TASAWUF MODERN
Karya Prof. Dr Hamka
MaterI Kuliah:
SOSIOLOGI AGAMA
PENGAMPU:
Al Ustadzah Rizky Maulida M. Ag
Oleh:
Nandang Abdul Fatah Alimudin
(362015210314)
NIM : 36.2015.2.1.0314
Semester : 6/VI
Fakultas : Ushuluddin
B. IDENTITAS BUKU
Nama Buku : Tasawuf Modern
Penulis : Buya Hamka atau Prof. Dr. Hamka
Tahun Rilis : 2015 (bentuk buku), 1959 (rubrik di Koran Republika)
Cetakan :3
Penerbit : Republika
Isi : 377 Halaman
C. TENTANG PENULIS
Haji Abdul Malik Karim Amrullah adalah nama lengkap dari Buya Hamka
(panggilan masyhur dikalangan masyarakat Indonesia), dillahirkan pada tanggal
17 februari 1908 (14 Muharram 1326 H) di daerah Maninjau, Sumatera Barat, dari
pasangan suami istri Dr. Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul dan Ibunda
Shaffiah.
Dari segi pendidikan, beliau tak pernah sekalipun lulus dalam pendidikan
formal, namun beliau berhasil mendapatkan gelar (diberi gelar) Doktor Honoris
1
Causa Ustaziyah Fakhriyah dari dua universitas besar yakni Universitas Al-Azhar
pada tahun 1959 dan Universitas Prof. Moestopo Beragama pada tahun 1974, maka
sejak saat itulah beliau berhak memakai “Dr” di pangkal namanya.
BAB. 1.
BAB. 2
2
BAB. 3
Dalam bab ketiga masih mengenai tema kebahagiaan dan dua tema penting
lainnya yakni tentang dua keutamaan dalam tiap diri seorang manusia : keutamaan
pikiran yang ada dalam otak, dan keutamaan budi (akhlak). Jadi manusia akan
bahagia jika kedua fitrah yang telah diberikan oleh Allah ini digunakan secara
maksimal.
BAB. 4
BAB. 5
Pada bab kelima ini menjelaskan gubungan antara bahagia dengan harta
benda (mungkin: kekayaan dunia) tetapi bukan artian Hamka menyuruh atau
menyarankan agar manusia mencari harta terus menerus sampai gila harta, tetapi
justru dalam tulisan Hamka cukup menjelaskan (walau penulis/pe-review butuh
beberapa kali memnbaca buku ini) bahwa bahagia itu datang ketika merasa cukup
dengan apa yang ia punya dan ikhlas jika harta kekayaan itu hilang (diambil Allah).
BAB. 6
Bab enam tentu menjadi lanjutan dari bab kelima yakni perasaan menerima
dan cukup atas segala sesuatu (terlebih rizki harta) atau qana’ah . setidaknya
Hamka memaparkan dasar-dasar membangun sifat Qana’ah antara lain:
1) Menerima secara patuh dan rela dengan segala sesuatu yang sudah
dipunyai.
3
2) Meminta dan memohon kepada Allah untuk menambah dengan rizki
yang pantas (sesuai keperluan)
3) Berusaha bersabar dengan taqdir dan ketentuan Allah SWT.
4) Tawakkal (berserah diri)
5) Tidak terlalu tertarik atas keduniawian.
Sepertinya lima dasar dari qana’ah ini memang bisa menjadi rujukan
bagaimana menjadi seorang yang bahagia.
BAB. 7
Kita melihat bahwa keterikatan antara bab satu dengan yang lainnya
sungguh kuat, daripada itu bab ketujuh ini menerangkan secara gamblang tentang
tawakal kepada Allah, yang bisa kita lihat sifat ini termasuk dasar Qona’ah nomor
4 di bab sebelumnya. Adapun pemaknaan Tawakal yakni berserah diri terhadap
kepuusan-keputusan dan segala perkara kepada Allah tetapi diharapkan hamba itu
tetap berusaha. *(ada beberapa konteks yang kami belum paham)
BAB. 8
BAB. 9
BAB. 10
4
Dalam bab ini setidaknya penulis mengambil beberapa poin tentang jalan dan
tangga menuju kebahagian atau tangga kebahagian itu sendiri. Adapun tangga-
tangga tersebut sebagai berikut:
1) Merasakan kelezatan
2) Merasakan perasaan bahagia dan perasaan-perasaan lain dalam diri
sendiri
3) Menjadikan rumah tangga sebagai pusat kebahagiaan
4) Merasa bahagia dalam setiap pekerjaan terlebih itu sebuah mata
pencaharian seorang hamba.
5) Berusaha dan terus berjuang mencapai arti dan hakikat kebahagiaan
itu sendiri.. *(ada beberapa poin yg belum tertangkap)
BAB. 11
Mungkin bab ini merupakan anjuran bagi setiap manusia Islam maupun non
muslim, jadi benarlah kebahagiaan itu dari diri sendiri seperti disebutkan di bab
sebelumnya, lalu dalam bab ini kita dianjurkan untuk selalu menyenangkan
(keadaan) hati dalam berbagai kondisi (taqdir) apapun, ketika miskin telebih ketika
kaya, ketika muda ataupun ketika tua nanti. Jadi memang benar bukan bahagia itu
diri sendiri yang menciptakaan?
BAB. 12
BAB. 13
5
Bab terakhir ini berfokus pada Munajat yaitu mendekatkan diri kepada
Allah atas dorongan hati yang bahagia , menghisab dan mengingat segala dosa serta
memohon ampunan atas segala perbuatan tersebut. Menurut penulis di bab akhir ini
sebenarnya ada dua poin penting agar seorang hamba itu mencapai kebahagiaan
yakni; pertama Munajat, dan kedua bertaubat atas segala keburukan.
E. ANALISIS
Walaupun ada beberapa konteks dalam buku ini yang penulis belum memahami
esensinya setidaknya poin-pin diatas menjadi gambaran umum dari buku Tasawuf Modern
yang dirasa menjadi primadona buku rujukan para sufi era ini. adapun beberapa analisis
lanjutan kami paparkan sebagai berikut: