Anda di halaman 1dari 16

Cased Based Discussion

ABORTUS INCOMPLETUS
Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kandungan dan Kebidanan
Di RSISA Semarang

Disusun oleh:
Pratidina Kusuma Dewi
30101407284

Pembimbing :
dr. Rini Aryani, Sp.OG.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2018
STATUS ILMU KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
SMF KANDUNGAN DAN KEBIDANAN
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG

Nama Mahasiswa : Pratidina Kusuma Dewi

NIM : 30101407284

Dokter Pembimbing : dr. Rini Aryani, Sp. OG

A. IDENTITAS
1. Nama penderita : Ny. M
2. Umur : 38 tahun 10 bulan 2 hari
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. No. RM : 01339852
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMP
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Status : Menikah
9. Alamat : Jl. Labuhan no 144 Degayu Pekalongan Utara
10. Tanggal Masuk : 10 November 2018
11. Masuk Jam : 23.30 WIB
12. Ruang : Baitunnissa
13. Kelas : II

B. ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 12 November 2018 pukul
16.00 WIB.
1. Keluhan Utama :
Pasien hamil 11 minggu datang dengan keluhan keluar darah segar dan prongkolan
seperti daging.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien G2P1A0 gravida 11 minggu datang dari IGD RISA dengan mengeluh keluar
darah merah segar dan prongkolan 2-3 cm dari jalan lahir sejak hari Sabtu, 10
November 2018 sekitar jam 18.00 WIB. Pasien juga mengeluh lemas dan sakit di perut
bagian bawah. Pasien merasa keluar flek-flek, sejak 3 hari yang lalu. Riwayat trauma
(-), konsumsi obat-obatan / jamu (-), pijat (-), aktivitas berlebih (-).
3. Riwayat Kehamilan
HPHT : 24-08-2018
HPL : 31-05-2019
Usia Kehamilan : 11 minggu
Pasien tidak menstruasi sejak bulan Agustus 2018 dan sudah melakukan tes kehamilan
dengan tes pack kehamilan dan hasilnya positif.
4. Riwayat ANC
ANC dilakukan 2 kali di bidan, tidak ada pesan-pesan khusus.
5. Riwayat Obstetri
G2P1A0 hamil 11 minggu
G1 : perempuan, 6 tahun, aterm, 3200 gr, spontan, bidan
G2 : hamil sekarang
6. Riwayat Menstruasi
- Menarche : umur 13 tahun
- Siklus haid : 26 hari, teratur
- Lama haid : 6 hari
- Dismenore : (-)
7. Riwayat KB
IUD selama 5 tahun
8. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah yang pertama kali dengan suami sekarang.
Usia pernikahan 10 tahun.
9. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Keluhan Serupa : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Alergi Obat : Amoxicilin
10. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Keluhan Serupa : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Alergi Obat : disangkal
11. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, suami pasien bekerja wiraswasta. Biaya
pengobatan ditanggung BPJS (Non PBI).

C. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign :
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit TB : 152 cm
RR : 20 x/menit BB : 58 Kg
Suhu : 36 0C
b. Status Internus
- Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)
- Tenggorokan : Faring hiperemis (-), pembesaran tonsil (-)
- Leher : Simetris, pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran tiroid (-)
- Kulit : Turgor baik, ptekiae (-)
- Mamae : Simetris, tampak membesar, terasa kencang, benjolan
abnormal (-), hiperpigmentasi areola (+), puting menonjol (+).
- PF Paru :
 Inspeksi : Pergerakan hemithorax dextra dan sinistra simetris
 Palpasi : Stem fremitus dextra dan sinistra sama, nyeri tekan (-)
 Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
- PF Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
 Perkusi : Redup, perkusi batas jantung tidak dilakukan.
 Auskultasi : bunyi jantung I&II normal, suara tambahan (-)
- PF Abdomen :
 Inspeksi : Datar pembesaran uterus tidak terlihat, striae
gravidarum (-), linea nigra (-), bekas operasi (-).
 Auskultasi : bising usus (+) normal, DJJ (-)
 Perkusi : Timpani (+)
 Palpasi : Nyeri tekan perut bawah (+),
TFU belum dapat ditentukan
leopold tidak dilakukan.
- Genitalia
 Inspeksi Eksterna :
Mons veneris : benjolan(-), eritem(-)
Vulva : tidak ada kelainan
Labia mayor, labia minor, klitoris : tidak ada kelainan.
Ostium uretra externa : tidak ada kelainan
Discharge : darah segar (+) di pembalut,
prongkolan(+), lendir (-)
 VT :
Portio : lunak
OUE : pembukaan 1 jari longgar , teraba
jaringan (+)
Adneksa : tidak ada kelainan dan tidak ada
massa
Cavum Douglas : tidak ada kelainan (cekung)
 Inspikulo : tidak dilakukan
- Extremitas :
Superior Inferior
Oedem -/- -/-
Varises -/- -/-
Reflek fisiologis +/+ +/+
Reflek patologis -/- -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium Darah (tanggal 10 November 2018)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

