Anda di halaman 1dari 25

PEMILIHAN, PEMELIHARAAN DAN PENANGANAN HEWAN COBA

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


Dalam menempuh mata kuliah Praktikum Farmakologi
Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Bilal Subchan A. S., M. Farm., Apt
dan Ibu Endang Susilowati, M.Farm-Klin, Apt

OLEH :

KRIMONA INTAN L. NIM AKF17169


MUSTAQIM NUR HIDAYAT NIM AKF17174
RIZKY NUR ISWIN NIM AKF17187
YESSY CHAROLINA NIM AKF17199

YAYASAN PENDIDIKAN AKADEMI FARMASI


PUTRA INDONESIA MALANG
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan, sebagai mahasiswa farmasi sudah seharusnya mengetahui hal-
hal yang berkaitan dengan obat baik dari segi farmasetik, farmakodinamik,
farmakokinetik, dan juga dari segi farmakologi dan toksikologinya. Farmakologi
sebagai ilmu yang berbeda dari ilmu lain secara umum pada keterkaitan yang erat
dengan ilmu dasar maupun ilmu klinik sangat sulit mengerti farmakologi tanpa
pengetahuan tentang fisiologi tubuh, biokimia, dan ilmu kedokteran klinik. Jadi,
farmakologi adalah ilmu yang mengintegrasikan ilmu kedokteran dasar dan
menjembatani ilmu praklinik dan klinik. Farmakologi mempunyai keterkaitan
khusus dengan farmasi, yaitu cara membuat, memformulasi, menyimpan, dan
menyediakan obat (Sudjadi Bagad, 2007).
Keandalan pengamatan manusia terhadap suatu subyek dalam suatu
pengamatan sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukannya suatu alat atau obyek
tertentu untuk dapat membantunya dan yang dapat pula dipergunakan sebagai
subyek dalam penelitian, di antaranya adalah dengan mempergunakan hewan-
hewan percobaan.
Penggunaan hewan percobaan terus berkembang hingga kini. Kegunaan
hewan percobaan tersebut antara lain sebagai pengganti dari subyek yang
diinginkan, sebagai model, di samping itu di bidang farmasi juga digunakan sebagai
alat untuk mengukur besaran kualitas dan kuantitas suatu obat sebelum diberikan
kepada manusia.
Tidak semua hewan coba dapat digunakan dalam suatu penelitian, harus
dipilih mana yang sesuai dan dapat memberikan gambaran tujuan yang akan
dicapai. Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis/keturunan dan
lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, di samping faktor ekonomis,
mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip

KELOMPOK #4 2
kejadiannya pada manusia. Oleh karena itu, kita dapat dan lebih mudah
menggunakan hewan coba sebagai hewan percobaan.
Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah
berjalan sejak puluhan tahun lalu. Agar mengetahui bagaimana cara kita sebagai
mahasiswa maupun sebagai seorang peneliti dalam hal ini mengetahui tentang
kemampuan obat pada seluruh aspeknya yang berhubungan dengan efek toksiknya
maupun efek sampingnya tentunya kita membutuhkan hewan uji atau hewan
percobaan. Hewan coba adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan
penelitian biologis. Hewan laboratorium tersebut di gunakan sebagai uji praktik
untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia.dalam praktikum
kali ini menggunakan mencit sebagai hewan percobaan. Mencit merupakan hewan
yang mudah ditangani dan bersifat penakut fotofobik, cenderung berkumpul
sesamanya dan bersembunyi. Sehingga hewan tersebut sering dan banyak
digunakan di dalam laboratorium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui alasan penggunaan hewan coba.


2. Mengetahui klasifikasi hewan coba berdasarkan tujuan penggunaannya.
3. Mengetahui faktor-faktor penting dalam pemilihan hewan coba.
4. Mengetahui prinsip pemanfaatan hewan coba
5. Mengenal hewan coba mencit, tikus dan kelinci Prinsip

KELOMPOK #4 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemilihan Hewan Coba

