Anda di halaman 1dari 6

FORM.

RINGKASAN TEMUAN AUDIT INTERNAL dan RENCANA TINDAK LANJUT


PUSKESMAS DTP CIKALONGKULON
No. dok:
Status revisi: -
Tgl berlaku:
Halaman:
Unit Yang Diperiksa: GUDANG OBAT
Farmasi/IKF
Tgl pemeriksaan: 16 JANUARI
2019

Ketidaksesuaian
Standar/Kriteria Waktu
NO Uraian Ketidak sesuaian Bukti-bukti objektif thd Analisis Tindakan perbaikan Tindakan pencegahan
yang digunakan penyelesaian
standar/instrumen
1. BANGUNAN GUDANG OBAT 1. Luas bangunan 1. Materi 1. Materi 1. Gudang obat 1. Perencanaan 1. Membuka pintu 1. Februari
TIDAK SESUAI STANDAR gudang obat Pelatihan Pelatihan tidak sesuai mengalihkan dus gudang selama jam 2019
kurang dari 3x4 m Manajemen Manajemen dengan standar obat yang pelayanan agar
yaitu 2x2,5 m Kefarmasian di Kefarmasian di oleh karena bertumpuk agar terjadi sirkulasi
2. Ruangan lembab Puskesmas Puskesmas bangunan tidak menghalangi udara
3. Jendela tertutup 2. PMK No 74 awalnya bukan jendela
tumpukan dus Tahun 2016 2. PMK No 74 diperuntukkan 2. Perencanaan rehab 2. Maret
sehingga tidak ada Tahun 2016 untuk gudang gedung obat atau 2019
sirkulasi udara obat namun relokasi
4. Dinding cat tidak berupa rumah 3. Perencanaan 3. Februari
licin dinas yang menambah kunci 2019
5. Sudut lantai dan dialih fungsikan ganda
dinding tajam menjadi ruang 4. Perencanaan 4. Maret
6. Kunci pintu tidak kefarmasian pembelian pengukur 2019
dibuat kunci (gudang obat suhu ruangan
ganda dan loket obat)
7. Tidak ada 2. Sirkulasi udara
pengukur suhu tidak baik
dan kelembaban karena jendela
yang jumlahnya
hanya 1 buah
tertutup oleh
dus yang
menumpuk dan
tidak ada
ventilasi lainnya
1. Obat disusun 1. SOP 1. Materi 1. Jumlah palet 1. Menyusun Obat 1. Menggunakan April 2019
secara alfabetis Penyimpanan Pelatihan tidak secara alfabetis bahan lain sebagai alas
hanya untuk Obat Manajemen mencukupi untuk semua sediaan sebelum tersedia pallet
sediaan obat Kefarmasian di 2. Jumlah obat obat sesuai SOP
tablet, untuk Puskesmas tidak sesuai 2. Perencanaan
sediaan obat dengan luas pembelian pallet
lainnya belum 2. PMK No 74 ruangan gudang 3. Menyusun dus
tersusun sesuai Tahun 2016 obat (luas maksimal 8 dus
Pengaturan penyimpanan
2. SOP gudang
obat belum sesuai SOP
2. Obat yang
disimpan di lantai
tidak diletakkan
diatas palet
3. Penumpukan dus
melebihi batas
maksimal (8
tumpukkan)
1. Ventilasi tidak baik 1. PMK No.74 1. Materi 1. Tumpukan dus 1. Memindahkan 1. Membuka pintu Oktober
karena jendela Tahun 2016 Pelatihan menghalangi tumpukan dus agar gudang selama jam 2019
tertumpuk dus Manajemen jendela tidak menghalangi pelayanan, sehingga
2. Tidak ada Kefarmasian di 2. AC/Kipas tidak jendela dapat terjadi proses
Mutu obat belum terjaga
3. AC/Kipas Angin Puskesmas ada 2. Perencanaan sirkulasi udara
dengan baik
3. Atap masih bolong 3. Atap bolong Pengajuan AC/Kipas
4. Tidak ada kaca 2. PMK No 74 karena ruangan Angin 2. Memasang gorden
jendela Tahun 2016 lembab 3. Perencanaan
perbaikan atap
4. Tidak ada 4. Perencanaa
jendela pemasangan jendela
menyebabkan
obat rentan
terhadap sinar
matahari
4. Upaya pencegahan 1. Ruangan 1. Materi Pelatihan 1. Materi 1. Belum ada 1. Menetapkan pj Petugas farmasi
pengotoran belum maksimal dibersihkan hanya 1x Manajemen Pelatihan pengaturan kebersihan bagi secara proaktif
atau 2x seminggu Kefarmasian di Manajemen tupoksi yang setiap ruangan/unit melakukan
2. Lantai tidak di pel Puskesmas Kefarmasian di jelas untuk layanan kebersihan
3. Dinding dan rak Puskesmas petugas CS 2. Membuat daftar
tidak rutin dibersihkan 2. PMK No 74 ceklist tugas harian
Tahun 2016 2. PMK No 74 CS
Tahun 2016

