Anda di halaman 1dari 34

PEDOMAN

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI


DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

DIREKTORAT PEMBINAAN ANAK USIA DINI


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN
INFORMAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014

1
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL

Kurikulum dipandang sebagai jantungnya sebuah program pendidikan. Kurikulum dapat


dipandang sebagai strategi dan cara yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan yang
ditetapkan secara nasional. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menyadari betapa pentingnya kedudukan dan peran kurikulum sebagai suatu elemen yang
memberi arah dalam program pendidikan. Seyogyanya kurikulum mengarah kepada
pemebentukan kompetensi output pendidikan yang bagaimana yang diharapkan. Kompetensi
tersebut diharapkan selaras dengan kompetensi yang dituntut sesuai dengan era atau zaman
dimana anak menjalani kehidupannya.
Kurikulum 2013 sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada dasarnya penguatan terhadap kurikulum sebelumnya dan pengembangan pada
aspek struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penilaian yang
bersifat otentik. Kurikulum 2013 mengusung pada pengembangan kurikulum konstruktivisme
yang lebih bersifat fleksibel dalam pelaksanaan tetapi lebih member ruang pada anak untuk
mengembangkan potensi dan talentanya. Model pendekatan kurikulum tersebut berlaku dan
ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak Pendidikan Anak Usia Dini hingga
pendidikan menengah. Keajegan model pendekatan disemua jenjang ditujukan untuk membentuk
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang lebih konsisten sejak awal, sehingga
diharapkan peserta didik mampu berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi yang keatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas.
Sebagai jenjang paling dasar, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan
menjadi fundamental penyiapan peserta didik menjadi lebih siap dalam memasuki jenjang
pendidikan lebih tinggi. Untuk pencapaian tujuan tersebut maka perlu diberikan pedoman,
pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai rujukan para pendidik menerapkan
kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di satuan pendidikannya.

2
Kami berkeyakinan dengan tekad untuk memajukan negara Indonesia yang lebih maju
melalui layanan pendidikan yang lebih baik, maka penerapan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini merupakan suatu keniscayaan. Terima kasih

Jakarta, Agustus 2014


Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
Nonformal, dan Informal,

Hamid Muhammad, P.Hd

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberkahi kita semua
sehingga Penyusun Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
terselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan. Pedoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan
Anak Usia Dini sebagai jembatan penghubung dari kajian yuridis, filosofis, sosiologis, teoretis,
dan pedagogis yang menjadi landasan pengembangan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia
Dini menjadi langkah praktis dalam menerapkan kurikulum 2013 kepada peserta didik di satuan
PAUD masing-masing.
Pedoman-pedoman disusun sesederhana mungkin agar mampu dipahami oleh seluruh
pendidik Pendidikan Anak Usia Dini yang sangat beragam dan tersebar dengan tetap merujuk
pada teori-teori yang melandasinya. Pedoman-pedoman implementasi Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini ini bersifat terbuka dan fleksibel. Artinya sangat memungkinkan
pada penerapannya disesuaikan dengan kondisi, potensi, dan budaya setempat. hal yang paling
diusung dalam Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini adalah keterbukaan kita menerima
perubahan cara berpikir, perubahan kebiasaan, perubahan sikap. Perubahan tersebut akan
berimbas pada perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
Untuk semua usaha yang telah dilakukan, kami mengucapkan terima kasih kepada Tim
Penyusun, Tim Penelaah, Tim Reviewer yang telah bekerja keras memfinalkan pedoman
implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.
Terima kasih.

Jakarta, Agustus 2014


Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,

DR. Erman Syamsuddin

4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................2


Sambutan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal ....3
Daftar Isi .................................................................................................................................4
Bab I. Pendahuluan................................................................................................................5
A. Latar Belakang .....................................................................................................5
B. Dasar Hukum .......................................................................................................5
C. Tujuan ...................................................................................................................6
D. Sasaran...................................................................................................................6
Bab II. Pembelajaran Pada Anak Usia Dini.........................................................................7

A. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini.......................................................7


B. Prinsip-prinsip Pembelajaran PAUD..................................................................9
Bab III. Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik.........................................................13
A. Pengertian..............................................................................................................13
B. Peningnya pendekatan sainiik sejak anak usia dini .............................................13
C. Pendekatan Saintifik Pada anak Usia Dini ........................................................14
Bab IV. Pembelajaran Tematik Dengan Pendekatan Saintifik ................................................15
Bab V. Penutup .......................................................................................................................33

5
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Anak Usia Dini yang dikelola dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik anak dipercayai dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan jamak yang dimiliki
anak sejak lahir. Kegiatan pembelajaran pada PAUD merupakan sarana untuk membantu
anak mencapai kemampuan optimal sesuai potensi yang dimiliki. Pembelajaran yang
diberikan kepada anak sebagai upaya untuk memberikan stimulasi optimal yang dapat
mengembangkan potensi kecerdasan anak.
Pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan saintifik dalam proses bermain. Oleh
karena itu penyelenggaraan pembelajaran disajikan dalam suasana menyenangkan sehingga
menarik minat anak. Proses penyelenggaraan pembelajaran diupayakan dapat membangun
gagasan untuk mengekspresikan kebebasan, imajinasi, dan kreativitas sehingga dapat
mengembangkan nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional dan seni
sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan anak. Banyak pihak yang perlu bekerjasama
dalam mendukung proses pembelajaran di PAUD, yaitu tenaga kependidikan, pendidik,
orang tua dan masyarakat. Pendidik dan orangtua bertanggung jawab langsung pada
pelaksanaan kegiatan sedangkan penyelenggara bertanggung jawab menyediakan sarana dan
prasarana pembelajaran. Masyarakat betanggung jawab menjaga lingkungan dan suasana
belajar anak.
Agar pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan diperlukan pedoman
pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak yang mengacu pada kurikulum PAUD 2013
yang dapat menjadi acuan bagi pendidik di lapangan.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan

6
5. Peraturan Menteri No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia
Dini;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 146 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini.

C. Tujuan
1. Memberikan petunjuk kepada guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran.
2. Memberikan petunjuk kepada penyelenggara satuan pendidikan dalam mengelola satuan
PAUD berdasarkan kurikulum sesuai prinsip-prisip pembelajaran anak.
3. Memberikan petunjuk kepada penyelenggara satuan pendidikan dalam mewujudkan
proses pembelajaran sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minat serta karakteristik
peserta didik.

D. Sasaran
Pendidik (guru, guru pendamping dan pengasuh), Tenaga Kependidikan (Kepala
Sekolah, Pengelola, Pengawas/Penillik, Administrasi dan Petugas Kebersihan), orangtua,
pemangku kebijakan dan masyarakat.

7
BAB II
PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI

Kegiatan Pembelajaran pada Pendidikan anak usia dini harus disesuaikan dengan beberapa hal,
yakni:
A. Karakteristik cara belajar anak usia dini;

1. Anak belajar secara bertahap.

Anak belajar bertahap sesuai dengan


kematangan perkembangan berpikirnya.
Anak belajar dari mulai segala sesuatu
yang konkrit, yang dapat dirasakan oleh
inderanya. Anak seorang pembelajar
alami dan sangat senang belajar
(Raffini, 1993). Anak belajar mulai
dengan cara menarik, mendorong,
merasakan, mencicipi, menemukan,
menggerak-gerakan dengan berbagai
cara yang disukainya. Anak belajar sejak
lahir dan sesungguhnya anak senang
belajar dan mencari pemecahan dari
masalah yang dihadapinya. (Lind, 1999,
p. 79).

2. Cara berpikir anak bersifat khas.

Duit and Treagust (1995) menyatakan bahwa cara anak berpikir berakar dari
pengalamannya sehari-hari. Pengalaman yang sangat membantu dan berharga bagi anak
didapat dari enam sumber yakni: (1) pengalaman sensory, (2) pengalaman berbahasa, (3)
latar belakang budaya, (4) teman sepermainan, (5) media masa, dan (6) kegiatan saintis.
Cara anak berpikir tentang dunia sekelilingnya juga mempengaruhi pemahamannya
tentang konsep saintis.

8
Anak cenderung melihat sesuatu berpusat pada
dirinya sendiri atau cara memandang kemanusiaan.
Misalnya saat bonekanya ditinggal di bangku, anak
berkata “tunggu ya disitu jangan nakal.” Jadi anak
selalu menggunakan sisi kemanusiaan terhadap
benda-benda atau kejadian. Seringkali anak
menggunakan kata-kata yang makna berbeda dengan
makna orang dewasa atau pada umumnya. Misalnya
“kemarin aku pergi ke pasar sama ibu.” Kata kemarin
bukan berarti sebelum hari ini, tetapi bisa jadi minggu
lalu, dua hari lalu, atau baru saja terlewati. Hal ini
karena konsep waktu pada anak belum cukup matang.

3. Anak-anak belajar dengan berbagai cara.

Ana
kse
nangme
nga
mat
ida
nbe
rpi
ki
rte
nta
ng
l
i
ngk
unga
nny
a(E
sha
ch&F
ri
ed,
200
5;Ra
mey
-Ga
sse
rt,
199
7).
Ana
kte
rmot
iv
asi
unt
ukme
nge
kspl
orduni
ase
kit
arny
a
de
nga
nca
rany
ase
ndi
ri
(Fr
enc
h,2
004
).T
erk
ada
ngc
araa
nak
be
laj
art
ida
kdi
paha
mior
angde
was
a,s
ehi
nggadi
angga
p
a
naki
nis
eda
ngbe
rma
int
anpama
knaa
tauba
hka
n
s
eba
li
kny
aiabe
rbua
tse
sua
tuy
angna
kal
.

Cont
ohBe
rnusme
muk
ul-
muk
uldi
ndi
ngde
nga
nta
nga
n,
s
eka
li
-k
ali
iaj
ugame
muk
ulme
ngguna
kana
lata
tau
me
nje
jak
kank
aki
nya
.Se
li
nta
sias
eda
ngbe
rbua
tya
ngda
pat
me
rus
akdi
ndi
ng.
Tet
api
saa
tdi
ta
nya
,Be
rnusme
nja
wab“
ane
h
y
aka
laudi
puk
ult
anga
nsua
rany
adung-
dung,
kal
aupa
ke
pe
nsi
lj
adi
tekt
ek,
tapi
kal
aupa
kek
aki
jadi
bum-
bum.

Rupa
nya
Be
rnuss
eda
ngme
lak
uka
npe
rcoba
ane
fekbuny
ipa
dadi
ndi
ng.

9
4. Anak belajar satu sama lain dalam lingkungan sosial.
Anak terlibat aktif dengan lingkungannya untuk mengembangkan pemahaman
mendasar tentang fenomena yang anak amati dan lakukan. Anak juga membangun
keterampilan proses saintis yang sangat penting yaitu mengamati, mengklasisikasikan, dan
juga mengelompokkan. (Eshach & Fried, 2005; Platz, 2004).
Anak belajar banyak pengetahuan dan keterampilan melalui
interaksi dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa,
kemampuan sosial-emosional, dan kemampuan lainnya
berkembang pesat bila anak diberi kesempatan bersosialisasi
dengan teman, benda, alat main, dan orang-orang yang ada di
sekitarnya.

5. Anak belajar melalui bermain.

Bermain membantu mengembangkan berbagai


potensi anak. Melalui bermain anak diajak bereksplorasi,
menemukan, dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi anak.

B. Prinsip-prinsip pembelajaran PAUD


1. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
a. Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati
anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil,
melatih keterampilan berbahasa, menambah
pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah,
mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal
matematika, sain, dan banyak hal lainnya.
b. Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi,
rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman
semua syaraf otak dalam keadaan rileks sehingga
memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan
membangun pengalaman positif.

10
c. Kegiatan pembelajaran melalui bermain mempersiapkan anak menjadi anak yang
senang belajar.

2. Berorientasi pada Kebutuhan Anak


Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran di rencanakan dan
dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak. Dilakukan dengan memenuhi
kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang
menyenangkan sesuai dengan cara berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran
PAUD bukan berorientasi pada keinginan lembaga/guru/orang tua.

3. Stimulasi Terpadu
Anak memiliki aspek moral, sosial,
emosional, fisik, kognitif, bahasa, dan seni.
Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan,
kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan,
dan perlindungan. Pendidikan Anak Usia Dini
memandang anak sebagai individu utuh,
karenanya program layanan PAUD dilakukan
secara menyeluruh dan terpadu. Untuk
memenuhi stimulasi yang menyeluruh dan
terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus
bekerjasama dengan layanan kesehatan, gizi,
dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain
layanan PAUD Holistik Integratif menjadi
keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD.

4. Berorientasi pada Perkembangan Anak


Setiap anak memiliki kecepatan dan irama perkembangan yang berbeda, namun demikian
pada umumnya memiliki tahapan perkembangan yang sama. Pembelajaran PAUD,
pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan

11
memberi dukungan sesuai dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah
pentingnya pendidik memahami tahapan perkembangan anak.

5. Lingkungan Kondusif
a. Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak belajar kebersihan, kemandirian,
aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain atau ruangan yang tertata dengan
baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah untuk anak.
b. Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan
serta demokratis sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam
maupun di luar ruangan.
c. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain
sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun
dengan temannya.
d. Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya,
yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di
lingkungan sekitar.

6. Menggunakan Pendekatan Tematik


a. Kegiatan pembelajaran dirancang dengan
menggunakan pendekatan tematik.
b. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai
konsep untuk mengenal dirinya dan
lingkungan sekitarnya.

7. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan


Menyenangkan (PAKEM)
a. Proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat
dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh
pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang
menarik, menyenangkan untuk

12
membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan
menemukan hal-hal baru.
b. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak
merupakan subjek dalam proses pembelajaran.

8. Menggunakan Berbagai Media dan


Sumber Belajar
a. Piaget meyakini bahwa anak belajar
banyak dari media dan alat yang
digunakannnya saat bermain. Karena itu
media belajar bukan hanya yang sudah
jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga
segala bahan yang ada di sekitar anak,
misalnya daun, tanah, batu-batuan,
tanaman, dan sebagainya.
b. Penggunaan berbagai media dan sumber
belajar dimaksudkan agar anak dapat
bereksplorasi dengan benda-benda di
lingkungan sekitarnya.
Anak yang terbiasa menggunakan alam dan lingkungan sekitar untuk belajar, akan
berkembang lebih peka terhadap kesadaran untuk memelihara lingkungan.

Ajaklah anak untuk memperhaikan saluran air yang ada di sekitar Lembaga PAUD.
Diskusikan dengan anak:
- Apa saja yang terlihat..?
- Ada benda apa saja yang ikut hanyut ?
- Apa jadinya jika banyak benda yang dibuang di saluran tersebut?
- Apa yang seharusnya dilakukan?
Bila kegiatan ini dilakukan bersama anak. Pasikan saluran air yang diamai idak
membahayakan baik dari kedalaman, kederasan air, maupun pagar pembatasnya.
Pasikan mereka aman sehingga idak ada anak yang jatuh ke dalam saluran air
tersebut.

13
BAB III
PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
A. Pengertian
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruk kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar,
dan mengomunikasikan.

Pendekatan saintifik tidak diartikan sebagai belajar sain tetapi menggunakan proses
saintis dalam kegiatan belajar.

B. Pentingnya pendekatan saintifik sejak anak usia dini.

Pembelajaran saintifis pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting untuk
banyak aspek perkembangan anak. para peneliti menganjurkan pembelajaran saintifik
mulai dikenalkan sebelum anak memasuki sekolah, bahkan anak sejak lahir. (Eshach &
Fried, 2005; Watters, Diezmann, Grieshaber, & Davis, 2000). Hal ini penting untuk
membantu anak memahami dunia, mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai kunci
dasar anak belajar berpikir saintis (Eshach & Fried, 2005; Ravanis & Bagakis,1998).

14
Mengembangkan berpikir saintifik sejak usia dini akan mempermudah transfer
keterampilan saintifik yang mereka miliki menjadi area akademik yang dapat mendukung
prestasi akademik. Berpikir saintifik adalah kemampuan berpikir dalam memahami
masalah, menganalisa, mencari
pemecahannya, dan menghasilkan sesuatu
yang inovatif dan kreatif. self-efficacy (Kuhn
& Pearsall, 2000; Kuhn & Schauble, &
Garcia-Milla, 1992). PAUD yang proses
pembelajarannya miskin dengan proses
berpikir saintifis berpengaruh negative pada
perilaku dan capaian prestasi anak. Dampak
tersebut bersifat menetap hingga ke tahap
pendidikan tinggi (Mullis & Jenkins, 1988).

C. PENDEKATAN SAINTIFIK PADA ANAK


USIA DINI

Pendekatan saintifik adalah proses


pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif membangun
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
melalui tahapan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan
mengomunikasikan.

Pada anak usia dini pengenalan proses saintifik


dilakukan dengan cara melibatkan anak langsung
dalam kegiatan; yakni melakukan, mengalami
pencarian informasi dengan bertanya, mencari tahu
jawaban hingga memahami dunia dengan gagasan-
gagasan yang mengagumkan. (Duckworth, 1987).

15
BAB III
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Pendekatan saintifik menerapka proses:


Mengamati (Observing); mengamati berarti
menggunakan semua indera (penglihatan,
pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap)
untuk mengenali suatu benda yang diamatinya.
Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses
mengamati maka semakin banyak informasi yang
diterima dan diproses dalam otak anak. Proses
mengamati benar-benar dilakukan oleh anak tidak
karena diberi tahu guru. Apabila anak belum terbiasa
dengan proses ini, guru dapat mendukungnya dengan
kata-kata: “kamu boleh memegang, mencium,
mendengarkan, mencicipinya… nah apa yang kamu
rasakan?
Menanya (Questioning); menanyakan sebagai salah salah satu proses mencari tahu atau
mengkonfirmasi atau mencocokkan dari
pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan
pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Pada
dasarnya anak seorang peneliti yang handal, ia selalu
ingin tahu tentang sesuatu yang ditangkap inderanya.
Karenanya ia sering bertanya, yang terkadang
pertanyaannya sangat diluar dugaan orang dewasa.
Tetapi itu proses saintis yang berasal dari pikiran
kritisnya.

16
Perlu guru lakukan untuk mendukung kemampuan menanya adalah sebagai berikut:
 Pada dasarnya anak senang bertanya. Saat anak tidak punya gagasan untuk bertanya, guru
boleh memancingnya, misalnya: Waktu kita petik tadi bunganya masih segar, kenapa
sekarang menjadi layu ya?
 Apabila anak bertanya dengan pertanyaan demikian, sebaiknya tidak usah langsung
dijawab, tetapi pancing agar ia mencari jawabannya, midsalnya: “oya ya.. Mengapa demikian
ya..menurut kamu kenapa?
 Bila ada buku yang sesuai, ajaklah anak untuk mencari jawabannya di buku, untuk
mengenalkan buku sebagai sumber ilmu sejak usia dini, misalnya: mari kita lihat di buku ini..

Mengumpulkan (Colecting): mengumpulkan


data suatu proses yang sangat diminati anak.
dalam proses ini anak melakukan coba - gagal
– coba lagi “trial and error”. Anak senang
mengulang-ulang kegiatan yang sama tetapi
dengan cara bermain yang berbeda.
Pembelajaran yang membolehkan anak
melakukan banyak hal sangat mendukung
kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan
pembelajaran yang banyak menggunakan
lembaran kerja justru membelenggu
kemampuan kreatif anak.

Bentuk dukungan guru untuk membangun kemampuan anak di tahap ini adalah:
a. Saat anak bermain ia membutuhkan waktu untuk menerapkan gagasannya, karenanya
guru memberi waktu untuknya menyelesaikan gagasan melalui bahan dan alat yang
digunakannya.
b. Bila anak tidak memiliki gagasan bermain, guru dapat memberi contoh awal, selanjutnya
anak dapat melakukan sendiri

17
c. Bila anak sudah selesai, guru dapat memperluas gagasan dengan cara memberi
pertanyaan terbuka misalnya: Wah .. Sudah banyak daun bunga yang sudah ditempel,
dimana tempat menempel daun yang kecil-kecil?

Mengasosiasi (Associating): proses asosiasi merupakan proses lebih lanjut dimana anak mulai
menghubungkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang
didapatkannya atau yang ada disekitarnya. Contohnya anak belajar tentang bentuk segi tiga
melalui potongan kertas yang disiapkan guru. Guru mengajak anak untuk menemukan benda-
benda yang ada di sekitar yang berbentuk segi tiga. Disini guru sudah mengasosiasikan atau
menghubungkan pengetahuan baru tentang segi tiga dengan benda-benda di lingkungan sekitar.

Proses asosiasi penting bagi anak untuk membangun


pemahaman baru tentang dunia di sekelilingnya. Piaget
menyatakan bahwa anak membentuk schemata baru
tanpa membuang yang sudah ada tetapi memperbaiki
dan menguatkan yang sebelumnya. Proses asosiasi dapat
terlihat saat anak mampu:
- Menyebutkan persamaan: itu sama dengan ……
- Menyebutkan perbedaan: kalau ini …. Tapi itu ….
- Mengelompokkan: yang ini temannya ini
- Membandingkan: daun ku lebih besar dari daun
kamu, …. dst
tentu saja kemampuan di atas sangat tergantung pada kemampuan yang dimiliki anak dan usia
anak.

Dukungan guru untuk memunculkan kemampuan asosiasi dapat dilakukan dengan memancing
pernyataan, seperti berikut:
 ini daun pinggirnya bergerigi seperti apa ya..?
 Apabila anak menghubungkan dengan sesuatu , maka guru harus menguatkan dan
bertanya yang lebih luas lagi, misalnya: Bu guru daunnya warna coklat seperti warna pintu
itu. Guru bisa menguatkan: oya.. benar, terus apa lagi ya yang berwarna coklat.. ?

18
Anak yang lebih muda usia kemampuan asosiasinya terkadang muncul tetapi seperti tidak
nyambung, misalnya: “Aku diberi coklat oleh ayah (kata Lina)”. “nanti aku pulang dijemput
ayah (kata Asri)”. “Aku suka main bola sama ayah..” (kata Firman). Anak memahami makna
ayah, tetapi menghubungkannya dengan pengalamannya dengan ayah walaupun dalam kalimat
yang saling terpisah.

Mengkomunikasikan (Communicating):
Proses mengkomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan terhadap pengetahuan baru
yang di dapatkan anak. Mengkomunikasikan Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya:
“Bu guru aku tahu, kalau …….” Tetapi mengkomunikasikan tidak hanya disampaikan melalui
ucapan, dapat juga disampaikan melalui hasil karya. Biasanya anak menyampaikannya dengan
cara menunjukkan karyanya. “Bu guru lihat…aku sudah membuat….”
Itu kalimat yang sering disampaikan anak.
Dukungan guru yang tepat akan menguatkan
pemahaman anak terhadap konsep atau
pengetahuannya, proses berpikir kritis dan
kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila guru
mengabaikan pendapat anak atau
menyalahkannya maka keinginan untuk mencari
tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang.

Dukungan Dukungan guru saat anak


mengkomunikasikan karyanya adalah perhatian
yang tulus.
 “Bu guru lihat…aku sudah membuat….” contoh celoteh anak. tanggapan guru: oya.. Bisa
kamu ceritakan kepada ibu guru..?
 Untuk penguatan, guru dapat menyatakan: Kamu berhasil menyelesaikan tugasmu
dengan baik, apakah mau membuat lagi atau mencoba kegiatan main yang lain..?

19
Contoh proses kegiatan bermain yang membangun saintifik. (2)
Tema : Diriku
Sub Tema : tubuhku

Kompetensi Dasar Yang dicapai:


1.1 – 1.2 – 2.3 – 2.5 – 2.8 – 2.10 – 3.3-4.3 – 3.4-4.4 – 3.12-4.12

Materi:
Tubuhku ciptaan Tuhan, menjawab pertanyaan dengan sopan, bagian tubuh yang boleh dan
tidak
Contoh proses kegiatan bermain yang membangun saintifik. (1)
Tema : Diriku
Sub Tema : tubuhku

Kompetensi Dasar Yang dicapai:


1.1 – 1.2 – 2.3 – 2.5 – 2.8 – 2.10 – 3.3-4.3 – 3.4-4.4 – 3.12-4.12

Materi:
Tubuhku ciptaan Tuhan, menjawab pertanyaan dengan sopan, bagian tubuh yang boleh dan tidak
boleh disentuh, kerapihan berpakaian, doa sebelum dan sesudah belajar, nama anggota tubuh dan
cara merawatnya, keaksaraan awal nama anggota tubuh.

Kegiatan:
-Menyusun huruf nama diri
-Membuat hiasan dinding dengan foto diri
-Menggambar foto diri
- Menggunting dan menempel gambar anggota tubuh

20
Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:
Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak
Pembukaan
- Guru menyiapkan alat di tempatnya masing-
masing. Beberapa alat yang terkait dengan
tema dan pengetahuan dibawa untuk dibahas
bersama.
- Guru menunjukkan kartu nama masing- - Anak mengidentifikasi huruf yang ada di
masing anak. kartu namanya dan mencocokkan huruf yang
- Guru menunjukkan gambar bagian-bagian sama dengan nama temannya.
anggota tubuh - Anak mengamati bagian anggota tubuh dan
- Guru menunjukkan contoh hiasan dinding menyebutkan nama-namanya.
dengan foto diri, lalu berdiskusi: “ bahan apa - Anak mengemukakan pendapatnya tentang
saja yang diperlukan, bagaimana caranya, bahan dan cara membuat.
dst” - Anak menentukan kegiatan main yang akan
- Guru mempersilakan anak untuk memilih dipilihnya.
kegiatan main yang diminatinya.

Inti:
Guru mengamati apa yang dilakukan anak, Anak bereksplorasi dengan kartu huruf untuk
mencatat di lembar pengamatan, memberi menyusun nama diri.
dukungan apabila ada anak yang memerlukan
bantuan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan Anak bereksplorasi dengan alat untuk
yang diajukan anak. menggunting gambar-gambar anggota tubuh
untuk ditempel sehingga menjadi tubuh yang

21
Mempersilakan anak yang sudah selesai utuh.
dengan kegiatan mainnya untuk merapikan
kembali alat dan bahan sebelum berpindah ke Anak berekplorasi dengan alat krayon dan
tempat lainnya. spidol untuk menggambar foto diri

Anak bereksplorasi dengan alat dan bahan


untuk membuat hiasan dinding foto diri.
Setelah Bermain
- Guru mengajak anak membereskan mainan -Mengembalikan mainan ke tempat semula
yang sudah digunakan. secara tertib.
- Mengumpulkan semua anak. -Berkumpul setelah membereskan mainan
- Menanyakan perasaan anak selama -Secara bergilir menceritakan pengalaman
bermain, apa yang dikerjakan, mengulang bermainnya.
pengetahuan yang dikenalkan sebelum -Anak menunjukkan hasil karya dan
main. menceritakan kepada kelompok.
- Membahas bila ada perilaku yang kurang -Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan
tepat selama bermain dan mengingatkan yang kurang baik.
kembali aturan main.

boleh disentuh, kerapihan berpakaian, doa sebelum dan sesudah belajar, nama anggota tubuh
dan cara merawatnya, keaksaraan awal nama anggota tubuh.

Kegiatan:
Bermain peran tentang aktivitas keluarga di pagi hari:
- Seting dapur
- Seting ruang makan
- Angkutan umum
- Satuan PAUD

22
Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:
Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak
Pembukaan
- Guru menyiapkan alat dan tempat sesuai - Anak mengidentifikasi alat-alat, kegunaannya,
seting di atas. cara memakainya.
- Guru menanyakan kegiatan yang biasa - Anak mengemukakan pendapatnya tentang
anak lakukan dipagi hari kegiatan yang biasa mereka lakukan di pagi
- Menawarkan peran: anak, ibu, tukang hari.
angkot, ibu guru, satpam sekolah, dll. - Anak menentukan peran yang akan
- Mempersilakan anak merperan sesuai dimainkannya.
dengan pilihannya. - Menentukan dan menggunakan atribut sesuai
- Guru menunjukkan kartu nama masing- dengan perannya
masing anak.
- Guru menunjukkan gambar bagian-bagian
anggota tubuh
- Guru menunjukkan contoh hiasan dinding
dengan foto diri, lalu berdiskusi: “ bahan
apa saja yang diperlukan, bagaimana
caranya, dst”
- Guru mempersilakan anak untuk memilih
kegiatan main yang diminatinya.

Inti:
Guru mengamati apa yang dilakukan anak, Anak bermain peran

23
mencatat di lembar pengamatan, memberi
dukungan apabila ada anak yang
memerlukan bantuan atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak.
Setelah Bermain
- Guru mengajak anak membereskan -Mengembalikan mainan ke tempat semula secara
mainan yang sudah digunakan. tertib.
- Mengumpulkan semua anak. -Berkumpul setelah membereskan mainan
- Menanyakan perasaan anak selama -Secara bergilir menceritakan pengalaman
bermain, apa yang dikerjakan, bermainnya.
mengulang pengetahuan yang dikenalkan -Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan yang
sebelum main. kurang baik.
- Membahas bila ada perilaku yang kurang
tepat selama bermain dan mengingatkan
kembali aturan main.

24
Contoh proses kegiatan bermain yang membangun saintifik. (3)

Tema : Diriku
Sub Tema : Identitasku

Kompetensi Dasar Yang dicapai


- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:
- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat,
tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan :
 Menghias kue Ulang Taun dari kardus dengan hiasan berbentuk segi tiga dan segi empat

 Membungkus kado berbentuk segi tiga dan segi empat

 Membuat lampion dengan bentuk segi tiga dan segi empat

 Mencetak dan menggunting huruf nama sendiri dan tanggal ulang tahun untuk dirangkai

 Menyanyi “ Bila umur Ku bertambah“

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:


Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak
Pembukaan:
- Guru menyiapkan alat di tempatnya masing-
masing. Beberapa alat yang terkait dengan
tema dan pengetahuan (huruf-huruf, bentuk
segi tiga dan segi empat, angka.
- Guru memberikan kepada anak-anak alat - Anak mengamati setiap benda yang ada di
yang terkait dengan pengetahuan yang akan depannya.
dikenalkan. “ Coba perhatikan benda apa - Anak menyampaikan pendapatnya tentang
saja yang ada di depan kita? Unttuk apa? pertanyaan yang diajukan guru
Mengapa? Bagaimana bila..? - Anak memperhatikan benda-benda di
- Guru bertanya apa perbedaan bentuk benda- depannya dan menyebutkan cirri-ciri dan
benda di depan anak perbedaannya dengan benda lain

25
- Guru bertanya alat apa saja yang diperlukan - Anak mengelompokkan alat sesuai dengan
untuk membuat sesuai kegiatan. kegiatan.
- Guru mempersilakan anak memilih kegiatan - Anak memilih tempat kegiatan.
yang diminatinya dalam kelompok kecil.

Inti:
Guru mengamati apa yang dilakukan anak, Anak bermain sesuai dengan kegiatan yang
menjawab pertanyaan yang diajukan anak, dipilihnya. Mencoba bahan dan alat sesuai
mencatat perilaku yang sesuai dengan indicator dengan gagasannya. Bertanya bila ada yang
hasil belajar. Bertanya untuk memperkuat tidak dipahaminya, dan menjawab bila ada
pengetahuan yang dipelajari anak. yang ditanyakan teman atau guru.
Apabila anak sudah selesai dengan satu Anak yang sudah menyelesaikan kegiatan
kegiatan, guru dapat mempersilakan untuk bermainnya di satu tempat, menyimpan hasil
berganti ke tempat kegiatan lainnya. kerjanya, dan membereskan kembali alat dan
tempat main yang sudah digunakan, lalu dapat
berpindah ke tempat kegiatan lainnya.

26
Setelah Bermain
- Guru mengajak anak membereskan mainan -Mengembalikan mainan ke tempat semula
yang sudah digunakan. secara tertib.
- Mengumpulkan semua anak. -Berkumpul setelah membereskan mainan
- Menanyakan perasaan anak selama bermain, -Secara bergilir menceritakan pengalaman
apa yang dikerjakan, mengulang bermainnya.
pengetahuan yang dikenalkan sebelum -Anak menunjukkan hasil karya dan
main. menceritakan kepada kelompok.
- Membahas bila ada perilaku yang kurang -Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan
tepat selama bermain dan mengingatkan yang kurang baik.
kembali aturan main.

27
Contoh proses kegiatan bermain tematik yang membangun saintifik (4).
Tema : Diriku
Sub Tema : Identitasku

KEGIATAN UNTUK MENCAPAI KD


- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:
- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat,
tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan :
 Membuat kue ulang tahun dengan cetakan berbentuk segi tiga dan segi empat.

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:


Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak
Pembukaan:
- Guru menyiapkan bahan kue, alat yang akan
digunakan dan aturan membuat kue, dan - Anak memperhatikan semua bahan dan
meja anak yang telah dibersihkan mengamati bahan dengan semua
- Guru mengajak berdoa, mengenalkan semua inderanya.
bahan. Pertanyaan guru: bagaimana tekstur, - Anak bertanya tentang resep,
bau, rasa, namanya, bagaimana bila..? menghitungnya.
- Guru mengenalkan resep dan urutan kerja - Anak mencoba membuat adonan sesuai
- Mengajak anak merapikan kembali meja bimbingan guru sambil menjawab atau
dan alat yang sudah digunakan mengajukan pertanyaan sesuai dengan
proses pembuatan adonan.
- Anak secara bergilir mencoba membuat
adonan kue sementara yang lain
memhartikan.
- Dapat juga adonan dibagi dalam resep kecil
sehingga adonan dikerjakan oleh
kelompok kecil setelah sebelumnya
mendengarkan langkah dari guru.
- Bersama-sama merapikan tempat dan alat
yang sudah dipakai

28
Inti:
- Membagi anak ke dalam kelompok tugas - Anak menyiapkan dan membuat adonan
- Menerangkan urutan kerja sesuai urutan kerja
- Membagikan adonan untuk dicetak dengan - Anak mencoba adonan hingga mudah
cetakan segi tiga, atau segi empat, atau dicetak
bentuk lainnya. Bertanya bagaimana agar - Mencetak adonan dengan bentuk segi
adonan mudah dicetak? dsb tiga, segi empat atau bentuk lain termasuk
- Membakar kue cetakan anak dan cetakan huruf yang dipilih anak.
menunjukkan jarum jam yang menunjukkan - Menunggu kue yang dibakar dengan
kue sudah matang terus bertanya dan bercerita.

29
Setelah bermain:
- Guru mengumpulkan semua kue yang sudah - Anak menyiapkan piring sesuai jumlah
matang dalam satu tempat. Kemudian mereka
meminta anak menyiapkan piring kecil di - Anak mengelompokkan kue
atas meja sesuai jumlah anak dan jumlah menggunakan jepitan kur secara bergilir.
kursi (konsep hubungan satu ke satu) - Anak menghitung jumlah kue di setiap
- Menyiapkan jepitan kue dan tempat untuk kelompok
klasifikasi kue berdasarkan bentuk. - Anak mengambil kue secara bergilir.
- Menanyakan bentuk mana yang paling - Anak mengutarakan perasaan dan
banyak. pengalamannya membuat kue ulang
- Mempersilakan anak mengambil kue dengan tahun bersama-sama
cara bergilir.
- Menanyakan perasaan anak dan hal yang
terkait dengan menu dan cara membuat kue

Contoh proses kegiatan bermain tematik yang membangun saintifik (5).


Tema : Diriku
Sub Tema : Identitasku

KEGIATAN UNTUK MENCAPAI KD


- 3.3- 2.3- 4.7- 1.1- 3.15- 2.10- 3.15- 3.12- 1.2- 2.5- 2.8- 3.6- 3.7- 3.12- 4.3-4.10- 4.12 - 4.14

Materi:
- Berdoa sebelum dan sesudah belajar, huruf nama sendiri, bentuk segi tiga, segi empat,
tanggal lahir, lagu “Bila umurku bertambah”.

Kegiatan : Bermain bahan alam


- Pasir dengan cetakan berbentuk segi tiga dan segi empat besar dan kecil
- Tanah liat dengan cetakan kue dan cetakan huruf-huruf
- Berbagai serbuk dedaunan kering untuk membuat kolase hiasan dinding
- Daun nangka hijau dan kuning dengan potongan lidi untuk membuat topi ulang tahun.

Proses Pembelajaran dengan membangun saintifik:


Dukungan/Pijakan Guru Kegiatan Anak
Pembukaan:
- Guru menyiapkan alat di tempatnya masing-
masing. Beberapa alat yang terkait dengan

30
tema dan pengetahuan (huruf-huruf, bentuk - Anak mengamati setiap benda yang ada di
segi tiga dan segi empat, angka). depannya.
- Guru memberikan kepada anak-anak alat - Anak menyampaikan nama benda dan
yang terkait dengan pengetahuan yang akan kegunaannya.
dikenalkan. Dan bertanya dengan pertanyaan - Anak memperhatikan benda-benda di
“ apa, untuk apa, mengapa, bagaimana bila..
depannya dan menyebutkan cirri-ciri dan
mana yang lebih baik ..? dst
perbedaannya dengan benda lain
- Guru bertanya apa perbedaan bentuk benda-
- Anak mengelompokkan alat sesuai dengan
benda di depan anak
kegiatan.
- Guru bertanya alat apa saja yang diperlukan
- Anak memilih tempat kegiatan.
untuk membuat sesuai kegiatan.
- Guru mempersilakan anak memilih kegiatan
yang diminatinya dalam kelompok kecil.

Inti:
Guru mengamati apa yang dilakukan anak, Anak mencoba dan menggunakan alat dan
menjawab pertanyaan yang diajukan anak, bahan sesuai gagasannya. Bertanya bila ada
mencatat perilaku yang sesuai dengan indicator yang tidak dipahaminya, dan menjawab bila
hasil belajar. Bertanya utnuk menguatkan ada yang ditanyakan teman atau guru.
pengetahuan yang sedang dipelajari anak.
Apabila anak sudah selesai dengan satu Anak yang sudah menyelesaikan kegiatan
kegiatan, guru dapat mempersilakan untuk bermainnya di satu tempat, menyimpan hasil
berganti ke tempat kegiatan lainnya. kerjanya, dan membereskan kembali alat dan
tempat main yang sudah digunakan, lalu dapat

31
berpindah ke tempat kegiatan lainnya.
Setelah Bermain
- Guru mengajak anak membereskan mainan -Mengembalikan mainan ke tempat semula
yang sudah digunakan. secara tertib.
- Mengumpulkan semua anak. -Berkumpul setelah membereskan mainan
- Menanyakan perasaan anak selama -Secara bergilir menceritakan pengalaman
bermain, apa yang dikerjakan, mengulang bermainnya dan menunjukkan hasil
pengetahuan sebelum main. karyanya.
- Membahas bila ada perilaku yang kurang -Berdiskusi tentang perilaku yang baik dan yang
tepat selama bermain dan mengingatkan kurang baik.
kembali aturan main.

32
DUKUNGAN / PIJAKAN GURU

 Pembelajaran di PAUD bertujuan untuk mengenalkan pembelajaran aktif melalui kegiatan


langsung – hand-on dalam kelompok kecil, individu, ataupun kelompok besar. Dukungan
guru disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Guru seharusnya memahami bahwa
kemampuan berpikir anak masih terbatas, karenanya dukungan yang diberikan guru
merupakan cara yang paling efektif untuk anak agar ia dapat terlibat dalam kegiatan bermain
yang lebih bermakna.
 Dukungan guru tidak mengambil alih gagasan anak, dimana anak harus mengikuti gagasan
guru, tetapi dorongan agar anak menjadi pembelajar aktif yang memiliki gagasan dan cara
belajar sendiri.
 Dukungan guru mendorong terbangunnya hubungan pengalaman atau pengetahuan yang
sudah dimiliki anak dengan apa yang sedang pelajariny a.
 Dukungan guru akan lebih optimal bila membuka kesempatan kepada anak untuk
membangun pengalamannya melalui dukungan: pertanyaan terbuka, focus pada perhatian
anak, mengajak anak membuat prediksi sebelum, selama, dan sesudah membaca buku cerita
ataupun kegiatan bermain.
 Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan anak menerangkan pikirannya.
Contoh pertanyaan terbuka,”apa saja yang kamu lihat di taman tadi?”. Contoh pertanyaan
tertutup :” tadi di taman ada bunga tidak?”
 Gambar-gambar, ilustrasi, atau diagram yang sesuai dapat membantu mempermudah
pemahaman terhadap proses pembelajaran.
 Menggunakan kondisi alam, suhu, perbedaan cuaca, pergantian siang dan malam, pohon,
gedung, awan, hujan, dan sebagainya merupakan topic yang dapat dibahas bersama anak.
dengan kata lain pembelajaran anak tidak terbatas pada apa yang ada di lembaran kertas
kerja, tetapi segala sesuatu yang ada di lingkungan jauh lebih berharga karena sesuai dengan
kehidupan anak sehari-hari.

33
PENUTUP

Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya Pedoman
pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini telah selesai disusun walaupun
dengan keterbatasan. Semoga pedoman ini dapat memberi inspirasi pada para
pendidik PAUD tentang bagimana menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak
Usia Dini dengan pendekatan saintifik.

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan mampu


mengoptimalkan potensi anak, sehingga anak usia dini tumbuh dan berkembang
menjadi sumber daya manusia yang mempuni, handal, kompetitif, kreatif, dan
tangguh.

Apabila dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengalami


kesulitan, sebaiknya segera berkonsultasi dengan guru inti dan mendiskusikannya
di Gugus PAUD. Silakan kontak kami di http/www.paud-kemdiknas.go.id.

Penyusun

34

Anda mungkin juga menyukai