Conto Tugas Akhir Pelabuhan
Conto Tugas Akhir Pelabuhan
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
SURVEI DAN PENGUMPULAN DATA
2.1. PENDAHULUAN
2.1.1. Pengertian Data
Data kapal diperoleh dari referensi mengenai perencanaan pelabuahan
( Buku PELABUHAN, Tabel 1.1 . Karakteristik kapal hl.22 dan Tabel 1.2. Dimensi
kapal pada pelabuhan hl.23).
2.1.2. Kegunaan Data
Kegunaan analisis data adalah sebagai bahan masukan untuk
pengambilan keputusan, perencanaan, pemantauan, pengawasan, penyusunan
laporan, penyusunan statistik pendidikan, penyusunan program rutin dan
pembangunan, peningkatan program pendidikan, dan pembinaan.
2.1.3. Metode Pengambilan dan Analitis Data
Analitis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa,
mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang
diperlukan. Selain itu, analitis data dapat digunakan untuk mengindentifikasi
ada tidaknya masalah. Kalau ada, masalah tersebut harus dirumuskan dengan
jelas dan benar. Teknik analitis yang digunakan adalah analitis deskriptif yang
memberikan gambaran dengan jelas dan benar. Teknis analitis yang digunakan
adalah analitis deskriptif yang memberikan gambaran dengan jelas makna dari
indikator-indikator yang ada, membandingkan dan menghubungkan antara
indikator yang satu dengan indikator lain.
g : percepatan gravitasi
Cm : koefisien massa
Ce : koefisien eksentrisitas
Cs : koefisien kekerasan (diambil 1)
C : koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)
2.3.2. Gaya Akibat Angin
Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan
menyebabkan gerakan kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga.
Apabila arah angin menuju ke dermaga; sedang jika arahnya mininggalkan
dermaga akan menyebabkan tarikan kapal pada alat penambat (bollard). Besar
gaya angin tergantung pada arah hembusan angin dan dapat dihitung dengan
rumus berikut ini:
Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah haluan (α=0o)
Rw = 0,42 Qa Aw
Gaya longitudinal apabila angin datang dari arah buturan (α=180o)
Rw = 0,50 Qa Aw
Gaya lateral apabila angin datang dari arah lebar (α=90o)
Rw = 1,10 Qa Aw
Dimana :
Qa = 0,063 V2
Dengan :
Rw : gaya akibat angin (kg)
Qa : tekanan angin (kg/m2)
V : kecepatan angin (m/d)
Aw : proyeksi bidang yang tertiup angin (m2)
Rf = 0,14 S V2
Gaya tekanan karena arus yang bekerja dalam arah sisi kapal
Rf = 0,50 ρ C V2 B’
Dengan :
Rf : gaya akibat arus (kgf)
S : luas tampang kapal yang terendam air (m2)
ρ : rapat massa air laut, ρ = 104,5 (kgf d/m4)
C : koefisien tekanan arus
V : kecepatan arus (m/d)
B’ : luas sisi kapal di bawah muka air (m2)
Nilai dalam kurung adalah untuk gaya pada tambatan yang dipasang
di sekitar tengah kapal yang mempunyai tidak lebih dari 2 tali
pengikat.
gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pelabuhan. Selain itu, gelombang juga
bisa menimbulkan arus dan transpor sedimen di daerah pantai. Layout
pelabuhan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga sedimentasi di
pelabuhan dapat dihindari.
Data gelombang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Dengan pengukuran langsung di lapangan.
b. Dengan peramalan gelombang dari data angin.
Peramalan gelombang dimaksudkan mengalih-ragamkan (transformasi)
data angin menjadi data gelombang. Berdasarkan pada kecepatan angin, lama
hembus angin, dan fetch, dilakukan peramalan gelombang dengan menggunakan
grafik pada gambar 2.4. Grafik peramalan gelombang.
