Anda di halaman 1dari 6

Epidemiologi, Pencegahan Primer dan Sekunder Upaya pencegahan primer dan sekunder pada hipotiroid kongenital

Pada Hipotiroid Kongenital diharapkan dapat mendeteksi penyakit lebih dini, melakukan penanganan lebih
Annang Giri Moelyo, Galih Herlambang awal, dan mengurangi komplikasi gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD Dr. Moewardi Surakarta Sehingga terciptanya pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal
untuk mendapatkan generasi yang lebih baik.

Pendahuluan Epidemiologi
Hipotiroid kongenital (HK) adalah penyakit akibat adanya kekurangan hormon Hipotiroid kongenital terjadi pada 1 diantara 2000 – 4000 bayi baru lahir.4 Di
tiroid yang dapat menyebabkan gangguan neurodevelopment. Gangguan Indonesia, pada tahun 2000 – 2005 telah dilakukan program skrining di dua
neurodevelopment tersebut dapat berupa disabilitas intelektual, tempat yaitu RS Dr. Hasan Sadikin (RSHS) dan RSUP Cipto Mangunkusumo
keterbelakangan mental (retardasi mental), gangguan pendengaran, dan (RSCM) dengan jumlah masing-masing 55.647 bayi dan 25.499 bayi dengan
gangguan pertumbuhan.1 Pada usia sekolah dan remaja, anak dengan HK angka kejadian sebesar 1:3258 kelahiran. Setiap tahun diperkirakan terdapat
memiliki skor IQ lebih rendah dibandingkan seusianya, disfungsi kognitif, lebih dari 1600 bayi yang lahir dengan hipotiroid kongenital di Indonesia.3
perkembangan motorik, gangguan bahasa dan perilaku serta adanya tuli Menurut data registri penderita hipotiroid kongenital Pengurus Pusat IDAI
sensorik.1,2 sampai dengan tahun 2012 baru terdapat sebanyak 906 anak. Namun hal ini,
Hormon tiroid berfungsi mengatur proses metabolisme pada tubuh belum dapat menggambarkan keseluruhan penderita hipotiroid kongenital di
manusia dan perkembangan sel saraf. Dalam perkembangan sel saraf hormon Indonesia.5 Melalui pelaksanaan skrining hipotiroid untuk neonatus insiden
tiroid berfungsi mempengaruhi proses migrasi sel di korteks, hipokampus dan dapat meningkat hingga 1:2000. Kejadian baru penyakit ini lebih tinggi pada
serebelum. Fungsi lain hormon tiroid adalah mempengaruhi diferensiasi sel daerah endemis defisiensi iodium. Menurut jenis kelamin, penderita hipotiroid
neuron dan glia; pembentukan lapisan korteks serebri serta mielinisasi sel kongenital lebih banyak terjadi pada perempuan.6
saraf.
Penanganan yang tepat pada penyakit ini dapat mencegah dan Pengendalian Faktor Risiko HK Sebagai Bentuk Pencegahan Primer
mengurangi komplikasi gangguan neurodevelopment dan pertumbuhan. Faktor risiko terjadinya hipotiroid kongenital bervariasi. Faktor risiko
Pencegahan primer pada penyakit ini berupa pengendalian faktor risiko hipotiroid kongenital permanen adalah usia ibu saat melahirkan (> 40 tahun),
terjadinya hipotiroid kongenital. Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi bayi perempuan lebih tinggi daripada bayi laki-laki, usia kehamilan < 37
dini penyakit hipotiroid kongenital dengan skrining pada bayi baru lahir. minggu atau > 40 minggu, kelahiran kembar (gemelli), adanya malformasi
Pencegahan tersier berupa penanganan yang tepat (baik terapi maupun kongenital. Selain itu terdapat riwayat orang tua dengan hipotiroidisme
pemantauan) agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih lanjut. dan/atau struma (termasuk hipotiroidisme karena autoimun) terutama pada
Skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir di Indonesia hipotiroid transien.7,8 Pada hipotiroid kongenital transien sering berkaitan
mengalami perkembangan. Pada tahun 2006 Kementerian Kesehatan RI telah dengan adanya usia kehamilan prematur dan retardasi pertumbuhan.7
melaksanakan program skrining hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir di 7 Penelitian Ehsan K menambahkan adanya faktor risiko hipotiroid kongenital
propinsi dan tahun 2010 dilaksanakan pada 12 kota besar di Indonesia.3 berupa pernikahan keluarga dekat dan bayi yang lahir di perkotaan namun hal
Kemenkes RI juga membuat Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 78 Tahun ini beum dapat dijelaskan alasannya.8 Faktor risiko lingkungan hipotiroid
2014 tentang skrining hipotiroid kongenital dengan harapan dapat kongenital adalah daerah dengan defisiensi iodium dan diabetes gestasional
dilaksanakan di seluruh Indonesia. terutama pada hipotiroid kongenital subklinis.7,8

1
Upaya pencegahan primer pada HK dapat dilakukan dengan Gejala dan Tanda Klinis
pengendalian faktor-faktor risikonya. Pengendalian faktor risiko ini diharapkan
dapat mengurangi angka kejadian penyakit ini. Faktor risiko yang dapat Gejala dan tanda klinis sangat bervariasi mulai dari gejala sangat ringan hingga
dikendalikan tersebut antara lain: usia ibu saat melahirkan, usia kehamilan tampak jelas. Hal tersebut sangat tergantung pada etiologi, usia terjadinya,
prematur dan postmature, dan pernikahan keluarga dekat. derajat penyakit, dan lamanya kondisi hipotiroid. Gejala klinis hanya tampak
pad 10-15% bayi baru lahir. Adapun, gejala klinis yang sering terdapat pada
Etiologi HK adalah ikterus berkepanjangan, letargi, gangguan minum, dan konstipasi.7
Penyebab lain hipotiroid kongenital sangat bervariasi seperti terlihat pada Manifestasi klinis lainnya yang dapat dijumpai adalah distensi abdomen
Tabel 1. dengan hernia umbilikalis, makroglosia, kulit yang dingin dan mottled,
Tabel 1. Etiologi hipotiroid kongenital9 hipotermia, fontanella posterior > 0,5 cm, pangkal hidung rata, dan fontanella
anterior lebar. Pada bayi usia lebih besar dapat ditemukan pangkal hidung
Primer Tiroid disgenesis (85%)
datar/rata (flat nasal bridge) dengan pseudohipertelorisme, bradikardia dan
Aplasia
hipotonia.9,10
Hipoplasia
Ektopik (57%) Hipotiroid kongenital sering dikaitkan dengan adanya malformasi
Tiroid dishormonogenesis (15%) kongenital. Malformasi kongenital terbanyak adalah kelainan jantung.
Defek simporter natrium-iodida Malformasi lainnya antara lain rambut yang runcing/tajam, palatoskisis,
Defek pada tiroid peroksidase abnormalitas neurologis dan kelainan urogenital. Penderita HK juga sering
Defek tiroglobulin terdapat pada pasien Sindrom Down.
Defek deiododinase
Resistensi terhadap ikatan/sinyal TSH
Defek reseptor TSH Diagnosis
Defek protein G
Sekunder (sentral) Isolated TSH deficiency Dalam penegakan diagnosis hipotiroid kongenital didasarkan atas ada tidaknya
Congenital hypopituitarism (multiple hormone deficiencies) program skrining pada neonatus. Pada program skrining neonatus
Perifer Defek transport hormon tiroid
menggunakan alur diagnosis berdasarkan hasil laboratorium. Pada daerah yang
Defek metabolism hormon tiroid
tidak melakukan program skrining neonatus diagnosis hipotiroid kongenital
Resistensi terhadap hormon tiroid
diawali dengan ada tidaknya gejala dan tanda klinis.
Transient Paparan iodine berlebih maternal/neonatal
Hipotiroid kongenital sering bersifat asimtomatis (95%) sehingga
Defisiensi iodine maternal/neonatal
menyulitkan penegakan diagnosis berdasarkan manifestasi klinis. Manifestasi
Obat antitiroid pada ibu
klinis baru muncul seiring berjalannya waktu. Derajat beratnya penyakit dapat
Maternal TRB-Antibody
berdasarkan klinis (adanya manifestasi klinis) maupun secara biologis (fT4 <5,
Mutasi heterozigot THOX2 atau DUOXA2
5-10, 10-15 pmol/L untuk derajat ringan, sedang, berat). Selain itu, derajat
Hemangioma hepatic congenital
beratnya dapat berdasarkan radiologis menurut maturasi epifisis tulang lutut
yang terlambat bahkan berdasarkan penyebabnya.10

2
Kementerian Kesehatan RI mengadakan program skrining hipotiroid atas kertas saring khusus sampai bulatan kertas penuh terisis darah. Setelah
kongenital pada neonatus. Pada program skrining ini, semua bayi baru lahir kering, spesimen dikirim ke laboratorium SHK yang ditunjuk oleh Kemenkes.
berusia 48-72 jam dilakukan pemeriksaan kadar TSH dengan menggunakan Pengiriman spesimen tidak boleh lebih dari 7 (tujuh) hari sejak spesimen
kertas saring. Spesimen darah perifer diambil dari bagian lateral kanan atau diambil dan perjalanan pengiriman tidak boleh lebih dari 3 hari. Kertas saring
kiri tumit bayi sesuai daerah berwarna merah (Gambar 1) dan kertas saring SHK dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.3,10
dikirimkan ke pusat skrining yang ditunjuk Kemenkes.

Gambar 1. Lokasi pengambilan spesimen darah pada bagian tumit bayi

Upaya Pencegahan Sekunder dengan Program Skrining Hipotiroid


Kongenital (SHK)
Program skrining ini dimulai sejak tahun 2006 melalui konvensi Health
Technology Assessment (HTA) dan pada 2016 semua wilayah Indonesia sudah
dikenalkan dan dapat melayani program skrining hipotiroid kongenital (SHK).
Kebijakan nasional ini diharapkan dapat meningkatkan deteksi dini dan
menangani masalah yang ditimbulkan akibat hipotiroid kongenital.
Seperti telah disebutkan di atas, program skrining ini diperuntukkan
pada semua bayi baru lahir. Pengambilan spesimen darah paling ideal pada
usia 48-72 jam namun antara 24-48 jam masih ditolerir. Spesimen darah Gambar 2. Contoh kertas saring pada SHK10
diambil dari bagian tumit bayi (heel prick). Darah yang keluar diteteskan ke

3
4
Skrining HK dapat dilakukan pada kondisi-kondisi khusus seperti bayi dan pelaporan), pencatatan dan dokumentasi. Program skrining ini sangat
yang mempunyai risiko mengalami HK transien. Kelompok bayi-bayi tersebut mempengaruhi keberhasilan dalam mendeteksi secara dini penyakit hipotiroid
adalah bayi prematur (usia kehamilan < 37 minggu), bayi berat lahir rendah kongenital sehingga dapat dilakukan terapi lebih awal. Terapi dini pada
(BBLR) dan bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), bayi kritis dalam penyakit ini akan menghindari gangguan pertumbuhan dan perkembangan
perawatan intensif dan bayi kembar dengan jenis kelamin sama. Pengambilan khususnya retardasi mental.
spesimen darah dapat dilakukan 2 atau 3 kali tergantung umur kehamilan dan Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan untuk menentukan
berat ringannya penyakit. Sebaiknya pengambilan spesimen dilakukan segera penyebab hipotroid kongenital adalah ultrasonografi tiroid, sintigrafi tiroid,
sebelum mendapatkan tindakan pengobatan. serum tiroglobulin, antibodi tiroid, dan iodium urin. Namun pemeriksaan ini
Cut off point kadar TSH pada SHK adalah 20 mU/L (20 mikroU/mL). tidak akan mempengaruhi pemberian terapi sehingga tidak perlu adanya
Kadar TSH kurang dari 20 mU/L dianggap normal. Apabila kadar TSH ≥ 20 penundaan terapi.10
mU/L dianggap hasil yang tinggi. Kadar TSH yang tinggi (> 20 mU/L) perlu
dilakukan pengambilan spesimen ulang/duplo. Apabila kadar TSH < 20 mU/L Tatalaksana
maka hasil dianggap normal sedangkan kadar TSH ≥ 20 mU/L maka perlu Terapi hipotiroid kongenital dengan terapi pengganti hormon yaitu
dilakukan pemeriksaan serum TT4/fT4 dan TSH untuk konfirmasi ulang. levotiroksin. Levotiroksin merupakan hormon tiroid sintetik dimana secara
Pemeriksaan konfirmasi fT4 atau TSH dilakukan dengan metode ELISA/FEIA kimiawi identik dengan tiroksin. Levotiroksin ini diberikan dalam bentuk
kuantitatif.10 preparat oral dan diberikan dalam jangka panjang.
Apabila hasil pemeriksaan konfirmasi didapatkan kadar fT4 rendah Levotiroksin segera dapat diberikan pada penderita hipotiroid
dan/atau TSH meningkat, maka dapat didiagnosis sebagai hipotiroid kongenital. Obat ini diberikan tidak lebih dari usia 2 minggu atau segera
kongenital. Kadar fT4 yang rendah tanpa melihat kadar TSH adalah indikasi setelah pemeriksaan konfirmasi serum. Dosis levotiroksin pada nenonatus
dilakukannya terapi. Apabila kadar fT4 normal dengan kadar TSH minimal 2 yang dianjurkan adalah 10-15 mcg/kg berat badan/hari. Dosis levotiroksin
kali pemeriksaan > 20 mU/L maka dapat diberikan terapi. Selain itu, terapi yang dapat diberikan tertera pada tabel 1 di bawah ini.
pengganti hormon dapat mulai diberikan pada kondisi:
 bayi/anak dengan klinis hipotiroid dan hasil pemeriksaan laboratorium Tabel 1. Dosis pemberian levotiroksin9,10
atau neonatus dengan hasil skrining abnormal (TSH>20 mU/L) dan Usia Dosis (mcg/kgBB)
telah dikonfirmasi dengan serum darah hipotiroid, 0-3 bulan 10-15
 pemeriksaan skrining kadar TSH ≥40 mU/L tanpa menunggu 3-6 bulan 8-10
konfirmasi pemeriksaan serum darah (fT4 dan TSH). 6-12 bulan 6-8
Apabila kadar TSH antara 6-20 mU/L dengan bayi sehat dan kadar fT4 normal 1-5 tahun 5-6
maka pemeriksaan TSH diulang dalam 3-4 minggu. Apabila kadar TSH tetap 6-12 tahun 4-5
tinggi, maka dapat dinerikam terapi atau pemeriksaan diulang laboratorium Lebih dari 12 tahun 2-3
dalam 2 minggu.10,11
Tahapan proses skrining HK secara garis besar meliputi proses
persiapan (persetujuan dan penolakan tindakan), pengambilan sampel (waktu Pada kondisi HK berat, levotiroksin dapat diberikan dosis lebih tinggi,
pengambilan, data demografi bayi, metode pengambilan, pengiriman, proses sedangkan bayi dengan HK ringan atau sedang diberikan dosis lebih rendah.
skrining di laboratorium, dan kesalahan pada pengambilan sampel, pencatatan Dosis tersebut harus selalu disesuaikan dengan kondisi klinis dan biokimiawi

5
serum tiroksin dan TSH menurut umur. Pemberian levotiroksin dengan cara 2. Rovet JF. Long-term neuropsychological sequelae of early-treated
digerus/dihancurkan dan bisa dicampurkan dengan sedikit ASI atau air putih. congenital hypothyroidism: effects in adolescence. Acta Paediatr
Obat teratur diminum pada pagi hari. Suppl. 1999;88(432):88-95.
3. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Anak Kementerian
Kesehatan RI. Pedoman skrining hipotiroid kongenital. Jakarta:
Pemantauan Terapi Kementerian Kesehatan RI. 2012 h.
Pemantauan terapi berdasarkan pemantauan fungsi tiroid secara teratur dengan 4. Dorreh F, Chaijan P, Javaheri J, Zeinalzadeh AH. Epidemiology of
pemeriksaan fT4 dan TSH. Pemeriksaan serum tersebut dilakukan minimal 4 congenital hypothyroidism in Markazi Province, Iran. J Clin Res
jam setelah pemberian levotiroksin terakhir.Target terapi hipotiroid kongenital Pediatr Endocrinol 2014;6(2):105-110.
adalah tercapainya kadar fT4 pada setengah batas atas rentang normal sesuai 5. Moelyo AG. Diagnosis dan tatalaksana hipotiroid kongenital. Makalah
usia dan kadar TSH pada rentang normal. Pemantauan pertama dilakukan simposium Yogyakarta.
setelah 2 minggu pemberian terapi dan dilanjutkan setiap minggu sampai kadar 6. Grosse SD, Vliet G Van. Prevention of intellectual disability through
TSH normal. Pemantauan setiap 2 bulan sampai usia 12 bulan dann setiap 4 screening for congenital hypothyroidism: how much and at what level?
bulan pada usia 1-3 tahun.9,10 Pemantauan lain yang juga perlu diperhatikan Arch Dis Child. 2011;96(4):374–9.
adalah pemantauan pertumbuhan, perkembangan, perilaku, psikomotor, fungsi 7. Medda E, Olivieri A, Stazi MA, Grandolfo ME, Fazzini C, Baserga M,
mental dan kognitif, tes pendengaran dan penglihatan, umur tulang (bone age) et al. Risk factors for congenital hypothyroidism: results of a
dan konseling genetika bila diperlukan.9 population case-control study (1997-2003). European journal of
endocrinology. 2005;153(6):765–73.
Simpulan 8. Keshavarzian E, Valipoor AA, Maracy MR. The incidence of
Hipotiroid kongenital merupakan gangguan defisiensi hormon tiroid yang congenital hyopthyroidism and its determinants from 2012 to 2014 in
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembengan penderita terutama Shadegan, Iran: a case-control study. Epidemiol Health 2016; 38:
gangguan neurodevelopment. Upaya pengendalian faktor-faktor risiko dan e2016021.
deteksi dini melalui skrining neonatus diharapkan dapat mengurangi angka 9. LaFranchi SH. Approach to the diagnosis and treatment of neonatal
kejadian hipotiroid kongenital dan memberikan terapi lebih awal sehingga hypothyroidism. The Journal of clinical endocrinology and
dapat menciptakan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Dengan metabolism. 2011 Oct;96(10):2959–67.
pertumbuhan dan perkembangan optimal akan tercipta generasi bangsa yang 10. Kementerian Kesehatan RI. Modul pelatihan: skrining hipotiorid
sehat dan cerdas. kongenital (SHK) bagi petugas kesehatan. 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
11. Léger J, Olivieri A, Donaldson M, Torresani T, Krude H, Van Vliet G,
Daftar Pustaka et al. European society for paediatric endocrinology consensus
1. Leger J. Congenital hypothyroidism: a clinical update of long term guidelines on screening, diagnosis, and management of congenital
outcome in young adults.European Journal hypothyroidism. Horm Res Paediatr. 2014;81:80–103.
ofEndocrinology.2015;172:R67–R77

Anda mungkin juga menyukai