Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Keramik

Bahan keramik terdiri dari fasa kompleks yang merupakan senyawa unsure metal
dan non metal yang terikat secara ionic maupun kovalen. Keramik pada umumnya
mempunyai struktur kristalin dan sedikit electron bebasnya. Susunan kimia
keramik sangat bermacam-macam yang terdiri dari senyawa yang sederhana
hingga campuran beberapa fasa kompleks. Hampir semua keramik merupakan
senyawa-senyawa antara unsur elektropositif dan elektronegatif. Keramik
memiliki sifat-sifat antara lain mudah pecah dan getas. Kekuatan dan ikatan
keramik menyebabkan tingginya titik lebur, tahan korosi, rendahnya konduktivitas
termal, dan tingginya kekuatan kompresif dari material tersebut. Secara umum
keramik mempunyai senyawa-senyawa kimia antara lain: SiO2, Al2O3, CaO,
Na2O, TiC, UO2, PbS, MgSiO3, dan lain-lain.

2.2. Jenis bahan keramik

2.2.1. Kaolin

Kaolin diklasifikasikan dalam 2 jenis yaitu pertama suatu endapan residu


berasal dari perubahan batu-batuan. Kedua adalah jenis pengendapan yang mana
batu bagus dan partikel-partikel clay telah dipisahkan dari endapan.

Kaolin yang berasal dari preshidrotermal yaitu pengikisan yang terjadi


akibat pengaruh air panas yang terdapat pada retakan dan patahan serta daerah
permeable lainnya dalam batu-batuan. Kaolin yang berasal dari proses pelapukan
(sedimentasi) yaitu pelapukan batuan beku dan batuan metamorpik yang
reaksinya adalah sebagai berikut :

KAlSi 3 O8 HAlSi3O8 + KOH (Hydrolysis)

HAlSi3O8 HAlSiO4 + 2Si O2 (Desilikation)

Universitas Sumatera Utara


2HAlSiO4 + H2O (OH)4Al2Si2O5 (Hydration)

Kaolin yang dipergunakan dalam pembuatan sampel adalah kaolin yang


berasal dari Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan Sumatera Utara dengan
cadangan dan potensi cukup banyak ± 7.913.000 ton (Dinas Pertambangan dan
Energi Sumut, 2007).

Garis besar deretan reaksi atau perubahan fasa kaolin yang dipanaskan
adalah sebagai berikut :

a. Tahap pertama : Sekitar 500oC yaitu reaksi endotermis yang


sehubungan dengan hilangnya struktur air atau
dehidrasi kaolinit dan pembentukan metakaolin,
2Al2O3.4SiO2.

b. Tahap kedua : Sekitar 950oC yakni reaksi eksotermis, sehubungan


dengan pengkristalan yang cepat fasa bentuk jarum
(spinel), disebut γ-Al2O3, oleh Brinley dan Nakahira
dinyatakan dengan 2Al2O3.3SiO2.

c. Tahap ketiga : Sekitar 1050 – 1100oC, sehubungan dengan reaksi


eksotermis kedua dimana struktur bentuk jarum
berubah menjadi fasa mullit dan selanjutnya muncul
kristobalit. Jika pemanasan diteruskan akhirnya mullit
akan mengkristal dengan baik dengan komposisinya
3Al2O3.2SiO2. (Syukur, 1982)

2.2.2. Feldspar

Feldspar merupakan silikat alamiah pada umumnya digunakan dalam pembuatan


keramik sebagai bahan fluks (Fluxing Material) yaitu sebagai sumber alumina
dalam gas dan sumber alkali dalam gelas serta sumber alkali dalam glasir dan
enamel.

Universitas Sumatera Utara


Bahan ini dapat berupa pelebur (fondaut) dengan kandungan alumino-sifat-alkali
yang beraneka ragam terdiri dari:

a. Arthose : (Si3Al)O8K, Potasis


b. Albite : (Si3Al)O8Na, Sodis
c. Anorthite : (Si3Al)O8Ca, Kalsis

Dari komposisinya dapat dilihat bahwa struktur feldspar tidak berbeda dengan
struktur tanah liat, merupakan silikat alamiah, berwarna merah jambu
ataukecoklat-coklatan dan merupakan mineral keramik dengan salah satu
komposisinya adalah NaAlSi3O8. Feldspar juga merupakan jaringan silikat dan
satu diantara empat atom silicon digantikan oleh atom aluminium. Diatas
temperature 900oC feldspar umumnya masih dalam keadaan stabil dan tidak
mengalami perubahan fasa.(www.themineralorthoclase.com)

2.2.3. Clay (Lempung).

Clay dikenal sebagai tanah liat (argiles), merupakan sejenis mineral halus
berbentuk kepingan, gentian atau hablur yang terbentuk dari batuan sediment
(sediment rock) dengan ukuran butir < 1/256 mm. pada umumnya ada 2 jenis clay
yaitu: ball clay, dan fire clay.

Ball clay digunakan pada keramik karena memiliki plastisitas tinggi dengan
tegangan patah tinggi serta pernah digunakan sendiri. Fire clay terdiri dari tiga
jenis yaitu: flin fire clay yang memiliki struktur kuat, plastic fire clay yang
memiliki workability yang baik, serta high alumina clay yang sering dipergunakan
sebagai refraktori dan bahan tahan api.

Universitas Sumatera Utara


2.2.4. Kuarsa (silica)

Kuarsa adalah salah satu mineral yang berupa kristal sempurna, terdiri dari
Kristal-kristal silica (SiO2). Kuarsa merupakan hasil dari proses pelapukan yang
mengandung mineral utama seperti: Al2O3, Fe2O3, Cr2O3, Na2O3, TiO2, K2O.
Kuarsa berwarna putih bening,memiliki sifat-sifat fisis dan mekanis tertentu.
(www.refractron.com)

2.3. Pembentukan keramik

Proses pembentukan keramik dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a. Die pressing:
Pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga mebentuk bubuk, lalu
dicampur dengan pengikat (binder) organic, kemudian dimasukkan
kedalam cetakan dan ditekan hingga mencapai bentuk padat yang cukup
kuat. Metode ini umumnya digunakan dalam pembuatan ubin, keramik
elektronik, atau produksi dengan cukup sederhana karena metode ini
cukup murah.
b. Rubber mold pressing
Metode ini dilakukan untuk menghasilkan bubuk padat yang tidak
seragam dan disebutrubber mold pressing, karena dalam pembuatannya
menggunakan sarung yang terbuat dari karet. Bubuk dimasukkan kedalam
sarung karet, kemudian dibentuk kedalam cetakan hidrostatis.
c. Extrusion Molding.
Pembentukan keramik pada metode ini melalui lobang cetakan. Metode ini
bias digunakan untuk membuat pipa saluran, pipa reaktor, atau material
lain yang memiliki suhu normal untuk penampang lintang tetap.

Universitas Sumatera Utara


d. Slip Casting
Metode ini dilakukan untuk memperkeras suspensi dengan air dari cairan
lainnya, dituang kedalam plaster berpori, air akan diserap dari daerah
kontak kedalam cetakan dan lapisan yang kuat akan terbentuk.

e. Injection molding
Bahan yang bersifat plastis diinjeksikan dan dicampur dengan bubuk pada
cetakan. Metode ini banyak digunakan untuk memproduksi benda-benda
yang mempunyai bentuk yang kompleks.

2.4. Bahan Dasar Keramik

Bahan dasar keramik terdiri dari fasa kompleks yang merupakan senyawa
netral dan non netral yang terikat secara ionic maupun kovalen. Keramik pada
umumnya mempunyai struktur kristallin dan sedikit electron bebasnya. Susunan
senyawa kimianya sangat bervariasi, terdiri dari senyawa yang sederhana hingga
campuran dari beberapa fasa kompleks.