Dari grafik tersebut apabila panjang fetch (F), faktor tegangan angin (UA)
dan durasi diketahui, maka tinggi ndan periode gelombang signifikan dapat
dihitung. Peramalan gelombang dapat dihitung dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Kumpulkan data angin 10 tahun terakhir.
b. Data angin meliputi : kecepatan dan arah angin. Data angin yang
diperlukan untuk peramalam gelombang adalah data di permukaan
laut pada lokasi pembangkitan.
c. Tentukan panjang fetch dan durasi angin bertiup.
Uw
d. Tentukan tegangan angin UA (wind-stress). Rumus: U A
UL
Dimana Uw adalah Kecepatan angin di laut dan UL adalah Kecepatan
angin di darat.
matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi lebih besar daripada pengaruh
gaya tarik matahari.
Pengetahuan tentang pasang surut adalah penting di dalam perencanaan
pelabuhan. Elevasi muka iar tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat
penting untuk merencanakan bangunan-bangunan pelabuhan. Sebagai contoh,
elevasi puncak bangunan pemecah gelombang, dermaga, dan sebagainya
ditentukan oleh elevasi muka air pasang, sementara kedalaman alur
pelayaran/pelabuhan ditentukan oleh muka air surut. Gambar 2.6.
menunjukkan contoh hasil pencatatan muka air laut sebagai fungsi waktu
(kurva pasang surut).
Cara dan analisis kurva pasang surut melalui periode pasang surut yang
merupakan waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka air rerata ke
posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24
jam 50 menit yang tergan tung pada tipe pasang surut. Veriasi muka air
menimbulkan arus yang disebut dengan arus pasang surut yang mengangkut
massa air dalam jumlah sangat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode
pasang dan arus surut terjadi pada periode air surut. Titik balik (slack) adalah
saat diman arus berbalik antara arus pasang san arus surut. Titik balik ini bisa
terjasi pada muka air tertinggi dan muka air terendah. Pada saat tersebut
kecepatan arus adalah nol.
P a g e | 16
2.7. Arus
Air laut selalu dalam keadaan bergerak. Arus laut bergerak tak ubahnya
arus di sungai, gelombang laut bergerak dan menabrak pantai, dan gaya
gravitasi bulan dan matahari mengakibatkan naik turunnya air laut dan biasa
disebut sebagai fenomena pasang surut laut.
Arus laut tercipta karena adanya pemanasan di beberapa bagian Bumi
oleh radiasi sinar matahari. Air yang lebih hangat akan "mengembang",
membuat sebuah kemiringan (slope) terhadap daerah sekitarnya yang lebih
dingin, dan akibatnya air hangat tersebut akan mengalir ke arah yang lebih
rendah yaitu ke arah kutub yang lebih dingin daripada ekuator.
Interaksi ombak dengan arus bertentangan yang kuat akan menjurus
kepada fenomena sekatan ombak di mana aliran ombak terhenti oleh arus yang
mengalir dari arah bertentangan. Ombak yang merambat beserta dengan arus
memiliki ketinggian ombak yang menurun manakala rambatan menentang arus
akan meningkatkan ketinggiannya kecuali apabila kelajuan arus melebihi
separuh kelajuan gugusan ombak, maka ombak tersebut tidak lagi merambat
malah ketinggiannya bertambah sehingga hilang kestabilannya lalu memecah.
Apabila ombak bertembung dengan arus yang bergerak dalam arah
bertentangan, kelajuan gugusan ombak tersebut menurun dan mengakibatkan
penambahan kepada ketinggian ombak. Sekiranya kelajuan arus tersebut adalah
tinggi, kelajuan gugusan ombak boleh berkurangan sehingga nilai sifar atau
terhenti.
Fenomena ini adalah kejadian biasa yang berlaku terutamanya di kawasan
muara sungai atau di teluk kecil di mana aliran arus adalah deras. Di kedua
kawasan yang disebutkan di atas, didapati pergerakan ombak disekat oleh aliran
arus yang deras yang mengalir keluar. Sekatan ini telah menyebabkan perairan
kawasan tersebut menjadi agak tenang. Walau bagaimanapun, di kawasan
sebelum sekatan ombak tersebut terjadi, berlaku penambahan ketinggian
ombak yang mendadak mengakibatkan kawasan sekitaran menjadi beralun dan
bergelora.
P a g e | 17
Secara idealnya, ombak dan arus haruslah dicerap secara serentak kerana di
kawasan air cetek penentuan salah satu diantaranya memerlukan pengetahuan
terhadap yang satu lagi.
Tindakan arus dan ombak terhadap satu sama lain telah diuraikan melalui
kajian oleh Prandle dan Wolf (1978). Perambatan gelombang yang tertakluk
kepada faktor kedalaman air dan tindakan pantulan mudah dikenal pasti kerana
sifatnya yang mengosongkan arah rambatan ombak ke pantai. Namun
perambatan gelombang yang
disebabkan oleh tindakan pantulan oleh arus sukar dikenal pasti dan hanya
tertakluk
kepada sebagaian arus tersebut, sama hanya bertambah atau berkurangan
sewaktu menghampiri pantai.
Dalam keadaan batas dimana keruntuhan akan terjadi, maka akan terbentuk
daerah keseimbangan plastis di sekitar pondasi yang bersentuhan dengan
pondasi. Suatu daerah keseimbangan plastis tertentu diperkirakan terbentuk
dengan pola yang sama, tidak hanya bila pondasi ditempatkan pada permukaan,
tetapi juga pada pondasi yang dibuat pada galian dalam atau pada bagian ujung
tiang pancang.
b. Tujuan
Tujuan dari analisis daya dukung adalah untuk mempelajari kemampuan
tanah dalam mendukung beban pondasi dan struktur di atasnya. Daya dukung
menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan.
Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam perancangan pondasi adalah:
1. Faktor aman terhadap keruntuhan akibat terlampauinya daya dukung harus
dipenuhi.
2. Penurunan pondasi harus masih dalam batas-batas nilai yang ditoleransikan.
Khusus untuk penurunan tak seragam (differential settlement) harus tidak
mengakibatkan kerusakan struktur.
c. Cara menentukan daya dukung tanah
Analisa Terzaghi
Asumsi Terzaghi dalam menganalisis daya dukung:
Pondasi memanjang tak terhingga
Tanah di dasar pondasi dianggap homogen
Berat tanah di atas pondasi dapat diganti dengan beban terbagi rata sebesar
q = D x , dengan D adalah kedalaman dasar pondasi, adalah berat
volume tanah di atas dasar pondasi.
Tahanan geser tanah di atas dasar pondasi diabaikan
Dasar pondasi kasar
Bidang keruntuhan terdiri dari lengkung spiral logaritmis dan linier
Baji tanah yang terbentuk di dasar pondasi dalam keadaan elastis dan
bergerak bersama-sama dengan dasar pondasinya.
Pertemuan antara sisi baji dengan dasar pondasi membentuk sudut sebesar
sudut gesek dalam tanah .
Berlaku prinsip superposisi
P a g e | 19
Pondasi lingkaran:
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Pendahuluan
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk
merapat dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan
menarik-turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan
ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam
mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran
minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan dermaga maupun
melakukan bongkar muat barang dengan aman, cepat dan lancar. Di belakang
dermaga terdapat halaman cukup luas. Di halaman dermaga ini terdapat apron,
gudang transit, tempat bongkar muat barang dan jalan. Apron adalah daerah
yang terletak antara sisi dermaga dan sisi depan gudang di mana terdapat
pengalihan kegiatan angkutan laut (kapal) ke kegiatan angkutan darat (kereta
api, truk, dsb). Gudang transit digunakan untuk menyimpan barang sebelum
bias diangkut oleh kapal, atau setelah dibongkar dari kapal dan menunggu
pengangkutan barang ke daerah yang dituju. Gambar 3.1 adalah contoh tampang
dermaga dan halaman dermaga beserta fasilitas yang ada dari pelabuhan barang
potongan (general cargo).
Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu wharf atau quai dan
jetty atau pier atau jembatan.
