Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Mata


Balai Kesehatan Indera Masyarakat
Periode 18 Februari – 14 Maret 2019

Pembimbing:
dr. Meiyana Handarina, Sp.M
dr. Lintang Riskaningtyas , Sp.M
dr.Desti Hendrastuti, Sp.M

Disusun Oleh
Primaswari Annisa Febriana (30101407285)
Qodrunnada Maulidinawati (30101407295)
Rahma Nisrina (30101407295)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
BALAI KESEHATAN INDERA MASYARAKAT
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap orang karena setiap aspek

kehidupan berhubungan dengan kesehatan. Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat

baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan juga mendukung

keberhasilan dalam pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan

merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,

sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Dalam upaya

mendukung pembangunan di bidang kesehatan, diperlukan tenaga kesehatan serta

sarana dan prasarana kesehatan yang sangat penting untuk menunjang kesehatan

masyarakat, salah satunya adalah rumah sakit.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yaitu pelayanan

kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran terdiri dari dua

jenjang, yaitu jenjang pendidikan sarjana (S-1) dan jenjang pendidikan profesi.

Jenjang pendidikan sarjana kedokteran dapat ditempuh dalam 7 semester dengan

2
beban studi 145 Satuan Kredit, dan jenjang pendidikan profesi dokter dapat ditempuh

dalam 3 semester dengan beban studi 37 Satuan Kredit. Setelah menyelesaikan

jenjang S-1 dengan gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked.), seorang lulusan wajib

melanjutkan studi ke jenjang profesi, untuk memperoleh gelar profesi Dokter.

Pendidikan Profesi menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2013 adalah Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan melalui proses belajar

mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan pembelajaran komunitas yang

menggunakan berbagai bentuk dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi

persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran.

Dan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004

tentang Praktik Kedokteran disebutkan bahwa Setiap dokter atau dokter gigi yang

berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi

berkelanjutan yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga lain yang

diakreditasi oleh organisasi profesi dalam rangka penyerapan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran atau kedokteran gigi.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Mengetahui sistem pelayanan dan informasi kesehatan di Balai Kesehatan Indera

Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui sistem pelayanan dan informasi kesehatan di Poliklinik Mata Balai

Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah.

2. Mengetahui masalah kesehatan indera penglihatan di Balai Kesehatan Indera

Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah.

3
BAB II

KEPANITERAAN KLINIK

2.1. KEPANITERAAN KLINIK

Pendidikan Dokter Tahap Profesi merupakan tahap akhir, setelah pendidikan

sarjana kedokteran, dari kurikulum pendidikan dokter. Kegiatan belajar mengajar

dalam tahap profesi merupakan pendidikan profesi dokter yang berupa kegiatan

praktek di bidang kesehatan, yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif di bawah staf pengajar yang berlangsung di Rumah Sakit Pendidikan

Utama atau Rumah Sakit Jejaring.

Pendidikan Dokter Tahap Profesi (Kepaniteraan Klinik) menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dalam pendidikan dokter, karena melalui kegiatan kepaniteraan

klinik mahasiswa mendapatkan baik pengetahuan, keterampilan maupun

sikap/perilaku dalam menangani pasien, dengan kata lain pendidikan tahap profesi

merupakan syarat mutlak bagi sarjana kedokteran untuk menjadi dokter.

Sebagai bagian dari pendidikan dokter maka kegiatan belajar mengajar di

tahap profesi dokter mengacu dan berpedoman pada tujuan, visi dan misi Fakultas

Kedokteran UNISSULA, dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang terdiri

dari komponen bio-psiko-sosioekonomi-budaya. Oleh karena itu kurikulum yang

menjadi pedoman dalam proses belajar mengajar di tahap profesi harus mampu

menghanatarkan dokter yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tersebut.

Pendidikan Tahap Profesi Dokter Fakultas Kedokteran UNISSULA

diselenggarakan pada Rumah Sakit Islam Sultan Agung sebagai Rumah Sakit

4
Pendidikan Utama dan beberapa Rumah Sakit Jejaring lainnya dengan mengacu pada

kurikulum yang berlaku.

2.2. BKIM

2.2.1. Sejarah BKIM

Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah, pada

awalnya adalah BP Mata Bendungan yang berdiri sejak tahun 1988 beralamat di Jl.

Dr. Sutomo No. 4 Semarang, yang merupakan penggabungan dari Unit Mata Kantor

Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dengan Seksi Mata Dinas

Kesehatan Provinsi Dati I Jawa Tengah.

Dasar Pembentukan BKIM :

1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 434/Menkes/SK/VI/1993 tanggal 6

Mei 1994, tentang Pembentukan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)

Jawa Tengah sebagai UPT Bidang Kesehatan Mata Direktorat Jenderal Bina

Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan RI.

2. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 1 Tahun 2002 tentang pembentukan,

kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi maka BKMM menjadi

UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dengan nama Balai Kesehatan Indera

Masyarakat (BKIM) mempunyai tugas pokok dan fungsi melayani kesehatan

indera meliputi kesehatan mata dan THT.

3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 42 tahun 2008 tentang struktur

organisasi dan tata kerja UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah maka

pelayanan di BKIM bertambah dengan adanya pelayanan kesehatan kulit dan

kelaminserta kesehatan gig dan mulut.

5
4. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 99 tahun 2016, tentang organisasi dan tata

kerja unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, BKIM

Provinsi Jawa Tengah merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah dibidang Pelayanan Kesehatan Indera Masyarakat.

Dasar pelaksanaan fungsi BKIM sebagai fasilitas pelayanan kesehatan adalah

Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah nomor

503.3437/2015/5.2 tentang Ijin Operasional Tetap BKIM Provinsi Jawa Tengah,

berlaku selama 5 (lima) tahun.

2.2.2. Letak Geografis

Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah merupakan

salah satu sarana pelayanan kesehatan tingkat lanjut yang melaksanakan sebagai

kegiatan teknis operasional dan kegiatan operasional penunjang pelayanan dinas

kesehatan serta promosi, pencegahan, rehabilitasi serta pengobatan dibidang

kesehatan indera masyarakat. BKIM Provinsi Jawa Tengah merupakan sarana

pelayanan kesehatan yang terletak di jalan KH. Ahmad Dahlan No. 39 Semarang.

2.2.3. Status Kepemilikan

Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah adalah

balai pelayanan kesehatan indera milik pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang

dipimpin oleh Kepala Balai. Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi

Jawa Tengah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis

operasional dan atau kegiatan teknis penunjang Dinas Kesehatan dibidang Kesehatan

Indera Masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pokok, Balai Kesehatan Indera

6
Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah mempunyai fungsi sesuai dengan

PERBUG No. 99 Tahun 2016 adalah :

1. Penyusunan rencana teknis operasional di bidang pelayanan dan penunjang

pelayanan;

2. Koordinasi dan pelksanaan teknis operasional dibidang pelayanan dan penunjang

pelayanan

3. Evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan dan penunjang pelayanan;

4. Pengelolaan ketatausahaan;

5. Pelaksana tugas ke dinas lain yang diberikan oleh kepada Kepala Dinas sesuai

tugas dan fungsinya.

7
2.2.4. Struktur Organisasi

KEPALA BALAI

PEJABAT FUNGSIONAL
KHUSUS KASUBAG TATA USAHA

KASI PENUNJANG
KASI PELAYANAN
PELAYANAN

8
BAB III

LAPORAN KEGIATAN

3.1. PESERTA

Jumlah peserta kepaniteraan klinik UNISSULA di poli klinik mata Balai

Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah berjumlah 3 orang yang

terdiri dari :

NAMA NIM ALAMAT NO. HP

PRIMASWARI 30101407289 Jalan Padi II Blok B Nomor 209, Genuk, Semarang 081328897171

ANNISA

FEBRIANA

QODRUNNADA 30101407289 Jalan Bukit Limau Blok F1 No 1, Bukit Permata Puri 085820229542

MAULIDINAWATI Semarang.

RAHMA NISRINA 30101407295 Kedaton terrace BSB Semarang 082227472814

3.2. PERIODE

Pelaksanaan kegiatan kepaniteraan klinik dilaksanakan kurang lebih selama

satu bulan. Yaitu sejak tanggal 18 Maret 2019 sampai dengan 12 April 2019.

3.3. PENEMPATAN

Kegiatan kepaniteraan klinik ini dilaksanakan di Poli Klinik Mata Balai

Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah. Aktivitas yang

dilakukan selama kegiatan kepaniteraan klinik berlangsung dibeberapa bagian di poli

klinik mata yaitu:

9
1. Poli triage atau visus

2. Poli refraksi

3. Poli spesialis mata atau poli umum

4. Ruang OK atau ruang tindakan.

3.4. JADWAL KEGIATAN

Pos Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

(18-03-2019) (19-03-2019) (20-03-2019) (21-03-2019) (22-03-2019)

Poli Qodrunnada Qodrunnada Qodrunnada Rahma Nisrina Rahma Nisrina

Maulidinawati Maulidinawati Maulidinawati

Triage Primaswari Primaswari Primaswari Qodrunnada Qodrunnada

Refraksi Annisa Annisa Annisa Maulidinawati Maulidinawati

OK Rahma Rahma Nisrina Rahma Nisrina Primaswari Annisa Primaswari Annisa

Tindakan Nisrina

Pos Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

(25-03-2019) (26-03-2019) (27-03-2019) (28-03-2019) (29-03-2019)

Poli Rahma Primaswari Primaswari Primaswari Annisa Qodrunnada

Nisrina Annisa Annisa Maulidinawati

Triage Qodrunnada Rahma Nisrina Rahma Nisrina Rahma Nisrina Primaswari Annisa

Refraksi Maulidinawati

OK Primaswari Qodrunnada Qodrunnada Qodrunnada Rahma Nisrina

Tindakan Annisa Maulidinawati Maulidinawati Maulidinawati

Pos Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

(01-04-2019) (02-04-2019) (03-04-2019) (04-04-2019) (05-04-2019)

Poli Qodrunnada Qodrunnada Rahma Nisrina Rahma Nisrina Rahma Nisrina

Maulidinawati Maulidinawati

Triage Primaswari Primaswari Qodrunnada Qodrunnada Qodrunnada

10
Refraksi Annisa Annisa Maulidinawati Maulidinawati Maulidinawati

OK Rahma Rahma Nisrina Primaswari Primaswari Annisa Primaswari Annisa

Tindakan Nisrina Annisa

Pos Senin Selasa Rabu Kamis Jumat

(08-04-2019) (09-04-2019) (10-04-2019) (11-04-2019) (12-04-2019)

Poli Primaswari Primaswari Primaswari Qodrunnada

Annisa Annisa Annisa Maulidinawati

Triage Rahma Rahma Nisrina Rahma Nisrina Primaswari Annisa

Refraksi Nisrina Ujian

OK Qodrunnada Qodrunnada Qodrunnada Rahma Nisrina

Tindakan Maulidinawati Maulidinawati Maulidinawati

11
BAB IV

TUGAS DAN KASUS

4.1. CBD & MINI-CEX

Mini-CEX adalah penilaian kemampuan klinik Dokter Muda saat berhadapan

dengan pasien. Mini-CEX mudah dilakukan secara rutin oleh supervisor yang

bertugas dalam berbagai situasi poliklinik/ruangan dan hanya memerlukan 15-20

menit untuk dapat menilik interaksi Dokter Muda dengan pasien, kemudian diikuti

dengan umpan balik 5-10 menit.

DAFTAR KOMPETENSI

1. Kemampuan Wawancara Medis (Medical Interviewing Skills)

Memberi salam, memperkenalkan diri, memfasilitasi pasien/orang tua pasien agar

dapat bercerita, bertanya dengan efektif agar dapat memperoleh informasi yang

akurat dan adekuat; berbicara jelas, mendengar aktif, mencatat; bereaksi secara

cepat terhadap sikap dan tanda-tanda non vebal lainnya.

2. Kemampuan Pemeriksaan Fisik (Physical Examination Skills)

Mengikuti urutan logic, efisien; memeriksa sesuai dengan masalah; memberitahu

pasien saat pemeriksaan; peka terhadap kenyamanan pasien dan bersikap sopan.

3. Kualitas humanistic/Profesionalisme (Humanistic Quality/Professionalism)

Menghargai pasien, menunjukkan empati, belas kasih, menciptakan kepercayaan;

membantu agar pasien merasa nyaman, bias menjaga rahasia, memberikan

informasi, memperhatikan aspek legal, menyadari keterbatasan.

4. Keputusan Klinik/Diagnosis (Clinical Judgement Diagnosis)

Membuat diagnosis/DD yang layak. Selektif memilih pemeriksaan penunjang

diagnostic yang sesuai, mempertimbangkan resiko dan manfaat.

5. Kemampuan Merencanakan Pengelolaan Pasien (Management Skills)

12
Merencanakan dan memilih penatalaksanaan yang rasional sesuai dengan

diagnosis penyakit, peka terhadap social ekonomi pasien.

6. Kemampuan Konseling (Counseling Skills)

Menjelaskan alasan/dasar pemeriksaan dan terapi kepada pasien/orang tua pasien,

memperoleh persetujuan tindakan medik bila diperlukan kepada pasien/orang tua

pasien (informed consent), memberi edukasi tentang penatalaksanaan, pencegahan

dan konseling lain yang terkait dengan penyakitnya.

7. Organisasi/Efisiensi (Organization/Efficiency)

Menentukan prioritas, menyesuaikan dengan waktu yang tersedia.

8. Kompetensi Klinik Keseluruhan (Overall Clinical Competence)

Menunjukkan bagaimana mencapai keputusan klinis, sintesis, peduli (caring),

dengan efektif dan efisien menggunakan sumber yang ada, menyeimbangkan

antara resiko dan manfaat, menyadari keterbatasannya.

DAFTAR PENYAKIT

1. Pterygium

2. Hordeolum

3. Katarak Insipien Imatur

4. Katarak Insipien Matur

4.2. REFLEKSI KASUS

Penilaian ini digunakan untuk mendokumentasikan diskusi kasus yang

dipresentasikan oleh dokter muda. Dirancang untuk menilai keterampilan penalaran

klinik dan pengambilan keputusan serta penerapan atau penggunaan pengetahuan

kedokteran dalam kaitannya untuk perawatan pasien. Penilaian diskusi tentang aspek

etika dan medikolegal juga dapat dilakukan.

13
DAFTAR KOMPETENSI

1. Membuat catatan rekam medis

Mampu membuat catatan medis pasien sesuai dengan struktur yang baku, mampu

merangkum riwayat penyakit pasien, mampu membuat surat rujukan/konsultasi

2. Clinical Assessment

Mampu menilai/mengintepretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh, membuat

diagnosis/DD yang layak, mampu menjelaskan prognosis dan komplikasi yang

terjadi

3. Investigasi dan rujukan

Mampu mengumpulkan data secara runtut dan efisien melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik dan penunjang; mampu menentukan kapan dan kemana pasien

dirujuk

4. Terapi

Mampu menjelaskan pemilihan terapi yang diberikan kepada pasien, manfaat dan

resiko terapi, interaksi obat yang mungkin terjadi berdasarkan

5. Follow-up dan rencana pengelolaan pasien selanjutnya

Mampu menentukan rencana evaluasi dan memilih penatalaksanaan yang rasional

sesuai dengan diagnosis penyakit, peka terhadap sosial ekonomi pasien

6. Profesionalisme

Mampu menganalisis secara sistematik, menggunakan sumber informasi yang

akurat (bukti ilmiah terkini/EBM) dan mempertahankan pilihan etik dalam

pengobatan, memperhatikan aspek legal, menyadari keterbatasan, memberikan

tanggapan secara konstruktif terhadap masukan dari orang lain.

7. Penilaian Klinik Keseluruhan (Overall Clinical Judgment)

14
Penalaran klinik dalam menegakkan diagnosis, menentukan pengelolaan

selanjutnya

DAFTAR PENYAKIT

1. Katarak Imatur

2. Katarak Matur

3. Pseudofakia

4.3. JURNAL

Jurnal reading adalah tugas individu dimana dokter muda menilai kesahihan

hasil penelitian sebagai bekal dasar bagi evidence based medicine. Tujuan tugas ini

adalah dokter muda mampu menilai secara kritis kesahihan informasi terkini dan

menerapkan dalam pengelolaan kasus yang ada.

4.4. UJIAN ORAL

Ujian Oral adalah suatu bentuk ujian yang menuntut respons dari dokter muda

dalam bentuk lisan. Karakteristik dari alat evaluasi ini adalah dalam pengujiannya tes

dilakukan secara lisan dengan konsulen mengajukan beberapa pertanyaan kepada

dokter muda, selanjutnya dokter muda menjawab dengan kata-katanya sendiri sesuai

dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.

Berikut akan dipaparkan beberapa kelebihan dari ujian oral, yaitu :

1. Dapat mengetahui lansung kemampuan dokter muda dalam mengemukakan

pendapatnya secara lisan,

2. Tidak perlu menyusun soal-soal secara terurai, tetapi cukup mencatat pokok-

pokok permasalahannya saja,

15
3. Kemungkinan anak akan menerka-nerka jawaban dan berspekulasi dapat

dihindari.

Berikut akan dipaparkan beberapa kelemahan tes lisan, yaitu :

1. Memakan waktu yang cukup banyak, apalagi jika jumlah siswanya banyak,

2. Faktor subjektivitas akan muncul bilamana dalam suasana ujian lisan itu hanya
ada seorang penguji dan seorang siswa.

4.5. TENTIRAN

Belajar bersama untuk persiapan ujian: untuk mempersiapkan ujian, beberapa

mahasiswa mengadakan -- seminggu sekali

16
BAB V

KESIMPULAN

Adanya kebijakan otonomi daerah diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

merupakan awal mula perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Setiap daerah

otonom memiliki kewenangan untuk memberikan pelayanan umum atau pelayanan publik

guna menyejahterakan masyarakatnya. Pendidikan Dokter Tahap Profesi (Kepaniteraan

Klinik) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pendidikan dokter, karena melalui

kegiatan kepaniteraan klinik mahasiswa mendapatkan baik pengetahuan, keterampilan

maupun sikap/perilaku dalam menangani pasien, dengan kata lain pendidikan tahap profesi

merupakan syarat mutlak bagi sarjana kedokteran untuk menjadi dokter.

Kesimpulan Kualitas pelayanan kesehatan di BKIM Provinsi Jawa Tengah dapat

dikatakan sudah baik, hanya ditemukan beberapa kekurangan yang bisa diperbaiki. Dimensi-

dimensi tersebut apabila tidak ditangani dengan baik tentunya akan menghambat proses

penyelenggaraan pelayanan. Beberapa dimensi yang menghambat kualitas pelayanan di

BKIM Provinsi Jawa Tengah antara lain: 1. Dimensi tangibles yang mencakup keterbatasan

gedung BKIM Provinsi Jawa Tengah untuk menampung pasien di ruang tunggu, fasilitas

lahan parkir BKIM yang kurang luas dan kurangnya ketersediaan papan informasi. 2.

Dimensi reliability yang mencakup kurangnya SDM yang tersedia di BKIM Provinsi Jawa

Tengah sehingga pelayanan yang diberikan memakan waktu yang lama dan kurangnya

kedisiplinan dokter di BKIM sehingga merugikan pasien.

17
BAB VI

KRITIK DAN SARAN

6.1. KRITIK

1. Keterbatasan gedung pelayanan sehingga tidak dapat menampung kapasitas

pengunjung.

2. Keterbatasan lahan parkir yang penuh.

3. Kurangnya sumber daya manusia tenaga kesehatan.

4. Penggunaan alat pemeriksaan yang masih kurang sesuai.

5. Sedikitnya tempat sampah yang tersedia.

6.2. SARAN

1. Prosedur dalam pelayanan masih banyak yang harus dibenahi agar meningkatkan

kepuasan pasien.

2. BPJS fokus juga terhadap hak peserta mendapatkan pelayan demi keselamatan

dan kesembuhan pasien.

3. Untuk memperbanyak kursi di ruang tunggu pasien sehingga semua pengunjung

dapat dengan nyaman menunggu panggilan pemeriksaan atau tindakan.

4. Menggunakan peralatan yang lebih baik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan

menegakkan diagnosis yang tepat.

5. Untuk mencapai tujuan program kesehatan yang baik, memberikan pelayan

kesehatan sesuai dengan standar yang dibutuhkan.

6. Untuk menata lahan parkir yang tersedia agar jalur masuk dan keluar dapat

dicapai dengan mudah.

7. Untuk memperbanyak akses tempat sampah dan pembagian tempat sampah

berdasarkan kategori untuk mempermudah pengelolaan sampah.

18
BAB VII

PENUTUP

Dengan berakhirnya Kepaniteraan Klinik di Balai Kesehatan Indera Masyarakat

Provinsi Jawa Tengah, kami merasa banyak mendapatkan pengalaman yang bermanfaat, yang

dapat kami gunakan sebagai pembandingan antara teori yang telah kami dapatkan selama

preklinik dengan kepaniteraan klini di BKIM Provinsi Jawa Tengah.

Dilaksanakannya Kepaniteraan Klinik tersebut memberikan pandangan yang lebih

luas bagi para Dokter Muda tentang ilmu kesehatan mata. Terutama tentang problem

penyakit mata dan bagaimana penanganan yang tepat disetiap penyakit mata yang ditemukan.

Sehingga ilmu yang didapat bisa berguna untuk diterapkan kedalam praktik dokter kelak.

Demikian laporan Kepaniteraan Klinik yang dilaksanakan di Balai Kesehatan Indera

Masyarakat (BKIM) Provinsi Jawa Tengah selama 4 minggu dari tanggal 18 Maret 2019

sampai 12 April 2019. Kami harapkan laporan ini berguna bagi peserta dan rekan rekan

semua.

19
BAB VIII

DOKUMENTASI

Gambar 1. Dokter Muda melakukan pemeriksaan refraksi di ruang refraksi

Gambar 2. Dokter Muda melakukan pemeriksaan Non Contact Tonometry

20
21
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Profil BKIM Provinsi Jawa Tengah

2. Buku Kepaniteraan Klinik Universitas Islam Sultan Agung Semarang

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan

Kedokteran

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik

Kedokteran

22

Anda mungkin juga menyukai