Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN ORGANISME

PENYAKIT TANAMAN
“”
Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Pengelolaan Organisme Penyakit Tanaman

Dosen Pengampu : Lutfi Afifah

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Kelas 4B Agroteknologi
Aullia Oktaviani (1710631090044)
Lestari (1710631090084)
Muhammad Farid Dwi (1710630900094)
Rizfi Yusuf A (1710631090008)
Savira Mayani (1710631090131)
Tiara Kasih A.Z (1710631090135)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
KARAWANG
2018
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 1 Hasil

Kerdil Hampa Hasil Mikroskop Kerdil Penyebab : Wereng


Hampa Batang Coklat

Tugro Hasil Mikroskop Penyebab : Wereng


Tungro Hijau

2
Kerdil Rumput Hasil Mikroskop Kerdil Penyebab : Wereng
Rumput Batang Coklat

4.2 2 Pembahasan
 Klasifikasi Tanaman Padi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Viridiplantae

Infrakingdom : Streptophyta

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Oryza L.

Spesies : Oryza Sativa L

 Klasifikasi Wereng batang coklat :

3
Kingdom : Animalia

Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Homoptera
Famili: Delphacidae
Genus : Nilaparvata
Spesies: Nilaparvata lugen Stal
1. Mekanisme wereng coklat menyerang tanaman padi
Untuk hama WBC sendiri dapat menyebabkan kerusakan secara langsung
maupun tidak langsung pada tanaman padi. Kerusakan langsung berupa tanaman padi
pertumbuhannya akan terhambat, mati kekeringan dan tampak seperti terbakar yang
diakibatkan cairan pada sel tanaman padi dihisap oleh Wereng Coklat. Sedangkan
untuk kerusakan tidak langsung yang disebabkan oleh WBC adalah penyakit virus
kerdil rumput dan kerdil hampa, karena Wereng Batang Coklat merupakan vektor dari
penyakit dan virus tersebut. Wereng batang coklat mulai menyerang pertanaman padi
pada umur 15 hst dan mulai terlihat pada umur tanaman 20-40 hst atau pada fase
vegetatif.
Bagian Batang tanaman padilah yang diserang hama WBC ini, yaitu dengan
cara menghisap cairan pada batang tanaman padi sehingga mengakibatkan gejala pada
daun yang menguning (hopperbum) selanjutnya pertumbuhan batang tanaman menjadi
terganggu. Biasanya gejala hopperbum dihamparan padi terlihat seperti lingkaran, hal
ini menunjukkan bahwa penyebaran hama wereng coklat dimulai dari satu titik
kemudian menyebar lebih luas ke segala arah dan membentuk lingkaran.
Apabila populasi serangan tinggi, kerusakan yang ditimbulkan terlihat jelas di
lapangan yang berupa warna daun dan batang tanaman berubah menjadi kuning, yang
kemudian berubah menjadi warna coklat jerami yang terlihat seperti disiram air panas
tanaman bertahap akan mengering. Apabila hama WBC menyerang pada fase generatif
tanaman padi akan menyebabkan terjadinya puso atau gagal panen, sedangkan jika

4
menyerang dalam fase vegetatif akan menyebarkan virus kerdil hampa dan kerdil
rumput.
2. Gejala yang ditimbulkan wereng coklat
 Kerdil hampa
Kerdil hampa adalah penyakit yang menyerang padi dan juga nama bagi
penyebabnya, yaitu virus kerdil hampa padi (VKH) atau rice ragged stunt virus
(RRSV). Virus patogen (penyebab penyakit) ini anggota suku Reoviridae, yang
mencakup segolongan virus dengan bahan genetik RNA utas ganda (dsRNA).

RRSV adalah satu dari dua virus yang ditularkan oleh wereng coklat (Delphacidae:
Nilaparvata lugens), selain virus kerdil rumput padi (rice grassy stunt virus, RGSV).
Virus ini pertama kali dilaporkan dan dipertelakan oleh Hibino, Ling and Shikata, dan
pernah dikenal pula sebagai rice infectious gall virus[5]. RRSV di bawah mikroskop
berwujud partikel polihedral (bersudut banyak) dengan diameter sekitar 50 nm dan
memiliki struktur runcing (spikes ) berdiameter sekitar 65 nm. Partikel ini membawa
RNA utas ganda dalam 8 segmen. RRSV dapat menulari anggota Poaceae lainnya dan
hanya dapat ditularkan melalui aktivitas wereng coklat menghisap cairan tumbuhan,
tidak dapat ditularkan secara mekanik.

 Kerdil rumput

Penyakit kerdil rumput adalah penyakit pada tanaman padi yang disebabkan oleh
virus (rice grassy stunt virus/RGSV) yang ditularkan secara langsung oleh hama
wereng batang coklat, virus ini berbentuk seperti benang lentur, dengan diameter 6 -
20 nm dan panjangnya sekitar 900- 1350 nm. Tanaman yang terinfeksi tinggi penyakit
kerdil rumput ini akan mengalami kerdil pada bagian tanamam dengan anakan yang
berlebihan, sehingga tampak terlihat seperti tumbuhan rumput. Daun pada tanaman
padi yang terserang virus ini akan menjadi sempit, tanaman akan pendek, kaku, daun
berwarna hijau kekuningan dan penuh dengan bercak coklat pada permukaan daun
seperti karat.

3. Cara pengendalian

5
Untuk rnengendalikan virus ini perlu dilakukan pengendalian yang terpadu
meliputi :
1. Penggunaan varietas yang resisten, misal Ciherang
2. Bibit di pembibitan diusahakan agar bebas dari vektor,
3. Eradikasi tanaman yang terinfeksi,
4. Pola dan waktu tanam diatur sedemikian rupa sehingga dapat mematahkan siklus hidup
vektor (padi - palawija - padi), dan
5. Penggunaan insektisida yang tepat untuk mengurangi populasi vektor.
6. Dengan menginduksi ketahanan sistemik yang terdapat pada tanaman dengan bahan
tertentu. Ketahanan sistemik dari suatu tanaman dapat diaktifkan dengan menginduksi
gen-gen ketahanan yang terdapat di dalam tanaman. Salah satu agen yang dapat
menginduksi ketahanan tanaman adalah ekstrak tumbuhan (hersanti,2003) dan kitosan
(Vasyukova et al., 2001) maupun dengan agens pengendali hayati (PGPR/ PGPF).
Pengendalian lain yang dapat dilakukan adalah mencabut tanaman yang terserang
dan memusnahkannya dengan dibakar. Hal ini dilakukan karena penyakit virus
menyerang secara sistemik sehingga untuk memusnahkannya adalah dengan cara
membakar tanaman yang terserang.
 Klasifikasi Wereng Hijau
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Hemiptera
Subordo: Auchenorrhyncha
Famili: Flatidae
Genus: Siphanta
Spesies: Siphanta acuta
1. Mekanisme Wereng hijau menyerang tanaman padi
Wereng hijau termasuk salah satu hama penting pada padi yang berperan juga
sebagai penular (vektor) virus tungro. Dua virus tungro yang berbeda yaitu Rice
tungro bacillus virus (RTBV) dan Rice tungro spherical virus (RTSV) dapat

6
tertular melalui mekanisme yang sangat kompleks baik pada pada saat aquisition
feeding ataupun inoculation feeding. Mekanisme wereng hijau dalam memperoleh
nutrisi (feeding) dengan cara menusuk-menghisap pada jaringan tanaman
menggunakan stilet. Dengan aktifitas stilet inilah terjadi interaksi fisiologis antara
wereng hijau dengan tanaman, yang disebut mekanisme air liur atauwatery
saliva dan terjadi proses penularan virus tungro. Pada proses feeding, wereng hijau
mengeluarkan sekresi berupa dua tipe air liur yaitu koagulan (antii penggumpalan)
dan air liur. Interaksi wereng hijau dengan tanaman diawali dengan ketertarikan
dalam pemilihan inang. Secara morfologi, warna daun, tekstur permukaan daun dan
ketegapan tanaman menjadi faktor penentu bagi wereng hijau untuk hinggap.
Koagulan secara cepat disekresikan ke permukaan daun membentuk area di sekitar
stilet. Aktivitas penetrasi stilet pada jaringan tanaman, secara sinergis diikuti dengan
sekresi air liur. Sekresi air liur pada serangga-serangga dengan tipe alat mulut
menusuk-menghisap memiliki keunikan secara spesifik.
Pada aphids, air liur berperan penting sebagai zat penawar (detoxifying) terhadap
cairan nutrisi yang terkandung dalam jaringan tanaman (sap). Sapmengandung
berbagai macam jenis protein, glukosa dan zat lain yang masih harus diidentifikasi
untuk disesuaikan dengan kebutuhan serangga. Protein yang terkandung dalam sap,
ada yang bersifat antagonis atau toksin terhadap metabolisme serangga. Sifat
antagonis atau toksin ini sering dikenal dengan antibiosis pada mekanisme
pertahanan secara pasif pada tanaman.
Air liur wereng hijau mengandung beberapa enzim, seperti halnya terdapat pada
spesies hemiptera yang lain. Dengan metode kloning DNA terhadap kelenjar ludah
dan air liur yang diuji pada berbagai senyawa phenol. Aktivitas laccase ternyata
terdeteksi di kelenjar ludah dan air liur pada serangga tersebut. Laccase merupakan
enzim mengandung tembaga yang mengkatalis secara oksidasi (melibatkan oksigen)
dalam reaksinya terhadap berbagai jenis material organik maupun anorganik,
termasuk mono-, di-, dan polifenol, amino fenol, methoxy fenol serta aromatik amin.
Laccase mampu mengoksidasi senyawa fenolik. Laccase banyak ditemukan pada
jamur dan bakteri, yang telah dikenal sebagai biodegradasi lignin.

7
2. Gejala yang ditimbulkan wereng hijau

Tanaman padi yang sudah terserang penyakit tungro akan memperlihatkan beberapa
gejala yang khas, yaitu sebagai berikut.

o Perubahan warna pada daun muda tanaman padi yang menguning hingga berwarna
jingga.

o Daun-daun tersebut juga terlihat melintir.

o Tanaman padi menjadi kerdil karena jarak antar buku atau ruas memendek.

o Jumlah tanaman padimuda atau anakan menjadi berkurang drastis karena lebih
rentan terserang virus tungro.

o Jika terus dibiarkan saja, gabah akan berubah bentuk dan pastinya menurun secara
kuantitas

3. Cara pengendalian
1. Waktu tanam tepat
Waktu tanam harus disesuaikan dengan pola fluktuasi populasi wereng hijau
yang sering terjadi pada bulan-bulan tertentu.Waktu tanam diupayakan agar
pada saat terjadinya puncak populasi, tanaman sudah memasuki fase generatif
(berumur 55 hari atau lebih).Karena serangan yang terjadi setelah masuk fase
tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti.
2. Tanam serempak
Upaya menanam tepat waktu tidak efektif apabila tidak dilakukan secara
serempak. Penanaman tidak serempak menjamin ketersediaan inang dalam
rentang waktu yang panjang bagi perkembangan virus tungro, sedangkan
bertanam serempak akan memutus siklus hidup wereng hijau dan keberadaan
sumber inokulum. Penularan tungro tidak akan terjadi apabila tidak tersedia
sumber inokulum walaupun ditemukan wereng hijau, sebaliknya walaupun
populasi wereng hijau rendah akan terjadi penularan apabila tersedia sumber
inokulum.
3. Menanam varietas tahan

8
Menanam varietas tahan merupakan komponen penting dalam pengendalian
penyakit tungro.Varietas tahan artinya mampu mempertahankan diri dari
infeksi virus dan atau penularan virus oleh wereng hijau.Walaupun terserang,
varietas tahan tidak menunjukkan kerusakan fatal, sehingga dapat
menghasilkan secara normal. Sejumlah varietas tahan yang dianjurkan untuk
daerah NTB antara lain: Tukad Patanu, Tukad Unda, Bondoyudo dan Kalimas.
IR-66, IR-72 dan IR-74.Sejumlah varietas Inpari yang baru dilepas juga
dinyatakan tahan tungro. Hasil penelitian di daerah endemis membuktikan
Tukad Unda cukup tahan dengan intensitas serangan 0,0%-9,14% sedangkan
varietas peka IR-64 berkisar 16,0%-79,1%. Penelitian di Lanrang Sulawesi
Selatan juga menunjukkan daya tahan Tukad Patanu terhadap tungro dengan
intensitas serangan 18,20% sedangkan varietas peka Ciliwung mencapai
75,7%.
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
Memusnahkan tanaman terserang merupakan tindakan yang harus dilakukan
untuk menghilangkan sumber inokulum sehingga tidak tersedia sumber
penularan. Eradikasi harus dilakukan sesegera mungkin setelah ada gejala
serangan dengan cara mencabut seluruh tanaman sakit kemudian dibenamkan
dalam tanah atau dibakar. Pada umumnya petani tidak bersedia melakukan
eradikasi karena mengira penyakit bisa disembuhkan dan kurang memahami
proses penularan penyakit. Untuk efektifitas upaya pengendlian, eradikasi
mesti dilakukan diseluruh areal dengan tanaman terinfeksi, eradikasi yang tidak
menyeluruh berarti menyisakan sumber inokulum.
5. Pemupukan N yang tepat
Pemupukan N berlebihan menyebab-kan tanaman menjadi lemah, mudah
terserang wereng hijau sehingga memudahkan terjadi inveksi tungro, karena itu
penggunaan pupuk N harus berdasarkan pengamatan dengan Bagan Warna
Daun (BWD) untuk mengetahui waktu pemupukan yang paling tepat. Dengan
BWD, pemberian pupuk N secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan tanaman
sehingga tanaman tidak akan menyerap N secara berlebihan.

9
6. Penggunaan pestisida
Penggunaan pestisida dalam mengendalikan tungro bertujuan untuk eradikasi
wereng hijau pada pertanaman yang telah tertular tungro agar tidak menyebar
ke pertanaman lain dan mencegah terjadinya infeksi virus pada tanaman sehat.
Penggunaan insektisida sistemik butiran (carbofuran) lebih efektif mencegah
penularan tungro. Mengingat infeksi virus dapat terjadi sejak di pesemaian,
sebaiknya pencegahan dilakukan dengan antara lain tidak membuat pesemaian
di sekitar lampu untuk menghindari berkumpulnya wereng hijau di pesemaian
dan menggunakan insektisida confidor ternyata cukup efektif. Insesektisida
hanya efektif menekan populasi wereng hijau pada pertanaman padi yang
menerapkan pola tanam serempak. Karena itu pengendalian penyakit tungro
yang sangat berbahaya akan berhasil apabila dilakukan secara bersama-sama
dalam hamparan relatif luas, utamakan pencegahan melalui pengelolaan
tanaman yang tepat (PTT) untuk memperoleh tanaman yang sehat sehinga
mampu bertahan dari ancaman hama dan penyakit.
Permasalahan mengenai penyakit tungro harus lebih diperhatikan oleh peneliti
bidang pertanian, juga oleh petani.Karena apabila penyakit ini diabaikan maka
panen padi yang diharapkan dapat hilang karena padi terserang penyakit
tungro.Menurut saya harus ada Varietas baru yang tahan dengan serangan
wereng hijau maupun serangan penyakit tungro. Selain itu petani harus pintar
dalam mengendalikan penyakit tungro sedini mungkin, ketika timbul gejala
serangan, petani langsung tanggap dan langsung mengatasi masalah/serangan
OPT tersebut.

10
BAB V
KESIMPULAN
Pada tanaman padi memiliki banyak jenis penyakit seperti halnya saat
praktikum, seperti kerdil hampa, kerdil rumput dan tungro. Dari jenis penyakit
tersebut berasal dari hama yang berbeda-beda, seperti, wereng batang coklat dan
wereng hijau. Hama tersebut berperan sebagai vektor (virus), tetapi virus yang
sebarkan berbeda beda seperti halnya tungro disebakan oleh wereng batang hijau
bukan dengan wereng batang coklat.

Mekanisme hama tersebut juga berbeda tidak sama, hama wereng batang
coklat biasanya lebih banyak menginfeksi pada bagian batang, sementara wereng
hijau lebih banyak pada jaringan tanaman. Gejala dari hama tersebut pun berbeda,
tetapi dengan pengendalian hamper sama beberapa seperti dengan kultur teknis dan
biopestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, B. (2013). Organisme Pengganggu Utama Pada Tanaman Padi dan Cara
Pengendaliannya. OPT, 99-103.
LAMPIRAN
Kerdil Hampa Hasil Mikroskop Kerdil Penyebab : Wereng
Hampa Batang Coklat

Tugro Hasil Mikroskop Penyebab : Wereng


Tungro Hijau
Kerdil Rumput Hasil Mikroskop Kerdil Penyebab : Wereng
Rumput Batang Coklat

14
15

Anda mungkin juga menyukai