HEMATOLOGY

Darah Rutin 1

Hemoglobin 12.5 11.7-15.5 g/dl

Hematokrit 37.3 33-45 %

Leukosit 15.69 H 3.6-11.0 Ribu/uL

Trombosit 282 150-440 Ribu/Ul

Golongan Darah/Rh A/Positif

APTT/PTTK 23.7 21.8-28.0 Detik

Kontrol 27.5 21.0-28.4 Detik

PTT 9.2 L 9.3-11.4 Detik

Kontrol 10.8 9.2-12.4 Detik

IMUNOSEROLOGI

HbsAg Kualitatif Non Reaktif Non Reaktif -

KIMIA

GDS 138 76-110 mg/dl

Ureum 16 10-50 mg/dl

Kreatinin Darah 0.7 0.5-0.9 mg/dl

Natrium 139.8 135-147 mmol/L

Kalium 3.4 L 3.5-5 mmol/L


Chloride 98.4 95-105 mmol/L

B. USG
Hasil:
Uterus ukuran besar, tampak GS intrauterine letak ke caudal dinding irregular, tak
tampak gambaran janin.
Berdasarkan pengukuran biometri sesuai dengan usia hamil 10 minggu 2 hari.
Tak tampak massa di region adneksa.
Tak tampak cairan bebas intraabdominal.
Kesan :
Uterus besar dengan gambaran GS intrauterine, letak ke caudal, dinding irregular
sesuai dengan usia hamil 10 minggu 2 hari cenderung blighted ovum.

E. RESUME
Pasien G2P1A0 hamil 11 minggu, datang dengan keluhan keluar darah merah segar dan
prongkolan (+) dari jalan lahir pada tanggal 10 November 2018. Pasien merasa keluar
flek-flek, sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat Kehamilan
HPHT : 24-08-2018
HPL : 31-05-2019
Usia Kehamilan : 11 minggu
Tanggal kedatangan ke RS : 10-11-2018
Status Present :
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Abdomen : nyeri perut bagian bawah
Genitalia :
 Terlihat darah merah segar disekitar vulva, pada pemeriksaan dalam portio
pembukaan 1 jari longgar , teraba jaringan.
Pemeriksaan Penunjang
Hematologi : leukositosis
USG : Tampak GS (+) , tidak ada tanda-tanda kehidupan janin

F. DIAGNOSA AWAL
Wanita 38 tahun, G2P1A0 hamil 11 minggu dengan abortus inkompletus.

G. SIKAP
1. Pasien di rawat inap
2. Pengawasan: KU, Vital Sign, PPV
3. Lengkapi Laborat dan konsul radiologi USG
4. Keluarkan sisa hasil konsepsi dengan kurettage.
5. Terapi medicamentosa
 Infus RL 20 tpm
 Cefadroxil 500 mg 2x1 PO
 Inj. Metergin 0,2 mg 3x1 iv
 Vitamin B complex 2x1 PO

H. PROGNOSA
Kehamilan : ad malam

I. EDUKASI
1. Memberi tahu untuk kontrol satu minggu setelah keluar dari RS.
2. Diharapkan untuk tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai
kontrasepsi.

J. DIAGNOSA AKHIR
P1A1 post curettage dengan abortus incompletus

K. FOLLOW UP
Waktu SOAP
10/11/2018 S : Pasien mengatakan keluar flek dan prongkolan dari
23.30 jalan lahir sejak Rabu (7/11/18). HPHT 24/8/18.
O : VT pembukaan 1 cm sempit, tidak teraba jaringan,
darah (+) sedikit.
A : G2P1A0 hamil 11 minggu dengan abortus
inkompletus.
P : infus RL 20 tpm. Lengkapi laboratorium, konsul
USG. Monitor KU, TTV dan PPV.
11/11/2018 S : Pasien mengatakan keluar prongkolan darah
O : KU baik, TD 110/70 mmHg, HR 88, RR 20, T 36,4.
VT pembukaan 1 cm, portio teraba lembut. USG terlampir.
A : G2P1A0 hamil 11 minggu dengan abortus
inkompletus.
P : infus RL 20 tpm. Pro curettage 12/11/18 jam 13.00
12/11/2018 Post Curetage a/i Abortus Inkompletus
15.00 P : Inf RL 20 tpm
- Cefadroxil tab 2 x 1
- Methergin 3 x 1
- Vit B Complex 2x1
12/11/2018 S : Pasien mengatakan pusing
15.30 O : KU baik, TD 100/70 mmHg, HR 80, RR 20, T 36,2
A : Post curetage a/i Abortus Inkompletus
P : Monitor KU, TTV dan tanda-tanda infeksi. Terapi
sesuai advice.
13/11/2018 S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan, BAK (+)
06.00 O : KU baik, TD 110/80 mmHg, HR 84, RR 20, T 36,4
A : Post curetage a/i Abortus Inkompletus H1
P : Monitor KU, TTV dan tanda-tanda infeksi. Terapi
sesuai advice.
13/11/2018 S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan,
13.15 O : KU baik, TD 110/70 mmHg, HR 80, RR 20, T 36,4
A : Post curetage a/i Abortus Inkompletus H1
P : Boleh pulang
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Abortus adalah ancaman/pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan < 20
minggu atau berat janin <500 gram.
Sedangkan abortus incompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa jaringan yang tertinggal dalam
uterus.

