Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN KARSINOMA HEPATOSELULER/HEPATOMA (HCC)
DIRUANG PENYAKIT DALAM WANITA
RSUD ULIN BANJARMASIN
Tanggal 23-29 Mei 2016

Oleh :
Anna Maulina Kustantie, S.Kep
NIM I4B112031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2016
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Anna Maulina Kustantie, S.Kep

NIM : I4B112031

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Karsinoma


Hepatoseluler/Hepatoma (HCC) di Ruang Penyakit dalam
Wanita RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 23 Mei 2016

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB ……………………………...


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP. …………………………
LAPORAN PENDAHULUAN “PANSITOPENIA”
Pengertian Manifestasi Klinis
3. Neoplasma
o Pansitopenia adalah keadaan dimana a. Penyakit hematopoetik 1. Lemah dan mudah lelah.
jumlah trombosit, sel darah putih, dan sel klonal 2. Granulositopenia dan
darah merah di dalam dalam perifer b. Keganasan sekuder leukositopenia menyebabkan lebih
semuanya berkurang. (metastatik) mudah terkena infeksi bakteri.
o Pansitopenia adalah sindrom kegagalan :karsinoma, limfoma 3. Pucat
sumsum tulang ditandai dengan produksi c. Sindrom 4. Pusing
sel darah yang berkurang dan mielodisplastik 5. Anoreksia
menyebabkan sedikitnya eritrosit, 4. Toksis 6. Peningkatan tekanan sistolik.
leukosit dan trombosit di darah tepi. a. Obat: kloramfenikol, 7. Takikardia
Sehingga angka eritrosit, leukosit dan fenilbutazon, 8. Sesak nafas
trombosit yang rendah di darah tepi. Hal kemoterapi 9. Demam
ini terjadi ketika tubuh tidak mampu b. Radiasi 10. Penglihatan kabur
meproduksi sel darahan karena stem sel 5. Penyakit auto imun: 11. Telinga berdenging
pada sumsum tulang yang membentuk a. Syndroma Lupus 12. Nafsu makan berkurang
darah tidak berfungsi secara normal. Erimatosus 13. Sindrom anemia: gejala anemia Pemeriksaan Penunjang
o Anemia aplastik merupakan gangguan b. Artritis rematoid bervariasi, mulai dari ringan
hematopoesis yang ditandai oleh c. Pansitepenia auto imun sampai berat. 1. Darah Tepi
penurunan produksi eritroid, mieloid dan 6. Penggantian sumsum 14. Gejala perdarahan: paling sering 2. Laju Endap Darah Laju endap darah
megakariosit dalam sumsum tulang tulang: timbul dalam bentuk perdarahan selalu meningkat, sebanyak 62 dari 70
dengan akibat adanya pansitopenia pada a. Mielofibrosis kulit seperti petekie dan ekimosis. 3. Faal Hemostatik
darah tepi, serta tidak dijumpai adanya (penggantian sumsum Perdarahan mukosa dapat berupa 4. Sumsum tulang
sistem keganasan hematopoitik ataupun tulang epistaksis, perdarahan 5. Virus Evaluasi diagnosis anemia
kanker metastatik yang menekan sumsum hematopoetikoleh subkonjungtiva, perdarahan gusi, aplastik meliputi pemeriksaan virus
tulang elemn jaringan ikat hematemesis melena, dan pada Hepatitis, Parvovirus, dan
fibrosa) : idiopatik, wanita dapat berupa menorhagia. Sitomegalovirus.
Etiologi sekunder (keganasan Perdarahan organ dalam lebih 6. Tes Ham atau Hemolisis Sukrosa Tes
etastatik, TB), jarang dijumpai, tetapi jika terjadi ini diperlukan untuk mengetahui adanya
A. Pengurangan kuantitatif jaringan limfoma, penyakit perdarahan otak sering bersifat PNH sebagai penyebab.
hematopoetik (defisiensi sumsum granulomatosa fatal. 7. Kromosom; tidak ditemukan kelainan
tulang) B. Hematopoesis yang tidak 15. Tanda-tanda infeksi dapat berupa kromosom. Pemeriksaan sitogenetik
1. Anemia hiporoliferatif dan aplastic efektif ulserasi mulut atau tenggorokan, dengan flourescence in situ
a. Anemia Fanconi 1. Anemia megaloblastic dan sepsis hybridization (FISH) dan
b. Anemia idiopatik 2. Sindrom mielodisplastik 16. Organomegali dapat berupa imunofenotipik dengan flowcytrometry
2. Infeksi C. Hemodilusi hepatomegali dan splenomegaly 8. Defisiensi imun penentuan titer
a. virus: virus hepatitis B. Virus D. Hipersplenisme/splenomegal 17. Penurunan kualitas rambut dan immunoglobulin, pemeriksaan imunitas
Epstein-Barr. Sitomegalovirus, y kulit. sel T.
Parvovirus E. Destruksi imun (penyakit 18. Peningkatan frekuensi pernapasan
b. Bakteri (tuberkulosis) autoimun)
Komplikasi
3) Transfusi granulosit konsentrat
1. Gagal jantung dan kematian akibat beban `` diberikan pada sepsis berat kuman
gram negatif, dengan neutropenia
jantung yang berlebihan dapat terjadi
berat yang tidak memberikan
pada anemia berat.
respons pada antibiotika adekuat.
2. Kematian akibat infeksi dan perdarahan
Granulosit konsentrat sangat sulit
apabila sel darah putih atau trombosit
dibuat dan masa efektifnya sangat
juga terlibat
pendek
3. Sepsis
b. Usaha untuk mengatasi anemia:
4. Sensitisasi terhadap antigen donor yang
berikan transfusi packed red cell
bereaksi silang menyebabkan perdarahan
(PCR) jika hemoglobin <7 g/dl atau
yang tidak terkendali
ada tanda payah jantung atau anemia
5. Kegagalan cangkok sumsum, terjadi
yang sangat simtomatik. Koreksi
setelah transplantasi sumsum tulang
sampai Hb 9-10 g/dl, tidak perlu
6. Leukimia mielogen akut
sampai Hb normal, karena akan
7. Hepatitis, hemosederosis dan
menekan eritropoesis internal. Pada
hemokromatosis
penderita yang akan transplantasi
sumsum tulang pemberian transfusi
harus lebih berhati-hati.
Klasifikasi Anemia Penatalaksanaan Medis c. Usaha untuk mengatasi perdarahan:
1. Anemia Aplastik berat 1. Terapi Suportif Terapi untuk mengatasi berikan transfusi konsentrat trombosis
Seluritas sumsum tulang < 25% atau 25%-50% dengan <30% sel akibat pansitopenia jika terdapat perdarahan major atau
hematopoetik residu, dan dua dari tiga kriteria berikut: a. Untuk mengatasi infeksi lain: trombosit <20.000/mm3. Pemberian
a. Netrofil < 0,5x109/l 4) Higienis mulut trombosit berulang dapat menurunkan
b. Trombosit < 20x109/l 5) Identifikasi sumber infeksi serta efektivitas trombosis karena
c. Retikulosit < 20x109/l pemberian antibiotik yang tepat timbulnya antibodi antitrombosit.
2. Anemia Aplastik sangat berat dan adekuat. Sebelum ada hasil Kortikosteroid dapat mengurangi
Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil <0,2x109/l biakan berikan antibiotika perdarahan kulit
3. Anemia Aplastik bukan berat berspektrum luas yang dapat 2. Terapi Definitif Terapi definitif adalah
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau sangat mengatasi kuman gram positif dan terapi yang dapat memberikan
berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular dan memenuhi dua dari tiga negatif. Biasanya digunakan kesembuhan jangka panjang. Terapi
kriteria berikut : derivat penisilin semisinterik definitif untuk anemia aplastik terdiri atas
- netrofil < 1,5x109/l (ampisilin) dan gentamisin. 2 jenis pilihan terapi:
- trombosit < 100x109/l Sekarang lebih sering digunakan a. Transplantasi sumsum tulang
- hemoglobin <10 g/dl sefalosporin generasi ketiga. Jika b. Terapi imunosupresif: mengkonsumsi
hasil biakan sudah jelas, sesuaikan obat, misal antithymocyte globulin,
antibiotika dengan hasil tes siklosporin A dan oxymethalone
kepekaan. Jika dalam 5-7 hari
panas tidak turun, pikirkan infeksi
jamur, dapat diberikan
amphotericin-B atau flukonasol
parenteral.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien “Pansitopenia”