Pada dasarnya bahan baku keramik terdiri dari :

a. Bahan Plastis

Bahan ini berupa tanah liat (argiles) dengan kandungan mineral yang
bersifat liat dan mineral tambahannyang berasal dari endapan kotoran.
Mineral berupa silikat, Mg, Fe, bersifat kapur dan alkali.

b. Bahan Pelebur

Bahan ini berupa feldspar dengan kandungan alumino silikat alkalin yang
beraneka ragam terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


™ Orthose : (Si3Al)O8K, Potasis

™ Albithe : (Si3Al)8Na, Sodis

™ Anorthite : (Si3Al)O8Ca, Kalsis

c. Bahan penghilang Lemak

Bahan ini adalah bahan baku yang mudah di haluskan dan koefisien
penyusutannya sangat rendah. Biasanya bahan ini berfungsi sebagai
penutup kekurangan-kekurangan yang ada karena plastisitas yang eksesif
dari tanah liat, terdiri silica (SiO2) atau kwarsa yang berbeda bentuknya.

d. Bahan tahan panas

Bahan ini terdapat bahan yang mengandung Mg dan SIlikat aluminium


(Sembiring, Anwar D, 1990)

e. Bahan pencampur

Bahan penguat selalu digunakan kaolin, bahan ini merupakan bahan baku
utama dalam pembuatan keramik, berfungsi untuk mengontrol tentang
pembahasan dan distorsi selama pembakaran. Kaolin akan membentuk
fasa cair pertama dalam system pada sekitar suhu 9000C. kemudian fasa
kristalisasi utama dan berkutnya Mullite (Relva,C,Buchanan, 1990).

2.5. Keramik Berpori

Keramik berpori memiliki sifat-sifat yang dibutuhkan sebagai filter antara


lain tahan korosi, tidak bereaksi dengan campuran yang dipisahkan serta pori dan
kekuatannya dapat diatur. Porositas dapat diatur antara lain dengan menambahkan
bahan aditif seperti serbuk kayu dan bahan lain misalnya grog yang dapat
menghasilkan gas pada saat dibakar sehingga meninggalkan rongga yang disebut
pori. Hasil pengukuran keramik cordierite berpori menunjukkan bahwa densitas

Universitas Sumatera Utara


berkisar 0,75-1,17 gr/cm3, porositas 58µ½, kekuatan patah 0,5-2 MPa, kekerasan
(HV) 0,3-1,8 GPa (Sebayang.P, 2006).

Swedish Ceramic Institute dapat membuat keramik berpori dengan tehnik


yang berbeda yang dinamakan tehnik protein suspensi hingga memperoleh
porositas antara 50-80% dari volume keramik. Refractron Technologies Corp New
York USA adalah badan yang meneliti dan memproduksi keramik berpori, dimana
mereka memproduksi keramik berpori dengan karakteristik standar porositas
antara 40-50% sedangkan HP Technical Ceramics memproduksi keramik berpori
dengan standar porositas 35-50%.

Pembuatan keramik berpori dari bahan limbah juga telah dilakukan oleh
Sasai, dkk (2003) dengan mencampur limbah pabrik kertas, serbuk gergajian kayu
(K2CO3) sebagai activator dan clay sebagai aditif dan dikalsinasi pada suhu 8500
C selama 1 jam pada tekanan 2 atmosfer. (Sasai,dkk. 2003)

2.6. Limbah Padat Pulp

Limbah padat pada umumnya merupakan sisa olahan dari suatu industri,
terkadang jumlahnya cukup besar tergantung pada jenis industrinya. Limbah padat
pulp pada dasarnya dapat mengganggu aktivitas maupun lingkungan pabrik itu
sendiri maupun kawasan sekitarnya.

Pencemaran lingkungan bisa berdampak negatif pada kenyamanan dan


kesehatan di sekitarnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang justru
itulah pemerintah harus bijaksana dalam menanggulangi dan mengambil
keputusan melalui “AMDAL”.

Nama baru yang merupakan komitmen setelah berganti nama dari


sebelumnya PT. Indorayon dan sekarang berganti nama menjadi PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk menegaskan komitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sejak
kembali beroperasi pada akhir Maret 2003 setelah sekitar 4,5 tahun berhenti.
Perusahaan ini telah menutup produksi yang berpotensi ini menjadi polutan,

Universitas Sumatera Utara


melakukan pengelolaan limbah, serta menggunakan kayu eucalyptus dan akasia
yang berasal dari tanaman industry sendiri.

Saat ini pabrik yang beberapa waktu lalu sempat mengalami beberapa kali
penutupan karena masalah lingkungan tersebut baru memproduksi bubur kertas
sebanyak 90 – 100 ribu ton dari kapasitas maksimalnya yaitu 240 ribu ton per
tahun. Sekitar 60 – 70 persen produksinya saat ini ditujukan untuk diekspor
dengan negara tujuan Korea, Jepang, Taiwan dan Hongkong. Untuk ekspor pulp
ini, mereka harus melakukan tes kualitas ke Cina. Bentuk limbah pada dasarnya
cair atau padat, terkadang jumlahnya cukup besar.

Menurut pantauan dilapangan, jumlah limbah padat pulp di PT. TPL


Porsea Tobasa ini mencapai 7 ton perhari. Dapat dibayangkan penumpukan
limbah ini setiap bulan dan bagaimana pula setiap tahunnya. Untuk tujuan dan
menjaga kelestarian ini tentu pihak terkait akan mengupayakan jalan keluarnya.

Timbullah pemikiran bagaimana cara mengolah limbah padat menjadi


material baru yang berguna dan bernilai dalam meningkatkan nilai ekonomi
masyarakat. Berdasarkan pantauan dan analisis senyawa kimia di lapangan,
limbah padat ini sangat dominan mengandung senyawa bahan baku keramik,
logam dan polimer. Oleh sebab itu diharapkan limbah padat pulp dapat dijadikan
sebagai basis bahan keramik berpori. (lihat lampiran E)

Limbah padat pulp terdiri dari gugusan yang merupakan proses-proses sisa olahan
secara bertahap. Gugusan ini terdiri dari : grit, dreg dan bio sludge.

™ Grit berasal dari proses recousstisizing berupa bahan yang tidak bereaksi
antara green liquoer dan kapur tohor, yang kandungan utamanya adalah
bata dan pasir yang mengandung hidrokarbon

™ Dreg merupakan bahan endapan dari green liquoer yaitu smelt yang
dilarutkan dengan weak wash dari lime mud washer. Kandungan utamanya
adalah silika dan bahan karbon residu organik yang tidak sempat terbakar
dalam boiler. Bahan ini kaya akan karbon karena tidak bereaksi.

Universitas Sumatera Utara


™ Bio sludge : Merupakan campuran dari endapan limbah cair, yang
diperoleh dari proses primary dan secondary yang kandungan utamanya
adalah selulosa dan bakteri yang mati. Dengan demikian perlu dilakukan
pengamatan dan analisa lebih lanjut tentang senyawa-senyawa atau fasa
yang dominan dari kandungan limbah padat pulp tersebut, sehingga cocok
digunakan untuk membentuk material keramik.

Dengan demikian perlu dilakukan pengamatan dan analisis lebih lanjut tentang
senyawa-senyawa kimianya maupun fasa dominan agar dipadukan dengan bahan
campuran yang ideal, sehingga dapat dilakukan pembuatan keramik berpori yang
tepat guna.

2.7. Absorbsi

Absorbsi adalah terserapnya atau terikatnya suatu substansi (absorbet) pada


permukaan yang dapat menyerap (absorbent) . Absorbsi dapat terjadi diantara zat
padat dan zat cair, zat padat dengan gas, zat cair dengan zat cair, dan zat cair
dengan gas.

Absorbsi terjadi karena molekul-molekul pada permukaan zat yang


memiliki gaya tarik dalam keadaan tidak setimbang yang cenderung tertarik
kearah dalam (gaya kohesi absorben lebih besar dari gaya adhesinya).
Ketidakseimbangan gaya tarik tersebut mengakibatkan zat yang digunakan
sebagai absorben cenderung menarik zat-zat lain yang bersentuhan dengan
permukaannya.

Berdasarkan interaksi molekular antara permukaan adsorbent dengan


absorbet, absorbsi dibagi menjadi dua bagian, yaitu absorbsi fisika dan absorbsi
kimia. Absorbsi fisika terjadi bila gaya intermolekuler lebih besar dari gaya tarik
antar molekul atau gaya tarik menarik yang relatif lemah antara absorbet dengan
permukaan absorbent, gaya ini disebut gaya Van der Waals. Adsorbsi ini
berlangsung cepat, dapat membentuk lapisan jamak (multilayer), dan dapat
bereaksi balik (reversible) karena energi yang dibutuhkan relatif rendah.

