Anda di halaman 1dari 2

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Semester III

MK. APRESIASI SASTRA DAN KRITIK


2018
SASTRA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Nama : Nona Aprilla Nilai :


Nim : 2172111004
Prodi/ Fakultas : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/ FBS Paraf Dosen:
Kelas : Reguler D 2017

Pertemuan : 3 SKS : 4 SKS


LEMBAR KERJA II
Hari/ Tanggal : Kode: 3IND 47014
M.K PENGAJARAN APRESIASI DA KRITIK
15 Februari 2019
SASTRA
Materi : Memahami Kondisi Pengajaran Apresiasi Sastra di Sekolah

Soal:
Secara mandiri bacalah artikel yang ditulis Maman S. Mahayana berjudul Pembelajaran Apresiasi
Sastra di Sekolah yang dimuat dalam jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. Kemudian
uraikanlah hasil pemikiran beliau dalam bentuk esai sederhana! (minimal 4 paragraf).
Jawaban:
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) meberi peluang yang lebih luas kepada guru
serta pihak sekolah dalam meningkatkan kompetensinya. Akan tetapi, dunia pendidikan di
Indonesia terlalu sering berubah-ubah, baik pergantian menteri bahkan pergantian kurikulum.
Kondisi pendidikan yang seperti ini membuat minimnya kesadaran guru dalam perkerjaannya.
Mereka tidak menyadari bahwasanya mereka harus menjalankan profesinya secara profesional.
Persoalan berubahnya kurikulum dapat membuat guru kebingungan dan kesulitan dalam
menghadapi perubahan tersebut yang akhirnya dapat berdampak pada siswa. Akan tetapi, dalam
pembelajaran sastra, sangat banyak materi yang bisa diambil dari beberapa media cetak seperti
memanfaatkan cerita rakyat, buku dongen bahkan cerpen yang terdapat di koran. Hal itu dapat
mengantisipasi keluh kesah guru lantaran KTSP memberi peluang bagi guru dalam
mengembangkan kreativitasnya sesuai tuntutan sekolah. Disamping keunggulannya, KTSP juga
mempunyai kendala yaitu masih adanya penyelenggaraan Ujian Nasional (UN). KTSP membuat
pengajaran cenderung berorientasi pada keberhasilan UN. Sehingga keberhasilan guru dalam
mengajar sering kali disimbolkan oleh keberhasilan siswa pada saat UN.
Permasalahan yang terjadi disini mengenai pelajaran bahasa dan sastra Indonesia selalu
menjadi keluh kesah guru. Masalah tersebut mengenai semangat guru untuk mengajarkan
sejumlah teori dan pengetahuan tentang bahasa dan sastra Indonesia. Selain itu materi yang
diajarkan di sekolah cenderung menjadi sangat linguistis. Akibatnya, pelajaran bahasa Indonesia
di sekolah tidak lebih mengarahkan kepada keterampilan berbahasa.
Di dalam pelajaran Bahasa Indonesia, yang menjadi permasalahan nasional dalam dunia
pendidikan adalah ketika siswa hanya diberikan teori dan konsep sastra, tidak disuruh untuk lebih
berfikir kritis mengenai karya sastra. Oleh karena itu, guru sebaiknya menyuruh siswa untuk
membaca karya sastra lalu guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok. Dalam diskusi
kelompok tersebut, guru dapat menerangkan konsep serta murid lebih dapat memehami mengenai
materi tersebut. Dengan cara tersebut, makan pelajaran mengenai sastra dapat menumbuhkan
apresiasi siswa terhadap karya sastra.

Anda mungkin juga menyukai