B. ETIOLOGI
Secara umum, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan abortus yaitu:
1. Faktor janin
a. Berdasarkan hasil studi sekitar 50-60% dari abortus spontan mempunyai
masalah pada kromosom, seperti autosomal trisomy, monosomy X dan
polyploidy.
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
c. Pengaruh dari luar akibat radiasi, virus, obat-obatan.
2. Faktor maternal
a. Usia ibu
b. Penyakit- penyakit ibu:
 Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya.
 Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi
kuman atau virus pada fetus.
 Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru berat,
anemi gravis.
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang sudah
dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, endometritis, dan mioma
submukosa.
d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola hidatidosa).
e. Gangguan sirkulasi plasenta dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis,
hipertensi, toksemia gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis.
f. Antagonis rhesus

C. KLASIFIKASI ABORTUS
1. Abortus imminens (keguguran mengancam)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana buah kehamilan masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama
sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan
tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi perdarahan sedikit
pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini
disebabkan oleh penembusan villi koreales ke dalam desidua, pada saat implantasi
ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, warnanya merah, cepat berhenti,
dan tidak disertai mules-mules.
2. Abortus incipiene (keguguran berlangsung)
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi buah kehamilan masih dalam
uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan
bertambah.
3. Abortus incompletus (keguguran tidak lengkap)
Pengeluaran sebagian buah kehamilan pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis
servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang -
kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
4. Abortus completus (keguguran lengkap)
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di
keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup.
Diagnosis dapat di permudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat
dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
5. Missed abortion (retensi janin mati)
Kematian buah kehamilan sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati
tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif
kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi
malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi 12 negatif. Dengan ultrasonografi
dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia
kehamilan.
6. Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut - turut tiga kali atau
lebih.

D. PATOGENESIS
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas
sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing didalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya,
karena vili koreales belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, telah masuk agak dalam, karena plasenta tidak
dikeluarkan secara utuh sehingga banyak terjadi perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu keatas, yang umumnya bila kantong ketuban pecah maka disusul dengan
pengeluaran janin dan plasenta yang telah lengkap terbentuk. Perdarahan tidak
banyak terjadi jika plasenta terlepas dengan lengkap.
Apabila buah kehamilan yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka ovum akan dikelilingi oleh kapsul gumpalan darah, isi uterus dinamakan
mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karneosa apabila pigmen darah diserap
sehingga semuanya tampak seperti daging. Pada janin yang telah meninggal dan
tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan menjadi
agak gepeng atau fetus compressus karena cairan amnion yang diserap. Dalam
tingkat lebih lanjut janin menjadi tipis seperti kertas perkamen atau fetus
papiraseus. Kemungkinan lain yang terjadi apabila janin yang meninggal tidak
dikeluarkan dari uterus yaitu terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi
lembek, dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
Hasil konsepsi pada abortus dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
janin tidak tampak didalam kantong ketuban yang disebut blighted ovum, mungkin
pula janin telah mati lama disebut missed abortion.
E. MANIFESTASI KLINIS ABORTUS INCOMPLETUS
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
2. Pendarahan pervaginam, dengan disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
3. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
4. Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu
badan normal atau meningkat.
5. Pemeriksaan Ginekologi :
 Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
 Colok Vagina: Porsio terbuka, teraba jaringan dalam kavum uteri, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kaum douglasi tidak
menonjol dan tidak nyeri.
 Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka, ada atau
tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada atau tidaknya cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan darah, serta reaksi
silang analisis gas darah, kultur darah, terresistensi.
2. Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan 3 hari – 1 minggu setelah
abortus karena masih ada sisa HCG dalam sirkulasi darah.
3. Pemeriksaan dopler
4. USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
5. Pemeriksaan kadar fibrinogen.

G. PENATALAKSANAAN
 Teknik bedah:
1. Kuretase , Dilatasi kuretase
2. Aspirasi vakum
3. Laparotomi histerektomi
 Teknik medis:
1. Oksitosin IV
2. Prostaglandin E2

3. Anti progesteron (mifepriston)


Pada abortus incompletus perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, hal ini dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infus
cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan
(kuretase). Perlu diberi tambahan: anti biotik untuk mencegah infeksi, dan dapat
diberikan transfusi darah jika perlu.

H. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi
biasanya ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan
yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi
menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan
diikuti oleh syok.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan infeksi
berat (syok endoseptik).
Komplikasi tindakan kuretase :
Tindakan kuretase yang dilakukan untuk membersihkan uterus dari sisa hasil
konsepsi dapat berakibat perforasi dinding uterus. Perforasi dinding uterus pada
kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika
terjadi peristiwa ini, penderita pelu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya,
perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,
penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
Perforasi uterus menimbulkan persolan gawat karena dimungkinkan terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi
Pertama 2013. Disusun atas kerja sama WHO, Bakti Husada, Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta.
2. Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta.EGC
3. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. 2014.Jakarta.
4. Sarwono Prawirohardjo, 2009, Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai