Makalah Perencanaan Dan Evaluasi Kak Mia

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

Dosen : Dr. Haeruddin, SKM., M.

Kes
Mata Kuliah : Manajemen Sumber Daya Kesehatan

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM


KESEHATAN

Oleh :
AGUSMIATY
(00--.10.04.2015)

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah organisasi pada umumnya dibangun dengan tujuan
untukmencapai target tertentu, demikian juga dengan organisasi yang
bergerakdibidang kesehatan. Dan untuk mencapai target yang telah
ditentukantersebut maka manajemen organisasi akan melakukan
berbagai langkahperencanaan (planning) sesuai dengan analisa
situasi yang sudah dilaksanakan sebelumnya
Ketika perencanaan itu sudah dilaksanakan maka akan
dihasilkan capaian-capain tertentu dari masing-masing program dan
unit organisasi. Maka kegiatan selanjutnya dari organisasi tersebut
adalah mengukur sejauh mana capaian dari masing-masing program
dibandingkan dengan perencanaan yang sudah ditetapkan diawal
kegiatan organisasi. Dari keinginan untuk mengukur pencapaian hasil
kerja inilah maka evaluasi dilaksanakan, baik terhadap program itu
sendiri maupun terhadap langkah-langkah dalam pelaksanaan
program. Evaluasi program, merupakan suatu istilah dalam
manajemen yang cukup populer pada dekade terakhir ini, akan tetapi
ini bukanlah suatu hal yang baru. Secara historis evaluasi program
berkembang dan muncul dalam administrasi secara independen
Evaluasi atau kegiatan penilaian merupakan bagian yang
pentingdari proses manajemen dan didasarkan pada sistem informasi
manajemen. Evaluasi dilaksanakan karena adanya dorongan atau
keinginan untuk mengukur pencapaian hasil kerja atau kegiatan
pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program
atau pelaksanaan suatu kegiatan. Tanpa adanya evaluasi, sulit
rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang sudah
direncanakan oleh sebuah organisasi telah tercapai atau belum.
Banyak batasan tentang evaluasi, namun secara umum dapat
dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses untuk menilai atau
menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Dimana dalam kegiatan evaluasi sebuah organisasi akan
membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program
dengan tujuan yang direncanakan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah bagaimana perencanaan dan evaluasi
sebuah program kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Program Kesehatan


1. Definisi Perencanaan
Ilmu perencanaan kesehatan sebenarnya telah lama
berkembang sebagai disiplin ilmu perencanaan kesehatan.
Berbagai pengertian pula sangat beragam dari para pakaryang
telah menggeluti ilmu tersebut.
Pengertian perencanaan menurut para pakar. Beberapa di
antaranya yang dipandang cukup penting adalah:
a. Siagian (1994), Perencanaan adalah keseluruhan proses
pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang
akan dikerjakan di masayang akan datang dalam rangka
pencapaian yang telah ditentukan.
b. Swansburg (1999), Perencanaan adalah suatu proses
berkelanjutan yang diawali dengan merumuskan tujuan dan
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personel, merancang proses dan hasilnya, memberikan umpan
balikpada personal, dan memodifi kasi rencana yang diperlukan.
c. Stephen P. R. dan Mary C. (2004), perencanaan adalah sebuah
proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi
tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga
tercapainya tujuan organisasi.
2. Proses Perencanaan
Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses,
dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah,
perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan
pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut
akan muncul masalah-masalah baru kemudian dari masalah-
masalah tersebut dipilih prioritas masalah dan selanjutnya kembali
ke siklus semula.
Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini
pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah
(problem solving). Secara terinci, langkah-langkah perencanaan
kesehatan adalah sebagai berikut (Notoadmodjo, 2006) :
a. Identifikasi Masalah
Perencanaan pada hakekatnya adalah suatu bentuk
rancangan pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal
dalam perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-
masalah kesehatan masyarakat di lingkungan unit organisasi
yang bersangkutan. Sumber masalah kesehatan masyarakat
dapat diperoleh dari berbagai cara antara lain :
 Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan
yang ada.
 Survailance epidemiologi atau pemantauan penyebaran
penyakit.
 Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh
masukan perencanaan kesehatan.
 Hasil kunjungan lapangan supervisi, dan sebagainya.
b. Menetapkan Prioritas Masalah
Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan segudang
masalah kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Oleh
karena keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga dan
teknologi maka tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan
sekaligus (direncanakan pemecahannya). Untuk itu harus dipilih
masalah mana yang “feasible” untuk dipecahkan. Proses memilih
masalah ini disebut memilih atau menetapkan prioritas masalah.
Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni (Rush,
1991):
1) Teknik Scoring
Yakni memberikan nilai (scor) terhadap masalah
tersebut dengan menggunakan ukuran (parameter) antara lain
(Wandersman, 1998):
 Prevalensi penyakit (prevalence) atau besarnya masalah
 Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah
tersebut (severity).
 Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate increase).
 Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
tersebut (degree of unmeet need).
 Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut
diatasi (social benefit).
 Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah
(technical feasiblity).
 Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah (resources availability), termasuk
tenaga kesehatan.
Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan
justifikasi kita, bila masalahnya besar diberi 5 paling tinggi dan
bila sangat kecil diberi nilai 1. Kemudian nilai-nilai tersebut
dijumlahkan. Masalah yang memperoleh nilai tertinggi
(terbesar) adalah yang diprioritaskan, masalah yang
memperoleh nilai terbesar kedua memperoleh prioritas kedua
dan selanjutnya.
2) Teknik Non Skoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui
diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut “nominal group
tecnique (NGT)”(Shadish, 1998).
c. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah
membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh
perencanaan tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila
dirumuskan secara konkret dan dapat diukur. Pada umumnya
dibagi dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
1) Tujuan Umum Adalah suatu tujuan masih bersifat umum dan
masih dapat dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus dan
pada umumnya masih abstrak. Contoh : Meningkatnya status
gizi anak balita di kecamatan Cibadak.
2) Tujuan Khusus Adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan dari
tujuan umum. Tujuan khusus merupakan jembatan untuk
tujuan umum, artinya tujuan umum yang ditetapkan akan
tercapai apabila tujuan-tujuan khususnya tercapai.
d. Menetapkan Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Pada umumnya kegiatan mencakup 3
tahap pokok, yakni :
1) Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang
dilakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya
rapat-rapat koordinasi, perizinan dan sebagainya.
2) Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok
program yang bersangkutan.
3) Kegiatan pada tahap penilaian, yakni kegiatan untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian
program tersebut.
e. Menetapkan Sasaran (Target Group)
Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat
tertentu yang akan digarap oleh program yang direncanakan
tersebut. Sasaran program kesehatan biasanya dibagi dua, yakni
(Scriven, 1998):
1) Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh
program tersebut. Misalnya kalau tujuan umumnya:
Meningkatkan status gizi anak balita seperti tersebut di atas
maka sasaran langsungnya adalah anak balita.
2) Sasaran tidak langsung adalah kelompok yang menjadi
sasaran antara program tersebut namun berpengaruh sekali
terhadap sasaran langsung.
f. Waktu
Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat
tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta
kegiatan-kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai
tujuan. Oleh sebab itu, waktu dan kegiatan sebenarnya dapat
dijadikan satu dan disajikan dalam bentuk matriks, yang disebut
gant chart.
g. Organisasi dan Staf
Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organisasi
sekaligus staf atau personel yang akan melaksanakan kegiatan-
kegiatan atau program tersebut. Disamping itu juga diuraikan
tugas (job description) masing-masing staf pelaksana tersebut.
Hal ini penting karena masing-masing orang yang terlibat dalam
program tersebut mengetahui dan melaksanakan kewajiban
(Perrin, 1998).
h. Rencana Anggaran
Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk
pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan
evaluasi. Biasanya rincian rencana biaya ini dikelompokkan
menjadi:
1) Biaya personalia
2) Biaya operasional
3) Biaya sarana dan fasilitas
4) Biaya penilaian
i. Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi sering dilupakan oleh para perencana
padahal hal ini sangat penting. Rencana evaluasi adalah suatu
uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai
sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah
tercapai.