2.1.1 Hewan Coba

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja


dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk
mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala
penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah
objek hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang digunakan
untuk menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003
Untuk mendapatkan penelitian yang ilmiah yang baik, maka semua aspek
dalam protokol penelitian harus direncanakan dengan seksama, termasuk dalam
pemilihan hewan percobaan, penting untuk memastikan bahwa penggunaan hewan
percobaan merupakan pilihan terakhir dimana tidak terdapat cara lain yang bisa
memastikannya.
Rustiawan menguraikan beberapa alasan mengapa hewan percobaan tetap
diperlukan dalam penelitian khususnya di bidang kesehatan, pangan dan gizi antara
lain :
1. Keragaman dari subjek penelitian dapat diminimalisasi,
2. Variabel penelitian lebih mudah dikontrol,
3. Daur hidup relatif pendek sehingga dapat dilakukan penelitian yang bersifat
multigenerasi,
4. Pemilihan jenis hewan dapat disesuaikan dengan kepekaan hewan terhadap
materi penelitian yang dilakukan,
5. Biaya relatif murah,
6. Dapat dilakukan pada penelitian yang berisiko tinggi,
7. Mendapatkan informasi lebih mendalam dari penelitian yang dilakukan
karena kita dapat membuat sediaan biologi dari organ hewan yang
digunakan,

KELOMPOK #4 4
8. Memperoleh data maksimum untuk keperluan penelitian simulasi,
9. Dapat digunakan untuk uji keamanan, diagnostik dan toksisitas.

2.1.2 Klasifikasi Hewan Coba

1) Exploratory (penyelidikan)
Hewan Uji ini digunakan untuk memahami mekanisme biologis, apakah
termasuk mekanisme dasar yang normal atau mekanisme yang berhubungan
dengan fungsi biologis yang abnormal.
2) Explanatory (penjelasan)
Hewan Uji ini digunakan untuk memahami lebih banyak masalah biologis yang
kompleks.
3) Predictive (perkiraan)
Hewan Uji ini digunakan untuk menentukan dan mengukur akibat dari
perlakuan, apakah sebagai cara untuk pengobatan penyakit atau untuk
memperkirakan tingkat toksisitas suatu senyawa kimia yang diberikan.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Hewan Coba

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan hewan coba antara lain :


1) Apakah hewan percobaan tersebut memiliki fungsi fisiologi, metabolik dan
prilaku serta proses penyakit yang sesuai dengan subyek manusia atau hewan
lain dimana hasil penelitian tersebut akan digunakan.
2) Apakah dari sisi karakteristik biologi maupun prilaku hewan tersebut cocok
dengan rencana penelitian atau percobaan yang dilakukan (misalnya cara
penanganan, lama hidup, kecepatan berkembang biak, tempat hidup dsb.). hal
ini sangat berguna alam pelaksanaan penelitian atau percobaan dengan hewan.
3) Apakah tinjauan kritis dari literatur ilmiah menunjukkan spesies tersebut telah
memberikan hasil yang terbaik untuk penelitian sejenis atau termasuk hewan
yang paling sering digunakan untuk penelitian yang sejenis.
4) Apakah spesimen organ atau jaringan yang akan digunakan dalam penelitian itu
mencukupi pada hewan tersebut dan dapat diambil dengan prosedur yang
memungkinkan.

KELOMPOK #4 5
5) Apakah hewan yang akan digunakan dalam penelitian memiliki standar yang
tinggi baik secara genetik maupun mikrobiologi.

2.1.4 Kriteria Pemilihan Hewan Uji

Dalam memilih hewan coba sebaiknya memperhatikan beberapa kriteria berikut :


1) Umur, jenis kelamin, berat badan kondisi kesehatan dan keturunan
Hewan uji yang digunakan harus selalu dalam kondisi dan tingkat kesehatan
yang baik, dalam hal ini hewan uji yang digunakan dikatakan sehat bila pada
periode pengamatan bobot badannya bertambah tetap atau berkurang tidak lebih
dari 10% serta tidak ada kelainan dalam tingkah laku dan harus diamati satu
minggu dalam laboratorium atau pusat pemeliharaan hewan sebelum ujinya
berlangsung
2) Bebas dari mikroorganisme patogen
adanya mikroorganisme patogen pada tubuh hewan sangat mengganggu
jalannya reaksi pada pemeriksaan penelitian, sehingga dari segi ilmiah hasilnya
kurang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karenanya, berdasarkan tingkatan
kontaminasi mikroorganisme patogen, hewan percobaan digolongkan menjadi
hewan percobaan konvensional, specified pathogen free (SPF) dan gnotobiotic.
3) Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang baik.

