padi, melalui
dipucatkan dengan metode semprot. www.id.wikipedia.org/wiki/padi.html
2. Perlu dilakukan penelitian lebih . Diakses pada Bulan April 2008.
lanjut untuk mengetahui pengaruh
jenis dan konsentrasi pemutih AOAC (2005), Official Methods Of
terhadap kandungan amilosa dan Analysis, Association of Analytical
amilopektin yang terdapat pada Chemist, 18 th Edition,USA.
beras. Arios, Kelompok Pencinta
3. Proses penggilingan padi, huller, Lingkungan (Greenpeace), (2005),
dan penyosohan beras, disarankan Klorin, melalui
menggunakan Mesin Penggiling http://www.wordpress.com/news/chl
Beras Tipe Pengabut Uap untuk orine.html. Diakses pada Bulan Mei
menghasilkan beras bermutu tinggi 2008.
tanpa bahan kimia.
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH), (2007), Zat
DAFTAR PUSTAKA Pemutih Pada Beras,
http://bapedajabar.co.id/news.html.
Agribisnis Departemen Pertanian Edisi januari. Jawa Barat. Diakses
(2005), Teknik Penggilingan Padi pada Bulan Mei 2008.
Yang Baik, Dirjen Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Pertanian, Balitpa, (2004), Perjalanan
Departemen Pertanian dan Tanaman Perakitan dan Perkembangan
Pangan, Jawa Barat. VUB (Varietas Unggul Baru) Padi,
(Balitpa Online), Badan Penelitian
Ahli gizi Institut Pertanian Bogor dan Pengembangan Tanaman
(Ali Khomsan), (2007), Usut Beras Pangan, Edisi Juli, Jakarta. Diakses
Berklorin, melalui pada Bulan Mei 2008.
http://suarapembaruan.co.id/news.ht
ml. Diakses pada Bulan April. Bambang Kartika, Pudji Hastuti,
Wahyu Supartoko, (1987), Pedoman
Anonymous, Natrium Bisulfit, Uji Inderawi Bahan Pangan,
melalui Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
www.warintek.com/natriumbisulfit.h
tml. Diakses pada Bulan April. Buckle, K.A., R.A, Edwards, G.H.,
Anonymous, (2006), Padi Ciherang Fleet dan M. Wooton, (1987), Ilmu
Makin Populer, melalui ICFCRD Pangan, Penerjemah Hadi Purnomo
Online (Indonesian Center Foods dan Adiono, Penerbit UI Press,
Crops Research and Development Jakarta.
Online), Puslitbangtan, Jakarta.
Diakses pada Bulan April 2008. Cahyadi W., (2006), Analisis dan
Aspek Kesehatan Bahan
Tambahan Pangan, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta.
558, Lea and Febriger, London,
Chichester , D.F. and F.W. Tanner. England.
(1972), Hand Book of Additives,
CRC Press Inc, Borrotion Florida. Hartoyo, (2004), Olahan dari Ubi
Jalar, Penerbit Agrisarana,
Damardjati, D.S., (1991), Sifat-Sifat Surabaya, Jawa Timur.
Kimia Dan Nilai Gizi Beras, Balai
Penelitian Tanaman Pangan, Subang. Hubeis M., (1985), Pengembangan
Metode Uji Kepulenan Nasi, Tesis,
Damardjati, D.S. dan E.Y. Purwani. Program Studi Ilmu Pangan, Fakultas
(1991), Mutu Beras, hlm. 875-885. Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Buku 3. Pusat Penelitian dan Bogor.
Pengembangan Tanaman Pangan,
Bogor. John M De Man, (1999), Prinsip-
Prinsip Kimia Pangan, Penerbit
Damardjati, D.S., dan S Harahap ITB, Bandung
(1982), Penelitian Dan
Pengembangan Mutu Beras Di Juliano, (1972), The Rice Caryopsis
Indonesia, di dalam Padi : Masalah and Its Composition, di dalam Rice
Dan Penelitiannya, Pusat Penelitian Chemistry and Technology., D.F.
Dan Pengembangan Tanaman Houston (ed), American Association
Pangan, Bogor. of Cereal Chemist Inc.,
Minneapollis, USA.
FMIPA Kimia Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya (Nurul Luh S., dan Luh B.S., (1989),
L Soeida Soeid), (2007), Pemutih Properties of The Rice Caryopsis,
Beras, melalui di dalam Rice Production (Second
http://suryaonline.com/news.html. Edition), AVI Publishing,
Edisi Februari. Diakses pada Bulan Connecticut, USA.
April 2008.
Lund, D.B., (1972), Effect of
Furia T.E., (1983), Hand Book of Blanching, Pasteurization, and
Food Additives, CRC Press. Inc, Sterilization on Nutrient, The AVI
Florida, USA. Publishing Company, Westport,
Connecticut, USA.
Girisonta, (1990), Budidaya
Tanaman Padi, Penerbit Kanisius, M. Natsir Arsyad, (2000), Kamus
Yogayakarta, Jawa Tengah. Kimia, Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Hadfield, M.S., (1957), Chlorine
and Chlorine Compound, di dalam Nur, M.A, M.Sjachri, M.S. Saeni, E.
G.F Reddish (ed), Antiseptics, Suradikusumah, M. Thenawijaya, K.
Disinfectants, Fungicides, and Iskandarsyah, Kwee Ie Tjen, S.S
Chemical & Physical Sterilization, p Achmadi, dan H.S Rukmini, (1998),
Kimia Dasar II, Jurusan Kimia,
FMIPA IPB, Bogor. Vincent Gaspersz (1995), Teknik
Analisis dalam Penelitian
Peraturan Menteri Kesehatan Percobaan, Penerbit Tarsito,
Nomor : Nomor : Bandung, Jawa Barat.
416/MenKes/PER/IX/1990, Mutu
Air Bersih, Departemen Kesehatan Winarno, F.G., dan B.S. Laksmi.,
Republik Indonesia, Jakarta. (1974), Dasar Pengawetan,
Sanitasi, dan Keracunan,
Peraturan Menteri Pertanian Nomor : Departemen Teknologi Hasil
32/Permentan/Ot.140/3/2007, Pertanian, Gramedia Pustaka Utama,
Pelarangan Penggunaan Bahan Jakarta.
Kimia Berbahaya Pada Proses
Penggilingan Padi, Huller Dan Yandianto., (2003), Bercocok
Penyosohan Beras, Departemen Tanam Padi, Penerbit M2S,
Pertanian Republik Indonesia, Bandung, Jawa Barat.
Jakarta.

Puslitbangtan, (2006), Sejauhmana


Adopsi Varietas Unggul Padi
Dewasa ini, melalui ICFCRD Online
(Indonesian Center Foods Crops
Research and Development Online),
Puslitbangtan, Jakarta. Diakses pada
Bulan Mei 2008.

Ruth Winter, (1999), A Consumer’s


Dictionary Of Food Additives,
Book Departement, The Food
Additives Catalog Co. Inc.,
Washington DC, USA.

SNI 01-3553-1994, Air Minum


Dalam Kemasan, Badan Standar
Nasional Indonesia, Jakarta.

SNI 01-0222-1995, Bahan


Tambahan Makanan, Departemen
Perindustrian Republik Indonesia,
Jakarta.

Ucko, D.A., (1982), Basic For


Chemistry, Academic Press Inc.,
New York, USA.

Anda mungkin juga menyukai