Universitas Sumatera Utara


Absorbsi kimia terjadi karena adanya reaksi antara molekul-molekul
absorbet dengan adsorbent dimana terbentuk ikatan kovalen dengan ion. Gaya
ikat absorbent ini bervariasi tergantung pada zat yang bereaksi. Absorbsi jenis ini
bersifat irreversible dan hanya dapat membentuk lapisan tunggal
(monolayer).(Moressi, 1978)

2.8. Porositas

Porositas adalah untuk mengetahui pori-pori (porositas) yang terdapat dalam


sampel. Porositas merupakan satuan yang menyatakan keporositasan suatu
material yang dihitung dengan mencari persen (%) berdasarkan daya serap bahan
terhadap air dengan perbandingan volume air yang diserap terhadap volume total
sampel. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

(m b − m k )
porositas = × 100%  ..........(2.1) 
ρ air × Vt

Dimana : mb = massa basah (g)

mk = massa kering (g)

ρ = massa jenis (g/cm3)

Vt = Volume total sample (cm3)

2.9. Densitas

Densitas pada material didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m)


dengan volume (V).

Densitas dinyatakan dalam g/cm3 dan dilambangkan dengan ρ (rho)


m
ρ=  ..........(2.2) 
V

Universitas Sumatera Utara


Dimana : m = massa (g)

: V = Volume (cm3)

: ρ = Densitas (g/cm3)

2.10. Kekerasan

Kekerasan didefenisikan sebagai ketahanan bahan terhadap penetrasi pada


permukaan, namun pada umumnya kekerasan menyatakan ketahanan terhadap
deformasi plastis karena pada bahan yang ulet kekerasan memiliki hubungan yang
sejajar dengan kekuatan. Untuk menguji kekerasan suatu material bisa digunakan
berbagai macam cara, salah satu diantaranya adalah metode Vickers.

Pengujian kekerasan dilakukan dengan alat digital Equotip Hardness Tester,


dimana hasilnya dapat dibaca secara langsung dan diperoleh dalam satuan HB
(Hardness of Brinnel) yang dapat dikorelasikan nilainya ke satuan Hardness of
Vickers dari tabel korelasi nilai kekerasan Brinell, Rockwell dan Vickers .

Hv = 1,854 …………………. (2.3)

Dimana : d = panjang rata-rata garis diagonal (mm)

Ρ = beban penekanan grf

2.11. Kuat Tekan

Nilai kuat tekan sampel didapat melalui tata cara pengujian secara manual
dengan memberikan beban tekan bertingkat dengan peningkatan beban tertentu
atas benda uji.

Kekuatan tekan τ = ………..(2.4)

Dimana : = beban tekan maksimum (kgf)

Universitas Sumatera Utara


A = luas penampang (mm)

2.12. Kuat impak (Impact Strength)

Suatu bahan mungkin memiliki kekuatan tarik yang tinggi tetapi tidak
memenuhi syarat untuk kondisi pembebanan kejut. Ketahanan impak biasanya
diukur dengan menggunakan metod Izod atau Charpy yang bertakik maupun tidak
bertakik. Pada pengujian ini beban diayun dari ketinggian tertentu untuk memukul
benda uji, kemudian diukur energi yang diserap oleh perpatahan (Smallmann,
1991).

............(2.5.)

dimana : = kuat impak (J/m3)

E = energi yang dihasilkan godam (J/m)

A = Luas Benda Uji di bawah takik (m2)

2.13. Susut Massa

Pengukuran susut massa dilakukan pada sampel uji yang berbentuk pelet
dengan massa awal (sebelum dibakar).

mo − ms  ..........(2.6) 
Susut massa = x100%
mo
Dimana : mo = massa sebelum dibakar

ms = massa sesudah dibakar

Universitas Sumatera Utara


2.14. Susut Volume

Pengukuran susut volume dilakukan pada benda uji yang berbentuk pelet
dengan volume awal (sebelum dibakar).