Disiapkan oleh auditor, Disetujui oleh Audittee,

dr. Silpiya Nurul Mudiah, Apt, Ssi


Ulasan mengenai ketentuan almari narkotika ini saya ambilkan dari penggabungan antara Permenkes 3 Tahun 2015 tentang PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI (klik untuk download filenya) dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Permenkes kedua
yang saya sebut mungkin bisa dibilang agak obselete, tapi menurut hemat saya aturan ini masih relevan untuk dipakai.
Ada 2 pasal yang saya ambil pada Permenkes No. 3 tahun 2015 yang notabene merupakan regulasi terbaru, yakni pasal 25 dan 26
Dalam Pasal 25 ayat 1 disebutkan bahwa tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.
Dalam Pasal 26 ayat 2 disebutkan bahwa ruang khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. dinding dan langit-langit terbuat dari bahan yang kuat;
b. jika terdapat jendela atau ventilasi harus dilengkapi dengan jeruji besi;
c. mempunyai satu pintu dengan 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
d. kunci ruang khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan; dan
e. tidak boleh dimasuki oleh orang lain tanpa izin Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk.
Pada Ayat 3 disebutkan bahwa Lemari khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi Pemerintah;
d. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan ; dan
e. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Lalu berapa ukuran lemarinya??
Sejauh yang saya baca pada Permenkes tersebut tidak disebutkan secara spesifik mengenai ukuran lemari psikotropika/narkotika, hanya mengatur mengenai jumlah kunci dan menekankan esensi
pada penempatan lemari atau sebut saja kekhususan penyimpanan.
Jika kita melihat Permenkes sebelumnya yakni pada Permenkes 28 tahun 1978 pada Pasal 5 terdapat ketentuan yang berbunyi sebagai berikut :
Apotek dan RS harus mempunyai sarana khusus untuk menyimpan narkotika.
Tempat khusus pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
Harus mempunyai kunci yang kuat
Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan ; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan narkotika, petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotik, bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
Dalam penjelasan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28 tahun 1978 tentang Penyimpanan Narkotika pada pasal 5 ayat 2d menyebutkan agar tidak mudah diangkat jika 40 x 80 x 100 cm
maka lemari tersebut harus dibaut atau ditanam pada tembok kecuali lemari tersebut bagian dari lemari atau meja resep yang besar. Dalam hal ini saya beranggapan bahwa ukuran yang
disebutkan pada Permenkes No 28 Tahun 1978 dapat dijadikan jawaban atas pertanyaan berapa ukuran almari narkotika atau psikotropika? Tapi apakah harus seukuran itu ( 40cm x 80cm x 100
cm) ? Sedangkan di puskesmas jumlah psikotropikanya terbatas dan tidak banyak. Menurut saya tidak harus sakleg seperti ukuran itu. Jika ukuran kurang dari itu Anda bisa menanamnya di tembok.
Siapa yang memegang anak kunci?
Pasal 6 ayat 3 menyebutkan bahwa anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab dan pegawai lain yang dikuasakan. Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pegawai lain adalah asisten apoteker atau tenaga paramedis lainnya.
Pada Permenkes 3 2015 disebutkan bahwa kunci dikuasai oleh penanggungjawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
Dalam merencanakan membuat almari psikotropika saya lebih memilih untuk mengadopsi model pengelolaan pada dua ketentuan diatas daripada saya membuat model yang sama sekali tidak
menggunakan dasar sama sekali apalagi hanya sekehendak hati.

Anda mungkin juga menyukai