P a g e | 21
Wharf adalah dermaga yang paralel dengan pantai dan biasanya berimpit
dengan garis pantai. Wharf juga dapat berfungsi sebagai penahan tanah yang
ada dibelakangnya. Jetty atau pier adalah dermaga yang menjorok ke laut.
Berbeda dengan wharf yang digunakan untuk merapat pada satu sisinya,
pier bias digunakan pada satu sisi atau dua sisinya. Jetty ini biasanya sejajar
dengan pantai dan dihubungkan dengan daratn oleh jembatan yang biasanya
membentuk sudut tegak lurus dengan jetty, sehingga pier dapat berbentuk T
atau L.
Dermaga yang melayani kapal minyak (tanker) dan kapal barang curah
mempunyai konstruksi yang ringan disbanding dengan dermaga barang
potongan (general cargo), karena dermaga tersebut tidak memerlukan
peralatan bongkar muat barang yang besar (kran), jalan kereta api, gudang-
gudang, dsb. Untuk melayani kapal tersebut pengguna pier akan lebih ekonomis.
Oleh karena minyak yang dikeluarkan dari kapal pada satu titik (tempat
pengeluaran minyak) dengan menggunakan pipa, maka lebar dan panjang
dermaga dapat diperpendek. Untuk itu diperlukan dolphin guna mengikat
bagian haluan dan buritan kapal. Dermaga yang melayani barang potongan dan
peti kemas menerima beban yang besar di atasnya, seperti kran, barang yang
dinongkar-muat, peralatan transportasi (kereta api, truk). Untuk keperluan
tersebut dermaga tipe Wharf akan lebih cocok.
Untuk kapal tanker atau kapal barang curah yang sangat besar, pembuatan
dermaga untuk menerima kapal tersebut menjadi tidak ekonomis karena
diperlukan kedalaman perairan yang sangat besar, sementara kapal sebesar itu
jarang menggunakan pelabuhan. Untuk melayani kapal tersebut dibuat
tambatan di lepas pantai, dan bongkar-muat barang dilakukan oleh kapal yang
lebih kecil atau menggunakan pipa bawah laut.
3.2.3. Daya Dukung Tanah
Kondisi tanah sangat menentukan dalam pemilihan tipe dermaga. Pada
umumnya tanah di dekat daratan mempunyai daya dukung yang lebih besar
daripada tanah di dasar laut. Dasar laut umumnya terdiri dari endapan yang
belum padat. Ditinjau dari daya dukung tanah, pembuatan wharf atau dinding
penahan tanah lebih menguntungkan. Tetapi, apabila tanah dasar berupa karang
pembuatan wharf diperlukan pengerukan. Dalm hal ini pembuatan pier akan
lebih murah karena tidak diperlukan pengerukan dasar karang.
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat
berimpit dengan garis pantai atau agak menjorok ke laut. Wharf dibangun
apabila garis kedalaman laut hamper merata dan sejajar dengan garis pantai.
Wharf biasanya digunakan suatu halaman terbuka yang cukup luas untuk
menjamin kelancaran angkutan barang. Perencanaan wharf harus
memperhitungkan tambatan kapal, peralatan bongkar muat barang dan fasilitas
P a g e | 23
Gambar 3.2 adalah contoh wharf konstruksi terbbuka. Balok dan slab
struktur utama berada di bagian bawah yang didukung tiang-tiang, dan di
atasnya diberi timbunan untuk menambah berat sehingga mempunyai stabilitas
yang lebih baik.
dibelakangnya. Turap baja ini juga ditahan oleh angker. Lokasi dermaga
merupakan daerah reklamasi yang terdiri dari tanah lumpuran dan pasiran.
Tiang-tiang dipancang sampai kedalaman -31.0 m dari muka air laut rerata.
Gambar 3.6. adalah wharf dari turap yang dipancang ke dalam tanah.