B. Evaluasi Program Kesehatan


1. Definisi Evaluasi
Ada beberapa definisi atau pengertian evaluasi yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain sebagai berikut :
a. Provus: Evaluation.....comparing perfomance againts standarts
to determine whether to improve, maintain or terminata
programe.
b. Morris Schaefer: Evaluation that part of the decision making
process, in which information about actions and their result are
systematically assessed againts norms and their criteria, in order
to select among alternative for the future.
c. WHO (1981): Evaluation is as systematic way of learning from
experience and using the lesson learned to improve current
activities and promote better planning by careful selection of
alternatifs for future action. This involve a critical analysis of
different aspects of development and implementation of a
programme, its relevance, its formulation, its efficiency and
effectiveness, its cots and its acceptance by all parties involved.
Menurut definisi dan pandangan yang telah dikemukakan
terdapat beberapa pokok pikiran yang dapat disimpulkan, antara
lain sebagai berikut (Supriyanto, 2007) :
a. Evaluasi merupakan prosedur atau cara membandingkan
informasi tentang kegiatan pelaksanaan program atau hasil kerja
dengan suatu kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan.
b. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki,
mempertahankan ataupun mengakhiri program.
c. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan, evaluasi
merupakan sumber informasi yang digunakan untk memperbaiki
kegiatan program yang sedang dilaksanakan atau untuk
perencanaan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
d. Evaluasi bidang kesehatan (WHO) termasuk kegiatan analisis
berbagai macam aspek perkembangan dan pelaksanaan
program dengan mempelajari relevansi, adekuasi, progres,
efektivitas, efisiensi dan dampak dari program.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah
prosedur penilaian pelaksanaan kerja dan hasil kerja secara
menyeluruh dengan cara sistematik dengan membandingkan
kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan guna pengambilan
keputusan (Goodman, 2003).
2. Macam-Macam Evaluasi
Evaluasi sering dibedakan sebagai suatu pemisah atau
sebagai bagian kegiatan integral dari proses perencanaan. Secara
umum, evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif.
a. Evaluasi formatif
Adalah evaluasi yang dilakukan pada tahap pelaksanaan
program dengan tujuan memperbaiki program yang sedang
berjalan didasarkan atas kegiatan sehari-hari, minggu, bulan,
tahun, atau dalam waktu yang pendek. Manfaat dari evaluasi ini
adalah memberikan umpan balik kepada manajer program
tentang kemajuan hasil yang dicapai beserta hambatan yang
dihadapi.
b. Evaluasi Summatif
Adalah evaluasi yang dilakukan untuk melihat hasil
keseluruhan program yang telah selesai dilaksanakan. Evaluasi
ini dilakukan pada akhir program untuk menilai keberhasilan
yang telah dicapai. Hasil evaluasi dapat memberikan jawaban
atas kesesuaian yang dicapai dengan tujuan program beserta
alasannya.
3. Tujuan Evaluasi Program
Tujuan diadakan evaluasi suatu program biasanya
bervariasi, tergantung pada pihak yang memerlukan informasi hasil
tersebut. Pimpinan tingkat atas memerlukan informasi hasil
evaluasi berbeda dengan pimpinan tingkat menengah atau
pimpinan tingkat pelaksana. Walaupun demikian pada dasarnya
evaluasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk menetapkan penilaian terhadap program yang sedang
berjalan dan kecenderungannya, apakah pencapaian target