Vo − Vs  ..........(2.7) 
Susut Volume = x100%
Vo

Dimana : Vo = Volume sebelum dibakar

Vs = Volume sesudah di bakar (Sembiring, A.D, 1990)

2.15. Difraksi Sinar-X

Difraksi merupakan gejala hamburan yang terjadi apabila sinar-X datang


pada atom-atom dalam bidang kristal. Pada tahun 1912 fisikawan Jerman Max
Van Laue menyatakan bahwa jika kristal terdiri dari barisan-barisan atom-atom
yang teratur dan sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang mempunyai
panjang gelombang yang sama dengan jarak antar atom pada kristal, maka kristal
tersebut dapat mendifraksikan sinar-X.

Apabila suatu kristal dihamburkan dengan berkas sinar-X, maka setiap atom
dalam kristal yang dilalui oleh sinar-X mengabsorbsi energi dan kemudian
memancarkan kembali ke segala arah. Dengan demikian atom-atom itu
merupakan sumber energi sekunder atau dapat dikatakan bahwa sinar x
dihamburkan oleh atom-atom dalam kristal. Sinar sekunder yang berasal dari
berbagai atom saling berinterferensi, ada yang saling menguat dan ada pula yang
saling memusnahkan.

Kemudian pada tahun 1913 teori tersebut dikembangkan oleh W. L. Bragg,


yang beranggapan bahwa sinar-x yang menembus kristal akan dipantulkan oleh
lapisan atom yang berikutnya seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara


1

Bidang 

Bidang 

Gambar.2.4 Difraksi Sinar X (Glenn, 2007)

Agar terjadi interferensi maksimum (saling menguat), sinar 1 dan sinar 2


harus se-fase. Ini berarti bahwa beda lintasan kedua harus sama dengan panjang
gelombang sinar atau kelipatannya.

Jadi hubungannya memenuhi persamaan : 2d sin θ = n λ. Persamaan


tersebut dikenal dengan Hukum Bragg.

Dimana : λ= Panjang gelombang

n = orde difraksi

θ = sudut hamburan Bragg

d = Jarak antar bidang.

Besar Sudut difraksi θ tergantung pada panjang gelombang λ berkas sinar


x dan jarak d antar bidang. (Syukur.M, 1982).

2.16. Gas Analyzer

Untuk mengetahui besar persentase gas buang dari kendaraan bermotor


yang terserap oleh sampel dapat ditentukan dengan persamaan matematis sebagai
berikut :

Perubahan emisi Xo − Xs
= x 100%   .......... (2.8) 
Xo
Dimana : Xo = banyaknya gas CO, CO2 dan HC sebelum menggunakan filter

Universitas Sumatera Utara


Xs = banyaknya gas CO, CO2 dan HC sesudah menggunakan filter

(Tugaswati, T.A, 2000)

2.17. Pencemaran Udara

Secara umum, terdapat 2 sumber pencemaran udara, yaitu pencemaran


akibat sumber alamiah (natural sources) seperti letusan gunung berapi, dan yang
berasal dari kegiatan manusia (antropogenic sources), seperti yang berasal dari
transportasi , emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia, dikenal 6 jenis zat pencemar
udara utama yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources) yaitu :
karbon monoksida(CO), Oksida Sulfur (SOx), Oksida nitrogen (NOx), Partikulat,
Hidrokarbon (HC), dan Oksida fotokimia, termasuk ozon.

Pencemaran udara yang terjadi di kota-kota besar telah menyebabkan


menurunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan, bahkan telah
menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. Menurunnya kualitas
udara tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil untuk
sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kota-kota besar. Proses
pembakaran fosil tersebut sepenuhnya tidaklah sempurna, sehingga gas hasil
buangannya mengandung gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Selain itu, efek rumah kaca juga menjadi penyebab utama atas meningkatnya
pencemaran udara, sehingga memicu terjadinya “global warming”, yaitu
meningkatnya suhu permukaan bumi akibat adanya pencemaran di berbagai
lingkungan, salah satunya pencemaran udara yang disebabkan oleh meningkatnya
produksi polusi udara dari hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara tersebut ini, perlu dilakukan


usaha untuk mengendalikan pencemaran, yaitu dengan mengurangi konsentrasi
zat-zat berbahaya yang dilepaskan ke lingkungan. Cara yang dilakukan dapat
berupa usaha untuk mengkonversikan gas-gas berbahaya tersebut menjadi gas
yang ramah lingkungannya.