Turap biasa terbuat dari kayu, beton atau baja. Dalam gambar tersebut bagian
atas turap ditahan oleh tali baja dan angker yang diletakkan pada jarak yang
P a g e | 26
aman. Sedang dalam gambar 3.7. bagian atas turap ditahan oleh tiang pancang
miring yang dapat menahan tarikan. Apabila kedalaman air kecil dan tanah
dasar cukup baik, turap bias dipancang sampai kedalaman yang cukup besar
dan dapat berfungsi sebagai kantilever.
pondasi dari tumpukan batu. Bagian dalam kaison diisi dengan batu untuk
menambah berat bangunan sehingga lebih stabil terhadap tekanan tanah di
belakangnya. Kaison bias dibuat di tempat kering dan kemudian diturunkan
dengan melakukan pengerukan tanah kolam pelabuhan di depannya, sepeerti
terlihat dalam gambar 3.9.
Gambar 3.10. adalah contoh wharf dinding beton massa dari palabuhan
Zonguldak-Turki. Blok-blok beton beratnya bias mencapai 50-200 ton yang
disusun secara vertikal. Dasar bangunan diberi lapisan tumpukan batu sebagai
fondasi, sedang bagian belakang juga diisi dengan batu hingga dapat
mengurangi tekanan tanah.
P a g e | 28
Sebelum barang dimuat dalam kapal atau setelah diturunkan dari kapal,
maka barang muatan tersebut ditempatkan pada halaman dermaga. Bentuk
halaman dermaga tergantung pada jenis muatan yang bisa berupa :
a. Barang-barang potongan (general cargo) yaitu barang-barang yang dikirik
dalam bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, dan barang-barang yang
dibungkus dalam peti, karung, drum, dan sebagainya.
b. Muatan curah/lepas (bulk cargo) yang dimuat tanpa pembungkus seperti
batu bara, biji-bijian, minyak, dan sebagainya.
c. Peti kemas (container), yaitu suatu peti yang ukurannya telah distandarisasi
sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim. Karena ukurannya teratur
dan sama, maka penempatannya akan lebih dapat diaur dan
pengankutannyapun dapat dilakukan dengan alat tersendiri yang lebih
efisien. Ukuran peti kemas dibedakan dalam 6 macam yaitu :
a) 8 x 8 x 5 ft3 berat maks 5 ton
Gambar 3.11., 3.12., dan 3.13. adalah contoh bentuk pelabuhan barang
potongan, container dan barang curah.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Desain Rinci
3. Ketinggian air sisa (residual water level) harus 1/3 dari tidal range di
atas L.W.L.
4. Sudut gesekan dinding dalam sebuah perhitungan dari deskan tanah
aktif adalah 15 derajat terlepas dari tipe-tipe strukur.
5. Dalam hal sebuah struktur untuk mana kestabilan harus diperikasa
untuk lapisan horisontal seperti sebuah dinding dermaga tipe blok
beton, dinding virtual (Virtual wall) perlu dipertimbagkan.
tanah kohesif tersebut tidak melalui rongga urugan dan tidak mencapai
dinding tersebut.
Pada data kapal rencana digunakan kapal dengan bobot kapal (Gross tonnage)
10.000 ton dengan jumlah kapal rencana 5 kapal. Kapal dengan bobot (gross
tonnage) 10.000 ton memiliki panjang 140 m (Kapal barang curah) rencana
sehingga panjang dermaga adalah sebagai berikut.
P a g e | 40
d = nL + ( n - 1 ) 15 + 50
d = (5)(140) + (5 – 1 ) 15 + 50
d = 700 + 60 + 50
d = 810 m
25 L 15 L L 25
Sumber : Technical standard of port and harbour acilities in japan, 1980. Hal. 276.
Dari data kapal rencana diketahui bobot kapal rencana (Gross Tonnage) untuk
barang curah adalah 10.000 ton dengan draft 8,1 m. Sehingga dapat ditentukan
kedalaman dermaga sebagai berikut.
Kedalaman Dermaga= maximum draft + jarak aman (Clearence)+taraf dermaga
Kedalaman Dermaga= 8,1 m+ 1,0 m +1,0 m
Kedalaman Dermaga= 10,1 m