seperti yang telah ditetapkan dalam rencana program telah
berjalan secara efektif dan efisien.
b. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan
program da perencanaan program yang akan datang. Hasil
evaluasi akan memberikan pengalaman mengenai hambatan
atau pelaksanaan program yang lalu selanjutnya dapat
dipergunakan untuk memperbaiki kebijaksanaan dan
pelaksanaan program yang akan datang.
c. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber dana, daya, dan
manajemen (resources) saat ini serta di masa-masa mendatang.
Tanpa adanya evaluasi akan terjadi pemborosan pengunaan
sumber dana dan daya yang sebenarnya dapat diadakan
penghematan serta penggunaan untuk program-program yang
lain.
d. Memperbaiki pelaksanaan dan perencanaan kembali suatu
program. Sehubungan dengan hal ini perlu adanya kegiatan-
kegiatan yang dilakukan antara lain; mengecek relevansi dari
program dalam hal perubahan-perubahan kecil yang terus-
menerus, mengukur kemajuan terhadap target yang
direncanakan, menentukan sebab dan faktor di dalam maupun di
luar yang mempengaruhi pelaksanaan program (Bloom, 2000).
e. Untuk meningkatkan efektivitas administrasi manajemen
program atau untuk memberikan kepuasan sehubungan dengan
akuntabilitas yang diharapkan oleh atasan, penyandang dana
program atau sponsor. Apabila evaluasi ini dikerjakan pada
proyek atau program yang sedang berjalan akan membantu
memotivasi dalam pelaksanaan program utamanya untuk
meningkatkan kinerja (perfomance).
f. Untuk menilai manfaat program bagi masyarakat sasaran
program. Masyarakat sasaran perlu mengetahui dengan
kesadaran penuh mengenai hasil evaluasi program yang
menyangkut dirinya. Misal : masyarakat sasaran tentu ingin tahu
bagaimana hasil program penyuluhan kesehatan ibu dan anak ,
dapat menurunkan angka kesakitan atau kematian bayi, atau
pada program yang lain : pemberian garam yodium dapat
menurunkan penderita gondok endemik di daerahnya.
Sayangnya, hasil evaluasi seperti ini jarang disampaikan oleh
penanggung jawab program kepada masyarakat sasaran dengan
berbagai evaluasinya.
Evaluasi harus digunakan secara konstruktif seperti
terkandung dalam maksud dan tujuan , bukan untuk membenarkan
tindakan yang telah lalu atau mencari-cari kekurangan dan tidak
dimaksudkan untuk mengadili seseorang.
4. Sasaran Evaluasi Program
Evaluasi program merupakan kebutuhan banyak pihak,
menjadi penting dan kompleks. Seperti telah disampaikan definisi
adalah suatu evaluasi dalam pekerjaan adalah evaluasi suatu
proses penilaian suatu kinerja dari suatu proses kegiatan; dalam
arti sempit biasanya evaluasi program dibatasi atau berfokus pada
evaluasi hasil (out put) yang berhubungan dengan pencapaian
sasaran program. Sedang evaluasi out come atau impact dibatasi
terhadap “apa dampak yang secara nyata diterima akibat program
yang diberikan (ditunjukan) dan manfaatnya (benefit) bagi
masyarakat yang menerima pelayanan” di dalam pengertian
tersebut mencakup evaluasi terhadap : input-proses-out put-out
come- dan impact (Bouffard, 2003).
Evaluasi program adalah suatu bentuk khusus dari evaluasi.
Sesuai namanya evaluasi ini dilakukan terhadap program.
Sebagaimana diketahui program adalah suatu rencana yang telah
nyata kongrit ; suatu rencana yang telah mencantumkan tujuan,
sasaran atau targetnya, penyediaan anggaran, SDM, sarana
prasarana lainnya dan waktu yang dijadwalkan. Masing-masing
elemen program tersebut telah ditetapkan atau telah dibuat standar
sebelumnya yang dapat diukur dalam perkembangan
pelaksanaannya

C. Standar Perencanaan dan Evaluasi Efektif Program Kesehatan


Profesional kesehatan masyarakat akan mengakui bahwa
langkah-langkah dasar dari kerangka untuk evaluasi program adalah
bagian dari pekerjaan rutin mereka. Dalam praktik kesehatan
masyarakat sehari-hari, pemangku kepentingan berkonsultasi; tujuan
program didefinisikan; membimbing pertanyaan dinyatakan; Data
dikumpulkan, dianalisis, dan ditafsirkan; penilaian terbentuk; dan
pelajaran bersama. Meskipun evaluasi informal yang terjadi melalui
latihan rutin, standar yang ada untuk menilai apakah serangkaian
kegiatan evaluatif yang dirancang dengan baik dan bekerja untuk
potensi mereka. Komite Bersama Standar Evaluasi Pendidikan telah
mengembangkan standar evaluasi program untuk tujuan ini (Nutbeam,
1996). Standar-standar ini, dirancang untuk menilai evaluasi program
pendidikan, juga relevan untuk program kesehatan masyarakat.
Standar evaluasi program membuat melakukan suara dan
evaluasi yang adil praktis. Standar memberikan pedoman praktis
untuk mengikuti ketika harus memutuskan diantara pilihan evaluasi.
Standar membantu menghindari menciptakan evaluasi seimbang
(misalnya, salah satu yang akurat dan layak tetapi tidak berguna atau
yang akan berguna dan akurat tetapi tidak layak). Selain itu, standar
dapat diterapkan ketika merencanakan evaluasi dan seluruh
pelaksanaannya. Komite Bersama adalah tegas dalam hal itu,
"standar yang membimbing prinsip-prinsip, bukan aturan mekanis....
Pada akhirnya, apakah standar yang diberikan telah ditangani secara
memadai dalam situasi tertentu adalah masalah penilaian" (Mertens,
1999).
Dalam laporan Komite Bersama, standar dikelompokkan ke
dalam empat kategori berikut dan mencakup total 30 standar tertentu
(box 13-16).
1. Standar 1: Kegunaan
Standar utilitas memastikan bahwa kebutuhan informasi
pengguna evaluasi puas. Tujuh standar utilitas alamat item seperti
mengidentifikasi orang-orang yang akan terkena dampak evaluasi,
jumlah dan jenis informasi yang dikumpulkan, nilai-nilai yang
digunakan dalam menafsirkan temuan-temuan evaluasi, dan
kejelasan dan ketepatan waktu laporan evaluasi (Whitlock, 2002).
2. Standar 2: Kemungkinan
Standar kelayakan memastikan bahwa evaluasi adalah
layak dan pragmatis. Tiga standar kelayakan menekankan bahwa
evaluasi harus mempekerjakan praktis, prosedur nondisruptive;
bahwa kepentingan politik yang berbeda dari mereka yang terlibat
harus diantisipasi dan diakui; dan bahwa penggunaan sumber daya
dalam melakukan evaluasi harus bijaksana dan menghasilkan
temuan berharga.
3. Standar 3: Hak Milik
Standar kepatutan memastikan bahwa evaluasi adalah
etika (misalnya, dilakukan dengan memperhatikan hak-hak dan
kepentingan mereka yang terlibat dan berpengaruh). Delapan
standar kepatutan alamat item seperti mengembangkan protokol
dan perjanjian lainnya untuk membimbing evaluasi; melindungi
kesejahteraan subyek manusia; berat dan mengungkapkan temuan
secara lengkap dan seimbang; dan menangani konflik kepentingan
secara terbuka dan adil (Frieden TR, 2009).
4. Standar 4: Ketepatan
Standar akurasi memastikan bahwa evaluasi menghasilkan
temuan yang dianggap benar. Dua belas standar akurasi (Kotak 16)
termasuk barang-barang seperti menggambarkan program dan
konteksnya; mengartikulasikan secara rinci tujuan dan metode
evaluasi; mempekerjakan prosedur yang sistematis untuk
mengumpulkan informasi yang valid dan dapat diandalkan;
menerapkan metode kualitatif atau kuantitatif yang tepat selama
analisis dan sintesis; dan menghasilkan laporan yang berimbang
mengandung kesimpulan yang dibenarkan.
Langkah-langkah dan standar yang digunakan bersama-
sama selama proses evaluasi. Untuk setiap langkah, bagian dari
standar yang relevan harus dipertimbangkan (King, 1998).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka kesimpulan yang di
dapat adalah:
1. Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari penetapan
tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan
organisasi tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya
tujuan organisasi
2. Evaluasi adalah prosedur penilaian pelaksanaan kerja dan hasil
kerja secara menyeluruh dengan cara sistematik dengan
membandingkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan guna
pengambilan keputusan.
3. Standar perencanaan dan evaluasi program kesehatan membuat
evaluasi yang adil praktis. Standar memberikan pedoman praktis
ketika harus memutuskan diantara pilihan evaluasi. Standar
membantu menghindari menciptakan evaluasi seimbang (misalnya,
salah satu yang akurat dan layak tetapi tidak berguna atau yang
akan berguna dan akurat tetapi tidak layak). Selain itu, standar
dapat diterapkan ketika merencanakan evaluasi dan seluruh
pelaksanaannya.
B. Saran
Dalam merencakan sebuat program kesehatan masyarakat
harus disertai dengan evaluasi karena evaluasi bertujuan mengukur
pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan program terhadap
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan evaluasi akan diperoleh umpan
balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan suatu kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Goodman, R. M., Stecler, A., Hoover, S., & Schwartz, R. (2003). A critique
of contemporary community health promotion approaches.
American Journal of Health Promotion, 7(3), 208-220.

Bloom, Y., Figgs, L W., Baker, E. A., Dugbatey, K., Stanwyck, C. A., &
Brownson, R. C. (2000). Data uses, benefits, and barriers for the
behavioral risk faktor surveillance system. Journal of Public
Management Practice, 6, 78-86

Bouffard, J. A., Taxman, F. S., & Silverman R. (2003). Improving process


evaluations of correctional programs by using a compre-hensive
evaluation methodology. Evalua-tion and Program Planning, 26(2),
149-161.

Frieden TR, Henning KJ. Public health requirements for rapid progress in
global health. Glob Public Health 2009;4(4):323–337

King, A, Rejeski W & Buchner, D (1998) ‘Physical activity interventions


targeting older adults: a critical review and recommendations’,
American Journal of Preventive Medicine, vol.15, pp. 316–33

Mertens DM. Inclusive evaluation: implications of transformative theory for


evaluation. American Journal of Evaluation 1999;20(1):1-14.

Notoadmodjo Soekidjo. 2006. Evaluasi Program Kesehatan. diakses dari


http://www.geocities.ws/klinikikm/manajemen-kesehatan/evaluasi-
program.htm, tanggal sitasi 5/82/2016

Nutbeam, D (1996) Health outcomes and health promotion: defining


success in health promotion, Health Promotion Journal of
Australia, vol. 6, no.2, pp. 58–60

Perrin B. Effective use and misuse of performance measurement.


American Journal of Evaluation 1998;19(3):367-79

Rush B, Ogbourne A. Program logic models: expanding their role and


structure for program planning and evaluation. Canadian Journal
of Program Evaluation 1991;6(2):95-106.

Scriven M. Minimalist theory of evaluation: the least theory that practice


requires. American Journal of Evaluation 1998;19:57-70
Supriyanto S dan Nyoman Anita D. 2007. Perencanaan dan Evaluasi.
Surabaya: Airlangga Universitiy Press.
Shadish WR. Evaluation theory is who we are. American Journal of
Evaluation 1998;19(1):1-19.

Wandersman A, Morrissey E, Davino K, et al. Comprehensive quality


programming and accountability: eight essential strategies for
implementing successful prevention programs. Journal of Primary
Prevention 1998;19(1):3-30

Whitlock EP, Orleans CT, Pender N, Allan J. Evaluating primary care


behavioral counseling interventions. Am J Prev Med
2002;22(4):267–284

Anda mungkin juga menyukai