Pengkajian NIC: Ketidakseimbangan perfusi jaringan perifer Ketidakseimbangan nutrisi kurang


1. Identitas klien Infection Control NOC: dari kebutuhan tubuh
2. Riwayat kesehatan 1. Intruksikan pengunjung untuk Circulation status, Tissue Prefussion: Cerebral. NOC : Nutritional status food and fluid,
a. Keluhan Utama mencuci tangan saat berkunjung dan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama weight control
b. Riwayat penyakit sekarang setelah berkunjung pasien (1x60 menit) kriteria hasil pasien: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. Riwayat kesehatan dimasa lalu 2. Gunakan sabun antimikrobial untuk a. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang (3x24 jam) selama ketidakseimbangan
d. Riwayat penyakit keluarga cuci tangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh klien
ditandai dengan:
3. Pola persepsi 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah teratasi dengan kriteri hasil :
4. Pola Nutrisi tindakan keperawatan a. Tekanan systole dalam rentang yang 1. Mampu mengidentifikasi kebutuhan
5. Pola Eliminasi 4. Pertahankan lingkungan aseptik diharapkan nutrisi
6. Pola tidur dan aktivitas selama pemasangan alat b. Tidak ada orthostatikhipertensi 2. Tidak ada tanda malnutrisi
7. Pola Kognitif & Persepsi 5. Ganti letak IV perifer dan line central c. Tidak ada tanda peningkatan tekanan 1. Tidak terjadi penurunan berat badan
8. Pola mekanisme Koping & Stress dan dressing sesuai dengan petunjuk intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg). NIC :
9. Pola Seksual umum 2. Mendemonstrasikan kemampuan kognitif Nutritional Monitoring
10. Pola Hubungan Peran 6. Gunakan kateter intermitten untuk 1 Monitor adanya penurunan berat
11. Pola Keyakinan dan nilai yang ditandai dengan:
menurunkan infeksi kandung badan
kencing a. Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai 2 Monitor lingkungan selama makan
Diagnosa Keperawatan 7. Berikan terapi antibiotic jika perlu dengan kemampuan 3 Monitor turgor kulit
1. Risiko Infeksi 8. Tingkatkan intake nutrisi b. Menunjukkan perhatian, konsentrasi, dan 4 Monitor mual dan muntsh
2. Ketidakseimbangan perfusi jaringan Infection Protection orientasi. 5 Monitor kulit kering dan perubahan
perifer 1. Monitor tanda dan gejala infeksi c. Memproses informasi pigmentasi,
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang sistemik dan lokal 6 Monitor pucatt, kemerahan, dan
d. Membuat keputusan dengan benar
dari kebutuhan tubuh 2. Monitor hitung granulosit, WBC kekeringan jaringan konjungtiva
4. Intoleransi aktivitas e. Menunjukkan fungsi sensori motori
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi 7 Monitor kekeringan, rambut kusam,
5. Kerusakan Integritas Kulit 4. Batasi pengunjung cranial yang utuh: tingkat kesadaran dan mudah patah
6. Defisiensi Pengetahuan 5. Pertahankan teknik asepsis pada membaik, tidak ada gerakan involuter 8 Monitor kadar albumin, total
7. Risiko kekurangan volume cairan pasien yang berisiko NIC: protein Hb, dan Ht
6. Pertahankan teknik isolasi Peripheral Sensation Management 9 Catat adanya edema, hiperemik,
Risiko Infeksi 7. Inspeksi kulit dan membrane mukosa 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya hipertonik papilla lidah dan cavitas
NOC: Immune Status, Knowledge: terhadap kemerahan, panas, drainase peka terhadap panas, dingin, tajam, tumpul oral
Infection Control, Risk Control 8. Inspeksi kondisi luka 2. Monitor adanya paratese Nutrition Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 9. Dorong masukan cairan 3. Instruksikan keluarga untuk mengobservasi 1. Kaji adanya alergi makanan
selama (3x60 menit) kriteria hasil klien 10. Dorong masukan nutrisi yang cukup kulit jika ada lesi atau laserasi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
akan: 11. Dorong istirahat 4. Monitor kemampuan BAB menentukan jumlah kalori dan
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 12. Instruksikan pasien untuk minum 5. Batasi gerakan kepala, leher, dan punggung nutrisi yang dibuthkan pasien
infeksi antibiotic sesuai resep 6. Kolaborasikan pemberian analgetik 3. Berikan informasi tentang
2. Menunjukkan kemampuan untuk 13. Ajarkan pasien dan keluarga tanda 7. Monitor adanya tromboplebitis kebutuhan nutrisi
mencegah timbulnya infeksi dan gejala infeksi 8. Diskusikan mengenai penyebab perubahan 4. Berikan makanan yang terpilih
3. Jumlah leukosit dalam batas normal 14. Laporkan kecurigaan infeksi sensasi (sudah dikonsultasikan dengan ahli
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat gizi)
Self Care Assistance: Transfer Defisiensi Pengetahuan Resiko Kekurangan Volume
5. Monitor jumlah nutrisi dan 1. Tinjau grafik susunan aktivitas NOC: Knowledge: disease process, Cairan
kandungan kalori 2. Tentukan kemampuan pasien Knowledge: health behavior NOC: Fluid Balance, Hydration,
6. Berikan informasi tentang untuk perpindahan sendiri Setelah dilakukan tindakan Intake
kebutuhan nutrisi 3. Pilih teknik pemindahan yang keperawatan selama (1x30 menit) Setelah dilakukan tindakan selama
7. Kaji kemampuan pasien sesuai untuk pasien kriteria hasil klien akan: 1x24 jam, masalah teratasi dengan
untuk mendapatkan nutrisi 4. Tentukan jumlah dan bantuan 1. Pasien dan keluarga kriteria hasil:
yang dibutuhkan yang di perlukan menyatakan pemahaman  Mempertahankan urin output
5. Tunjukkan teknik yang sesuai tentang penyakit, kondisi, dalam batas normal sesuai
6. Jaga tubuh pasien dalam prognosis, dan program dengan usia, dan BB,
Intoleran aktivtas keselarasan selama bergerak pengobatan.  TD, nadi, suhu tubuh dalam
NOC : Activity Tolerance Neurological Monotoring 2. Pasien dan keluarga mampu batas normal
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tingkat kesadaran melaksanakan prosedur yang  Tidak ada tanda dehidrasi
keperawatan selama 3 x 24 jam
intoleran aktivitas pasien
2. Monitor dari Glasgow Coma dijelaskan dengan benar  Elastisitas turgor kulit baik.
Scale 3. Pasien dan keluarga mampu Membrane mukosa lembab,
teratasi, dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda – tanda vital menjelaskan kembali apa yang
1. Oxygen saturation with tidak ada rasa haus tambahan.
dijelaskan perawat/ tim NIC :
activity kesehatan lainnya.
2. Pulse rate with activity Kerusakan Integritas Kulit Fluid Management
NIC: 1. Monitor vital sign
3. Respirtory rate with NOC: Tissue Integrity: Skin and
Teaching: disease process 2. Monitor status hydrasi
activity mucous, membranes.
1. Berikan penilaian yang tentang (kelembaban membrane
4. Systolic blood pressure Setelah dilakukan tindakan
pengetahuan pasien yang mukosa, nadi adekuat, tekanan
with activity keperawatan selama 1x24 jam (1
spesifik darah ortostatik), jika
5. Diastolic blood pressure hari) kriteria hasil klien akan:
2. Gambarkan tanda dan gejala diperlukan
with activity 1. Integritas kulityang baik bias
yang biasa muncul pada 3. Monitor masukan makanan/
6. Ease of performing dipertahankan (sensasi,
penyakit, dengan cara yang cairan dan hitung intake kalori
activities of daily living elastisitas, temperature, hidrasi,
tepat. harian
(ADL) pigmentasi).
3. Gambarkan proses penyakit 4. Dorong masukan oral
NIC : 2. Perfusi jaringan baik
dengan cara yang tepat 5. Berikan penggantian
Activity therapy NIC:
4. Sediakan informasi pada pasien nasogastric sesuai output
1. Bantu klien untuk Wound Care
dengan cara yang tepat. 6. Atur kemungkinan transfuse
mengidentifikasi aktivitas 1. Monitor karakteristik luka
5. Sediakan bagi keluarga atau SO 7. Persiapan untuk transfusi
yang mampu dilakukan 2. Ganti balutan dan perekat
informasi tentang kemajuan Hypovolemia Management
2. Bantu klien untuk memilih 3. Bersihkan dengan normal saline
pasien dengan cara yang tepat. 1. Monitor intake dan output
aktivitas konsisten yang atau pembersih non-toxic
6. Diskusikan perubahan gaya cairan
sesuai dengan kemampuan 4. Oleskan obat salep yang sesuai
hidup yang mungkin diperlukan 2. Pelihara IV line
fisik, psiologi dan sosial 5. Kaji luka setiap mengganti
untuk mencegah komplikasi 3. Monitor adanya kelebihan
3. Monitor respon fisik, emosi, balutan
dimasa yang akan datang dan cairan
social, dan spiritual 6. Pertahankan sterilisasi balutan
atau proses pengontrolan 4. Monitor BB
4. Bantu untuk mendapatkan 7. Posisikan pasien untuk
penyakit 5. Monitor tingkat HB dan
alat bantuan aktivitas seperti mencegah terjadinya penekanan
7. Instruksikan pasien mengenai hemtokrit
kursi roda, krek pada luka
tanda dan gejala untuk 6. Pasang urin katetr jika
8. Jaga kebrsihan kulit agar tetap
melaporkan pada pemberi diperlukan
bersih dan kering.
perawatan kesehatan, dengan 7. Kolaborasikan pemberian
cara yang tepat diuretic sesuai interuksi
8.
Pathway “Pansitopenia”

Sel induk hemotopoitik

 Kerusakan sel induk


 Gangguan lingkungan mikro
 Mekanisme Imunologik

Defisiensi pengetahuan Pansitopenia

Eritrosit Leukosit Trombosit

Suplai oksigen Potensial terjadi


kejaringan inadekuat Sindrom Anemia Daya tahan turun Risiko kekurangan
perdarahan yang tidak volume cairan
terkontrol

nafsu makan turun,  Febris


Mual, muntah, Lemah, pusing  Ulkus mulut/hidung  Kulit  ptechiae, Kerusakan
perdarahan, diare  Sepsis hematoma Integritas Kulit
 Mukosa

Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
nutrisi kurang dari Risiko Infeksi
kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan
perfusi jaringan
perifer
DAFTAR PUSTAKA

1. Herdman, T.H. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi


& Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC.
2. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
3. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St.
Louise, Misouri: Mosby, Inc.
4. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-bedah Brunner &
Suddart. Edisi 8. Jakarta: EGC.
5. Gayton, Arthur C. 2007. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.
6. Prince, Sylvia Anderson, 2000. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
7. Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
8. Widjanarko A. Anemia aplastik In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al (eds). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006; 637-43.
9. Aghe NS. Aplastic anemia, myelodysplasia, and related bone marrow failure
syndromes. In: Kasper DL, Fauci AS, et al (eds). Harrison’s Principle of Internal
Medicine. 16th ed. New York: McGraw Hill, 2009:617-25.

Anda mungkin juga menyukai