Anda di halaman 1dari 2

Hadiah terbaik seorang anak perempuan untuk sang ayah

Ayah menjaga dan memelihara anaknya dengan baik, memberikan kehidupan dengan
menggadaikan kesehatannya dengan mencari nafkah, membanting tulang dari pagi
hingga malam hari demi memenuhi kebutuhan keluarga terutama kebutuhan sang buah
hati tercinta, tentulah disitu sang nak juga ingin memberikan hadiah terbaiknya untuk
ayah tercinta.
Akan tetapi banyak dari kita semua yang lupa, dan mengejar kesuksesan duniawi saja
tanpa sadar menyeret selangkah demi selangkah ayah ke neraka karena tidak menjaga
dan menutup aurat dengan baik. Islam agama yang sangat sempurna telah mengatur
hidup seorang wanita, dengan adanya aturan ini membuat hidup menjadi layak, karena
dahulu kami para wanita sangat tidak diharapkan kehadirannya kelahiran kami adalah
kuburan kami dan islam datang membawa kedamaian dan perdamaian membuat
peraturan yang sebenar-benarnya peraturan.
Meskipun masih banyak dari kaum wanita yang masih merasa berat akan aturan itu
padahal itu semua demi menjaga, membimbing juga menjaukan dari kehinaan, dikala
Rasulullah telah memperjungkan wanita agar dihormati akan tetapi masih banyak dari
kita semua justru tidak menghormati diri sendiri, keluar dengan seenaknya tanpa peduli
batas kewanitaan yang telah diatur dalam islam.
Dikala ayah kita bersusah payah atas semua yang kita butuhkan lalu dengan tega hati
kita juga menyeret selangkah demi selangkah ayah kita ke neraka, sibuk mencari
ketenaran dan kesuksesan duniawi tetapi lupa justru hadiah terbaik untuk seorang ayah
adalah dengan menutup aurat dan juga menjaga kehormatan dengan sebaik-baiknya,
berhijab memang tidak lantas membuat kita menjadi baik namun sudah jelas membuat
kita menjadi lebih baik, berhijab juga tidak mengecualikan kita dari kesalahan namun
jelas berhijab itu meniti kebaikan.
Apakah kita seorang anak yang sudah sangat menyusahkan di dunia juga akan
menyusahkan di akhirat sana? Sibuk mencari hadiah terbaik untuk ayah tanpa sadar
justru hadiah terbaik untuk ayah tercinta adalah dengan menutup aurat dengan sebaik-
baiknya. Wahai anak perempuan,
Tidakkah kau mengasihi ayahmu. Dia bekerja keras untuk memberi nafkah. Dia besarkan kau dengan
sebaiknya. Dia korbankan lelahnya untuk besarkan kau. Mungkin juga ayah tidak menekankan kau
dengan ajaran agama tetapi tidak maukah kau berubah untuk selamatkan ayahmu di Neraka. Dia
juga bukan ahli maksum tanpa dosa tetapi dia juga melakukan dosa. Malahan dia tidak sendiri tidak
dapat menampung dosanya yang ada.

“Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya
itu hampir ke Neraka. Selangkah seorang isteri keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah
juga suaminya itu hampir ke Neraka.”

Haruskah kau menyalahkan ayah semata-mata karena dia tidak memberi penekanan yang tegas
kepadamu sebagai seorang perempuan? Adakah kau tidak menyayangi ayahmu? Sanggupkah kau
biarkan ayahmu masuk Neraka HANYA KARENAMU? Mengapa tidak mau kau sendiri yang berubah
karena kau ingin menjauhkan ayah dari Neraka?
Bila kau tak pedulikan itu, sungguh kau SANGAT KEJAM jika kau sengaja biarkan ayahmu ditarik ke
dalam Neraka. Dia ayahmu, dia ayahmu, dia ayahmu. Selangkah ayahmu ingin masuk ke Syurga kau
tarik dia ke Neraka. Selangkah lagi ayah menuju ke Syurga kau tarik dia ke Neraka. Kasihanilah
ayahmu.
Tidakkah kau sayang dan kasihkan ayahmu??
Sanggupkah kau biarkan ayah di Neraka sendirian HANYA KARENAMU??
Ayah Maafkan Aku,
Aku telah Memperberat Hisabmu Di Akhirat.
Ayah, Maafkan Aku.
Aku telah memperberat hisabmu di akhirat.
Padahal aku tau bahwa setiap pemimpin akan di mintai pertanggung jawaban.
Kau adalah pemimpin keluarga, sedangkan aku masih saja berbuat dosa serta tak taat padamu dan
ibunda`…
Ayah maafkan aku, telah membuatmu berat menjawab jika Allah bertanya, “Wahai hambaku,
bagaimana kabar anakmu.
Mengapa dia (anakmu) tidak taat kepadaKu?
”Ayah, aku sungguh minta maaf. Karena aku berkata mencintaimu. Tapi aku tak menghiraukan
hisabmu nanti di akhirat.
Padahal kau telah susah payah membesarkanku.
Dan kau susah payahmencari nafkah untukku.
Sedangkan aku masih saja terlena oleh maksiat kepadaNya.
Sungguh terlalu hati ini.
Hati seorang anak yang tak peduli terhadap nasib ayahnya di akhirat.
Saat Allah perintahkan menutup aurat, kenapa diri ini malah enggan?Saat Allah perintahkan untuk
sholat, kenapa diri ini masih malas-malasan?Dan saat Allah melarang pacaran, mengapa diri ini
malah menentang?Kita terlena oleh nafsu syaitan, sedangkan kelak ayah kita tertatih dalam hisab
yang Allah tetapkan.
Kita tertawa bersama kelalaian dunia, sedangkan ayah kita mungkin menangis sebab kita belum
bertaqwa.
Ya Allah, kekalkan hidayahmu kedalam hati hamba.
Jadikan ia pelita dalam gelapnya nafsu syaitan.
Dan jadikan ia payung dalam hujannya fitnah dunia yang hina ini.
Ayah, semoga aku dapat menjadi penyejukmu di akhirat kelak.
Dan maaf ayah, jika selama ini aku telah memberatkan hisabmu di akhirat nanti.

Anda mungkin juga menyukai