2.1.5 Prinsip Penelitian dengan Hewan Coba

1) Replacement
Adalah banyaknya hewan percobaan yang perlu digunakan sudah
diperhitungkan secara seksama, baik dari penelitian sejenis yang sebelumnya,
maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan tidak dapat
digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. Replacement
terbagi menjadi dua bagian, yaitu
a. Relatif (sebisa mungkin mengganti hewan percobaan dengan memakai
organ/jaringan hewan dari rumah potong atau hewan dari ordo lebih rendah)
b. Absolut (mengganti hewan percobaan dengan kultur sel, jaringan, atau
program komputer)
2) Reduction

KELOMPOK #4 6
pemanfaatan hewan dalam penelitian seminimal mungkin, tetapi tetap
mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah minimal biasa dihitung menggunakan
rumus Frederer yaitu (n-1) (t-1) >15, dengan n adalah jumlah hewan yang
diperlukan dan t adalah jumlah kelompok perlakuan. Kelemahan dari rumus ini
adalah semakin sedikit kelompok penelitian, semakin banyak jumlah hewan
yang diperlukan, serta sebaliknya. Untuk mengatasinya, diperlukan penggunaan
desain statistik yang tepat agar didapatkan hasil penelitian yang sahih.
3) Refinement
memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi (humane), memelihara
hewan dengan baik, tidak menyakiti hewan, serta meminimalisasi perlakuan
yang menyakitkan sehingga menjamin kesejahteraan hewan coba sampai akhir
penelitian.

2.1.6 Hewan Coba yang Sering Digunakan

1) Rodent (binatang pengerat)


Hewan pengerat yang yang digolongkan sebagai tikus, telah digunakan
sebagai hewan laboratorium selama lebih dari 100 tahun. Beberapa, jenis tikus telah
mengalami perubahan genetik untuk meminimalkan dan mengendalikan variabel
asing yang dapat mengubah hasil penelitian dan untuk keperluan penelitian. Tikus
juga merupakan hewan yang reprodusible sehingga tersedia dalam jumlah yang
cukup untuk penelitian yang memerlukan banyak hewan coba.
Termasuk golongan Rodent adalah:

a. Mencit (Mus musculus)


Mencit berbeda dengan tikus, dimana ukurannya mini, berkembang biak
sangat cepat, dan 99% gennya mirip dengan manusia. Oleh karena itu mencit sangat
representative jika digunakan sebagai model penyakit genetic manusia (bawaan).
Selain itu, mencit juga sangat mudah untuk di rekayasa genetiknya sehingga
menghasilkan model yang sesuai untuk berbagai macam penyakit manusia. Selain
itu, mencit juga lebih menguntungkan dalam hal kemudahan penanganan, tempat
penyimpanan, serta harganya yang relatif lebih murah.
Mencit memiliki beberapa data biologis, diantaranya:
Lama hidup : 1-2 tahun

KELOMPOK #4 7
Lama produksi ekonomis : 9 bulan
Umur dewasa : 35 hari
Berat dewasa : 20-40 gram (jantan) dan 18-35 gram (betina)
Gambar mencit dan cara membedakan jantan dan betina

b. Tikus (Rattus norvegicus)


Tikus yang banyak digunakan sebagai hewan coba adalah jenis tikus putih.
Tikus putih memiliki beberapa sifat yang menguntungkan sebagai hewan coba
penelitian di antaranya perkembangbiakan cepat, mempunyai ukuran yang lebih
besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak. Tikus putih juga
memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang lebih
panjang dibandingkan badannya, pertumbuhannya cepat, temperamennya baik,
kemampuan laktasi tinggi, dan tahan terhadap arsenik tiroksid. Terdapat berbagai
macam jenis tikus yang sering digunakan sebagai hewan coba diantaranya :

1. Tikus Biobreeding
Adalah tikus galur inbred yang berkembang secara spontan autoimun Type 1
Diabetes. Seperti NOD tikus, tikus BB digunakan sebagai hewan model untuk
tipe 1 diabetes. Galur ini telah banyak merekapitulasi-ulang beberapa fitur
diabetes tipe 1, dan telah memberikan kontribusi yang besar kepada penelitian
patogenesis T1D.