Universitas Sumatera Utara


Saat ini sudah banyak dikembangkan berbagai teknologi yang ditujukan
untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat berbagai aktivitas mesin-mesin
kendaraan dan industri. Salah satu penelitian yang dikembangkan adalah
mengenai “Catalytic Converter”. Catalytic Converter adalah merupakan
pengembangan dari jenis katalis padatan yang digunakan untuk membantu proses
konversi, reduksi dan oksidasi zat-zat berbahaya dari hasil pembakaran bahan
bakar kendaraan bermotor dan industri. Pada dasarnya, mesin-mesin sudah di
desain untuk dapat melakukan pembakaran dengan sempurna terhadap bahan
bakar mesin, sehingga zat-zat hasil pembakaran adalah berupaH2O, CO2 dan NO2
yang ramah lingkungan. Namun keadaan yang terjadi di lapangan, pembakaran
yang terjadi pada mesin kendaraan bermotor dan industri selalu tidak sempurna,
sehingga zat-zat yang dihasilkan berupa gas-gas beracun yang berbahaya bagi
lingkungan dan mahkluk hidup, yaitu :gas CO, NOxdan HC. Gas CO, jika terhirup
dan masuk kedalam saluran pernafasan selanjutya akan berikatan dengan
Haemoglobin (Hb), sehingga mengganggu transportasi oksigen. Gas NOx selain
berakibat langsung pada tanaman dan meracuni manusia, hasil akhir
pencemarannya adalah asam nitrat (HNO3) yang terinsepsi ke dalam lingkungan
dalam bentuk garam-garam nitrat dalam air hujan, sehingga terjadilah hujan asam.
Hujan asam dapat menyebabkan tumbuh-tumbuhan rusak, bahkan mati adapun
senyawa HC bersifat karsinogenik, yang jika masuk ke dalam tubuh mahluk
hidup, dengan oksida dan nitrogen, HC akan bereaksi secara foto-oksidasi dan
membentuk Smog. Selanjutnya dengan adanya katalis converter yang berfungsi
untuk mengatasi pencemaran zat-zat yang berbahaya tersebut dengan proses
konversi, yaitu mereduksi dan mengoksidasi gas CO dan HC menjadi CO2 dan
H2O, mereduksi gas NOx menjadi N2, O2 dan NO2 dengan bantuan sebuah
pengemban (media/support) dari bahan alam yang ada di Indonesia, seperti batuan
alam zeolit yang memiliki ketahanan termal yang tinggi, sehingga tahan pada
proses bersuhu tinggi.

Uji emisi terhadap gas buang kendaraan bermotor dilakukan sesuai


dengan peraturan Menteri No. 05/2006 tentang ambang batas Emisi Gas Buang
kendaraan bermotor,. Peraturan Pemerintah tersebut juga mewajibkan kepada

Universitas Sumatera Utara


Pemda / Pemko untuk melakukan uji Emisi setiap enam bulan di daerahnya
masing-masing.

Dalam uji tersebut, besarnya polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor


yang menggunakan bahan bakar premium, yaitu kendaraan tahun pembuatan
dibawah 2007, gas buang yang dihasilkan berupa Hidro Carbon (HC) tidak
melebihi 1200 dan karbondioksida (CO2) sekitar 4,5%. Sementara untuk
kendaraan tahun pembuatan diatas 2007, ketentuannya lebih ketat, yaitu tingkat
HC sebesar 200 dan CO2 1,5%. Untuk kendaraan yang menggunakan bahan
bakar solar, opastias atau ketebalan asap yang dihasilkan mencapai70%. Pada
dasarnya menurut pengalaman uji emisi yang dilakukan bahwa tinggi polusi yang
dihasilkan kendaraan bermotor tidak selalu dipengaruhi oleh tahun pembuatan,
tetapi lebih kepada perawatan mesin kendaraan.

