Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Bubble tea berasal dari Taichung, Taiwan. Liu Han Chieh, pemilik dari
rumah teh Chun Shui Tang, mengklaim telah menemukan minuman ini pada
tahun 1983 setelah terinspirasi dengan melihat kopi yang disajikan dingin di
Jepang. Sebelumnya, teh biasanya disajikan panas, sehingga itu dianggap sebagai
ide baru untuk mendinginkan teh dengan es dan mencampurnya dengan berbagai
bahan. Pada tahun 1987, seorang anggota staf memiliki gagasan menambahkan
fen yuan (pudding tapioka manis) untuk dicampur kedalam teh, sehingga
terciptalah bubble tea pearl. (Sumber. www.en.wikipedia.org 6 Februari 2015)
Bubble drink adalah minuman yang dibuat dengan menambahkan sirup
buah atau susu ke dalam teh lalu kemudian dicampur. Bola tapioka kenyal yang
berbentuk jelly atau yang sering disebut mutiara atau “pearls” sering
ditambahkan juga, sehingga bubble drink biasa disajikan dengan sedotan ekstra
besar. Kata “bubble” atau gelembung awalnya dikaitkan dengan buih yang
diciptakan dari minuman yang dikocok, meskipun sekarang bubble drink juga
dipahami mengacu pada bulatan jelly tapioka berbentuk mutiara yang
ditambahkan pada minuman ini. Berbagai macam jenis teh juga dijual termasuk
teh hitam, teh hijau, oolong dan teh early grey sampai teh dengan rasa buah-
buahan.
Varian lainnya dari minuman bubble drink termasuk minuman yang
dicampur atau yang lebih dikenal dengan istilah blended drinks. Beberapa
diantaranya seperti minuman kopi bahkan jus buah (smoothies). Bulatan tapioka
(boba) adalah topping yang sering berlaku di bubble drink, tapi berbagai pilihan
lain dapat digunakan untuk menambahkan tekstur yang serupa kepada minuman.
Jelly juga digunakan dalam bentuk kubus kecil, bintang atau strip persegi panjang
dengan rasa seperti nata de coco, leci, mangga sering ditawarkan di toko-toko.
Azuki bean atau pasta kacang merah juga menjadi topping khas makanan penutup
Taiwan yang ditambahkan ke dalam bubble drinks. Serta potongan aloe vera,

1
pudding telur serta bola talas juga dapat ditemukan di sebagian besar outlet bubble
drink.
Pelanggan juga memiliki pilihan untuk menyesuaikan tingkat gula dan es
minuman yang akan dipesan. Selain menawarkan menu utama yaitu bubble drink,
ada banyak menu jus buah dan kopi yang ditawarkan sebagai menu pelengkap
dari toko tersebut. (Sumber. www.eresources.nlb.gov.sg, 7 Februari 2015)

1.1.1 Calais
Calais adalah waralaba lokal Indonesia yang didirikan pada tahun2011
oleh anak muda berumur 25 tahun Billy Kurniawan dan rekannya Yeni Firdensyh.
Calais mulai membuka peluang franchise pada tahun 2012 dan sampai saat ini
sudah ada 28 outlet Calais yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan, di Kota
Bandung terdapat 3 outlet Calais yang bertempat di pusat perbelanjaan. Calais
menawarkan 9 varian kategori yaitu Milk Tea & Latte, Signature Rock a Salt,
Yoghurt Tea, Fruit Tea, Fresh Tea dan Coffee. (Profil objek penelitian terlampir
pada lampiran A)

1.1.2 Chatime
Chatime adalah waralaba Taiwan yang didirikan pada tahun 2005 dengan
lebih dari 800 outlet ritel di seluruh negara-negara seperti Taiwan, Malaysia,
China, India, Macau, Vietnam, Singapura, Hong Kong, Thailand, Korea, Filipina,
Indonesia, Australia, Dubai, Vietnam, Kanada, Inggris dan Amerika Serikat.
Kawan Lama Group adalah perusahaan yang menggawangi brand Chatime di
Indonesia. Chatime masuk ke pasar Indonesia pada awal tahun 2010 dan sampai
saat ini sudah ada 89 outlet Chatime yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sedangkan, di Kota Bandung terdapat 7 outlet Chatime yang bertempat di pusat
perbelanjaan. Chatime menawarkan 9 varian kategori yaitu Mellow Milk Tea, Pop
Tea, QQ Jelly, Smoothies Series, Energetic Healthy Juice, Fresh Tea, Special
Mix, Coffee dan Mousse. (Profil objek penelitian terlampir pada lampiran A)

2
1.1.3 i-Cup
i-Cup adalah sebuah perusahaan minuman siap saji yang berawal dari
Taiwan dan berkembang di Jepang, Amerika, Canada dan Singapura. Di
Indonesia, i-Cup dibuka sejak tahun 2001 di Jakarta dan juga ada 9 counter i-Cup
tersebar di pusat perbelanjaan di kota Bandung. Produk i-Cup dibagi menjadi
beberapa varian menu antara lain Green Tea, Green Milk Tea, Smoothie, Snow
Shake, Special Drink, Special Coffee dan Slush Ice. (Profil objek penelitian
terlampir pada lampiran A)

1.1.4 PresoTea
Presotea adalah brand minuman teh dari Taiwan yang menyajikan sajian
minuman teh bubble dengan berbagai varian rasa. Bermitra dengan PT Citra
Nutrima Indonesia, Presotea telah membuka belasan gerai di Indonesia. Hingga
saat ini, gerai Presotea sudah tersebar di berbagai daerah, diantaranya Jakarta,
Bandung, Medan, Bali, dan Surabaya.
Konsep Presotea disini menawarkan Fresh Tea dan Fresh Made dimana
tong dan dispenser digantikan dengan mesin espresso yang dimodifikasi sendiri
oleh Presotea. Variasi menu yang dimiliki Prestotea sangat beragam, yaitu
Supreme Tea, Relish Fresh Tea, Milk Tea, Tea with Fruit, Fruit Tea & Herb Tea,
Juice, Coffee, Tea Latte, Hot Drinks dan Crunchy Ice. (Profil objek penelitian
terlampir pada lampiran A)

1.1.5 ShareTea
Sharetea adalah franchise bubble drink dari Taipei, Taiwan. Berdiri pada
tahun 1992. Hingga saat ini Share Tea telah berkembang lebih dari 180 toko di
seluruh dunia. Sharetea masuk ke pasar Indonesia pada awal September 2012 dan
sampai saat ini sudah ada 48 outlet Sharetea yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sedangkan, di Kota Bandung terdapat 3 outlet Sharetea yang bertempat di pusat
perbelanjaan. Sharetea menawarkan 5 varian kategori yaitu Milk Tea & Fresh
Milk, Rock Salt Cheese Series, Fruit Tea, Smoothies dan Brewed Tea. (Profil
objek penelitian terlampir pada lampiran A)

3
1.2 Latar Belakang
Saat ini, bisnis waralaba di Indonesia semakin banyak dan berkembang,
terutama bisnis waralaba di bidang makanan dan minuman yang saat ini semakin
diminati. Bisnis waralaba juga merupakan salah satu bisnis yang mempunyai
kontribusi cukup besar dalam perkembangan perekonomian negara. Gambar 1.1
menunjukkan bahwa mulai tumbuhnya bisnis waralaba secara masif pada periode
antara 2006-2013. Pertumbuhan usaha waralaba akan terus melaju dan menjadi
sebuah tren bisnis yang akan terus berkembang. (Sumber. www.bi.go.id 28 Maret
2015)

Gambar 1.1
Grafik Pertumbuhan Waralaba di Indonesia
Sumber : Asosiasi Franchise Indonesia dan Kementrian Perdagangan

Pertumbuhan Waralaba di Indonesia


Jumlah Waralaba

CAGR Asing 19.9%

10
1992 1995 1996 1997 2000 2001 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Asing 29 117 210 235 222 230 190 200 237 220 250 260
Lokal 6 15 20 30 30 42 49 85 129 230 450 690

Karakteristik waralaba di Indonesia dapat dilihat pada gambar 1.2.Dari


total seluruh waralaba yang ada di Indonesia, jenis usaha yang paling banyak
adalah berupa usaha makan dan minuman dengan persentase sebesar 42,9%.
Konsep usaha franchise juga ternyata lebih dominan daripada konsep business
opportunity dengan persentase 58,8% berbanding 30,5%. (Sumber. www.bi.go.id
28 Maret 2015)

4
Gambar 1.2
Grafik Profil Bisnis di Indonesia pada Tahun 2008
Sumber : Bank Indonesia diolah dari Riset Majalah Franchise Indonesia 2008

Untuk saat ini, waralaba yang paling banyak digeluti oleh para pebisnis
adalah bisnis restoran dan pendidikan. Hal tersebut dipahami mengingat makanan
dan minuman serta pendidikan menjadi kebutuhan maupun gaya hidup
masyarakat Indonesia. Proporsi pengeluaran masyarakat Indonesia dihabiskan
pada makanan dan minuman non-alkoholik sebesar 41.7% lalu diikuti
pengeluaran pada jasa seperti pendidikan, hiburan, dan komunikasi. Hal ini
menunjukkan adanya demand yang tinggi dari konsumen dan diikuti dengan
pemenuhan supply yang akan meningkat dari perusahaan. (Sumber.
www.economists-pick-research.hktdc.com 28 Maret 2015)

Gambar 1.3
Pengeluaran Konsumen di Indonesia
Sumber : Euromonitor, 2010

5
Meningkatnya usaha di sektor waralaba makanan dan minuman ini sampai
memerlukan pengaturan lebih lanjut dari pemerintah yang membatasi kepemilikan
outlet waralaba makanan dan minuman. Hal ini menunjukkan bahwa tren
waralaba di sektor makanan dan minuman memiliki prospek yang baik sekaligus
persaingan yang sengit. (Sumber. www.berkas.dpr.go.id 3 Februari 2015 )

Salah satu tren franchise di pasar kuliner yang saat ini sering ditemui di
pusat perbelanjaan adalah kedai minuman bubble drink. Cairan softdrink yang
dulu digilai kaum urban kini mulai digantikan dengan minuman yang lebih sehat
seperti teh dan kopi. Pertimbangannya bukan lagi karena rasa, melainkan karena
dampak buruk bagi tubuh yang dibawa oleh minuman bersoda. Gambar 1.4
menunjukkan bahwa konsumsi minuman yang lebih sehat seperti teh dan kopi
khususnya di Indonesia yang paling diminati adalah teh sebesar 86.4%. (Sumber.
www.economist.com 3 Februari 2015 ).

Gambar 1.4
Pengeluaran Konsumen di Indonesia
Sumber : Euromonitor, 2010

Belakangan ini, sajian teh bukan merupakan teh biasa, melainkan sajian
teh yang diracik dengan beragam varian rasa dan bahan pelengkap lainnya

6
sehingga menjadikannya nikmat sekaligus sehat. Minuman teh jenis ini
dikategorikan dalam bubble drink. Tidak hanya teh yang diracik dengan berbagai
rasa dan pelengkap lainnya tetapi juga kopi ataupun smoothies. Oleh karena itu,
minuman yang ditambahkan topping tapioka jelly ataupun topping yang
bertekstur serupa dinamakan bubble drink. Hal ini menjadi tren di Indonesia dan
tentu saja membuka pasar baru yang menarik. Anang Sukandar, Ketua Asosiasi
Franchise Indonesia (AFI) menyatakan bahwa bakal berkembang bisnis bubble
drink di Indonesia karena masyarakat Indonesia selalu melihat prospek dari
sesuatu yang baru. (Sumber. www.industri.bisnis.com 2 Februari 2015) Maka, tak
heran jika di perkotaan besar masyarakat dapat dengan mudah menemukan dan
memilih sendiri preferensi merek kesukaan mereka. Seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1.5 merupakan grafik pertumbuhan outlet-outlet yang akan dijadikan
objek penelitian. Masing-masing dari setiap merek mengalami penambahan outlet
setiap tahunnya. Dengan banyaknya jumlah merek bubble drink yang mulai
bermunculan di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa adanya permintaan
(demand) dari masyarakat yang kuat. Tetapi, keadaan demand yang kuat dari
masyarakat menimbulkan munculnya pesaing baru dalam industri ini. Saat ini
pemain terbesar di industri bubble drink adalah Chatime dilihat dari ekspansi
outletnya yang paling meningkat tiap tahunnya.

Gambar 1.5
Pertumbuhan Outlet Bubble Drink di Indonesia
Sumber : Modifikasi dari berbagai sumber

Pertumbuhan Outlet Bubble Drink di Indonesia


Axis Title

100
10
1
2011 2013 2015
Calais 9 11 33
Chatime 24 28 115
i-Cup 10 10 10
Presotea 1 3 17
Sharetea 1 40 58

7
Produk minuman bubble drink sudah memasuki jumlah yang sangat
banyak dan dapat menjadi barang substisusi antar merek. Perusahaan bubble drink
juga mempunyai target pasar yang hampir mirip satu sama lain, yang
mengakibatkan pada persaingan harga dan rasa.Ketika suatu industri
mendefinisikan persaingan, perusahaan harus menentukan bagaimana persepsi
konsumen terhadap persaingan dan harus memikirkan atribut apa saja yang dinilai
penting oleh konsumen ketika konsumen mengevaluasi produk (Belch,2009).
Untuk menanggapi persaingan bisnis bubble drink yang semakin kompetitif,
aspek positioning produk merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan.
Product positioning mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesuksesan sebuah
brand dalam jangka waktu yang panjang, dimana perusahaan dapat membuat
posisi yang diingikan di benak konsumen mereka. Positioning merupakan
keputusan perusahaan untuk mendapatkan citra merek dalam persaingan pasar,
untuk menemukan suatu celah di benak konsumen agar konsumen mempunyai
pikiran dan perasaan (image) yang khusus terhadap produk atau merek produk
atau bahkan terhadap perusahaan (Hawkins, 2013). Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Islam Md. Monirul dan Jang Hui Han (2009)
dalam melihat konteks persaingan, penelitian yang dilakukan mencoba
menentukan apakah ada perbedaan persepsi yang besar ketika mereka harus
memilih produk dari beberapa merek bersaing. Oleh karena itu, kontribusi dari
hasil penelitian ini sangat berguna untuk perusahaan pada preferensi konsumen
seta evaluasi pengambilan keputusan pemasaran dilihat dari posisi persaingan
mereka.

Sebagai salah satu kota wisata di Indonesia, Kota Bandung merupakan


salah satu tujuan favorit warga Jabodetabek dan sekitar Kota Bandung untuk
berlibur. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Drs Nunung
Sobari MM mengutarakan bahwa saat ini Bandung menempati urutan pertama
sebagai kota favorit di Asean. Hal ini menjadi peluang bisnis di industri makanan
dan minuman, factory outlet, perhotelan, transportasi sampai wahana permainan.
Untuk industri makanan dan minuman, terdiri atas usaha lokal dan jaringan
waralaba. Bisnis franchise makanan dan minuman dapat dijumpai di pusat

8
hiburan atau perbelanjaan mulai dari jenis restoran siap saji, kedai kopi sampai
outlet minuman bubble drink. (Sumber.www.indonesia.travel.id, 6 Februari 2015).

Penelitian ini ditujukan untuk meneliti jaringan waralaba branded bubble


drink dilihat dari pertumbuhan outlet yang saat ini dapat ditemukan beberapa
merek dalam pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan di Kota Bandung. Berdasarkan
survey peringkat daya saing kota-kota besar di Asia Pasifik oleh The Economist
Intellegence Unit 2012, ada 3 kota besar di Indonesia yang termasuk dalam 50
peringkat se-Asia Pasifik yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Kota Bandung
dengan tingkat daya saing yang tinggi menunjukkan bahwa adanya persaingan
yang ketat terhadap bisnis-bisnis yang berjalan di kota ini. (Sumber.
www.aucklandnz.com, 5 Februari 2015). Berdasarkan data tersebut, Bandung
merupakan objek yang tepat dalam pemilihan area penelitian yang sesuai dengan
tujuan melihat persaingan bubble drink dalam kota dengan tingkat daya saing
tinggi. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui positioning persaingan dari
bubble drink di kota Bandung maka perlu dilakukan penelitian berdasarkan
persepsi pelanggan melalui perceptual mapping.

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti


tertarik untuk melakukan penelitian terhadap 5 merek bubble drink berdasarkan
jumlah outlet terbanyak di Kota Bandung yaitu Chatime, Calais, i-Cup, Shareta,
dan Presotea menurut hasil pencarian pada situs panduan kuliner online
openrice.com. Maka penelitian ini berusaha untuk menganalisis positioning
kelima outlet bubble drink tersebut berdasarkan persepsi konsumen, sehingga
penelitian ini diberi judul “Analisis Positioning Franchise Bubble Drink
berdasarkan Persepsi Konsumen di Kota Bandung (Studi pada Calais,
Chatime, i-Cup, Presotea, Sharetea)”

1.3 Perumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
untuk menganalisis perceptual mapping dari bubble drink di Bandung. Maka
dapat dirumuskan sebuah masalah sebagai berikut :

9
1. Bagaimana positioning dari masing- masing branded bubble drink
berdasarkan persepsi konsumen (Studi pada Calais, Chatime, i-Cup, Presotea,
Sharetea) ?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui positioning melalui perceptual mapping dari masing- masing


branded bubble drink berdasarkan persepsi konsumen di kota Bandung.
2. Mengevaluasi brand positioning masing-masing merek berdasarkan
keunggulan dan kelemahannya

1.5 Kegunaan Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan hasil analisa sebagai alat evaluasi yang lebih tajam
yang dihasilkan dari peta positioning yang berbasis multi atribut dan akan
memperlihatkan lokasi setiap merek bubble drink di benak konsumennya berdasar
pada atribut yang menjadi keunggulan, pemain terdekat yang menjadi pesaing,
sebagai masukan untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat untuk
mempertahankan tingkat penjualan dan memperlihatkan pemain lain yang ada di
pasar dengan atribut keunggulan yang mereka miliki.

2. Bagi Peneliti Lain


Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian lebih lengkap dan mendalam terutama mengenai positioning
merek bubble drink di Indonesia.

3. Bagi Industri Waralaba (franchise)


Dapat dijadikan sebagai masukan mengenai pentingnya positioning bagi
waralaba-waralaba baru dalam bidang minuman khususnya bubble drink dan juga
yang telah ada sebelumnya.

10
1.6 Lingkup Penelitian
Penelitian ini memerlukam batasan yang bertujuan untuk menjaga konsistensi
tujuan dari penelitian ini, sehingga masalah yang dihadapi tidak meluas dan
pembahasan lebih terarah. Batasan dalam penelitian ini adalah:
1. Topik penelitian adalah Analisis Perceptual Mapping
2. Objek penelitian ini adalah lima merek branded bubble drink yang beroperasi
di Bandung yaitu Calais, Chatime, i-Cup, Presotea, Sharetea.
3. Subjek penelitian ini adalah konsumen yang mengetahui objek waralaba bubble
drink Chatime, Calais, ShareTea, i-Cup, Presotea di Bandung.

1.7 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah dalam memberikan arah serta gambaran materiyang
terkandung dalam penulisan penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika
sebagai berikut :
BAB I. Pendahuluan. Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan terhadap
objek studi, latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II. Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian.Pada bab ini
memaparkan penelitian tedahulu, kajian pustaka, kerangka pemikiran dan
hipotesis.
BAB III. Metodologi Penelitian. Pada bab ini dibahas mengenai jenis
penelitian, operasional variabel dan pengukuran skala, data dan teknik
pengumpulan data, teknik sampling, pengujuan instrumen penelitian, analisis
data, serta pengujian hipotesis.
BAB IV. Analisis dan Pembahasan. Pada bab ini dijelaskan cara
mengumpulkan data melalui kuisioner yang disebarkan dan telah diisi oleh
responden serta pengolahannnya menggunakan metode yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selain itu pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dari hasil
pengolahan data responden dan data penelitian berdasarkan data yang diperoleh.
BAB V. Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini akan menyimpulkan hasil
yang didapat dari penelitian ini serta memberikan saran dan rekomendasi terhadap
perusahaan.

11
HALAMAN

INI

SENGAJA

DIKOSONGKAN

12

Anda mungkin juga menyukai