KELOMPOK #4 8
gambar biobreeding rat

2. Tikus Putih Galur Wistar


Adalah tikus Wistar strain outbred tikus albino spesies Rattus norvegicus. Jenis
galur ini dikembangkan di Institut Wistar pada tahun 1906. Tikus Wistar saat
ini menjadi salah satu strain tikus paling populer yang digunakan untuk
penelitian laboratorium. Tikus ini ditandai oleh kepala lebar, panjang telinga,
dan memiliki ekor yang tidak lebih panjang dari panjang tubuhnya. Galur tikus
Sprague Dawley dan Long-Evans dikembangkan dari tikus galur Wistar. Tikus
Wistar memiliki bobot yang lebih ringan dan lebih aktif/lebih galak daripada
tikus Sprague dawley. Tikus ini banyak digunakan pada penelitian toksikologi,
penyakit infeksi dan aging.

Gambar wistar rat

KELOMPOK #4 9
3. Tikus Putih Galur Sprague Dawley

Gambar tikus putih galur sprague dawley

Tikus Sprague Dawley yang merupakan jenis outbred tikus albino serbaguna
digunakan secara ekstensif dalam riset medis. Tikus ini pertama dihasilkan oleh
peternakan Sprague Dawley(kemudian menjadi Sprague Dawley-Animal
Perusahaan) di Madison, Wisconsin pada tahun 1925.
Keuntungan : ketenangan dan kemudahan penanganan (jinak).
Berat dewasa : antara 250-300 g (betina), dan 450 – 520 g (jantan).
Usia hidup : antara 2,5 – 3,5 tahun.
Ciri : Ekornya lebih panjang daripada tikus galur wistar,
berkembang biak dengan cepat.
Penggunaan : digunakan dalam penelitian – penelitian biomedis seperti
toksikologi, uji efikasi dan keamanan, uji reproduksi, uji
behavior/perilaku, aging, teratogenik, onkologi, nutrisi, dll
Contoh penelitian : Studi infeksi maternal dan fetal, Studi efek diet pre-natal
tinggi garam pada keturunan , studi efek status seks dan
hormonal pada stress yang diinduksi kerusakan memori,
Studi gen ostocalcin spesifik tulang pada tikus, dan Studi
eksitabilitas hippocampus selama siklus estrus pada tikus.

KELOMPOK #4 10
4. Tikus Long-Evans

Gambar Tikus Long Evans

Long-Evans tikus adalah tikus strain outbred milik spesies Rattus norvegicus.
Jenis galur ini dikembangkan oleh Drs. Long dan Evans pada tahun 1915
dengan menyilangkan beberapa Wistar betina dengan jantan abu-abu liar..

2) Kelinci

Gambar kelinci albino

Jenis : kelinci albino (sering digunakan)


Bobot dewasa : 1-7 kg
Panjang badan : 40 – 70 cm
Lama hidup : 5-10 tahun
Penggunaan Uji :

KELOMPOK #4 11
1. uji iritasi mata karena kelinci memiliki air mata lebih sedikit daripada hewan
lain dan sedikitnya pigmen dimata karena warna albinonya menjadikan efek
yang dihasilkan mudah untuk diamati.
2. Kelinci juga banyak digunakan untuk menghasilkan antibody poliklonal.

2.2 Pemeliharaan Hewan Coba

Penelitian ilmiah yang baik dimana digunakan hewan sebagai objek ataupun
model kajian, maka tata kerjanya dievaluasi oleh Komisi Etik Penggunaan Hewan.
Oleh karena itu, penggunaan hewan dalam kegiatan laboratorium pendidikan
(praktikum) perlu selaras tata caranya dan memenuhi kriteria etika penggunaan
hewan percobaan.

2.2.1 Hak-Hak Hewan Coba

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian tetap harus dijaga hak-haknya
yang dikenal sebagai Animal Welfare seperti yang tercantum dalam five of freedom
yang terdiri dari 5 kebebasan yaitu :

1) Freedom from hunger and thirst.


Bebas dari rasa lapar dan haus, maksudnya adalah hewan harus diberikan
pangan yang sesuai dengan jenis hewan dalam jumlah yang proporsional,
hiegenis dan disertai dengan kandungan gizi yang cukup

2) Freedom from thermal and physical discomfort.


Hewan bebas dari kepanasan dan ketidak nyamanan fisik dengan menyediakan
tempat tinggal yang sesuai dengan prilaku hewan tersebut.

3) Freedom from injury, disease and pain.


Hewan harus bebas dari luka, penyakit dan rasa sakit dengan melakukan
perawatan, tindakan untuk pencegahan penyakit, diagnosa penyakit serta
pengobatan yang tepat terhadap binatang peliharaan.

4) Freedom to express most normal pattern of behavior


Hewan harus bebas mengekspresikan perilaku norml dan alami dengan
menyediakan kandang yang sesuai baik ukuran maupun bentuk, termasuk

KELOMPOK #4 12
penyediaan teman (binatang sejenis) atau bahkan pasangan untuk berinteraksi
sosial maupun melakukan perkawinan.

5) Freedom from fear and distresss


Hewan bebas dari rasa takut dan penderitaan dilakukan dengan memastikan
bahwa kondisi dan perlakuan yang diterima hewan peliharaan bebas dari segala
hal yang menyebabkan rasa takut dan stress seperti konflik dengan spesies lain
dan gangguan dari predator.

2.2.2 Titik Berat Pengelolaan Hewan Coba


Pada dasamya pengelolaan hewan percobaan dititik beratkan pada:

1) Kondisi bangunan
Terkadang di dalam penelitian hewan uji ditempatkan dalam kandang. Namun
perlu diingat kondisi dan ukuran kandang sangat menentukan kondisi hewan
percobaan, karena bentuk,ukuran serta bahan yang dipakai merupakan elemen
dalam physical environment bagi hewan percobaan. Kandang harus dirancang
sedemikian rupa sehingga hewan dapat hidup dengan tenang, tidak terlalu
lembab, dapat menghasilkan peredaran udara yang baik, suhu cocok, ventilasi
lengkap dengan insect proof screen (kawat nyamuk).

2) Sanitasi
Kandang yang digunakan dalam menempatkan hewan ujii memiliki sistem
sanitasi yang baik, sestim drainase yang baik, dan terjaga kebersihan dengan
baik, misalnya dengan desinfektan (lysol 3-5%). Di samping itu perlunya
mengenakan lab jas (Protective clothing) atau peralatan proteksi lainnya seperti
masker dan sebagainya.

3) Tersedianya makanan
Tersedianya makanan untuk hewan percobaan yang bernutrisi dan dalam
jumlah yang cukup. Penyimpanannya harus baik, terhindar dari lingkungan
yang lembab, diusahakan bebas dari insekta atau hewan penggerek lainnya,
karena dengan adanya ini dapat merupakan petunjuk adanya kerusakan bahan
makanan hewan.

4) Kebutuhan air

KELOMPOK #4 13
Kebutuhan air dapat diperoleh oleh hewan dengan mudah dan lancar dan
usahakan tidak terlalu tinggi kandungan mineralnya serta bersih, dan tidak
membasahi kandang hewan tersebut.

5) Sirkulasi udara
Dengan adanya sistim ventilasi yang baik, sehingga sirkulasi udara dapat diatur,
lebih baik lagi bila dipasang exhaust fan sehingga sirkulasi udara menjadi
terkontrol.

6) Penerangan
Penerangan diperlukan sekali terutama dalam pengaturan proses reproduksi
hewan, perlu diperhatikan siklus terang dan gelap karena pada beberapa hewan
siklus estrus (siklus reproduksinya) sangat tergantung oleh penerangan dan bila
tidak terdapat penerangan akan menyebabkan terhambatnya proses reproduksi.

7) Kelembaban dan temperatur ruangan


Suhu dan kelembaban ruangan merupakan komponen penting dari lingkungan
semua hewan karena secara langsung mempengaruhi kemampuan hewan untuk
mengatur panas internalnya. kehilangan panas pada hewan dapat menyebabkan
hewan menjadi pingsan, bukan dengan cara berkeringat. Adapun kelembaban
dan temperatur ruangan yang direkomendasikan bagi masing-masing hewan
percobaan masing-masing berbeda misalnya tikus pada suhu 30ºC, dan kelinci
pada suhu 25º-28ºC

8) Keamanan
Maksudnya adalah menjaga jangan sampai terjadi infeksi penyakit baik yang
berasal dari hewan maupun manusia. Sehingga sebagai usaha pencegahan tidak
diperkenankan semua orang boleh menyentuh atau mengeluarkan hewan hewan
dari kandang (lebih-lebih bila hewannya adalah bebas kuman atau yang disebut
dengan Germ Free Animals) tanpa suatu keperluan apapun.

9) Training/kursus bagi personil


Dalam program pemeliharaan hewan percobaan diperlukan tenaga yang terlatih
dan berpengalaman yang cukup, karena ilmu yang menyangkut hewan
percobaan dapat melibatkan banyak aspek ilmu, sehingga diperlukan sekali
adanya kursus baik tenaga administrasi maupun tenaga teknis.

KELOMPOK #4 14
2.2.3 Tempat Pemeliharaan Hewan Coba

2.2.3.1 Contoh Kandang Mencit/Tikus

KELOMPOK #4 15
2.2.3.2 Contoh Kandang Kelinci Laboratorium

KELOMPOK #4 16
2.3 Penanganan Hewan Coba
2.3.1 Cara Memegang Mencit
( video pemberian obat\Penyuntikan SC mencit-tikus.mp4 )

No Keterangan Gambar

a. Mencit diangkat dengan cara


memegang ekor ke arah atas
dengan tangan kanan

b. Letakkan mencit di
permukaan yang kasar,
biarkan mencit menjangkau/
mencengkeram alas yang
kasar (kawat kandang)

c. Tangan kiri dengan ibu jari


dan jari telunjuk menjepit
kulit tengkuk mencit
seerat/setegang mungkin

KELOMPOK #4 17
No Keterangan Gambar

d. Ekor dipindahkan dari tangan


kanan, dijepit antara jari
kelingking dan jari manis
tangan kiri

e. Mencit telah terpegang oleh


tangan kiri dan siap diberi
tindakan.

2.3.2 Cara Memegang Tikus


video pemberian obat\Penyuntikan SC tikus.mp4

No Keterangan Gambar
a. Tikus adalah hewan yang
pandai dan responnya baik
bila dipegang dengan baik
pula
b. Tikus tidak akan menyerang
kecuali merasa tertekan/
terprovokasi. Gunakan sarung
tangan utk mengurangi resiko
alergi dan menghindari
paparan feromone & senyawa
kimia lain

KELOMPOK #4 18
No Keterangan Gambar

c. Angkat hewan dg
menempatkan tangan di
sekitar dada bagian atas,
tanpa meremas. Tahan bagian
belakang hewan.

d. Tikus akan tetap santai jika


perut dipijat lembut. Hindari
suara tinggi. Tahan bagian
belakang hewan.

2.3.3 Cara Memegang Kelinci

No Keterangan Gambar

a. Kelinci diposisikan di atas


handuk atau baju lab.
Pastikan kontrol penuh thd
hewan.

KELOMPOK #4 19
No Keterangan Gambar

b. Pegang kulit leher kelinci

c. Tahan bagian bawah kelinci


dg tangan yg lain

d. Angkat bagian belakang


kelinci dengan mendukung
daerah pinggul antara kaki.

e. Kepala hewan ditutup setiap


saat oleh siku.

f. Kelinci dapat dipegang


menggunakan handuk, jas lab
atau kain lain yang melilit
hewan.
g. Mata dapat ditutup utk
menenangkan hewan.

KELOMPOK #4 20
2.4 Cara Pemberian Obat Pada Hewan Coba
2.4.1 Mencit dan Tikus

No Keterangan Gambar

1. Oral
Cairan obat diberikan dg
menggunakan sonde oral
ditempelkan pd langit-langit
mulut, kemudian perlahan
dimasukkan sampai
esofagus dan cairan obat
dimasukkan.
video pemberian
obat\Penyuntikan Oral pada
mencit.mp4
video pemberian
obat\Penyuntikan Oral
Tikus Putih.mp4
2. Sub Kutan
Kulit di daeran tengkuk
diangkat dan ke bagian
bawah kulit dimasukkan
menggunakan spuit 1 mL &
jarum ukuran 27G/0,4 mm
video pemberian
obat\Penyuntikan SC
mencit-tikus.mp4
video pemberian
obat\Penyuntikan SC
tikus.mp4
3. Intramuskular
Obat disuntikkan pada paha
posoterior dengan jarum
suntik no. 24
video pemberian
obat\Penyuntikan IM
mencit.mp4

KELOMPOK #4 21
No Keterangan Gambar

4. Intra Vena
a. Mencit/tikus dimasukkan
ke dalam kandang
restriksi, dengan ekornya
menjulur keluar.

b. Ekornya dicelupkan ke
dalam air hangat (28º-
30ºC) agar pembuluh
vena ekor mengalami
dilatasi, sehingga
memudahkan pemberian
obat ke dalam pembuluh
vena.

c. Pemberian obat
dilakukan dengan
mengguna kan jarum
suntik no. 24

video pemberian
obat\Penyuntikan IV
mencit.mp4
video pemberian
obat\Penyuntikan tikus
secara intravena.mp4

KELOMPOK #4 22
No Keterangan Gambar

5. Intra Peritoneal
Pada saat penyuntikan,
posisi kepala lebih rendah
dari abdomen. Jarum
disuntikkan dengan sudut
sekitar 100 dari abdomen
pada daerah yang sedikit
menepi dari garis tengah,
agar jarum suntik tidak
mengenai kandung kemih.
Penyuntikan tidak di daerah
video pemberian obat\Penyuntikan IP mencit-
yang terlalu tinggi untuk tikus.mp4
menghindari terjadinya
penyuntikan pada hati.

2.4.2 Kelinci
video pemberian obat\Penyuntikan kelinci.mp4

No Keterangan Gambar

1. Oral
Dilakukan dg menggunakan
alat penahan rahang dan
feeding tube no 6-8.

KELOMPOK #4 23
No Keterangan Gambar

2. Sub Kutan
Dilakukan pada sisi sebelah
pinggang atau tengkuk dengan
cara kulit diangkat dan jarum
(25-26 g) ditusukkan dengan
arah anterior. Dengan volume
pemberian maksimal 1% BB

3. Intra Vena
dilakukan pada vena
marginalis di daerah dekat
ujung telinga. Sebelum
penyuntikan, telinga dibasahi
terlebih dahulu dengan
alkohol atau air hangat.
video pemberian obat\Placing
intravenous catheters in
rabbits.mp4
4. Intra Muskular
dilakukan pada otot paha
belakang. Hindari otot
posterior femur karena risiko
kerusakan saraf siatik.
Gunakan jarum ukuran 25G
dan volume pemberian tidak
lebih 0.5-1.0 ml/tempat
penyuntikan

5. Intra Peritoneal
Posisi diatur sedemikian rupa
sehingga letak kepala lebih
rendah daripada perut.
Penyuntikan dilakukan pada
garis tengah di muka kandung
kencing.

KELOMPOK #4 24
2.5 Cara Menganestesi dan Mengorbankan Hewan Coba

2.5.1 Cara Menganestesi


Anestesi adalah keadaan ketidaksadaran yang diinduksi pada hewan.
Anastesi diperlukan terutama sebelum hewan itu dibedah, ada tiga tahapan anestesi
yaitu analgesia (penghilang rasa sakit), amnesia (hilangnya memori) dan
imobilisasi. Obat yang digunakan untuk mencapai anestesi biasanya memiliki efek
yang berbeda-beda. Beberapa obat dapat digunakan secara individual untuk
mencapai semua komponen anastesi, lainnya hanya dapat bersifat analgesik atau
sedatif dan dapat digunakan secara individual atau dalam kombinasi dengan obat
lain untuk mencapai anestesi penuh.
Relaksan otot rangka seperti Curariform atau beta bloker neuromuskuler
(misalnya suksinilkolin, decamethonium, curare, galamin, pancuronium) tidak
digunakan untuk anestesi dan tidak memiliki efek analgesik. Mereka hanya dapat
digunakan bersama dengan anestesi umum. Biasanya, diperlukan pernapasan
buatan. pemantauan fisiologis juga harus digunakan untuk menilai kedalaman
anestesi, dimanaa metode refleks normal tidak akan dapat diandalkan

2.5.2 Mengorbankan Hewan Coba


Percobaan dengan hewan biasanya akan berakhir dengan mematikan hewan
tersebut, baik karena akan diambil organ in vitro nya selama atau pada akhir
percobaan (misalnya pengamatan histologi paru), untuk menilai bagaimana efek
obat (misalnya efek toksik obat), atau karena hewn tersebut mengalami penderitaan
atau sakit dan cacat yang tidak mungkin sembuh lagi.
Istilah mematikan hewan uji dikenal sebagai euthanasia, yaitu suatu proses
dengan cara bagaimana seekor hewan di bunuh dengan menggunakan teknis yang
dapat diterima secara manusiawi. Hal ini berarti hewan mati dengan mudah, cepat,
tenang dengan rasa sakit yang sedikit mungkin.

KELOMPOK #4 25

Anda mungkin juga menyukai