Dari 300 kendaraan roda empat pribadi maupun umum yang diuji di setiap
provinsi, rata-rata ada sebanyak 40 kendaraan tidak lulus uji emisi. Hal ini
menandakan cukup tinggi polusi yang dihasilkan kendaraan bermotor. Emisi
kendaraan bermotor juga mengandung dinitro oksida(N2O) dan methane(CH4)
yang merupakan gas rumah kaca yang menghalangi pantulan sinar matahari,
sehingga dapat meningkatkan suhu bumi atau dapat menimbulkan pemanasan
global.

2.18. Bahaya Karbon monoksida.(CO)

Karbon Monoksida yang dihasilkan dari proses bahan bakar yang tidak
sempurna, karbon monoksida umumnya tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mudah larut dalam air, tidak menyebabkan iritasi, beracun, dan berbahaya.
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan karbon monoksida yang utama,
itulah mengapa di kota yang padat lalu lintasnya terdapat banyak sekali gas
karbon monoksida. Karbon monoksida ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui pernafasan dan diabsorbsi di dalam peredaran darah. Karbon monoksida
akan berkaitan dengan haemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke

Universitas Sumatera Utara


seluruh tubuh. Kalau karbon monoksida terhisap ke dalam paru-paru, dengan
sendirinya akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen
yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas karbon monoksida
bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah.
Haemoglobin + O2 O2H6 (Oksihemoglobin)

Hemoglobin + CO COH6 (Karbonsihemaglobin)

Secara sederhana, pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi


melalui beberapa tahap seperti 2C + O2 2CO dan 2CO + O2 2CO2.

Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat dari pada reaksi ke dua.
Oleh karena itu karbon monoksida merupakan intermediate pada reaksi
pembakaran tersebut dapat merupakan produk akhir, jika jumlah O2 tidak cukup
untuk melangsungkan reaksi kedua.

Gas karbon monoksida memang sangat berbahaya bagi tubuh kita. Massa
jenisnya sedikit lebih ringan dari udara. Karbon monoksida bersifat tidak stabil
dan membentuk oksigen (O2) untuk mencapai kestabilan gas. Gejala awal yang
dialami penderita yang keracunan gas karbon monoksida adalah: pusing, rileks,
mengantuk, bahkan bisa tidak sadar, fungsi sistem kontrol tubuh menurun, serta
fungsi jantung dan paru-paru menurun. Pencegahan karbon monoksida dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain:

- melakukan pemeriksaan rutin terhadap sistem pembuangan kendaraan


bermotor setiap tahunnya.
- Jangan menghidupkan mesin kendaraan dalam garasi yang tertutup, karena
gas karbon monoksida dapat memenuhi ruangan.
- Jika ingin beristirahat dalam mobil, jangan menutup seluruh kaca mobil
ketika menghidupkan AC.
- Jangan lupa menggunakan masker pada saat mengendarai sepeda motor.
(Budhi Antariksa, 2009).

Universitas Sumatera Utara


2.19. Fluks Emisi Gas Buang

Jumlah fluks emisi gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar
premium /solar menjadi salah satu factor penting yang harus diperhitungkan pada
saat ini. Hal ini berhubungan dengan angka pertambahan atau pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya. Untuk itu perlu di cari solusinya
dengan mengupayakan suatu system yang berkaitan dengan tingkat kemampuan
dalam menggunakan suatu bentuk material yang disebut dengan “keramik
berpori” yang dirancang sebagai filter yang berfungsi sebagai penyerap emisi gas
buang yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Jumlah fluks ini dapat diukur
dengan menggunakan alat “Emissi Analyzer Gas” dan pengkurannya dilakukan
berdasarkan pertambahan konsentrasi gas buang terhadap waktu saat mesin
kendaraan diaktifkan. Hasil pengamatan ini dapat jelas terlihat bahwa jumlah
emisi gas buang akan berkurang selama filter masih ditempatkan pada posisinya.
Dengan pertambahan waktu pemakaiannya, maka filter sebagai pengabsorb,
hingga batas waktu tertentu harus diganti. Pengukuran fluksi ini dapat dilakukan
terhadap interval jangkauan lintasan (kilometer). Tingkat kelayakan pemakaian
filter dan emisinya akan disesuaikan dengan ketentuan “Baku Mutu” berdasarkan
peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1994, tentang pengendalian Lingkungan
Hidup (Departemen Lingkungan Hidup).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai