Anda di halaman 1dari 62

Akreditasi IDI

Artikel CME
Continuing
Medical
Education

820
Diagnosis dan Tata Laksana
Tuli Mendadak

• ISSN: 0125-913X • CDK-210/ vol. 40 no. 11 • November 2013 • http.//www.kalbemed.com/CDK.aspx

807 834 872

TINJAUAN PUSTAKA BERITA TERKINI INFO PRODUK


Antibodi terhadap Advanced Glycation Apixaban sebagai Terapi Pencegahan Peranan Paracetamol Infus dalam Tata
End Product, Cara Mutakhir Pencegahan Stroke dan Emboli Sistemik pada Pasien- Laksana Nyeri Pascaoperasi
Komplikasi Diabetes Melitus Pasien Fibrilasi Atrium
DAFTAR ISI
805 EDITORIAL

ISSN: 0125-913X
ARTIKEL
807 Antibodi terhadap Advanced Glycation End Product, Cara Mutakhir
http://www.kalbemed.com/CDK.aspx Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus
Makhyan Jibril Al-Farabi
815 Gangguan Depresi pada Lanjut Usia
Alamat Redaksi
Hendry Irawan
Gedung KALBE
Jl. Letjen. Suprapto Kav. 4 820 Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak
Cempaka Putih, Jakarta 10510 Stevani Novita, Natalia Yuwono
Tlp: 021-420 8171 827 Gangguan Identifikasi Jenis Kelamin
Fax: 021-4287 3685 Steffi Kurniawan, Meilina Imelda
E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id 832 Strangulasi Penis: Laporan Kasus
http://twitter.com/CDKMagazine Didit Pramudhito

Nomor Ijin
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Tanggal 3 Juli 1976
BERITA TERKINI
Penerbit 834 Apixaban sebagai Terapi Pencegahan Stroke dan Emboli Sistemik pada
Kalbe Farma Pasien-Pasien Fibrilasi Atrium
837 Recombinant Human Soluble Thrombomodulin Menurunkan Mortalitas
Pencetak Pasien DIC
PT. Dian Rakyat 840 Efek Pemberian Karbohidrat Oral Praoperasi
842 Pelembab dapat Membantu Memperbaiki Skar dan Striae
843 Terapi Pengganti Testosterone pada Kanker Prostat Pascaterapi Radiasi
845 Dialisat Periotenal dengan Kandungan L-Carnitine Memperbaiki
Sensitivitas Insulin pada Pasien CAPD
847 Dexmedetomidine Mencegah Agitasi dan POV pada Pasien Anak yang
Menjalani Pembedahan Strabismus
849 ACHIDO: Kombinasi Clopidigrel plus Atorvastatin Dosis Tinggi
Meningkatkan Efek Penghambatan Anti-Platelet Clopidogrel
851 Penggunaan Cilostazol dibatasi pada pasien PAD
853 Bupivacaine vs levobupivacaine pada Blok Aksilaris
855 Gangguan Psikiatrik pada Anak dan Remaja Terkait dengan Anemia
Defisiensi Besi
857 Obat Parkinson Baru yang Menjanjikan
859 Sevoflurane tidak Memberikan Efek Buruk pada Fungsi Kognitif Anak
861 Inhaler Tunggal Kombinasi Budesonide-Formoterol untuk Asma dengan
Risiko Eksaserbasi Berat: Efektif dan Amankah?
863 Qsymia untuk Penurunan Berat Badan
Susunan Redaksi 864 Guidelines Pemberian Nutrisi Enteral pada Kasus Gastroenterologi
(ESPEN)

Ketua Pengarah 866 Opini


dr. Boenjamin Setiawan, PhD 870 Laporan Khusus
872 Info Produk
Pemimpin Umum
dr. Kupiya Timbul Wahyudi 875 Agenda
877 Indeks
Ketua Penyunting
Dr. dr. Budi Riyanto W., SpS

Dewan Redaksi
dr. Karta Sadana, MSc, SpOk
dr. Artati
dr. Esther Kristiningrum
dr. Dedyanto Henky
dr. Yoska Yasahardja
dr. Albertus Agung Mahode

Tata Usaha
Dodi Sumarna

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 803


PANDUAN UNTUK PENULIS
CDK (Cermin Dunia Kedokteran) menerima naskah yang membahas berbagai aspek BUKU
kesehatan, kedokteran, dan farmasi, bisa berupa tinjauan pustaka, opini, ataupun hasil • Penulis/Editor Tunggal
penelitian di bidang-bidang tersebut, termasuk laporan kasus. Naskah yang dikirim ke 1. Hoppert M. Microscopic techniques in biotechnology. Weinheim: Wiley-VCH;
Redaksi adalah naskah yang khusus untuk diterbitkan oleh CDK (belum pernah diterbitkan 2003.
di jurnal lain); bila pernah dibahas atau dibacakan dalam pertemuan ilmiah, hendaknya 2. Storey KB, editors. Functional metabolism: regulation and adaptation. Hoboken
diberi keterangan mengenai nama, tempat, dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. (NJ): J. Wiley & Sons; 2004.
• Lebih dari Satu Penulis/Editor
PANDUAN UMUM 1. Lawhead JB, Baker MC. Introduction to veterinary science. Clifton Park (NY):
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Jika menggunakan bahasa Indonesia, Thomson Delmar Learning; 2005.
hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang berlaku (merujuk pada Pedoman 2. Gilstrap LC, Cunningham FG, Van Dorsten JP, editors. Operative obstetrics. 2nd ed.
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman Umum PembentukanKamus New York: McGraw-Hill; 2002.
Besar Bahasa Indonesia). Istilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa • Edisi dengan Volume
Indonesia yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Panjang naskah Lee GR, Bithell TC, Foerster J, Athens JW, Lukens JN, editors. Wintrobes clinical
berkisar antara 2000-3000 kata, ditulis dengan program MS Word, jenis huruf Times New hematology. 9th ed. Vol 2. Philadelphia: Lea & Febiger; 1993.
Roman ukuran 12. • Bab dalam Buku
Ford HL, Sclafani RA, Degregori J. Cell cycle regulatory cascades. In: Stein GS, Pardee
ABSTRAK DAN KATA KUNCI AB, editors. Cell cycle and growth control: biomolecular regulation and cancer. 2nd ed.
Setiap naskah harus disertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia dan Inggris, Hoboken (NJ): Wiley-Liss; 2004. p. 42-67.
disertai dengan 3-5 kata kunci yang disusun berdasarkan abjad. Abstrak ditulis dalam 1
(satu) paragraf dan, untuk artikel penelitian, bentuknya tidak terstruktur dengan format PROSIDING KONFERENSI
introduction, methods, results, discussion (IMRAD). Panjang abstrak maksimal 200 kata. Jika Harnden P, Joffe JK, Jones WG, editors. Germ cell tumours V: Proceedings of the 5th Germ Cell
tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak berbahasa Indonesia maupun Inggris Tumour conference; 2001 Sep 13-15; Leeds, UK. New York: Springer; 2002.
untuk naskah tersebut.
MAKALAH KONFERENSI
NAMA DAN INSTITUSI PENULIS Christensen S, Oppacher F. An analysis of Koza’s computational effort statistic for genetic
Nama (para) penulis dicantumkan lengkap (tidak disingkat), disertai keterangan lembaga/ programming. In: Foster JA, Lutton E, Miller J, Ryan C, Tettamanzi AG, editors. Genetic
fakultas/institut tempat bekerjanya dan alamat e-mail. programming: EuroGP 2002: Proceedings of the 5th European Conference on Genetic
Programming; 2002 Apr 3-5; Kinsdale, Ireland. Berlin: Springer; 2002. p. 182-91.
TABEL/GRAFIK/GAMBAR/BAGAN
Tabel/grafik/gambar/bagan yang melengkapi naskah dibuat sejelas-jelasnya dan dikirimkan PENGIRIMAN NASKAH
terpisah dalam format JPG (resolusi minimal 150 dpi dengan ukuran sebenarnya). Keterangan Naskah dikirim ke redaksi dalam bentuk softcopy / CD atau melalui e-mail ke alamat:
pada tabel/grafik/gambar/bagan sedapat-dapatnya dituliskan dalam bahasa Indonesia.
Redaksi CDK
DAFTAR PUSTAKA Jl. Letjen Suprapto Kav. 4
Daftar pustaka disusun menurut aturan Vancouver. Rujukan diberi nomor urut sesuai Cempaka Putih, Jakarta 10510
pemunculannya di dalam naskah. Jika penulis enam orang atau kurang, cantumkan semua; E-mail: cdk.redaksi@yahoo.co.id
bila tujuh atau lebih, tuliskan enam yang pertama dan tambahkan et al. Tlp: (62-21) 4208171 Fax: (62-21) 42873685
Kepustakaan maksimal berjumlah 20 buah, terbitan 10 tahun terakhir. Diupayakan lebih
banyak kepustakaan primer (dari jurnal, proporsi minimal 40%) dibanding kepustakaan Seluruh pernyataan dalam naskah merupakan tanggung jawab penulis. Redaksi berhak
sekunder. mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Naskah yang tidak diterbitkan
dikembalikan ke pengarang jika ada permintaan.
Contoh format penulisan kepustakaan sesuai aturan Vancouver:
Mengingat saat ini CDK sudah dapat diakses lewat internet (online), tentu naskah yang telah
JURNAL diterbitkan akan dapat lebih mudah diunduh dan dimanfaatkan oleh kalangan yang lebih
• Standar luas.
1. Halpern SD, Ubel PA.Solid-organ transplantation in HIV-infected patients. N Engl J
Med. 2002;347:284-7. Korespondensi selanjutnya akan dilakukan melalui e-mail. Untuk keperluan administrasi,
2. Skalsky K, Yahav D, Bishara J, Pitlik S, Leibovici L, Paul M. Treatment of human mohon disertakan juga curriculum vitae, no. Rek. Bank, dan (bila ada) no./alamat NPWP.
brucellosis: systematic review and meta-analysis of randomised controlled trials.
BMJ. 2008; 36(7646):701-4.
3. Rose ME, Huerbin MB, Melick J, Marion DW, Palmer AM, Schiding JK, et al. Regulation
of interstitial excitatory amino acid concentrations after cortical contusion injury.
Brain Res. 2002;935(1-2):40-6.
• Organisasi sebagai Penulis
1. American Diabetes Association. Diabetes update. Nursing. 2003;Suppl:19-20, 24.
2. Parkinson Study Group. A randomized placebo-controlled trial of rasagiline in
levodopatreated patients with Parkinson disease and motor fluctuations: the
PRESTO study. Arch Neurol. 2005;62(2):241-8.
• Tanpa Nama Penulis
Pelvic floor exercise can reduce stress incontinence. Health News. 2005;11(4):11.
• Volume dengan Suplemen
Geraud G, Spierings EL, Keywood C. Tolerability and safety of frovatriptan with short-
and long-term use for treatment of migraine and in comparison with sumatriptan.
Headache. 2002;42 Suppl 2:S93-9.
• Edisi dengan Suplemen
Glauser TA. Integrating clinical trial data into clinical practice. Neurology. 2002;58(12
Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis dan
Suppl 7):S6-12.
tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga tempat kerja si penulis.
• Jurnal Elektronik
Sillick TJ, Schutte NS. Emotional intelligence and self-esteem mediate between
perceived early parental love and adult happiness. E-Jnl Appl Psych [serial on the
Internet]. 2006 [cited 2010 Aug 6];2(2):38-48. Available from: http://ojs.lib.swin.edu.au/
index.php/ejap/article/view/71/100.

804 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


Editorial
Akreditasi IDI

Artikel CME
Continuing
Medical
Education

820
Diagnosis dan Tata Laksana
Tuli Mendadak

r*44/9r$%,WPMOPr/PWFNCFSrIUUQXXXLBMCFNFEDPN$%,BTQY

807 834 872

TINJAUAN PUSTAKA BERITA TERKINI INFO PRODUK


Antibodi terhadap Advanced Glycation Apixaban sebagai Terapi Pencegahan Peranan Paracetamol Infus dalam Tata
End Product, Cara Mutakhir Pencegahan Stroke dan Emboli Sistemik pada Pasien- Laksana Nyeri Pascaoperasi
Komplikasi Diabetes Melitus Pasien Fibrilasi Atrium

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang berpotensi menimbulkan banyak komplikasi.
Beberapa pendekatan terapi telah dilakukan, di antaranya yang akan dibahas dalam edisi ini
ialah penghambatan terbentuknya Advanced Glycation End Product, suatu molekul bioaktif yang
terbentuk dari proses glikasi nonenzimatik dari protein, lipid dan asam nukleat. Cara ini diharapkan
bisa menghambat atau mengurangi risiko komplikasi.

Artikel lain mengenai diagnosis dan tata laksana tuli mendadak diharapkan juga bisa mempertajam
kemampuan diagnostik dan penanganan kasus-kasus tersebut, seperti juga mengenai depresi
pada lanjut usia, sesuatu yang relatif sering dijumpai dalam masyarakat, tetapi sering terabaikan.
Begitu pula halnya dengan masalah tata laksana pasien-pasien dengan penyakit stadium terminal
– bagaimana kita sebagai pemberi layanan kesehatan dapat menyikapinya dengan baik.

Seperti biasa, dilengkapi dengan berita terkini, selamat menikmati.

Redaksi

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 805


REDAKSI KEHORMATAN

Prof. dr. Abdul Muthalib, SpPD-KHOM Prof. drg. Siti Wuryan A. Prayitno, SKM, MScD, PhD
Divisi Hematologi Onkologi Medik, Departemen Ilmu Penyakit Dalam Bagian Periodontologi, Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Indonesia,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Jakarta
Mangunkusumo, Jakarta
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS
Prof. Dr. Dra. Arini Setiawati, SpFK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta Dr. dr. Abidin Widjanarko, SpPD-KHOM
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ RSUP Kanker Dharmais,
Prof. dr. H. Azis Rani, SpPD, KGEH Jakarta
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Dr. dr. med. Abraham Simatupang, M.Kes
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Prof. Dr. dr. Charles Surjadi, MPH Indonesia, Jakarta
Puslitkes Unika Atma Jaya
dr. Aucky Hinting, PhD, SpAnd
Prof. Dr. dr. Darwin Karyadi, SpGK Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RS Dr.
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Jawa Barat Soetomo, Surabaya

Prof. dr. Djoko Widodo, SpPD-KPTI dr. Hendro Susilo, SpS (K)
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/
Indonesia/RSUPN RS Dr. Soetomo, Surabaya
Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Dr. dr. Ike Sri Redjeki, SpAn KIC, KMN, M.Kes
Prof. dr. Faisal Yunus, PhD, SpP (K) Bagian Anestesiologi & Reanimasi Fakultas Kedokteran Universitas
Departemen Pulmonologi & Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas Padjadjaran Bandung/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung
Kedokteran Universitas Indonesia/SMF Paru RS Persahabatan,
Jakarta dr. Prijo Sidipratomo, SpRad (K)
Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN
Prof. Dr. dr. Ignatius Riwanto, SpB (K) Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RS Dr.
Kariadi, Semarang dr. R.M. Nugroho Abikusno, M.Sc., DrPH
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta
Prof. Dr. dr. Johan S. Masjhur, SpPD-KEMD, SpKN
Departemen Kedokteran Nuklir, Fakultas Kedokteran Universitas dr. Tony Setiabudhi, SpKJ, PhD
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung Universitas Trisakti/Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia,
Jakarta
Prof. dr. Rianto Setiabudy, SpFK
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP
Jakarta Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/Pusat Jantung Nasional Harapan
Prof. Dr. dr. Rully M. A. Roesli, SpPD-KGH Kita, Jakarta
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung dr. Anna Ulfah Rahajoe, SpJP (K) FIHA
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Prof. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD, KAI Indonesia (PP PERKI), Jakarta
Sub Dept. Alergi-Imunologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSUPN Dr. Cipto dr. Savitri Sayogo, SpGK
Mangunkusumo, Jakarta Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Prof. dr. Sarah S. Waraouw, SpA (K)
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado dr. Sudung O. Pardede, SpA (K)
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas
Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo, SpPD, KEMD, FACE Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

806 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Antibodi terhadap Advanced Glycation End Product,


Cara Mutakhir Pencegahan Komplikasi
Diabetes Melitus
Makhyan Jibril Al-Farabi
Rumah Sakit Syaiful Anwar, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
Malang, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Penyebab utama kematian pada pasien diabetes adalah komplikasi. Advanced glycation end product (AGE) berperan penting dalam proses dan
peningkatan derajat keparahan komplikasi. AGE adalah molekul bioaktif yang terbentuk dari proses glikasi nonenzimatik protein, lipid dan
asam nukleat. Sejauh ini, kontrol asupan makanan dan konsumsi obat akan sangat berperan menurunkan kadar AGE dalam sirkulasi. Meskipun
demikian, pendekatan ini masih memiliki banyak hambatan. Pendekatan antibodi untuk menghambat berbagai tahap pembentukan AGE
merupakan pendekatan baru yang cukup menjanjikan, tetapi belum banyak penelitian tentang hal tersebut. Tinjauan ini akan membahas
potensi dan mekanisme berbagai antibodi yang mampu menghambat aktivitas AGE dalam perkembangan komplikasi diabetes melitus.

Kata kunci: anti-AGE, anti-KLH, anti-A717, AGE, komplikasi diabetes

ABSTRACT
Diabetic complications were the leading cause of death in diabetic patients. Advanced glycation end product (AGE) holds an important role in the
development of diabetic complications. AGE formed by nonenzymatic glycation process of protein, lipid and also nucleic acid. Food intake control
and drug use are important to control AGE level in diabetic patient. Nevertheless, those methods still have a lot of difficulties. Usage of antibody
to inhibit AGE formation is a new approach which is potentially promising in the future. This review will describe the potency and mechanism
of some of these antibodies in preventing diabetes complications. Makhyan Jibril Al-Farabi. Antibody to Advanced Glycation End Product
Formation as Novel Preventive Measure for Diabetes Complication.

Keywords: anti-AGE, anti-KLH, anti-A717, AGE, complications of diabetes

PENDAHULUAN berada di jaringan (intraseluler) maupun regulation) eNOS (endothelial nitric oxide
Kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka di sirkulasi plasma darah (ekstraseluler).2 synthase).7 Semuanya merupakan faktor yang
panjang pada penderita diabetes memicu Interaksi antara AGE dalam sirkulasi dengan memicu terjadinya proses komplikasi vaskuler
terjadinya proses glikasi lipid dan protein yang RAGE (receptor for advanced glycation end pada diabetes melitus.
mengakibatkan peningkatan AGE (advanced product) akan meningkatkan produksi ROS
glycation end-product).1 AGE diproduksi (reactive oxygen species) intraseluler dan Pada dasarnya, AGE yang terdiri atas berbagai
melalui reaksi Maillard yang ditandai dengan up-regulation faktor transkripsi NF-κB dan jenis bahan protein terglikasi memiliki sifat
adanya asam amino teralkilasi, residu produknya, yakni endothelin-1, vascular cell antigenik.8 Antibodi anti-AGE dapat dibentuk
fluoresens, dan ikatan silang (cross linkage) adhesion molecule-1 (VCAM-1), intercellular dengan induksi berbagai macam jenis
intra- maupun intermolekul.2 Selama ini, adhesion molecule-1 (ICAM-1), E-selectin, tissue protein yang terglikasi oleh AGE.9 AGE dalam
terapi untuk menurunkan kadar AGE, seperti factor, thrombomodulin, vascular endothelial tubuh mencit mampu menjadi antigen
aminoguanidin, karnosin, dan piridoksamin growth factor (VEGF), sitokin proinflamasi IL yang menstimulasi respons imun untuk
harus dikonsumsi terus-menerus dalam (interleukin)-1α, IL-6, tumor necrosis factor-α, memproduksi autoantibodi.10 Namun, peran
jangka panjang. Hal ini memerlukan biaya dan RAGE.1,4-6 ROS juga menginisiasi proses antibodi anti-AGE pada penderita diabetes
besar untuk dapat mengontrol komplikasi peroksidasi lipid yang ditandai dengan masih kurang diketahui apakah bersifat
vaskuler diabetes seumur hidup.3 peningkatan MDA (malondialdehyde), protektif atau justru memperparah komplikasi
penurunan aktivitas NO (nitric oxide) in vitro vaskuler. Selain anti-AGE, antibodi lain yakni
AGE memegang peran yang cukup maupun in vivo, atau meningkatkan regulasi antibodi A71711 dan anti-KLH (keyhole limpet
signifikan dalam proses terjadinya berbagai (up-regulation) iNOS (inducible nitric oxide hemocyanin)12 juga diduga memiliki peran
komplikasi pada diabetes, baik AGE yang synthase) dan menurunkan regulasi (down- pada proses terjadinya komplikasi diabetes

Alamat korespondensi email: makhyan.jibril@gmail.com

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 807


TINJAUAN PUSTAKA

melitus. Pada tinjauan pustaka ini, akan Glukosa dapat juga menjalankan glikasi secara melalui up-regulation transforming growth
dijelaskan potensi antibodi sebagai salah langsung, molekul glukosa secara kovalen factor-β intermediate.28 AGE mengganggu
satu pendekatan untuk komplikasi diabetes berikatan dengan protein membentuk basa ikatan antara noncollagenous domain (NC-1)
melitus. Schiff. Molekul-molekul ini dapat melakukan dengan helix rich domain pada kolagen tipe IV
penataan ulang membentuk Amadori adduct. membran basal, yang akhirnya menginhibisi
PEMBAHASAN Amadori adduct kemudian mengalami struktur matriks.14 Glikasi laminin, kolagen
Pembentukan AGE dekomposisi menjadi deoksiglukon, yang tipe I dan IV yang merupakan molekul kunci
Faktor kunci dalam pembentukan AGE dianggap lebih reaktif dibanding gula pada membran basalis mengakibatkan
ialah kecepatan proses glikosidasi protein, turunannya. Pembentukan AGE juga disebut inhibisi adhesi pada sel endotel untuk
derajat hiperglikemia dan banyaknya dengan reaksi Maillard, yang merupakan kedua matriks glikoprotein.29 Penelitian
pemicu stres oksidatif.13,14 Jika salah satu rangkaian reaksi kimia yang sangat rumit. menunjukkan bahwa produksi AGE
atau lebih dari kondisi tersebut terpenuhi, Pembentukan AGE melalui jalur klasik, yaitu menurunkan kemampuan pembentukan
protein intraseluler dan ekstraseluler dapat lewat reaksi Maillard antara glukosa atau gula ikatan antara kolagen dan heparin dengan
mengalami glikasi dan oksidasi. Proses tereduksi lainnya dengan residu N-terminal molekul matriks vitronektin.14 Selain protein,
pembentukan AGE yang disebut sebagai amino acid dan atau gugus amino protein AGE mampu mengakibatkan glikasi pada
reaksi Maillard, dimulai dari basa Schiff dan yang dikenal dengan basa Schiff menghasilkan lipid; pada sampel LDL penderita diabetes,
produk Amadori. 1-amino-1-deoksiketosa produk Amadori, seperti fruktosa lisin.20 ditemukan lipid- terglikasi-LDL.
diproduksi dari reaksi antara grup karbonil dari
glukosa tereduksi dengan protein, lipid, dan Secara garis besar, peranan AGE dalam AGE dalam sirkulasi dapat berinteraksi dengan
asam nukleat.15 Pada saat proses reorganisasi perkembangan diabetes meliputi 1) RAGE sehingga meningkatkan produksi ROS
reaksi Amadori, grup karbonil yang sangat pembentukan ikatan silang dengan molekul intraseluler, menurunkan ekspresi eNOS
reaktif yakni α-dikarbonil atau oksoaldehid membran basal matriks ekstraseluler, yang dan upregulasi faktor transkripsi NF-κB.5,6
yang juga meliputi 3-deoksiglukoson and mengubah struktur seluler; kebanyakan ROS mengakibatkan pengurangan atom
metilglioksal terakumulasi; fenomena ini mekanisme ini diperankan oleh AGE hidrogen PUFA (poly-unsaturated fatty acid)
disebut juga stres karbonil.16 α-dikarbonil intraseluler; 2) Interaksi antara AGE dengan dan menginisiasi proses peroksidasi lipid.1
telah dibuktikan mampu bereaksi dengan RAGE pada permukaan sel yang mengaktifkan Proses lipid ini berperan penting dalam
amino, sulfhidril dan grup fungsional fungsi seluler patologis, kebanyakan diaktifkan pembentukan oxLDL yang penting pada
guanidin pada protein.17 Reaksi ini berakibat oleh AGE dalam sirkulasi.22 patogenesis aterosklerosis, ditandai dengan
terjadinya denaturasi, perubahan warna peningkatan MDA,30 sedangkan peningkatan
kecokelatan, dan ikatan silang protein AGE intraseluler merupakan salah satu transkripsi NF-κB akibat interaksi AGE dengan
target.18 Selain itu, α-dikarbonil juga faktor penting pada hemostasis vaskuler.23 RAGE yang meningkatkan signaling NAD(P)
mampu bereaksi dengan grup fungsional Pembentukan AGE pada protein intraseluler H Oksidase, P2, p38, GTPase Cdc42 dan
lisin dan arginin protein yang pada akhirnya relatif lebih lambat pada glukosa dan lebih Rac. Aktivasi NF-κB akan meningkatkan
menghasilkan komponen AGE yang stabil, cepat dengan fruktosa, gliseraldehid-3- ekspresi endotelin-1, vascular cell adhesion
seperti Nε-(carboxymethyl)lysine (CML), yang fosfat, glukosa-6-fosfat intraseluler, terbentuk molecule-1 (VCAM-1), intercellular adhesion
merupakan AGE nonfluoresens.19 secara signifikan pada sel endotel setelah molecule-1 (ICAM-1), E-selektin, tissue factor,
satu minggu pada kondisi hiperglikemik.24 trombomodulin, vascular endothelial growth
Peranan AGE dalam Patogenesis Secara intraseluler, fibroblast growth factor factor (VEGF), sitokin proinflamasi IL-1α, IL-6,
Komplikasi Diabetes Melitus merupakan salah satu protein yang juga tumor necrosis factor-α, dan RAGE.1,4 Inhibisi
AGE merupakan produk akibat glikasi terglikasi. Modifikasi AGE terhadap fibroblast RAGE dengan anti-RAGE IgG atau soluble RAGE
nonenzimatik protein yang beragam growth factor mengakibatkan penurunan sebagai ligan ekstraseluler akan menginhibisi
struktur kimiawinya. 2-furoil-4(5)-(2-furanil)- aktivitas mitogenik sitosol sel endotel hingga aktivasi NF-κB.31
1H-imidazol (FFI), AFPG (1-alkil-2-formil- 70%.25 Pembentukan AGE pada matriks
3,4-diglukosil-pirol), N-karboksimetil lisin, ekstraseluler terjadi pada protein secara Interaksi AGE dengan RAGE pada diabetes
piralin, dan pentosidin adalah contoh AGE.20 lambat. Akumulasi AGE pada protein di ECM melitus juga dapat meningkatkan ROS yang
Glukosa adalah suatu aldehid reaktif yang akan mengakibatkan terjadinya ikatan silang merusak endotel.7 Pada diabetes, terjadi
dapat bereaksi secara spontan, walaupun yang juga memerangkap makromolekul hiperglikemia persisten yang meningkatkan
lambat, dengan protein. Melalui proses yang lain di sekitarnya.26 AGE mampu mengubah produksi radikal bebas atau reactive oxygen
disebut glikosilasi non enzimatik, protein struktur dan sifat kolagen matriks protein, species (ROS) di semua jaringan akibat
mengalami modifikasi. Gugus aldehid glukosa vitronektin, dan laminin melalui kovalen autooksidasi glukosa, glikosilasi protein, jalur
bereaksi dengan gugus amino yang terdapat AGE-AGE intermolekul atau ikatan silang.26 poliol (sorbitol), aktivasi MAPK, dan aktivasi
pada suatu protein, membentuk produk Ikatan silang AGE pada kolagen tipe I dan protein kinase C.32 Proses pembentukan ROS
glikosilasi yang bersifat reversibel21. Produk ini elastin meningkatkan kekakuan vaskulatur.27 dikenal dengan stres oksidatif, meningkat
mengalami serangkaian reaksi dengan gugus Glikasi mengakibatkan peningkatan seiring dengan peningakatan peroksidasi lipid
NH2 dari protein dan mengadakan ikatan sintesis kolagen tipe III, IV, V, VI, laminin, dan oksidasi protein, baik pada diabetes tipe 1
silang membentuk AGE.20 dan fibronektin pada ECM yang dipicu maupun 2.33

808 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

2. Mata
Protein kristalin sebagai penyusun utama
lensa pengatur transparensi merupakan
protein yang rentan mengalami glikasi untuk
menjadi AGE.38 Hal ini dibuktikan bahwa
lensa manusia katarak memiliki kadar CML,
pentosidin, dan imidazolon lebih tinggi
dibandingkan lensa manusia normal.39 CML
dan reseptornya, RAGE, meningkat pada
lesi patologis degenerasi makula. Selain itu,
penderita diabetes dengan katarak terbukti
mengalami peningkatan AGE.40

3. Sistem Kardiovaskuler
AGE berperan penting dalam proses
aterosklerosis.1 Sebuah penelitian telah
membuktikan bahwa lesi aterosklerosis
memiliki kandungan AGE tinggi. Reaksi
silang antara AGE dengan matriks protein
pada endotel akan mengakibatkan turunnya
elastisitas, gangguan pada kolagen tipe IV dan
laminin.41 Reaksi silang ini akan mengakibatkan
LDL dapat masuk ke subendotel untuk
dioksidasi oleh monosit.1 Selain itu, interaksi
antara AGE dengan RAGE akan mengakibatkan
peningkatan permeabilitas vaskuler, migrasi
monosit dan limfosit ke dalam intima,
serta gangguan relaksasi vaskuler yang
dipicu endotelium.1 Aktivasi jalur NFĸB akan
meningkatkan ekspresi molekul adhesi.1
Pada pasien diabetes tipe 1, gagal jantung
berkorelasi dengan aterosklerosis koroner,
kontrol glikemik yang buruk, dan peningkatan
AGE.42 Pada penderita diabetes tipe 2, elevasi
AGE serum berkorelasi dengan derajat
keparahan penyakit jantung koroner dan
Gambar 1 Peran AGE pada sirkulasi (ekstraseluler) terhadap komplikasi vaskuler pada DM22 mikroangiopati.43

ROS mengakibatkan penurunan aktivitas NO Manifestasi Klinis Akibat AGE 4. Eritrosit


in vitro maupun in vivo, atau menyebabkan Deposit AGE pada berbagai jaringan dapat AGE mampu berakumulasi di eritrosit
terjadinya peningkatan regulasi (up-regulation) mengakibatkan berbagai komplikasi sebagai untuk memicu terjadinya deformitas.44
iNOS dan penurunan regulasi (down- berikut: AGE dibuktikan mampu berikatan dengan
regulation) eNOS, hal ini akan mengakibatkan RAGE pada endotel vaskuler.20 Deformasi
penurunan bioavaibilitas NO, disebut sebagai 1. Otak eritosit akan menurunkan fungsi. Penderita
disfungsi endotel.7 Kerusakan sel endotel inilah Peningkatan AGE pada otak berbanding lurus DM dengan anemia terbukti mengalami
yang menyebabkan penurunan kadar eNOS dengan bertambahnya usia,34 ditemukan peningkatan AGE.45 Risiko kejadian anemia
sehingga bioavailabilitas NO pun berkurang. pada neurofibrillary tangles dan plak senilis juga lebih tinggi pada komunitas dengan
Disfungsi endotel pada diabetes melitus terjadi penderita Alzheimer.35 Pada pasien usia lanjut konsumsi CML tinggi.46
melalui dua cara, yaitu peningkatan sintesis yang mengalami gangguan serebrovaskuler,
endotelin dan/atau gangguan jalur L-arginin- terjadi peningkatan CML pada neuron korteks 5. Ginjal
NO. Pada diabetes melitus, juga akan terjadi dan pembuluh darah otak, hal ini berkorelasi Ginjal merupakan tempat metabolisme AGE,
peningkatan advanced glycation end product dengan derajat keparahan kelainan kognitif sekaligus lokasi akumulasi AGE dan kerusakan
yang akan menghilangkan aktivitas NO in vitro pasien.36 Penderita diabetes telah dibuktikan akibat AGE.47 AGE terbukti berperan dalam
maupun in vivo, atau menyebabkan terjadinya mengalami peningkatan deposit AGE, patogenesis nefropati diabetes pada pasien
peningkatan regulasi (up-regulation) iNOS dan ekspresi RAGE yang akhirnya meningkatkan gagal ginjal stadium akhir. AGE meningkatkan
penurunan regulasi (down-regulation) eNOS.7 risiko penyakit Alzheimer.37 sintesis fibronektin, laminin dan kolagen tipe

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 809


TINJAUAN PUSTAKA

IV yang mengakibatkan sklerosis glomerulus, bayi yang diberi susu formula memiliki kadar pendekatan imunologis dengan vaksinasi.
fibrosis dan hipertrofi ginjal.48 Deposit AGE CML plasma lebih tinggi dibandingkan bayi
ditemukan pada penderita nefropati diabetes yang diberi air susu ibu eksklusif.57 Antibodi terhadap Advanced Glycation
namun tidak pada kontrol.49 Selain itu, pada End-Products (AGE)
pasien diabetes dengan gagal ginjal stadium Sumber makanan lain yang juga mengandung AGE yang terdiri atas berbagai jenis bahan
akhir terdapat AGE dua kali lipat lebih banyak AGE tinggi yakni sereal untuk sarapan,58 protein yang terglikasi memiliki sifat antigenik.8
dibandingkan penderita diabetes tanpa kacang panggang,59 es krim,60 dan saus Penelitian menunjukkan bahwa AGE dalam
gangguan ginjal.50 dan kadar CML tiga hingga barbekyu.61 Konsentrasi tinggi methylglycoxal tubuh mencit mampu menjadi antigen
lima kali lebih tinggi dibandingkan manusia sebagai produk intermediat proses reaksi yang menstimulasi respons imun untuk
normal.47 Ikatan antara AGE dengan RAGE akan Maillard ditemukan pada soft drink yang tinggi memproduksi autoantibodi. Autoantibodi
meningkatkan TGFβ-1 yang berperan dalam fruktosa62; metilglioksal akan memodifikasi terhadap albumin yang termodifikasi oleh
fibrogenesis di tubulus renal48 dan apoptosis lisin atau arginin untuk memproduksi AGE ditemukan pada manusia sehat maupun
podosit yang mengakibatkan disfungsi renal karboksietillisin dan hidroimidazolon.54 penderita diabetes melitus.69 Antibodi anti-
dan albuminuria pada diabetes.50 AGE dapat dibentuk dengan induksi berbagai
Jalur Eliminasi AGE macam jenis protein yang terglikasi oleh
6. Tulang Eliminasi AGE in vivo dilakukan secara AGE9 meski belum dijelaskan lebih lanjut
AGE terbukti mampu berakumulasi di tulang endositosis oleh beberapa jenis sel. Sebuah struktur yang menjadi epitop terbanyak
kortikal dan trabekular, dan berkorelasi negatif penelitian menunjukkan bahwa protein dari berbagai jenis bahan AGE. Pembuktian
dengan densitas tulang dan mineralisasi.51 termodifikasi AGE secara efisien dieliminasi kualitatif imunohistokimiawi menunjukkan
Akumulasi AGE pada matriks kolagen tulang dari sirkulasi melalui endositosis sel sinusoidal bahwa anti-AGE satu bahan tertentu mampu
akan mengakibatkan gangguan mekanis hepatosit.63 Selain itu, makromolekul AGE juga bereaksi dengan AGE yang terbentuk dari AGE
yakni peningkatan kekakuan sehingga tulang dieliminasi melalui makrofag, sel endotel hati bahan lain.9
mudah retak. Penderita osteoporosis terbukti dan sel Kuppfer melalui reseptor scavenger.64
mengalami peningkatan AGE yang signifikan Hal serupa dialami oleh oxLDL yang juga Selama ini, peran antibodi anti-AGE pada
dibandingkan dengan manusia sehat.52 Lanjut diendositosis oleh liver endothelial cell dan penderita diabetes masih kurang diketahui.
usia dengan peningkatan pentosidin sebagai sel Kuppfer.65 Jalur eliminasi AGE melalui Antibodi anti-AGE mampu berikatan dengan
jenis AGE, lebih berisiko patah tulang.53 endositosis oleh makrofag meliputi berbagai antigen yang termodifikasi oleh AGE untuk
reseptor. Diduga dua pertiga endositosis membentuk kompleks imun soluble dalam
Sumber AGE eksogen oleh makrofag dan diperantarai oleh reseptor tubuh. Selain itu, disebutkan terdapat
Pada analisis hasil makanan, penanda CML macrophage scavenging receptor, sedangkan korelasi negatif yang sangat erat antara
paling sering dipakai.untuk mengukur AGE54 sepertiganya difasilitasi oleh FcγRII-B2 CD36, kadar AGE serum dengan kadar AGE-IC darah
Kadar CML akan bervariasi dan bergantung SR-BI, RAGE dan MARCO reseptor.64,66 penderita DM (r=-0,8). Padahal kompleks
pada suhu proses pemasakan makanan, antibodi-antigen antara IgG dengan antigen
makanan yang sama apabila di masak dengan Strategi Pencegahan Komplikasi akan dikenali oleh Fcγ reseptor makrofag
suhu tertentu akan mengalami peningkatan Diabetes sehingga akan meningkatkan kemampuan
kadar CML hingga 200 kali lipat.55 Kadar CML Selama ini, banyak dikembangkan terapi untuk fagositosisnya.70
berbagai macam makanan yang tidak dimasak mengurangi jumlah AGE dalam tubuh melalui
dengan suhu tinggi seperti sayur mentah, penggunaan agen farmakologis seperti Fenomena penurunan kadar AGE pada
buah mentah, yoghurt bervariasi antara aminoguanidin, karnosin, dan piridoksamin peningkatan antibodi anti-AGE telah
0,35-0,37 mg CML/kg, kadar CML lebih tinggi yang mampu menghambat spesies reaktif dari dibuktikan pada sebuah penelitian pada
mencapai 11 mg CML/kg pada makanan basa Schiff dan menurunkan stres karbonil3; mencit diabetes yang sebelumnya divaksinasi
yang diproses suhu tinggi seperti susu skim pembatasan asupan diet mengandung dengan AGE-BSA akan mengalami penurunan
terpasteurisasi dan mentega. kadar CML pada AGE terbukti mampu menurunkan secara kadar AGE dalam sirkulasi dan penurunan
daging steak dan crust roti mencapai 37 mg signifikan proses aterosklerosis pada MDA, yakni hasil aktivasi AGE, di hepar.71
CML/kg. Susu terpasteurisasi, daging goreng, mencit hiperlipidemik dengan defisiensi Pankreas mencit model diabetes akan
mentega dan cookies memiliki kadar AGE apolipoprotein E.67 Hambatan AGE untuk mengalami penurunan berat dan jumlah
yang paling tinggi.54 berikatan dengan reseptornya, seperti sel di dalam islet Langerhans.72 Pankreas
penggunaan RAGE soluble, telah terbukti akan rusak akibat aktivasi ROS intraseluler
Susu terpasteurisasi dan susu tersterilisasi menurunkan komplikasi vaskuler hewan yang juga dapat diaktivasi oleh AGE7. Mencit
memiliki kadar CML lebih tinggi dari susu segar model diabetes.68 Semua model terapi ini diabetes divaksinasi AGE-BSA terbukti massa
tanpa diproses.56 Peningkatan CML ini diduga secara ekonomi memerlukan biaya lebih pancreasnya turun lebih sedikit daripada
karena tingginya temperatur yang digunakan tinggi seumur hidup untuk terus mengkontrol mencit diabetes tanpa divaksinasi.71 Mungkin
dalam pemrosesan susu.54 Hal ini juga dapat komplikasi vaskuler diabetes, sehingga peran antibody anti-AGE yakni menurunkan
dilihat pada susu formula untuk bayi yang juga perlu dikembangkan pendekatan yang kadar AGE dalam sirkulasi melalui terbentuknya
mengandung kadar AGE tinggi, 70 kali lebih lebih terjangkau dan bertahan dalam jangka imun kompleks AGE-IC yang nantinya di
tinggi daripada dalam air susu ibu; akibatnya panjang. Salah satu yang berpotensi ialah eliminasi oleh makrofag melalui FcγRII-B2.66

810 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Selain itu, sel kuppfer hepar yang merupakan dengan pemberian inhibitor pembentukan Anti-Glycated Albumin
jalur eliminasi AGE memiliki FcγRII-B264 yang AGE.77 Selain itu, juga terjadi penurunan kadar Penelitian menunjukkan bahwa serum
diduga akan berperan dalam proses eliminasi AGE dalam sirkulasi maupun AGE matriks pasien diabetes yang mengandung albumin
AGE. Eliminasi AGE serum akan menurunkan ekstraseluler. Penelitian lain menunjukkan terglikasi menginhibisi replikasi sel mesangial
terjadinya aktivasi signaling ligan pada RAGE bahwa terdapat penurunan AGE signifikan dan menstimulasi ekspresi gen kolagen tipe
yang pada akhirnya mencegah terjadinya pada mencit diabetes yang divaksinasi KLH, IV.80 Kemampuan tersebut akan dihambat
ekspresi faktor-faktor yang mengakibatkan namun tanpa diikuti peningkatan anti-AGE.71 dengan adanya antibodi monoklonal A717
komplikasi pada diabetes melitus. Hal ini menunjukkan bahwa KLH bekerja pada pada kondisi in vitro. Antibodi monoklonal
tahap yang lebih tinggi dalam reaksi Amadori. A717 akan bereaksi secara spesifik dengan
Anti-KLH Anti-KLH diduga bereaksi dengan karbonil albumin termodifikasi pada proses Amadori
Derajat glikasi, kondisi oksidasi dan berat reaktif dan menurunkan produksi AGE, dan akan menghambat patogenesis nefropati;
molekul merupakan determinan paling khususnya yang berasal dari IgG terglikasi kemampuan ini tidak didapatkan pada IgG
penting dalam proses ikatan silang, ikatan yang mengekspresikan rantai L.79 non reaktif terhadap albumin terglikasi.
reseptor dan toksisitas AGE dalam serum.
Kadar LMW-AGE (low molecular weight
advanced glycation end product) akan Skema Peran Antibodi Terhadap Komplikasi Diabetes
meningkat pada sirkulasi dan berpotensi
sitotoksik, fenomena ini juga berkorelasi
erat dengan akumulasinya pada nefron dan
gangguan ginjal.73 Difusi AGE yang banyak
pada mikrovaskuler dan sekat intersisial, rasio
tinggi glikasi, kekebalan terhadap degradasi
proteolitik akan meningkatkan peran AGE
dalam patologi vaskuler. Karena itu, LMW
menjadi kandidat potensial sebagai biomarker
maupun target terapi.74

Inkorporasi spesies karbonil reaktif pada


protein merupakan mekanisme penting
dalam jalur Maillard yang menjadi target
terapi penyakit yang berkorelasi dengan
AGE, selama ini aminoguanidin, carnosin
dan piridoksamine menjadi alternatif untuk
menurunkan komplikasi diabetes.3 KLH
merupakan glikoprotein konjugat yang
diketahui memiliki kesamaan struktur
dengan konjugat karbonil reaktif.75 Antibodi
konvesional yang memiliki rantai L reaktif
terbukti mampu bereaksi dengan struktur
mirip karbohidrat pada AGE, anti-KLH telah
dibuktikan mampu bereaksi silang dengan
berbagai macam struktur karbohidrat.76 Hal ini
merupakan salah satu bukti potensi aplikasi
KLH untuk terapi penyakit yang berhubungan
dengan hiperglikemi maupun karsinoma.77
Inhibisi rantai L dengan KLH menunjukkan
adanya afinitas moderat antara antibodi
dengan KLH. KLH telah dibuktikan imunogenik
dan mampu mengakibatkan produksi
antibodi reaktif terhadap karbonil pada
mencit.12 Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa imunisasi aktif menggunakan KLH
mampu menurunkan kejadian komplikasi
nefropati-diinduksi-STZ ginjal mencit dengan
menurunkan albuminuria dan derajat Gambar 2 Mekanisme berbagai macam antibodi yang berpotensi untuk menghambat pembentukan AGE dan timbulnya
kerusakan histologis ginjal; efek ini serupa komplikasi pada kondisi diabetes

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 811


TINJAUAN PUSTAKA

Pada diabetes akan terjadi gangguan ginjal utama terjadinya glikasi nonenzimatik, SIMPULAN
akibat overproduksi matriks ekstraseluler81. pemberian antibodi A717 terbukti mampu AGE merupakan faktor penting untuk
Antibodi monoklonal dapat diberikan untuk memperbaiki efek nefropatogenesis akibat terjadinya berbagai komplikasi diabetes
terapi mencit diabetes.80 Terapi antibodi peningkatan albumin terglikasi in vivo melalui jalur aktivasi RAGE. Terapinya akan
monoklonal A717 pada mencit diabetes db/ independen dari terapi antihiperglikemi.11 membutuhkan konsumsi jangka panjang
db11 akan mencegah terjadinya abnormalitas Kadar albumin plasma terglikasi menurun obat crosslink breaker. Vaksinasi dengan
glomerulus, histopatologi dan lesi nefropatik signifikan pada 48 jam setelah pemberian pendekatan antibodi A717, anti-AGE maupun
pada diabetes yang ditunjukkan dengan A717.82 Hal ini menunjukkan bahwa antibodi anti KLH berpotensi menjadi modalitas
penurunan ekskresi albumin urin, pencegahan A717 mampu mengurangi secara langsung manajemen komplikasi diabetes berbasis
akumulasi matriks mesangial, pencegahan epitope aktif albumin terglikasi, antibodi respons imun dan hambatan pembentukan
kenaikan mRNA dari kolagen tipe IV dan A717 akan mengakselerasi bersihan melalui AGE dengan efek jangka panjang dan biaya
fibronektin; proteksi tersebut tidak didapatkan sistem retikuloendotel11. Selain itu, antibodi lebih murah.
pada mencit yang diterapi IgG yang tidak reaktif A717 diduga mampu menghambat ikatannya
dengan albumin terglikasi. Penurunan mRNA dengan reseptor polipeptida di sel sehingga SARAN
dari kolagen dan fibronektin akan dihambat menurunkan aktivasi seluler.83 Ikatan antibodi Perlu dievaluasi lebih lanjut efektivitas masing-
ekspresinya oleh antibodi monoclonal A717 A717 dengan albumin terglikasi akan terjadi masing antibodi tersebut terhadap berbagai
pada tubulointestinum.81 di sirkulasi dan bagian kompartemen distal tipe komplikasi diabetes dan perlu evaluasi
seluler, seperti pada mesangium glomerulus efek yang dapat terjadi akibat peningkatan
Meskipun hiperglikemia merupakan faktor yang dilewati serum.11 kompleks imun akibat vaksinasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
1. Basta G, Schmidt AM, De Caterina R. Advanced glycation end products and vascular inflammation: implications for accelerated atherosclerosis in diabetes. Cardiovasc Res. 2004; 63:
582–92.
2. Vlassara H, Cai W, Crandall J, Goldberg T, Oberstein R, Dardaine V, Peppa M, Rayfield EJ. Inflammatory mediators are induced by dietary glycotoxins, a major risk factor for diabetic angiopa-
thy. Proc Natl Acad Sci USA 2002; 99:15596 –601.
3. Cho SJ, Roman G, Yeboah F, Konishi Y: The road to advanced glycation end products: A mechanistic perspective. Curr Med Chem 2007; 14: 1653–71.
4. Neumann A, Schinzel R, Palm D, Riederer P, Munch G. High molecular weight hyaluronic acid inhibits advanced glycation end product-induced NF-κB activation and cytokine expres-
sion. . 1999; 453: 283–7.
5. Yan SD, Schmidt AM, Anderson GM.. Enhanced cellular oxidant stress by the interaction of advanced glycation end products with their receptors/binding proteins. J Biol Chem 1994;
269:9889–97.
6. Wautier MP, Chappey O, Corda S. Activation of NADPH oxidase by AGE links oxidant stress to altered gene expression via RAGE. Am J Physiol Endocrinol Metab 2001;280:E685–94.
7. Rosdiana N, Soewoto H. Peranan Nitrogen Oksida dalam Patosiologi Penyakit Vaskular. Jakarta: Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008.
8. Horiuchi S, Araki N, Morino Y. Immunochemical approach to characterize advanced glycationendproducts of the Maillard reaction.. J Biol Chem 1991; 266: 7329-32.
9. Turk Z, Ljubic S, Turk N, Benko B. Detection of Autoantibodies Against Advanced Glycation End Products and AGE- immune complexes in serum of patients with diabetes mellitus. Clin.
Chim.Acta 2001;303: 105–115.
10. Baydanoff S, Konova E, Ivanova N. Determination of anti-AGE antibodies in human serum. Glycoconj J. 1996; 13: 335-9.
11. Margo P. Cohen, Kumar Sharma, Yulin Jin, Elizabeth Hud, Van-Yu Wu,John Tomaszewski, and Fuad N. Ziyadehtt. Prevention of Diabetic Nephropathy in dbldb Mice with Glycated Albumin
Antagonist. J. Clin. Invest. 1995; 95:,2338-45.
12. Armentano F, Knight T, Makker S, Tramontano A: Induction of covalent binding antibodies. Immunol Lett 2006;103: 51–7.
13. Schmidt AM, Hori O, Brett J, Yan SD, Wautier JL, Stern D. Cellular receptors for advanced glycation end products: implications for induction of oxidant stress and cellular dysfunction in the
pathogenesis of vascular lesions.. 1994; 14: 1521–8.
14. Brownlee M. Advanced protein glycosylation in diabetes and aging.. 1995; 46: 223–34.
15. Takata, K., Horiuchi, S., Araki, N., Shiga, M., Saitoh, M. and Morino, Y. J. Biol. Chem1988;263: 14819–25.
16. Baynes JW, Thorpe SR. Role of oxidative stress in diabetes complications, a new perspective on an old paradigm.Diabetes. 1999;48:1–9.
17. Lo et al., 1994.
18. Frye EB, Degenhardt TP, Thorpe SR, Baynes JW. Role of the Maillard reaction in aging of tissue proteins. . 1998; 273: 18714–9.
19. Ahmed MU, Thorpe SR, Baynes JW. Identification of -ε-carboxymethyllysine as a degradation product of fructoselysine in glycated protein. . 1986; 261: 4889–94.
20. Wautier JL, Wautier MP, Schmidt AM, et al. Advanced glycation end products (AGEs) on the surface of diabetic erythrocytes bind to the vessel wall via a specific receptor inducing oxidant
stress in the vasculature: a link between surface-associated AGEs and diabetic complications. Proc Natl Acad Sci USA 1994;91:7742-6.
21. Halliwell B, Gutteridge J MC. Oxygen-Toxicity, Oxygen Radicals, Transition-Metals and Disease. Biochem. J 1999; 219 (1 ): 1-14.
22. Goldin JA, Beckman AM, Schmidt, M. Creager A. Circulation 2006;114:597– 605.
23. Hudson BI, Hofman MA, Bucciarelli L. Glycation and diabetes: The RAGE connection. Current Sci. 2002:83 (12): 1515–21.
24. McPherson JD, Shilton BH, Walton DJ. Role of fructose in glycation and cross-linking of proteins. . 1988; 27: 1901–7.
25. Giardino I, Edelstein D, Brownlee M. Nonenzymatic glycosylation in vitro and in bovine endothelial cells alters basic fibroblast growth factor activity: a model for intracellular glycosylation
in diabetes. . 1994; 94: 110–7.

812 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

26. Schmidt AM, Hori O, Brett J, Yan SD, Wautier JL, Stern D. Cellular receptors for advanced glycation end products: implications for induction of oxidant stress and cellular dysfunction in the
pathogenesis of vascular lesions. ArteriosclerThromb. 1994; 14: 1521–28.
27. Haitoglou et al., 1992.
28. Kushiro M, Shikata K, Sugimoto H, Ikeda K, Horiuchi S, Makino H. Accumulation of -Σ-(carboxy-methyl)lysine and changes in glomerular extracellular matrix components in Otsuka Long-
Evans Tokushima fatty rat: a model of spontaneous NIDDM. . 1998; 79: 458–68.
29. Paul RG, Bailey AJ. The effect of advanced glycation end-product formation upon cell-matrix interactions. . 1999; 31: 653–60.
30. Nakhjavanin et al, 2010.
31. Schmidt AM, Yan SD, Wautier JL, Stern D. Activation of receptor for advanced glycation end products: a mechanism for chronic vascular dysfunction in diabetic vasculopathy and athero-
sclerosis. . 1999; 84:489–97.
32. Lawrence A. Loeb, Douglas C. Wallace and George M. Martin. The mitochondrial theory of aging and its relationship to reactive oxygen species damage and somatic mtDNA mutations.
PNAS December 27, 2005 vol. 102no. 52 18769-70.
33. Cederberg J, Simán Cm, Eriksson Uj: Combined treatment with vitamin E and vitamin C decreases oxidative stress and improves foetal outcome in experimental diabetic pregnancy.
Pediatr Res 49: 755-762, 2001.
34. Kimura T, Takamatsu J, Ikeda K, Kondo A, Miyakawa T, Horiuchi S. Accumulation of advanced glycation end products of the Maillard reaction with age in human hippocampal neurons.
Neurosci Lett 1996;208:53-6.
35. Castellani RJ, Harris PLR, Sayre LM, et al. Active glycation in neurofibrillary pathology of Alzheimer disease: Nε-(carboxymethyl) lysine and hexitol-lysine. Free Radic Biol Med 2001;31:175-
80.
36. Southern L, Williams J, Esiri MM. Immunohistochemical study of N-epsilon-carboxymethyl lysine (CML) in human brain: relation to vascular dementia. BMC Neurol 2007;7:35.
37. Valente T, Gella A, Fernàndez-Busquets X, Unzeta M, Durany N. Immunohistochemical analysis of human brain suggests a pathological synergism of Alzheimer’s disease and diabetes
mellitus. Neurobiol Dis 2010;37:67-76.
38. Kumar PA, Kumar MS, Reddy GB.Effect of glycation on α-crystallin structure and chaperone-like function. Biochem J 2007;408:251-8.
39. Franke S, Dawczynski J, Strobel J, Niwa T, Stahl P, Stein G. Increased levels of advanced glycation end products in human cataractous lenses. J Cataract Refract Surg 2003;29:998-1004.
40. Gul A, Rahman MA, Salim A, Simjee SU.Advanced glycation end products in senile diabetic and nondiabetic patients with cataract. J Diabetes Complications 2009;23:343-8.
41. Nerlich AG, Schleicher ED. Nε-(carboxymethyl)lysine in atherosclerotic vascular lesions as a marker for local oxidative stress. Atherosclerosis 1999;144:41-7.
42. Steine K, Larsen JR, Stugaard M, Berg TJ, Brekke M, Dahl-Jørgensen K. LV systolic impairment in patients with asymptomatic coronary heart disease and type 1 diabetes is related to coro-
nary atherosclerosis, glycaemic control and advanced glycation endproducts. Eur J Heart Fail 2007;9:1044-50.
43. Kiuchi K, Nejima J, Takano T, Ohta M, Hashimoto H. Increased serum concentrations of advanced glycation end products: a marker of coronary artery disease activity in type 2 diabetic
patients. Heart 2001;85:87-91.
44. Ando K, Beppu M, Kikugawa K, Nagai R, Horiuchi S. Membrane proteins of human erythrocytes are modified by advanced glycation end products during aging in the circulation. Biochem
Biophys Res Commun 1999;258:123-7.
45. Thomas MC, Tsalamandris C, MacIsaac R, Low-molecular-weight AGEs are associated with GFR and anemia in patients with type 2 diabetes. Kidney Int 2004;66:1167-72.
46. Semba RD, Patel KV, Sun K. Association of serum carboxymethyl-lysine, a dominant advanced glycation end product, with anemia in adults: the Baltimore Longitudinal Study of Aging. J
Am Geriatr Soc 2008;56:2145-7.
47. Schinzel R, Münch G, Heidland A, Sebekova K. Advanced glycation end products in end-stage renal disease and their removal. Nephron 2001;87:295-303.
48. Oldfield MD, Bach LA, Forbes JM. Advanced glycation end products cause epithelial-myofibroblast transdifferentiation via the receptor for advanced glycation end products (RAGE). J Clin
Invest 2001;108:1853-63.
49. Makita Z, Radoff S, Rayfield EJ, et al. Advanced glycosylation end-products in patients with diabetic nephropathy. N Engl J Med 1991;325:836-42.
50. Chuang PY, Yu Q, Uribarri J, He JC. Advanced glycation endproducts induce podocyte apoptosis by activation of the FOXO4 transcription factor. Kidney Int 2007;72:965-876.
51. Odetti P, Rossi S, Monacelli F, et al. Advanced glycation end-products and bone loss during aging. Ann N Y Acad Sci 2005;1043:710-7.
52. Hein G, Wiegand R, Lehmann G, Stein G, Franke S. Advanced glycation end-products pentosidine and Nε-carboxymethyllysine are elevated in serum of patients with osteoporosis. Rheu-
matology 2003;42:1242-6.
53. Schwartz AV, Garnero P, Hillier TA, et al. Pentosidine and increased fracture risk in older adults with type 2 diabetes. J Clin Endocrinol Metab 2009;94:2380-6.
54. Assar SH, Moloney C, Lima M, Magee R, Ames JM. Determination of Nε-(carboxymethyl)lysine in food systems by ultra performance liquid chromatography-mass spectrometry. Amino
Acids 2009;36:317-26.
55. Richard D. Semba1, Emily J. Nicklett and Luigi Ferrucci. Does Accumulation of Advanced Glycation End Products Contribute to the Aging Phenotype?. J Gerontol A Biol Sci Med
Sci (2010) 65A (9): 963-75.
56. Ahmed MU, Thorpe SR, Baynes JW. Identification of N-ε-carboxymethyllysine as a degradation product of fructoselysine in glycated protein. J Biol Chem. 1986; 261: 4889–94.
57. Šebeková K, Saavedra G, Zumpe C, Somoza V, Klenovicsová K, Birlouez-Aragon I. Plasma concentration and urinary excretion of Nε-(carboxymethyl)lysine in breast milk- and formula-fed
infants. Ann N Y Acad Sci 2008;1126:177-80.
58. Delgado-Andrade C, Rufián-Henares JA, Morales FJ. Study on fluorescence of Maillard reaction compounds in breakfast cereals. Mol Nutr Food Res 2006;50:799-804.
59. Yaacoub R, Saliba R, Nsouli B, Khalaf G, Birlouez-Aragon I. Formation of lipid oxidation and isomerization products during processing of nuts and sesame seeds. J Agric Food Chem
2008;56:7082-90.
60. Drusch S, Faist V, Erbersdobler HF. Determination of Nε-carboxymethyllysine in milk products by a modified reversed-phase HPLC method. Food Chem 1999;65:547-53.
61. Chao PC, Hsu CC, Yin MC. Analysis of glycative products in sauces and sauce-treated foods. Food Chem 2009;113:262-6.
62. Tan D, Yang Y, Lo CY, Sang S, Ho CT. Methylglyoxal: its presence in beverages and potential scavengers. Ann N Y Acad Sci 2008;1126:72-5.
63. Tanaka S, Avigad G, Brodsky B, Eikenberry EF. Glycation induces expansion of the molecular packing of collagen. J Mol Biol. 1988; 203: 495–505.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 813


TINJAUAN PUSTAKA

64. Bård J, Norie H, Seiko H. Advanced glycation end products are eliminatedby scavenger-receptor-mediated endocytosis in hepatic sinusoidal Kupffer and endothelialcells. Biochem. J.
1997;322:567–73.
65. VanBerkel TJC, de RijkeYB, Kruijt, J K..J. Biol. Chem. 1991;226: 2282–9.
66. Stanton LW, White RT, Bryant CM, Protter AA, Endelmann G. A macrophage Fe receptor for IgG is also a receptor for oxidized low density lipoprotein. J Biol Chem 1992; 267: 22446-51.
67. Lin RY, Reis ED, Dore AT,. Lowing of dietary advanced glycation endproducts (AGE) reduces neointimal formation after arterial injury in genetically hypercholesterolemic mice. Atheroscle-
rosis. 2002;163: 303–11.
68. Park L, Raman KG, Lee KJ, Lu Y, Ferran LJ Jr, Chow WS, Stern D, Schmidt AM: Suppression of accelerated diabetic atherosclerosis by the soluble receptor for advanced glycation end prod-
ucts. Nat Med 1998; 4 : 1025–31.
69. Vay D, Vidali M, Allochis G, Cusaro C, Rolla R, Mottaram E, Bellomo G, Albano E. Antibodies against advanced glycation end product Nepsilon-(carboxymethyl)lysine in healthy controls and
diabetic patients. Diabetologia 2000; 43:1385-8.
70. Skogh T, Blomhoff R, Eskild W, Berg T.Immunology 1985;55:585–94.
71. Al-Farabi MJ, Laili F, Lidia M, Sri W, Fetreo N. Induksi Vaksinasi AGE-BSA-KLH dalam Menghambat Komplikasi Mencit Model Diabetes.Dipresentasikan pada PKM Dikti 2012.
72. Al-Farabi. M J, Aditya SN, Durrotul I, Annisa A, Dicky SZ. Ekstrak Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Meregenerasi Sel Islet Langerhans Pankreas Mencit Model DM. Dipresentasikan pada
PIMNAS Makassar 2011.
73. Verbeke P, Perichon M, Borot-Laloi C, Schaeverbeke J, Bakala H. Accumulation of advanced glycation endproducts in the rat nephron: Link with circulating AGEs during aging. J Histochem
Cytochem 1997; 45: 1059–68,
74. Monnier VM, Sell DR, Genuth S: Glycation products as markers and predictors of the progression of diabetic complications. Ann N Y Acad Sci 2005; 1043: 567–81.
75. Wagner J, Lerner RA, Barbas CF 3rd. Efficient aldolase catalytic anti- bodies that use the enamine mechanism of natural enzymes. Science 1995; 270:1797–800.
76. May RJ, Beenhouwer DO, Scharff MD. Antibodies to keyhole limpet hemocyanin cross-react with an epitope on the polysaccharide cap sule of Cryptococcus neoformans and other carbo-
hydrates: Implications for vaccine development. J Immunol 2003; 171: 4905–12.
77. Harris JR, Markl J. Keyhole limpet hemocyanin (KLH): A biomedical review. Micron 1999:30: 597–623.
78. Shcheglova T, Makker S, Tramontano A. Reactive Immunization Suppresses Advanced Glycation and Mitigates Diabetic Nephropathy. J Am Soc Nephrol 2009; 20: 1012–9.
79. Gugliucci A, Menini T. Circulating advanced glycation peptides in streptozotocin-induced diabetic rats: Evidence for preferential modification of IgG light chains. Life Sci 1998; 62: 2141–
50.
80. Cohen MP, Ziyadeh FN. Amadori glucose adducts modulate mesangial cell growth and collagen gene expression. Kidney Int. 1994; 45:475-84.
81. Lane PH, Steffes MW, Fioretto P, Mauer SM. Renal interstitial expansion in insulin-dependent diabetes mellitus. Kidney Int. 1993;43:661-7.
82. Cohen MP, Hud E, Wu VY. Amelioration of diabetic nephropathy by treatment with monoclonal antibodies against glycated albumin. Kidney Int. 1994;45:1673-9.
83. Wu VY, Cohen MP. Receptors specific for Amadori- modified glycated albumin on murine endothelial cells. Biochem Biophys Res Commun. 1994; 198:734-9.
84. Ziyadeh FN, Cohen MP. Effects of glycated albumin on mesangial cells: evidence for a role in diabetic nephropathy. Mol Cell.Biochem 1993; 125:19-25.

814 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Depresi pada Lanjut Usia


Hendry Irawan
Dokter Internship RSUD Datu Sanggul,
Tapin, Kalimantan Selatan, Indonesia

ABSTRAK
Angka harapan hidup yang makin meningkat menyebabkan peningkatan proporsi populasi lanjut usia dari sekitar 20% pada tahun 2005
menjadi diperkirakan 33% pada tahun 2050. Perubahan pada lanjut usia tidak hanya terjadi secara fisik, namun juga perubahan keadaan mental
yang sering diabaikan, seperti gangguan depresi. Pengetahuan gejala dan deteksi gangguan depresi perlu diketahui oleh keluarga, masyarakat,
praktisi kesehatan, dan penderita. Sekitar 80% lanjut usia depresi yang menjalani pengobatan dapat sembuh sempurna dan menikmati
kehidupan mereka.

Kata kunci: gangguan depresi, diagnosis, lanjut usia

ABSTRACT
Life expectancy improvement caused increasing elderly population proportion from about 20% in 2005 to estimated 33% in 2050. Changes in
the elderly is not only physical, but also mental, such as depressive disorders that are often neglected. Knowledge of symptoms and detection of
depressive disorders needs to be acquired by family, community, health professionals, and patients. Approximately 80% of elderly with depressive
disorder can recover completely and enjoy their lives after treatment. Hendry Irawan. Depression among Elderly.

Key words: depressive disorder, diagnosis, elderly

PENDAHULUAN Saat ini Indonesia telah memasuki era dalam lingkungan institusi 30-40% mengalami
Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini penduduk struktur lansia karena tahun 2009 depresi dan cemas.4
sudah berkembang pesat, juga di bidang jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun
kesehatan. Didukung oleh keadaan sosial sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai jumlah Depresi menurut WHO (World Health
ekonomi yang baik, hal ini menyebabkan penduduk lansia sekitar 7% adalah di Jawa Organization) merupakan suatu gangguan
peningkatan angka harapan hidup penduduk dan Bali. Jumlah penduduk lansia pada tahun mental umum yang ditandai dengan mood
di dunia; di tahun 2005 usia harapan hidup 2006 sebesar kurang lebih 19 juta dengan tertekan, kehilangan kesenangan atau minat,
laki-laki dan perempuan adalah 74,9 tahun usia harapan hidup 66,2 tahun, sedangkan perasaan bersalah atau harga diri rendah,
dan 79,9 tahun, sedangkan di tahun 2006 pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 gangguan makan atau tidur, kurang energi,
adalah 75,1 tahun dan 80,2 tahun.2 Di Amerika juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 dan konsentrasi yang rendah.5,6 Masalah ini
Serikat pada tahun 2005 usia harapan hidup tahun, pada tahun 2020 diperkirakan sebesar dapat akut atau kronik dan menyebabkan
mencapai 77,4 tahun dan di tahun 2006 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup gangguan kemampuan individu untuk
mencapai 77,7 tahun.2 71,1 tahun.3 beraktivitas sehari-hari. Pada kasus parah,
depresi dapat menyebabkan bunuh diri.
Peningkatan angka harapan hidup Seiring bertambahnya usia, penuaan tidak Sekitar 80% lansia depresi yang menjalani
menyebabkan jumlah penduduk golongan dapat dihindarkan dan terjadi perubahan pengobatan dapat sembuh sempurna dan
lanjut usia (lansia) makin meningkat. Di keadaan fisik; selain itu para lansia mulai menikmati kehidupan mereka, akan tetapi
tahun 2005, populasi lansia (orang berusia kehilangan pekerjaan, kehilangan tujuan 90% mereka yang depresi mengabaikan dan
lebih dari 60 tahun) di negara maju sebesar hidup, kehilangan teman, risiko terkena menolak pengobatan gangguan mental
20% dibandingkan dengan populasi anak- penyakit, terisolasi dari lingkungan, dan tersebut.4
anak berusia kurang dari 15 tahun (17%). kesepian. Hal tersebut dapat memicu
Diperkirakan pada tahun 2050 populasi lansia terjadinya gangguan mental. Depresi Oleh karena itu para lansia perlu mendapat
menjadi dua kali dibanding anak-anak, yaitu merupakan salah satu gangguan mental perhatian dan dukungan dari lingkungan
33% dan 15%. Pada tahun 2005, populasi yang banyak dijumpai pada lansia akibat dan keluarga agar dapat mengatasi
lansia berusia lebih dari 80 tahun sekitar 1,3% proses penuaan. Berdasarkan data di Canada, perubahan yang terjadi, selain perubahan
di dunia dan diperkirakan meningkat menjadi 5-10% lansia yang hidup dalam komunitas keadaan fisik dan keadaan mental yang
4,4% pada tahun 2050.1 mengalami depresi, sedangkan yang hidup makin rentan.

Alamat korespondensi email: hexin_01@yahoo.com

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 815


TINJAUAN PUSTAKA

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi depresi pada populasi lansia
diperkirakan 1-2%, prevalensi perempuan
1,4% dan laki-laki 0,4%. Suatu penelitian
menunjukkan variasi prevalensi depresi pada
lansia antara 0,4-35%, rata-rata prevalensi
depresi mayor 1,8%, depresi minor 9,8%, dan
gejala klinis depresi nyata 13,5%. Sekitar 15%
lansia tidak menunjukkan gejala depresi yang
jelas dan depresi terjadi lebih banyak pada
lansia yang memiliki penyakit medis.7

Beberapa kondisi lingkungan juga berkaitan


dengan tingkat depresi lebih besar, orang
yang tinggal di kota dua kali lebih depresi
dibanding di desa, orang yang tinggal
sendiri, orang yang bercerai, kondisi
ekonomi miskin, tidak punya tempat tinggal,
dan tidak bekerja selama enam bulan atau
lebih tiga kali lebih sering depresi dibanding
populasi umum.8
Gambar 1 Struktur otak yang berperan dalam depresi12
ETIOLOGI
Saat ini telah diketahui beberapa faktor Secara umum ketiga neurotransmiter berperan atrofi kortikal; gangguan substansia
penyebab depresi, seperti faktor genetik, dalam mengatur emosi, reaksi terhadap stres, alba; abnormalitas struktur subkortikal;
biokimia, lingkungan, dan psikologis.5,6,8 Pada tidur, dan nafsu makan. Jumlah serotonin peningkatan aktivitas dan perubahan volume
beberapa kasus, depresi murni berasal dari yang tinggi menyebabkan agresivitas dan amigdala yang berperan dalam emosi negatif
faktor genetik, orang yang memiliki keluarga gangguan tidur, sedangkan jumlah rendah dan gangguan mekanisme koping; dan
depresi lebih cenderung menderita depresi; menyebabkan iritabilitas, ansietas, letargi, penurunan volume hipokampus dan striatum
riwayat keluarga gangguan bipolar, pengguna dan tindakan atau pemikiran bunuh diri. Pada ventral.10-12 Perubahan tersebut berdampak
alkohol, skizofrenia, atau gangguan mental keadaan depresi, norepinefrin yang berperan pada perubahan neurotransmiter yang
lainnya juga meningkatkan risiko terjadinya dalam regulasi respons “fight or flight” menyebabkan lansia depresi.
depresi. Kasus trauma, kematian orang yang terganggu. Fungsi dopamin untuk mengatur
dicintai, keadaan yang sulit, atau kondisi stres emosi, pergerakan motor, pembelajaran, GAMBARAN KLINIS
memicu terjadinya episode depresi, tetapi berpikir, memori, dan perhatian. Jumlah Pada umumnya lansia mengalami depresi
terdapat pula kondisi tidak jelas yang dapat dopamin rendah akan mempengaruhi fungsi ditandai oleh mood depresi menetap yang
memicu depresi.8 tersebut yang dapat menyebabkan depresi.8 tidak naik, gangguan nyata fungsi atau
aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran atau
Saat ini penyebab depresi yang banyak diteliti Hipotesis terbanyak etiologi depresi melakukan percobaan bunuh diri.5-7,9,11,13 Pada
dan dijadikan dasar pengobatan adalah disebabkan oleh gangguan regulasi serotonin. lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada
abnormalitas monoamin yang merupakan Pada percobaan hewan dan pemeriksaan orang dengan penyakit kronik, gangguan
neurotransmiter otak.7-9 Sekitar tiga puluh jaringan otak setelah kematian menunjukkan kognitif, dan disabilitas.11 Kesulitan konsentrasi
neurotransmiter telah diketahui dan tiga bahwa pada keadaan depresi terjadi gangguan dan fungsi eksekutif lansia depresi akan
di antaranya mempengaruhi terjadinya serotonergik termasuk jumlah metabolit, membaik setelah depresi teratasi.11 Gangguan
depresi, yaitu serotonin, norepinefrin, dan jumlah reseptor, dan respons neuroendokrin.10 depresi lansia dapat menyerupai gangguan
dopamin.7-9 Ketiga monoamin tersebut cepat Selain itu, pada lansia depresi terjadi kognitif seperti demensia, sehingga dua hal
dimetabolisme sehingga pengukuran yang perubahan struktur otak seperti abnormalitas tersebut perlu dibedakan (Tabel 1).5,6
dapat dilakukan pada penderita depresi jalur frontostriatal yang menyebabkan
dengan mengukur metabolit utama di cairan gangguan fungsi eksekutif, psikomotor, Para lansia depresi sering menunjukkan
serebrospinal, yaitu 5-hydroxyindoleacetic perasaan apatis; volume struktur frontostriatal keluhan nyeri fisik tersamar yang bervariasi,
acid (5-HIAA) dari serotonin, 3-methoxy-4- yang rendah; hiperintensitas struktur kecemasan, dan perlambatan berpikir.4,9
hydroxyphenyl glycol (MHPG) dari norepinefrin, subkortikal; abnormalitas makromolekular di Perubahan pada lansia depresi dapat
dan homovanillic acid (HVA) dari dopamin.7 korpus kalosum genu dan splenium, nukleus dikategorikan menjadi perubahan fisik,
Pada penderita depresi kadar metabolit kaudatus, dan putamen; penurunan jumlah perubahan dalam pemikiran, perubahan
tersebut lebih rendah bermakna dibandingkan glia di korteks singulata anterior subgenual; dalam perasaan, dan perubahan perilaku
yang tidak depresi.7,9 abnormalitas neuron di korteks dorsolateral; (Tabel 2).4

816 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1 Perbedaan depresi dan demensia6 KRITERIA DIAGNOSIS


Menurut PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan
Depresi Demensia
Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia),
• Onset tiba-tiba • Onset bertahap DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual),
• Kejadian berulang • Kejadian progresif dan ICD-10 (International Classification of
• Penurunan memori minimal • Penurunan memori jelas Diseases) individu depresi sering mengalami
• Mood sedih dan depresi • Mood labil, kadang depresi suasana perasaan (mood) depresif, kehilangan
• Kecerdasan tidak terganggu • Kecerdasan sangat terganggu minat dan kegembiraan, berkurangnya
• Pemahaman baik • Pemahaman buruk energi, mudah lelah, dan berkurangnya
• Abstraksi baik • Abstraksi buruk aktivitas.7,9,11,13
• Jarang bingung • Sering bingung, terutama malam hari
• Delusi konsisten dengan afek • Delusi paranoid (tersering) menetap Depresi pada lansia sering tidak terdeteksi,
• Halusinasi jarang, dapat auditorik • Halusinasi sewaktu-waktu (auditorik) dalam populasi lansia depresi bervariasi
• Bicara lambat • Bicara kacau, inkoheren, terlambat sekitar 19-94%, tergantung kemampuan
• Kemunduran psikomotor • Psikomotor tremor dan rigiditas diagnosis dokter.9 Klasifikasi dan diagnosis
• Kemunduran personalitas sementara • Kemunduran personalitas menetap gangguan depresi pada lansia berdasarkan
• Daya nilai sosial sedang-baik • Daya nilai sosial buruk diagnosis depresi pada populasi umum dan
• Tilikan (insight) sedang-baik • Tilikan (insight) buruk lebih difokuskan pada kriteria yang sesuai
• Prognosis baik • Prognosis sangat buruk dengan populasi lansia (Tabel 3).7,11

Tabel 2 Perubahan pada lansia depresi4,9 Gangguan depresi sering terdapat pada
lansia dengan penyakit medis atau
Perubahan fisik
neurologis. Komorbiditas ini perlu mendapat
• Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat badan bulan terakhir)
perhatian karena depresi akan memperburuk
• Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur terlalu lama
morbiditas dan meningkatkan mortalitas.
• Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari
Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
• Penurunan energi dengan perasaaan lemah dan kelelahan fisik
lansia dengan penyakit medis dua kali lebih
• Beberapa orang mengalami agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus
berisiko depresi dibandingkan yang tanpa
• Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak diketahui
penyakit medis.7 Diagnosis depresi dengan
• Gangguan perut, konstipasi
komorbid penyakit medis atau neurologis
Perubahan pemikiran ditegakkan apabila penyakit tersebut telah
• Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit mengingat informasi terjadi sebelum munculnya gejala depresi.11
• Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan Pada tabel 4, tercantum beberapa kondisi
• Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka medis yang berkaitan dengan mood depresi.
• Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan kepercayaan diri
• Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan Gejala depresi sering bersamaan dengan
• Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi penurunan kognitif dan demensia, selain itu
• Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri depresi mayor dan gangguan kognitif pada
Perubahan perasaan lansia dapat berkembang menjadi demensia
• Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan dalam beberapa tahun setelah onset
• Penurunan minat dan kesenangan seks depresi. Hal tersebut dapat meningkatkan
• Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar risiko terjadinya penyakit Alzheimer (Tabel
• Tidak ada perasaan 5). Prevalensi depresi mayor pada penderita
• Perasaan akan terjadi malapetaka penyakit Alzheimer sekitar 17%.11
• Kehilangan percaya diri
• Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari TATA LAKSANA
• Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas Tata laksana depresi pada lansia dipengaruhi
• Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif tingkat keparahan dan kepribadian masing-
masing. Pada depresi ringan dan sedang,
Perubahan perilaku
psikoterapi merupakan tata laksana yang
• Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai
sering dilakukan dan berhasil. Akan tetapi,
• Menghindari mengambil keputusan
pada kasus tertentu atau pada depresi berat,
• Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar tagihan
psikoterapi saja tidak cukup, diperlukan
• Penurunan aktivitas fisik dan olahraga
farmakoterapi.6
• Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
• Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan
Banyak orang membutuhkan dukungan dari

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 817


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 3 Klasifikasi dan diagnosis gangguan depresi pada lansia7,11 penting dalam penyembuhan dan dapat
mencegah episode kekambuhan penyakit.
Gangguan depresi mayor
Banyak penelitian menunjukkan bahwa aktif
• Harus terdapat lima dari gejala berikut, yaitu mood depresi, kehilangan minat, kehilangan kesenangan dalam
dalam kegiatan kelompok di lingkungan
semua atau sebagian besar kegiatan, berat badan berkurang atau bertambah (lebih dari 5%), insomnia atau
merupakan bagian penting dalam kesehatan
hipersomnia, retardasi atau agitasi psikomotor, lelah, perasaan tidak berharga atau bersalah yang tidak jelas,
dan dapat meningkatkan kualitas hidup.4
penurunan kemampuan berkonsentrasi, pemikiran kematian atau bunuh diri yang berulang
• Harus terdapat satu dari gejala utama, yaitu mood depresi atau kehilangan minat atau kehilangan kesenangan
Pada umumnya, tata laksana terapi hanya
• Gejala tersebut setidaknya terjadi selama dua minggu, yang menyebabkan gangguan fungsi, dan tidak
menggunakan obat antidepresan, tanpa
merupakan pengaruh penggunaan zat, kondisi medis, atau kehilangan (kematian)
merujuk pasien untuk psikoterapi, tetapi
Gangguan depresi minor obat hanya mengurangi gejala, dan tidak
• Harus terdapat dua gejala, namun kurang dari lima gejala gangguan depresi mayor menyembuhkan. Antidepresan bekerja
• Gejala tersebut setidaknya terjadi selama dua minggu, yang menyebabkan gangguan fungsi, dan tidak dengan cara menormalkan neurotransmiter
merupakan pengaruh dari penggunaan zat, kondisi medis, atau kehilangan (kematian) di otak yang memengaruhi mood, seperti
• Diagnosis ini hanya untuk penderita tanpa riwayat gangguan depresi mayor, distimik, bipolar, atau psikotik serotonin, norepinefrin, dan dopamin.8,9
Gangguan distimik Antidepresan harus digunakan pada lansia
• Mood sedih yang menetap yang terdapat dua atau lebih gejala seperti peningkatan atau penurunan nafsu dengan depresi mayor dan selective serotonin
makan, peningkatan atau penurunan tidur, lelah atau kehilangan energi, penurunan kepercayaan diri, penurunan reuptake inhibitors (SSRIs) merupakan obat
konsentrasi atau kesulitan memutuskan sesuatu, dan perasaan tidak ada harapan. pilihan pertama.9 Beberapa obat antidepresan
• Mood sedih dan dua gejala tersebut tidak hilang selama dua bulan atau lebih dalam dua tahun yang dapat digunakan pada lansia dengan
• Tidak ada episode depresi mayor selama dua tahun pertama kelebihan dan kekurangan tiap golongan
ada pada tabel 6. Pemilihan obat tersebut per
Gangguan bipolar 1 (paling banyak episode depresi)
individu dengan pertimbangan efek samping
• Terdapat kriteria gangguan depresi mayor dan terdapat riwayat setidaknya satu kali episode manik
dari tiap golongan.
Gangguan penyesuaian dengan mood depresi
• Terdapat mood depresi, rasa takut, atau tidak ada harapan dalam tiga bulan setelah ada stresor Pengobatan monoterapi dengan dosis
• Gejala tersebut menimbulkan gangguan atau disabilitas berat dan akan menghilang dalam enam bulan setelah minimal digunakan pada awal terapi,
hilangnya stresor dievaluasi apabila tidak ada perubahan
• Kehilangan (kematian) tidak dimasukan sebagai stresor dalam gangguan penyesuaian bermakna dalam 6-12 minggu. Lansia yang
tidak berespons pada pengobatan awal perlu
Tabel 4 Kondisi medis yang dapat menyebabkan depresi11 mendapatkan obat antidepresan golongan
lain dan dapat dipertimbangkan penggunaan
• Infeksi virus
dua golongan antidepresan. Pada lansia yang
• Endokrinopati – hipotiroid, hipertiroid, hipoparatiroid, hiperparatiroid, hipoadrenokortikoid, hiperadrenokortikoid
responsif dengan obat antidepresan, obat
• Penyakit maligna – leukemia, limfoma, kanker pankreas
harus digunakan dengan dosis penuh (full
• Penyakit serebrovaskular – infark lakunar, stroke, demensia vaskular
dose maintenance therapy) selama 6-9 bulan
• Infark miokard
sejak pertama kali hilangnya gejala depresi.
• Penyakit metabolik – defisiensi B12, malnutrisi
Apabila kambuh, pengobatan dilanjutkan
sampai satu tahun. Strategi pengobatan
Tabel 5 Kriteria diagnosis depresi pada penderita penyakit Alzheimer7,11 tersebut telah berhasil menurunkan risiko
kekambuhan hingga 80%. Penghentian
• Gejala depresi yang jelas secara klinis
antidepresan harus dilakukan secara bertahap
• Terdapat tiga atau lebih gejala depresi selama dua minggu dengan terjadi perubahan fungsi dari sebelumnya
agar tidak menimbulkan gejala withdrawal
• Harus terdapat satu gejala berikut, yaitu mood depresi atau penurunan afek positif atau penurunan kesenangan
seperti ansietas, nyeri kepala, mialgia, dan
• Gejala lain berupa gambaran klinis depresi (tertekan, sedih, tidak ada harapan, tidak bersemangat, dan menangis),
gejala mirip flu (flu-like symptoms). Lansia yang
penurunan afek positif atau kesenangan dalam lingkungan sosial dan aktivitas sehari-hari, penarikan diri atau
sering kambuh memerlukan terapi perawatan
isolasi dari lingkungan sosial, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi atau retardasi psikomotor, iritabilitas,
dosis penuh terapi selama hidupnya.9
lelah atau kehilangan energi, perasaan tidak berharga atau tidak ada harapan, perasaan bersalah yang berlebihan
atau tidak tepat, pemikiran kematian atau ide atau rencana atau percobaan bunuh diri yang berulang
Selain farmakoterapi dengan obat
• Gejala yang tidak termasuk dalam gejala demensia seperti kehilangan berat badan karena sulit makan.
antidepresan, psikoterapi (talk therapy)
• Depresi tidak merupakan bagian dari depresi idiopatik, gangguan mental lain, kondisi medis, atau pengaruh
memiliki peranan penting dalam mengobati
penggunaan obat
berbagai jenis depresi. Psikoterapi dilakukan
oleh psikiater, psikolog terlatih, pekerja sosial,
orang-orang terdekat terutama keluarga profesional untuk mengatasi depresi. Selain itu, atau konselor. Pendekatan psikoterapi dibagi
dan teman, keikutsertaan dalam kegiatan mengatasi masalah terisolasi ketika memasuki dua, yaitu cognitive-behavioral therapy (CBT)
kelompok, atau berkonsultasi dengan tenaga usia lanjut merupakan salah satu bagian dan interpersonal therapy. CBT terfokus pada

818 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 6 Perbandingan golongan obat antidepresan bagi lansia9 cara baru berpikir untuk mengubah perilaku,
terapis membantu penderita mengubah
pola negatif atau pola tidak produktif
yang mungkin berperan dalam terjadinya
depresi. Interpersonal therapy membantu
penderita mengerti dan dapat menghadapi
keadaan dan hubungan sulit yang mungkin
berperan menyebabkan depresi.4,8 Banyak
penderita mendapat manfaat psikoterapi
untuk membantu mengerti dan memahami
cara menangani faktor penyebab depresi,
terutama pada depresi ringan; jika depresi
berat, psikoterapi saja tidak cukup, karena
akan menimbulkan depresi berulang.

SIMPULAN
Depresi merupakan gangguan psikiatri
umum pada lansia. Diagnosis terlambat dan
pengobatan yang tidak tepat menghambat
hasil pengobatan yang maksimal. Tenaga
kesehatan perlu membuat strategi
pengobatan yang komprehensif untuk
mengatasi depresi pada lansia, termasuk
metode penapisan depresi, intervensi
psikologis, dan farmakoterapi yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1. United Nations, Department of Economic and Social Affairs Population Division. World population prospects: The 2006 revision, highlights. New York: United Nation; 2007.
2. Heron MP, Hoyert DL, Murphy SL, Xu JQ, Kochanek KD, Tejada-Vera B. Deaths: Final data for 2006. National Vital Statistics Reports. 2009;57:1-136.
3. Menkokesra. Lansia masa kini dan mendatang. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 2009.
4. Mood Disorders Society of Canada. Depression in elderly. Consumer and Family Support. 2010.
5. WHO. Depression. World Health Organization. 2010.
6. Traywick L. Depression in the elderly. University of Arkansas Division of Agriculture. 2007.
7. Licinio J, Wong M. Biology Depression: From novel insights to therapeutic strategies. Volume 1. Weinheim: Wiley-VCH; 2005.
8. Bjornlund L. Depression (disease & disorder). Farmington Hills: Lucent books; 2010.
9. Lunenfeld B, Gooren LJG, Morales A, Morley JE. Textbook of men’s health and aging, 2nd ed. United Kingdom: Informa Healthcare; 2007.
10. Meltzer CC, Smith G, DeKosky ST, Pollock BG, Mathis CA, Moore RY, Kupfer DJ, Reynolds III CF. Serotonin in aging, late-life depression, and Alzheimer’s disease: The emerging role of
functional imaging. Neuropsychopharmacology. 1998;18:407-30.
11. Alexopoulos GS. Depression in the elderly. Lancet. 2005;365:1961-70.
12. aan het Rot M, Mathew SJ, Charney DS. Neurobiological Mechanisms in major depressive disorder. CMAJ. 2009;180:305-13.
13. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; 1993.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 819


CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi IDI – 4 SKP

Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak


Stevani Novita, Natalia Yuwono
RSUD Landak, Ngabang, Kalimantan Barat, Indonesia

ABSTRAK
Tuli mendadak merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan otologi yang memerlukan penanganan segera. Tuli mendadak didefinisikan
sebagai sensasi subjektif hilangnya pendengaran pada satu atau kedua telinga, umumnya unilateral, berlangsung cepat dalam periode 72 jam
atau kurang, dengan kehilangan pendengaran lebih dari 30 dB sekurang-kurangnya pada 3 frekuensi audiometri berturut-turut. Etiopatogenesis
tuli mendadak tidak diketahui, lebih dari 90% kasus bersifat idiopatik dan diduga berhubungan dengan vaskuler, infeksi virus, kerusakan
membran intrakoklea, dan kelainan imunologi. Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, tes penala, dan pemeriksaan audiometri penting untuk
menegakkan diagnosis dan menentukan derajat ketulian. Standar pengobatan yang umum dipakai adalah terapi kortikosteroid sistemik.

Kata kunci: tuli mendadak, diagnosis, tata laksana, kortikosteroid

ABSTRACT
Sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) is an otologic event that needs urgent treatment. It is defined as a subjective sensation of hearing
impairment in one or both ears, almost exclusively unilateral, rapid onset, occuring within 72 hours, with greater than 30 dB of hearing loss in at
least 3 consecutive audiometric frequencies. The etiopathogenesis is unknown, up to 90% of cases is idiopathic and is presumptively attributed
to vascular, viral, intracochlear membrane rupture and immune-mediated disorders. History of illness, physical examination, tuning fork tests,
and audiometric evaluation are essential in establishing diagnosis and grading of hearing impairment. The current standard treatment is
systemic corticosteroid therapy. Stevani Novita, Natalia Yuwono. Diagnosis and Treatment of Sudden Sensorineural Hearing Loss.

Key words: sudden sensorineural hearing loss, diagnosis, treatment, corticosteroid

PENDAHULUAN tuli mendadak adalah keterlambatan diagnosis, pemeriksaan yang adekuat, disebut idiopathic
Tuli mendadak atau sudden sensorineural sehingga pengobatan tertunda yang akhirnya sudden sensorineural hearing loss (ISSNHL).1,7
hearing loss (SSNHL) merupakan pengalaman menyebabkan kehilangan pendengaran
yang menakutkan, menyebabkan pasien permanent.6 Oleh sebab itu, penting untuk Keparahan tuli mendadak berdasarkan derajat
segera mengunjungi dokter. Di Amerika mengenali dan mendeteksi kelainan ini sejak penurunan pendengaran, menurut WHO,
Serikat, kejadian tuli mendadak ditemukan dini agar dapat menunjang pemulihan fungsi terbagi atas beberapa tingkatan sebagaimana
pada 5-20 tiap 100.000 orang per tahun pendengaran dan meningkatkan kualitas tersaji dalam tabel berikut.
dengan 4000 kasus baru tiap tahunnya.1 hidup pasien.1,2
Distribusi laki-laki dan perempuan hampir ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
sama. Tuli mendadak dapat ditemukan DEFINISI Penyebab tuli mendadak masih belum
pada semua kelompok usia, umumnya pada Tuli mendadak atau sudden sensorineural diketahui secara jelas; banyak teori dugaan
rentang usia 40-50 tahun, dengan puncak hearing loss (SSNHL) didefinisikan sebagai penyebab yang dikemukakan oleh para
insidensi pada dekade keenam.2-4 bentuk sensasi subjektif kehilangan ahli. Sebuah data memperkirakan 1%
pendengaran sensorineural pada satu atau kasus tuli mendadak disebabkan oleh
Tuli mendadak merupakan salah satu kedua telinga yang berlangsung secara kelainan retrokoklea yang berhubungan
kasus kegawatdaruratan yang memerlukan cepat dalam periode 72 jam, dengan kriteria dengan vestibular schwannoma, penyakit
penanganan segera,5 walaupun beberapa audiometri berupa penurunan pendengaran demielinisasi, atau stroke, 10-15% kasus
kepustakaan menyatakan bahwa tuli ≥30 dB sekurang-kurangnya pada 3 frekuensi lainnya disebabkan oleh penyakit Meniere,
mendadak dapat pulih spontan; angka berturut-turut, yang menunjukkan adanya trauma, penyakit autoimun, sifilis, penyakit
pemulihan pasien yang tidak mendapat abnormalitas pada koklea, saraf auditorik, atau Lyme, atau fistula perilimfe.6 Dalam praktik,
pengobatan adalah 28-65%, sebagian besar pusat persepsi dan pengolahan impuls pada 85-90% kasus tuli mendadak bersifat idiopatik
dalam 2 minggu setelah munculnya gejala.5 korteks auditorik di otak. Jika penyebab tuli yang etiopatogenesisnya tidak diketahui
Masalah yang umum ditemukan pada kasus mendadak tidak dapat diidentifikasi setelah pasti.1,5,6 Dalam sebuah systematic review,

Alamat korespondensi email: stevani.novita@gmail.com

820 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Tabel 1 Derajat penurunan pendengaran menurut klasifikasi WHO8 teori ini, terdapat sebuah studi prospektif
pada 51 pasien tuli mendadak dan ditemukan
beberapa kelainan yang berkaitan dengan
sistem imun (multiple immune-mediated
disorders).3,11

GEJALA KLINIS
Keluhan pasien pada umumnya berupa
hilangnya pendengaran pada satu sisi
telinga saat bangun tidur.4 Sebagian besar
kasus bersifat unilateral, hanya 1-2% kasus
bilateral.3 Kejadian hilangnya pendengaran
dapat bersifat tiba-tiba, berangsur-angsur
hilang secara stabil atau terjadi secara cepat
dan progresif. Kehilangan pendengaran bisa
bersifat fluktuatif, tetapi sebagian besar bersifat
diuraikan beberapa kemungkinan penyebab mengakibatkan kerusakan koklea.3 Kelainan stabil. Tuli mendadak ini sering disertai dengan
tuli mendadak, yaitu idiopatik (71%), penyakit yang menyebabkan iskemia koklea atau oklusi keluhan sensasi penuh pada telinga dengan
infeksi (12,8%), penyakit telinga (4,7%), trauma pembuluh darah—seperti trombosis atau atau tanpa tinitus; terkadang didahului oleh
(4,2%), vaskular dan hematologik (2,8%), embolus, vasopasme, atau berkurangnya aliran timbulnya tinitus.4 Selain itu, pada 28-57%
neoplasma (2,3%), serta penyebab lainnya darah—dapat mengakibatkan degenerasi pasien dapat ditemukan gangguan vestibular,
(2,2%).9 luas sel ganglion stria vaskularis dan ligamen seperti vertigo atau disequilibrium.6
spiralis yang diikuti pembentukan jaringan
Ada empat teori utama yang mencoba ikat dan penulangan.3,10 DIAGNOSIS
menjelaskan penyebab tuli mendadak, yakni Menurut AAO-HNS (American Academy
infeksi virus, kelainan vaskular, kerusakan • Kerusakan membran intrakoklea of Otolaryngology-Head and Neck Surgery)
membran intrakoklea, dan kelainan Terdapat membran tipis yang memisahkan guideline, langkah pertama diagnosis
imunologi.3,5 telinga dalam dari telinga tengah dan ada tuli mendadak adalah membedakan tuli
membran halus yang memisahkan ruang sensorineural dan tuli konduktif melalui
• Infeksi virus perilimfe dengan endolimfe dalam koklea. anamnesis, pemeriksaan fisik, tes penala,
Meskipun sampai saat ini masih belum Robekan salah satu atau kedua membran pemeriksaan audiometri, dan pemeriksaan
ditemukan bukti kuat, infeksi virus dianggap tersebut secara teoretis dapat menyebabkan penunjang lainnya. Ketulian atau hearing loss
sebagai salah satu penyebab tuli mendadak.3 tuli sensorineural. Kebocoran cairan perilimfe diklasifikasikan menjadi tuli konduktif, tuli
Sebuah studi oleh Wilson (1986) menunjukkan ke dalam telinga tengah melalui tingkap sensorineural, atau campuran. Tuli konduktif
adanya hubungan antara infeksi virus dengan bundar dan tingkap lonjong didalilkan sebagai disebabkan oleh abnormalitas telinga luar,
kejadian tuli mendadak. Dalam studi ini, penyebab ketulian dengan membentuk membran timpani, rongga udara telinga
ditemukan tingkat serokonversi untuk virus hidrops endolimfe relatif atau menyebabkan tengah, atau tulang pendengaran, struktur
herpes secara signifikan lebih tinggi pada robeknya membran intrakoklea. Robekan yang menghantarkan gelombang suara
populasi pasien tuli mendadak. Pada studi membran intrakoklea memungkinkan ke koklea. Sementara itu, tuli sensorineural
lain, dilakukan pemeriksaan histopatologi terjadinya percampuran perilimfe dan disebabkan oleh adanya abnormalitas
tulang temporal dan ditemukan kerusakan endolimfe sehingga mengubah potensial koklea, saraf auditorik, dan struktur lain yang
pada koklea yang konsisten dengan infeksi endokoklea. Teori ini diakui oleh Simmons, mengolah impuls neural ke korteks auditorik
virus.3 Terdapat pula temuan lain, seperti Goodhill, dan Harris, dengan pembuktian di otak.
hilangnya sel rambut dan sel penyokong, histologi yang didokumentasikan oleh
atrofi membran tektoria, atrofi stria vaskularis, Gussen.3 Tuli konduktif dan tuli sensorineural
dan hilangnya sel neuron, yang berhubungan memerlukan penanganan yang sangat
dengan mumps virus, maternal rubella, dan • Kelainan imunologi berbeda. Sebagai contoh, tuli konduktif yang
virus campak.3,10 Tuli sensorineural yang disebabkan oleh terjadi akibat impaksi serumen dapat ditangani
proses autoimun diperkenalkan oleh dengan evakuasi serumen, lain halnya dengan
• Kelainan vaskular McCabe pada tahun 1979.3 Pada kondisi ini, penanganan pada tuli sensorineural yang
Iskemia koklea merupakan penyebab utama ditemukan adanya kehilangan pendengaran lebih kompleks karena penyebabnya sering
tuli mendadak.10 Koklea memperoleh asupan progresif. Adanya aktivitas imun pada koklea tidak diketahui.1,10
darah dari arteri labirintin atau arteri auditiva mendukung konsep teori ini. Gangguan
interna. Pembuluh darah ini merupakan pendengaran pada sindrom Cogan, SLE, dan Pada anamnesis ditanyakan onset dan proses
end artery yang tidak memiliki vaskularisasi kelainan reumatik autoimun lainnya telah terjadinya ketulian (berlangsung tiba-tiba,
kolateral, sehingga jika terganggu dapat lama diketahui.3 Sebagai pendukung lain progresif cepat atau lambat, fluktuatif, atau

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 821


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

apakah suara didengar lebih keras di satu


telinga atau sama di keduanya. Pada tuli
konduktif, suara akan terdengar lebih keras
pada telinga yang sakit, sebaliknya pada tuli
sensorineural suara akan terdengar lebih keras
pada telinga yang sehat.6 Menurut AAO-HNS
guideline, tes penala dapat digunakan untuk
konfirmasi temuan audiometri.1 Tes penala
berupa tes Weber dan tes Rinne dilakukan
dengan alat bantu garpu tala 256 Hz atau 512
Hz juga melihat ada tidaknya lateralisasi ke
salah satu sisi telinga.1,6 (Gambar 1)

Pemeriksaan audiometri lengkap, termasuk


audiometri nada murni, audiometri tutur
(speech audiometry) dan audiometri
impedans (timpanometri dan pemeriksaan
refleks akustik), merupakan pemeriksaan yang
wajib dilakukan dalam mendiagnosis tuli
mendadak.1,4,6 Hal ini sesuai dengan salah satu
kriteria definisi tuli mendadak menurut NIDCD
2003, yakni terdapat penurunan pendengaran
≥30 dB sekurang-kurangnya pada 3
frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan
audiometri.1,7

Pemeriksaan audiometri diperlukan untuk


membuktikan ketulian dan menentukan
derajat penurunan pendengaran. Hantaran
tulang dan hantaran udara dalam audiometri
nada murni membantu menentukan jenis
ketulian, baik tuli konduktif, tuli sensorineural,
maupun tuli campuran (Gambar 2).
Audiometri tutur dapat digunakan untuk
Gambar 1 Tes Weber dan tes Rinne1,6 memverifikasi hasil audiometri nada murni.
Timpanometri dan pemeriksaan refleks akustik
juga dapat membedakan tuli konduktif dan
stabil), persepsi subjektif pasien mengenai otosklerosis, trauma, dan kolesteatoma. tuli sensorineural serta memberikan petunjuk
derajat ketulian, serta sifat ketulian (unilateral Sebagian besar kondisi ini dapat didiagnosis tambahan untuk etiologi. Timpanometri
atau bilateral). Selain itu, ditanyakan juga gejala dengan pemeriksaan otoskopi. Di lain pihak, dapat membantu dalam mengeksklusi
yang menyertai seperti sensasi penuh pada pemeriksaan otoskopi pada pasien tuli kemungkinan adanya komponen konduktif
telinga, tinitus, vertigo, disequilibrium, otalgia, sensorineural hampir selalu mendapatkan pada pasien dengan penurunan pendengaran
otorea, nyeri kepala, keluhan neurologis, dan hasil normal. Pemeriksaan fisik umum dan sangat berat.4
keluhan sistemik lainnya. Riwayat trauma, pemeriksaan neurologis juga dilakukan,
konsumsi obat-obat ototoksik, operasi dan terutama pada pasien dengan tuli mendadak Pemeriksaan laboratorium dilakukan
penyakit sebelumnya, pekerjaan dan pajanan bilateral, tuli mendadak dengan episode berdasarkan keluhan dan riwayat pasien
terhadap kebisingan, serta faktor predisposisi rekuren, dan tuli mendadak dengan defisit serta kemungkinan etiologi. Pemeriksaan
lain yang penting juga perlu ditanyakan.1,4,10 neurologis fokal, untuk mencari kelainan serta laboratorium rutin tidak spesifik tidak
penyakit penyerta lainnya.1,4,6 direkomendasikan sebab jarang terbukti
Pada pemeriksaan fisik, dilakukan inspeksi membantu menentukan etiologi tuli
saluran telinga dan membran timpani Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan mendadak.1,3,4 (Tabel 2)
untuk membedakan tuli konduktif dan tuli hum test dan tes penala untuk membantu
sensorineural. Penyebab tuli konduktif berupa klinisi membedakan tuli konduktif dan tuli Pemeriksaan auditory brainstem response
impaksi serumen, otitis media, benda asing, sensorineural sebelum dilakukan pemeriksaan (ABR) dapat memberikan informasi
perforasi membran timpani, otitis eksterna audiometri. Pada hum test, pasien diminta tambahan mengenai sistem auditorik.
yang menyebabkan edema saluran telinga, bersenandung dan kemudian memberitahu Pemeriksaan ABR ini berguna mengevaluasi

822 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

logam, dan klaustrofobia, yang menjadi


kontraindikasi pemeriksaan MRI, dapat
dilakukan alternatif lain berupa pemeriksaan
tomografi komputer (CT Scan), pemeriksaan
ABR, atau keduanya1,6; kedua pemeriksaan
ini memiliki sensitivitas lebih rendah
dibandingkan MRI dalam mendeteksi kelainan
retrokoklea.6

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding tuli mendadak adalah
seperti pada Tabel 3.

PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid sistemik
Berbagai penelitian penggunaan
kortikosteroid pada pasien tuli mendadak telah
dipublikasikan. Terdapat bukti laboratorium
yang menunjukkan adanya cascade inflamasi
kematian sel pada pasien tuli mendadak, yang
dimodifikasi oleh terapi steroid.1 Kortikosteroid
yang diberikan adalah glukokortikoid sintetik
oral, intravena, dan/atau intratimpani,
meliputi prednison, metilprednisolon, dan
deksametason.1 Kortikosteroid diperkirakan
memiliki efek antiinflamasi dan kemampuan
dalam meningkatkan aliran darah koklea.5

Dewasa ini, standar pengobatan tuli mendadak


Gambar 2 Audiogram standar yang memperlihatkan tuli sensorineural telinga kiri6 adalah dengan tapering off kortikosteroid oral.
Sebuah studi RCT (randomized controlled trial)
membandingkan terapi steroid oral dengan
Tabel 2 Pemeriksaan laboratorium pada tuli mendadak3 plasebo pada 67 pasien, menunjukkan hasil
perbaikan lebih signifikan pada kelompok
pasien dengan terapi steroid oral dibandingkan
kelompok pasien dengan plasebo (61% vs.
32%, p <0,05).2,6

Untuk hasil pengobatan yang maksimal, dosis


terapi prednison oral yang direkomendasikan
adalah 1 mg/kg/hari dosis tunggal dengan
dosis maksimum 60 mg/hari selama 10-
14 hari. Dosis ekuivalen prednison 60 mg
setara dengan metilprednisolon 48 mg
dan deksametason 10 mg.1 Sebuah data
kemungkinan etiologi retrokoklea dan dapat bila dibandingkan dengan akurasi diagnostik yang representatif menggunakan regimen
digunakan untuk menetapkan ambang pencitraan resonansi magnetik (MRI).1,4 pengobatan dengan dosis maksimum selama
batas pendengaran pada pasien yang sulit 4 hari diikuti tapering off 10 mg setiap dua
diperiksa, seperti anak-anak, orang tua, dan Pemeriksaan MRI merupakan baku emas hari.1,6
malingerers.1,3,4 Pemeriksaan ABR memiliki diagnosis vestibular schwannoma.1,12
sensitivitas tinggi dalam mendeteksi lesi Pemeriksaan MRI dengan Gadolinium dinilai Efek samping prednison meliputi insomnia,
retrokoklea,4 tetapi terbatas hanya untuk memiliki sensitivitas tinggi dan digunakan dizziness, kenaikan berat badan, berkeringat,
mendeteksi vestibular schwannoma yang untuk menyingkirkan kemungkinan gastritis, perubahan mood, fotosensitif,
berukuran lebih dari 1 cm. Sensitivitas ABR abnormalitas retrokoklea, seperti neoplasma, dan hiperglikemia. Efek samping lain yang
untuk mendeteksi vestibular schwannoma stroke, atau penyakit demielinisasi.1,6 Pada cukup berat, tetapi jarang ditemukan, yakni
ukuran kecil sekitar 8-42%1; saat ini menurun pasien dengan alat pacu jantung, implan pankreatitis, perdarahan, hipertensi, katarak,

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 823


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

miopati, infeksi oportunistik, osteoporosis,


dan osteonekrosis.1 Oleh sebab itu, untuk
meminimalkan risiko, pasien dengan kondisi
medis sistemik, seperti insulin-dependent
diabetes mellitus (IDDM), diabetes tidak
terkontrol, hipertensi labil, tuberkulosis, dan
ulkus peptikum tidak disarankan diberi terapi
kortikosteroid sistemik.1

Kortikosteroid intratimpani
Beberapa ahli THT merekomendasikan terapi
kortikosteroid intratimpani sebagai pengganti
terapi kortikosteroid sistemik atau “salvage
therapy” pada pasien yang tidak mengalami
perbaikan dengan kortikosteroid sistemik.1,6
Terapi kortikosteroid intratimpani dapat
menjadi alternatif untuk pasien diabetes
yang tidak bisa mengonsumsi kortikosteroid
sistemik.1,13 Steroid diberikan dengan
sebuah jarum melalui membran timpani
atau ditempatkan di telinga tengah melalui
tabung timpanostomi atau miringotomi yang
kemudian diserap dan menyebar melalui
membran tingkap bundar ke telinga dalam.1

Keuntungan terapi kortikosteroid intratimpani


adalah memberikan steroid konsentrasi tinggi
langsung pada jaringan target (perilimfe)
dengan efek samping sistemik minimal.1,5,6
Hal ini didukung oleh Parnes dkk, yang
mempublikasikan dan mendemonstrasikan
kadar steroid yang tinggi di telinga dalam
setelah aplikasi terapi steroid intratimpani.1
Sebuah studi mengenai terapi kombinasi
kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan
kortikosteroid intratimpani menunjukkan
hasil perbaikan fungsi pendengaran secara
signifikan.15 Namun, studi lainnya tidak
menghasilkan perbedaan pemulihan
pendengaran antara terapi kombinasi
Gambar 3 Penanganan tuli mendadak6 kortikosteroid oral dan intratimpani dengan
terapi kortikosteroid oral saja.16
Tabel 3 Diagnosis banding tuli mendadak3,4
Steroid intratimpani yang biasa diberikan
adalah deksametason atau metilprednisolon.
Konsentrasi kortikosteroid yang di-
gunakan bervariasi, sebagian besar studi
menganjurkan deksametason 10-24 mg/mL
dan metilprednisolon 30 mg/mL atau lebih.
Efek samping terapi intratimpani yang harus
diantisipasi adalah efek lokal, seperti otalgia,
dizziness, vertigo, perforasi membran timpani,
atau infeksi (otitis media).1,2

Terapi oksigen hiperbarik


Terapi oksigen hiperbarik telah diterapkan

824 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Tabel 4 Guideline umum terapi kortikosteroid untuk tuli mendadaka,1 yang dimediasi imun. Secara teoretis, inisiasi
pemberian antivirus disinyalir dapat membantu
pemulihan fungsi pendengaran. Beberapa
percobaan yang telah dilakukan masih belum
mengungkap adanya manfaat penambahan
terapi antivirus.1 Conlin dan Parnes melakukan
systematic review dan meta-analisis terhadap
empat studi RCT (randomized controlled trial)
yang membandingkan terapi antivirus dan
steroid dengan plasebo dan steroid, tidak satu
pun yang melaporkan hasil signifikan secara
statistik.17,18 Selain itu, penggunaan antivirus
memiliki efek samping berupa mual, muntah,
fotosensitif, serta (jarang) perubahan status
mental, dizziness, dan kejang.1

Selain infeksi virus, penyebab tuli mendadak


lainnya adalah iskemia koklea akibat kelainan
vaskular, seperti perdarahan, emboli, dan
vasospasme. Agen vasoaktif, trombolitik,
vasodilator, atau antioksidan telah dicoba
untuk meningkatkan aliran darah koklea,
tetapi belum ada bukti keberhasilan terapi.
Tabel 5 Kriteria definisi perbaikan pendengaran21 Prostaglandin E1 telah menunjukkan manfaat
sebagai vasodilator dan penghambat agregasi
trombosit. Naftidrofuril juga dapat menjadi
vasodilator dengan efek antagonis terhadap
serotonin dan tromboksan A2. Ekstrak Ginkgo
biloba yang mengandung flavones dan
terpenes dapat mencegah perkembangan
radikal bebas dan berperan sebagai vasodilator.
sebagai terapi tambahan dalam kasus tuli dan risiko efek samping. Terapi ini memiliki efek Pentoksifilin menghambat agregasi trombosit
mendadak. Terapi ini memberikan oksigen samping berupa kerusakan pada telinga, sinus, dan meningkatkan fleksibilitas eritrosit dan
100% dengan tekanan lebih dari 1 ATA dan paru akibat perubahan tekanan, miopia leukosit sehingga memperbaiki viskositas
(atmosphere absolute).1 Terapi ini bertujuan yang memburuk sementara, klaustrofobia, darah, terutama pembuluh kapiler. Dekstran
untuk meningkatkan oksigenasi koklea dan keracunan oksigen.1 Dalam sebuah studi dapat memperbaiki mikrosirkulasi karena
dan perilimfe, sehingga diharapkan dapat terhadap 80 pasien yang menjalani terapi memiliki efek antitrombotik. HES (hydroxyethyl
menghantarkan oksigen dengan tekanan oksigen hiperbarik, 5 pasien (6,25%) mengalami starch) mengurangi hematokrit dan agregasi
parsial yang lebih tinggi ke jaringan, barotrauma pada telinga atau sinus.1,14 platelet. Klinisi harus waspada akan risiko efek
terutama koklea yang sangat peka terhadap samping berupa reaksi alergi, perdarahan,
keadaan iskemik.1,14 Terapi oksigen hiperbarik Terapi farmakologi lainnya hipotensi, aritmia, kejang, dan interaksi obat.1
diperkirakan memiliki efek yang kompleks Guideline AAO-HNS tidak merekomendasikan
pada imunitas tubuh, transpor oksigen dan penggunaan sejumlah obat, seperti antivirus, PROGNOSIS
hemodinamik, peningkatkan respons normal trombolitik, vasodilator, substansi vasoaktif, Prognosis tuli mendadak tergantung pada
pejamu terhadap infeksi dan iskemia, serta atau antioksidan, secara rutin pada pasien tuli beberapa faktor, yaitu usia, derajat gangguan
mengurangi hipoksia dan edema.1 mendadak untuk menghindari pengobatan pendengaran, metode pengobatan yang
yang tidak perlu, efek samping pengobatan, digunakan, saat memulai pengobatan,
Menurut guideline AAO-HNS, terapi oksigen dan alasan biaya. Selain itu, belum ada ada tidaknya gejala vestibular, dan faktor
hiperbarik sebaiknya dilakukan dalam 2 bukti keberhasilan terapi dengan obat-obat predisposisi lainnya.10,19,20 Usia lanjut,
minggu hingga 3 bulan dari saat diagnosis tersebut.1 gangguan pendengaran sangat berat, dan
tuli mendadak. Pasien usia muda memberikan adanya gejala vestibular subjektif dikaitkan
respons lebih baik dibandingkan pasien yang Salah satu penyebab tuli mendadak adalah dengan rendahnya tingkat kesembuhan.19
lebih tua (usia bervariasi antara 50-60 tahun).1 inflamasi oleh infeksi virus. Mekanisme Usia lanjut, hipertensi, diabetes, dan
inflamasi berupa invasi virus secara langsung hiperlipidemia berkaitan dengan disfungsi
Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam pada koklea atau saraf koklea, reaktivasi virus mikrovaskuler di koklea, yang merupakan
terapi oksigen hiperbarik ini adalah manfaat laten dalam ganglion spirale, dan infeksi faktor prognosis buruk.19 Saat mulai

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 825


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

pengobatan lebih dini (dalam 7 hari pertama) evaluasi perbaikan pendengaran pada tuli Tuli mendadak merupakan sensasi subjektif
berhubungan dengan prognosis baik bagi mendadak, terdiri atas pemulihan total, hilangnya pendengaran yang berlangsung
pemulihan fungsi pendengaran.20 Derajat pemulihan bermakna, pemulihan minimal, cepat dalam periode 72 jam, umumnya
gangguan pendengaran awal memengaruhi dan tidak ada pemulihan.21 (Tabel 4) Pasien tuli unilateral dengan kriteria audiometri berupa
potensi pemulihan pendengaran.19 Vertigo mendadak yang telah mendapat pengobatan, penurunan pendengaran lebih dari 30 dB
dapat digunakan sebagai indikator tingkat namun ketulian tetap bersifat permanen dan minimal pada 3 frekuensi berturut-turut.
keparahan lesi dan berkaitan dengan menimbulkan kecacatan, membutuhkan Sebagian besar kasus penyebabnya idiopatik.
prognosis yang buruk.19,20 Namun, 28-65% rehabilitasi auditorik.1 Riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, tes
pasien tuli mendadak yang tidak diobati dapat penala, dan pemeriksaan audiometri sangat
mengalami pemulihan spontan.5 SIMPULAN diperlukan untuk membantu diagnosis
Keluhan tuli mendadak merupakan suatu dan menentukan derajat ketulian. Metode
Pasien tuli mendadak disarankan melakukan pengalaman yang menakutkan, menyebabkan penanganan tuli mendadak bervariasi, namun
pemeriksaan audiometri ulang dalam waktu pasien segera mengunjungi dokter. Tuli standar pengobatan yang umumnya dipakai
6 bulan setelah diagnosis, untuk menentukan mendadak adalah salah satu kegawatdaruratan adalah terapi kortikosteroid, baik oral maupun
keberhasilan terapi.1 Filipo dkk menggunakan otologi yang memerlukan penanganan segera intratimpani di samping terapi oksigen
klasifikasi yang dibuat oleh Furuhashi untuk agar tidak menimbulkan ketulian permanen. hiperbarik dan terapi farmakologis lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Stachler RJ, Chandrasekhar SS, Archer SM, Rosenfeld RM, Schwartz SR, Barrs DM, et al. Clinical practice guideline sudden hearing loss: Recommendations of the American Academy of
Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Otolaryngol Head Neck Surg. 2012;146:S1.
2. Rauch SD, Halpin CF, Antonelli PJ, Babu S, Carey JP, Gantz BJ, et al. Oral vs intratympanic corticosteroid therapy for idiopathic sudden sensorineural hearing loss: A randomized trial. JAMA.
2011;305(20):2071-9.
3. Bailey BJ, Johnson JT. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
4. Cummings CW, Flint PW, Harker LA, Haughey BH, Richardson MA, Robbins KT, et al. Cummings otolaryngology head and neck surgery. 4th Ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005.
5. Arslan N, Oguz H, Demirci M, Safak MA, Islam A, Kaytez SK, et al. Combined intratympanic and systemic use of steroids for idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Otol Neurotol.
2011;32:393-7.
6. Rauch SD. Clinical practice: Idiopathic sudden sensorineural hearing loss. N Engl J Med. 2008;359:833-40.
7. National Institute of Deafness and Communication Disorders. Sudden Deafness. 2003. http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/Pages/sudden.aspx. [cited 2013 Apr 01]
8. World Health Organization. WHO Grades of Hearing Impairment in Global Burden of Hearing Loss in the Year 2000 [Internet]. 2000 [cited 2013 Apr 08]. Available from: http://www.who.
int/healthinfo/statistics/bod_hearingloss.pdf.
9. Chau JK, Lin JR, Atashband S, Irvine RA, Westerberg BD. Systematic review of the evidence for the etiology of adult sudden sensorineural hearing loss. Laryngoscope. 2010; 120(5):1011-
21.
10. Bashiruddin J, Soetirto I. Tuli mendadak. In: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Ed 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
11. Toubi E, Ben-David J, Kessel A, Hallas K, Sabo E, Luntz M. Immune-mediated disorders associated with idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Ann Otol Rhinol Laryngol.
2004;113(6):445-9.
12. Fortnum H, O’Neill C, Taylor R, Lenthall R, Nikopoulos T, Lightfoot G, et al. The role of magnetic resonance imaging in the identification of suspected acoustic neuroma: A systematic review
of clinical and cost effectiveness and natural history. Health Technol Assess. 2009;13(18):iii-iv, ix-xi,1-154.
13. Han CS, Park JR, Boo SH, Jo JM, Park KW, Lee WJ, et al. Clinical efficacy of initial intratympanic steroid treatment on sudden sensorineural hearing loss with diabetes. Otolaryngol Head Neck
Surg. 2009;141(5):572-8.
14. Korpinar S, Alkan Z, Yigit O, Gor AP, Toklu AS, Cakir B, et al. Factors influencing the outcome of idiopathic sudden sensorineural hearing loss treated with hyperbaric oxygen therapy. Eur
Arch Otorhinolaryngol. 2011;268(1):41-7.
15. Battaglia A, Burchette R, Cueva R. Combination therapy (intratympanic dexamethasone + high-dose prednisone taper) for the treatment of idiopathic sudden sensorineural hearing loss.
Otol Neurotol. 2008;29(4):453-60.
16. Ahn JH, Yoo MH, Yoon TH, Chung JW. Can Intratympanic dexamethasone added to systemic steroids improve hearing outcome in patients with sudden deafness? Laryngoscope.
2008;118(2):279-82.
17. Conlin AE, Parnes LS. Treatment of sudden sensorineural hearing loss, I: A systematic review. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2007; 133(6):573-81.
18. Conlin AE, Parnes LS. Treatment of sudden sensorineural hearing loss, II: A meta-analysis. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2007;133(6):582-6.
19. Harada H, Kato T. Prognosis for sudden sensorineural hearing loss: A retrospective study using logistical regression analysis. Int Tinnitus J. 2005;11(2):115-8.
20. Enache R, Sarafoleanu I. Prognostic factors in sudden hearing loss. J Med Life. 2008;1(3):343-7.
21. Filipo R, Attanasio G, Russo FY, Viccaro M, Mancini P, Covelli E. Intratympanic steroid therapy in moderate sudden hearing loss: A randomized, triple-blind, placebo-controlled trial. Laryn-
goscope. 2013;123(3):774-8.

826 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Identifikasi Jenis Kelamin


Steffi Kurniawan, Meilina Imelda
Rumah Sakit Umum Daerah Landak, Kalimantan Barat

ABSTRAK
Gangguan identitas jenis kelamin atau gender identification disorders (GID) adalah suatu gangguan dengan ciri berupa preferensi kuat seseorang
untuk hidup sebagai individu dengan jenis kelamin berlawanan dari anatomi seksnya. Gangguan identitas jenis kelamin sering disebut juga
transeksualisme, biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak dan manifestasinya mulai muncul ketika masa remaja muda, berupa keinginan untuk
berpakaian dan berperilaku seperti jenis kelamin berlawanan. Perilaku ini dilakukan tidak semata-mata untuk kepuasan seksual namun sebagai
bentuk identifikasi jati diri. Prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki. GID merupakan salah satu diagnosis yang paling kontroversial pada DSM-IV
dan termasuk hal kompleks dipandang dari segi sosial dan etik.

Kata kunci: gangguan identitas jenis kelamin, transeksualisme, crossdressing

ABSTRACT
Gender identification disorders (GID) is a disorder characterized by a strong preference to live as individuals with opposite gender from their
anatomical sex. Gender Identification Disorders is also known as transexualism, usually started in childhood and its manifestation begins in early
adolescense, as a desire to dress and behave like the opposite sex. This behaviour is not only for sexual satisfaction but also for self identification.
The prevalence is higher among male. GID is one of the most controversial and complex diagnoses in DSM-IV viewed in social and ethical terms.
Steffi Kurniawan. Gender Identification Disorders.

Key words: gender identification disorder, transexualism, crossdressing

PENDAHULUAN Tabel 1 Pernyataan “behaves like opposite sex”


Jenis kelamin merupakan hal yang sangat
“behaves like opposite sex” Laki-laki Perempuan
penting bagi individu sebagai sebuah
“identitas”, bahkan pada beberapa suku, jenis Skor 1 3,8 % 8,3 %
kelamin ikut menentukan apakah individu Skor 2 1% 2,3 %
tersebut akan dipertahankan hidup atau tidak.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Tabel 2 Pernyataan “wishes to be opposite sex”
jenis kelamin merupakan sifat (keadaan)
“wishes to be opposite sex” Laki-laki Perempuan
jantan atau betina. Pada masyarakat umum,
jenis kelamin yang diakui secara resmi adalah Skor 1 1% 2,5 %
laki-laki (jantan) dan perempuan (betina).1 Skor 2 0% 1%

Jenis kelamin individu ditentukan oleh fenotip,


genotip (termasuk seks gonad ditentukan anatomi seksual yang dimilikinya.3 Menurut sebagai “non-self” dan milik lawan jenis2. GID
oleh organ seks internal dan eksternal), Diagnostic and Statistical Manual of Mental merupakan salah satu diagnosis yang paling
status endokrin dan metabolik, jiwa, dan Disorders (DSM-IV-TR) gangguan identitas jenis kontroversial pada DSM-IV dan termasuk
sertifikat kelahiran penunjukan seks (jenis kelamin adalah suatu gangguan dengan ciri kompleks dipandang dari segi sosial dan etik.
kelamin sosial).2 Di antara “tipe” seks tersebut, berupa preferensi seseorang yang kuat untuk Para ahli menyatakan sedikit sekali anak-anak
seks psikologis individu yang menentukan hidup sebagai individu yang memiliki jenis yang memenuhi kriteria diagnosis GID.4
identitas jenis kelaminnya. kelamin berlawanan dari anatomi seksnya.4
EPIDEMIOLOGI
Gangguan identitas jenis kelamin atau Gangguan identitas jenis kelamin (GID) sering Mayoritas anak dengan gangguan identitas
gender identification disorders (GID) adalah disebut sebagai transeksualisme, dapat juga jenis kelamin dibawa untuk diperiksa pada
suatu kondisi yang memiliki karakteristik didefinisikan sebagai perbedaan antara masa awal sekolah. Kebanyakan orang tua
berupa perasaan tidak nyaman atau rasa jenis kelamin psikologis dan seks morfologi, melaporkan bahwa anaknya mulai berperilaku
ketidaksesuaian yang menetap terhadap biologi, dan sosial, yang sering dianggap terbalik dengan jenis kelaminnya sejak kurang

Alamat korespondensi email: alexis.steffi@gmail.com

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 827


TINJAUAN PUSTAKA

dari 3 tahun.2 Berdasarkan data demografi, lingkungan dan karakteristik personal. Pada diproduksi supaya terjadi maskulinisasi pada
prevalensi gangguan identitas jenis kelamin teori developmental-constructivist, seseorang perkembangan janin. Jika hormon androgen
lebih tinggi pada laki-laki, namun tidak aktif mencari, mengatur, dan menggunakan tidak cukup diproduksi atau terlambat
ditemukan data penelitian yang akurat informasi yang dimiliki dalam kehidupan atau terlalu dini, proses maskulinisasi akan
mengenai hal ini.2 sosial mereka.6 terganggu. Gangguan hormonal dapat
4. Teori perkembangan kognitif diambil dari berasal dari berbagai sumber, seperti sistem
Prevalensi gangguan ini lebih akurat pada studi Piaget tentang perkembangan kognitif endokrin ibu, stres pada masa kehamilan,
dewasa. Di Eropa, prevalensi pada laki-laki yang menunjukkan bahwa kognitif adalah atau zat kimia (obat, dll.) yang dikonsumsi
sekitar 1: 30.000 dan perempuan 1: 100.000.3 hasil proses dorongan pengembangan diri pada masa kehamilan.
Salah satu pendekatan untuk mengetahui dan tidak semata-mata hanya berasal dari
prevalensi gangguan ini adalah dengan lingkungan.2 Studi postmortem pada transeksual (laki-
menggunakan kuesioner, seperti CBCL (child laki dan wanita) dan non-transeksual (laki-
behaviour checklist). Pada CBCL, terdapat 2 Kohlberg menjelaskan 3 fase perkembangan laki dan wanita) menunjukkan perbedaan
patokan untuk identifikasi, yaitu pernyataan gender: signifikan proporsi volume hipotalamus
“behaves like opposite sex” dan “wishes to be 1. Gender identity, sekitar usia 2-3 tahun. Fase yang erat kaitannya dengan perilaku seksual.
opposite sex”. Sampel ini memiliki 3 skor, yaitu ini adalah fase individu mulai melabelkan Penelitian awal menunjukkan bahwa persepsi
0: not true, 1: somewhat true, 2: very true. Dari dirinya sebagai laki-laki atau perempuan seseorang mengenai jenis kelamin pada
sebuah studi yang pada anak usia 4 – 11 tahun, dan ini akan menjadi dasar dari gender dan dasarnya ditentukan oleh otak dan dapat
didapatkan tendensi anak untuk bertingkah perilaku individu di masa yang akan datang. dipengaruhi secara kimiawi. Selain faktor
laku sebagai jenis kelamin berbeda lebih besar 2. Gender stability, sekitar 4-5 tahun. Fase ini biologis, kondisi lingkungan juga memiliki
daripada yang menginginkan jenis kelamin adalah fase individu mampu mengerti sifat peranan penting pada gangguan identitas
yang berlawanan.2 alami dari suatu jenis kelamin. jenis kelamin.
3. Gender consistency, sekitar 6-7 tahun. Fase
TEORI PERKEMBANGAN GENDER ketika individu mengerti bahwa jenis kelamin MANIFESTASI KLINIS
Teori perkembangan gender dibagi menjadi 4 merupakan suatu hal yang tidak dapat Perubahan fisik sekunder di masa puber pada
tipe: diubah. orang dengan gangguan identitas kelamin,
1. Teori psikoanalitik: Freud menyatakan terutama laki-laki, meningkatkan tingkat
bahwa peran jenis kelamin anak ditentukan Teori skema jenis kelamin yang dikembangkan kecemasan dan frustrasi. Beberapa kasus
pada fase falik. Rasa takut terhadap kastrasi oleh Martin dan Halverson terfokus pada berusaha menjadi “lebih laki-laki” dengan
memotivasi anak untuk mengidentifikasi perilaku individu dan pengetahuannya melakukan aktivitas yang super-maskulin.
orang tua yang memiliki jenis kelamin sama.5 tentang jenis kelamin, dinyatakan dalam Sebagai contoh, seorang laki-laki melakukan
2. Teori “environmental” menjelaskan bahwa bentuk skema prisma mulai dari pengetahuan olahraga seperti gulat dan sepakbola
perkembangan jenis kelamin bergantung dari lingkungan hingga diterapkan dalam agar merasa “lebih laki-laki”. Namun, pada
pada teori pembelajaran. Tiga elemen yang perilaku.2 kenyataannya, hal tersebut sering kali
dibutuhkan dalam proses pembelajaran meningkatkan kecemasan pasien tentang
adalah stimulus, respons terhadap ETIOLOGI identitas jenis kelaminnya.3
stimulus, dan perilaku terhadap stimulus Tidak ada keterangan jelas mengenai
tersebut. Dukungan akan memperkuat penyebab, mungkin ada kelainan biologis Fase cemas dikarakteristikkan dengan
sebuah perilaku sedangkan hukuman akan yang kuat pada gangguan tersebut. perasaan bersalah, malu, bingung dan
memperlemah perilaku. Teori pembelajaran takut. Individu merasa bingung dengan
menganggap suatu organisme adalah pasif Penentuan jenis kelamin pada manusia ketidakmampuan mengatasi masalah, malu
dan memperluas pengetahuan perilakunya ditentukan oleh kromosom. Pada laki-laki akibat ketidakmampuan melakukan apa
berdasarkan pengalaman. Peran lingkungan akan terdapat kromosom Y dan X, sedangkan yang dianggap “normal” dalam masyarakat,
adalah sebagai pemberi bentuk perilaku wanita memiliki dua kromosom X. Kromosom rasa bersalah karena tidak jujur terhadap
tersebut. Menurut teori ini, anak belajar Y mengandung gen yang disebut sebagai keluarga dan teman. Walaupun terkadang
mengidentifikasi jenis kelamin mereka faktor determinasi testis. Gen tersebut yang individu berpakaian atau berkhayal menjadi
berdasarkan reaksi orang sekitar mereka menyebabkan sel pada embrio berdiferensiasi jenis kelamin yang berlawanan, sensasi puas
terhadap perilaku si anak.5 dan berkembang menjadi alat kelamin yang dirasa hanya bersifat sementara. Individu
3. Teori kognitif mengklaim bahwa laki-laki. Embrio yang tidak memiliki gen cenderung menutupi hal tersebut karena
perkembangan jenis kelamin dibentuk oleh tersebut maka akan berkembang menjadi takut dianggap “sakit”, diabaikan, dan ditolak
kemampuan kognitif anak, ketertarikan, dan jenis kelamin perempuan.2 Pada bulan ketiga oleh orang di sekitarnya.
karakteristik personal lainnya. Liben membagi kehamilan, akan dilepaskan suatu hormon
teori kognitif menjadi dua, kognitif-lingkungan yang akan mempercepat diferensiasi GID pada anak dan remaja muda merupakan
dan developmental-constructivist. Pendekatan alat kelamin, hormon tersebut juga akan kondisi kompleks dan angka kejadiannya
secara kognitif-lingkungan dilakukan meningkat antara minggu ke-2 hingga kecil; sering diasosiasikan dengan kesulitan
dengan cara meningkatkan interaksi antara ke-12 setelah kelahiran. Hormon tersebut bertingkah laku dan emosional.2 Gangguan

828 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

ini lebih sering pada laki-laki dan biasanya 3. Pada remaja dan orang dewasa yang memilih permainan wanita dan menolak
dikarakteristikkan dengan: sibuk menyingkirkan karakteristik seks primer permainan yang bersifat maskulin.
1. Keinginan untuk menjadi jenis kelamin dan sekunder dan/atau mengungkapkan b. Menolak struktur anatomi yang dimiliki,
yang berlawanan keyakinan bahwa mereka lahir dengan jenis seperti:
2. Cross dressing kelamin yang salah. 1) Yakin bahwa akan tumbuh menjadi
3. Memilih permainan yang biasanya seorang wanita
dimainkan oleh kaum lawan jenisnya (secara C. Adanya kondisi interseks fisik, di luar 2) Merasa jijik pada penis dan testis yang
normal) diagnosis GID. dimilikinya
4. Tidak menyukai karakteristik seksual baik D. Distres klinis yang signifikan atau kerusakan 3) Merasa lebih baik tanpa memiliki penis
secara fisik maupun fungsi dari tubuhnya. fungsi yang berat akibat gangguan. dan testis.

DIAGNOSIS Transeksualisme juga dapat dicurigai pada 3. Individu belum masuk masa pubertas.
GID pertama kali diakui sebagai entitas anak-anak. Keasyikan dengan kegiatan khas 4. Gangguan ini harus berlangsung minimal
kejiwaan dalam DSM-III, dibagi menjadi seks berlawanan jenis kelamin biologis selama 6 bulan.
dua diagnosis terpisah berdasarkan umur: individu yang paling sering menjadi jelas
GID masa kanak-kanak, dan transeksualisme antara usia 2 dan 4 tahun. Perempuan
(remaja dan orang dewasa).2 Dalam DSM 1. Individu menunjukkan rasa distres yang
edisi ke empat, kedua diagnosis tersebut Menurut ICD-10, kriteria diagnosis GID sebagai intens dan permanen terhadap kondisi
disatukan, GID dengan kriteria yang berbeda berikut5: sebagai perempuan dan memiliki keinginan
untuk anak-anak dan untuk remaja dan orang untuk menjadi laki-laki atau yakin bahwa dia
dewasa. Transsexualism adalah laki-laki.
1. Individu yang ingin hidup dan diterima 2. Harus disertai salah satu dari pernyataan
Menurut DSM-IV-TR terdapat empat kriteria sebagai seseorang yang memiliki jenis di bawah ini:
diagnosis GID, sebagai berikut2: kelamin berlawanan dengan anatomi seksnya, a. Menolak memakai pakaian perempuan
A. Identifikasi cross-gender yang kuat dan terkadang disertai dengan keinginan untuk dan merasa harus memakai pakaian yang
gigih. Individu memenuhi kriteria ini jika mengubah penampilan fisik maskulin atau laki-laki. Contoh: pakaian dalam
individu memiliki karakter sedikitnya empat 2. Identitas transeksual dijalani minimal 2 laki-laki
dari lima hal berikut: tahun b. Menolak struktur anatomi seksual yang
1. Keinginan berulang yang dinyatakan untuk 3. Gangguan ini bukan akibat gangguan dimiliki, seperti:
menjadi jenis kelamin yang berlawanan. mental lain seperti skizofrenia, atau 1) Perasaan yakin akan tumbuh penis
2. Preferensi untuk cross-dressing dan abnormalitas kromosom. 2) Menolak buang air kecil dalam posisi
memakai stereotipikal pakaian lawan jenis. jongkok
3. Preferensi kuat untuk memainkan peran Dual – role transvestism 3) Pernyataan bahwa individu tidak mau
sebagai jenis kelamin yang berlawanan dan 1. Individu memakai pakaian jenis kelamin tumbuh payudara dan menstruasi
berusaha membuat hal tersebut menjadi yang berlawanan, untuk dapat merasakan
nyata. menjadi jenis kelamin tersebut secara 3. Individu belum masuk masa pubertas
4. Keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam sementara. 4. Gangguan ini harus berlangsung minimal
permainan stereotip lawan jenis. 2. Perilaku cross-dressing tidak didasari selama 6 bulan
5. Preferensi kuat untuk memilih teman motivasi seksual
bermain yang jenis kelaminnya berlawanan. 3. Individu tidak memiliki keinginan untuk GID TIPE LAIN
melakukan perubahan permanen terhadap Gangguan identitas jenis kelamin yang tidak
B. Ketidaknyamanan atau rasa alat kelaminnya. dapat diklasifikasi.
ketidaksesuaian yang menetap dengan jenis
kelamin biologis. Individu disebut memenuhi GENDER IDENTITY DISORDER OF TERAPI
kriteria ini jika memiliki salah satu dari hal-hal CHILDHOOD Anak
berikut: Laki-laki Pada saat ini, tidak ada bukti signifikan
1. Pada anak laki-laki, perasaan jijik terhadap 1. Individu menunjukkan rasa distres yang yang menunjukkan bahwa intervensi
penis atau testis, keinginan untuk tidak intens dan permanen terhadap kondisi psikiatrik atau psikologik pada anak dapat
memiliki organ seksual laki-laki, enggan sebagai laki-laki dan memiliki keinginan untuk memengaruhi orientasi seksual mereka di
bermain kasar, dan penolakan terhadap menjadi perempuan atau yakin bahwa adalah kemudian hari. Penatalaksanaan terhadap
stereotipe laki-laki kegiatan dan permainan. perempuan. anak dengan gangguan ini harus diikuti
2. Pada anak perempuan, keinginan untuk 2. Harus disertai salah satu dari pernyataan peran serta lingkungan (penyediaan pakaian
tidak memiliki organ seksual wanita, sebuah di bawah ini: yang sesuai jenis kelaminnya) dan nasihat
pernyataan bahwa dia telah atau akan a. Preokupasi terhadap aktivitas feminin, tentang peran dari anatomi seksualnya.
tumbuh penis, dan kebencian terhadap seperti cross dressing berperilaku seperti Hormon dan psikofarmakologi tidak pernah
pakaian feminin. wanita dalam kehidupan sehari – hari, seperti digunakan.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 829


TINJAUAN PUSTAKA

Remaja hormon estrogen oral. Hormon estrogen 2. Anak yang sesuai dengan kriteria
Remaja muda yang mengalami gangguan membantu pembesaran payudara, gangguan identitas jenis kelamin pada DSM-
ini pada awalnya merasa bahwa dirinya atrofi testikular, penurunan libido dan IV atau ICD-10, segera dirujuk ke spesialis
seorang homoseksual. Perasaan cemas, menurunkan jumlah rambut badan. Efek agar mendapat pelayanan profesional
takut serta malu dapat menyebabkan konflik lain penatalaksanaan endokrin adalah multidisipliner identitas jenis kelamin.
dalam perjalanan hidupnya. Para orang tua peningkatan hormon endokrin, profil lemak, 3. Penyediaan konsultasi dengan ahli
diharapkan mengerti kondisi psikologis anak gula darah dan enzim hepatik. Pasien yang hormonal bagian anak untuk pemeriksaan
sehingga tekanan yang dirasakan oleh anak menggunakan terapi hormonal harus selalu fisik, edukasi tentang pertumbuhan dan
berkurang. Pada fase ini, akan timbul perilaku dipantau gula darahnya. Konsumsi rokok masalah hormonal serta intervensinya.
menyembunyikan perubahan-perubahan dilarang saat terapi hormon karena dapat
sekunder tubuh, mulai dari minum obat menyebabkan trombosis vena dan emboli PROGNOSIS
hormonal hingga rencana menjalani operasi pulmoner.4 Anak
di kemudian hari. Terapi psikologik untuk anak Anak laki - laki biasanya mengalami gangguan
dan orang tuanya memiliki peranan penting Pada wanita, penyuntikan testosteron ini sebelum usia 4 tahun dan konflik kelompok
dalam perkembangan anak baik dalam dilakukan setiap sebulan sekali atau tiga mulai terjadi pada awal sekolah, sekitar usia 7 –
kehidupan sehari-hari di keluarga maupun minggu sekali. Penggunaan testosteron 8 tahun. Perilaku feminin biasanya berkurang
masyarakat. memiliki efek yang patut diperhatikan, seperti saat anak laki-laki bertumbuh. ”Cross-dressing”
pitch suara akan menjadi rendah secara adalah salah satu contoh sikap dari gangguan
Dewasa permanen karena pita suara menebal, klitoris tersebut, sudah terlihat dari sebelum usia 4
Pada orang dewasa sering ditemukan menebal dan memanjang sekitar dua hingga tahun.
permintaan langsung untuk operasi tiga kali lipat dari ukuran normal diikuti
penggantian anatomi kelamin dan pemakaian dengan peningkatan libido, pertumbuhan Baik pada pria maupun wanita, satu hingga
hormonal. rambut seperti pola laki – laki dan berhentinya dua per tiga kasus tumbuh menjadi
siklus menstruasi.4 homoseksual. Jika gangguan identitas jenis
Sex-Reassignment Surgery kelamin menetap hingga dewasa, maka
Pada laki-laki, operasi penggantian anatomi PENATALAKSANAAN memiliki tendensi menjadi kronik dan disertai
kelamin seperti penghilangan penis, skrotum, Psikologis dan intervensi sosial beberapa periode remisi.3
dan testis, digantikan dengan pembentukan Terdapat panduan sebagai berikut2:
labia dan vaginoplasti. Pembentukan 1. Anamnesis lengkap termasuk evaluasi Dewasa
neoklitoris yang berasal dari frenulum penis keluarga, penting untuk mencari masalah Laki-aki dewasa yang mengalami rasa
dapat memberikan sensasi erotis. Komplikasi emosional dan perilaku, masalah pada masa ketidaksesuaian dengan anatomi seksualnya
operasi ini adalah striktur uretra, fistula kecil yang belum selesai efeknya hingga kini. dan secara seksual tertarik pada sesama
rektovaginal, stenosis vagina, serta panjang 2. Terapi bertujuan agar terjadi jenis, biasanya sudah mengalaminya
dan lebar vagina inadekuat. perkembangan terutama identitas jenis sedari kecil. Ketertarikan terhadap sesama
kelamin dengan mengeksplorasi karakteristik jenis dimulai pada awal masa remaja
Pasien yang menggunakan hormon untuk alamiah anak atau remaja muda. dan mulai menganggap diri mereka
menumbuhkan payudara namun gagal, 3. Pengenalan dan penerimaan terhadap sebagai homoseksual. Pasien wanita mulai
biasanya akan melakukan mammaplasty. masalah gangguan identitas dan penghapusan mengalami gangguan ini pada saat dewasa
Selain itu pemotongan kartilago tiroid untuk stigma “tabu” dari masyarakat. saat menganggap dirinya sebagai lesbian
mengurangi tonjolan jakun dilakukan supaya 4. Keputusan untuk menerima “gender” karena ketertarikannya terhadap sesama
menyempurnakan tampilan dan dapat seorang anak sangat sulit, baik anak maupun jenis. Ketertarikan ini terjadi karena wanita
meningkatkan pitch vokal suara, setelah orang tua membutuhkan dukungan tersebut melihat dirinya sebagai seorang
itu pasien dapat melakukan latihan vokal. untuk memperbaiki hubungan, termasuk pria; mereka meminta agar diperlakukan
Pada kasus perempuan menjadi laki-laki, menghadapi tanggapan orang lain. Bantuan dan dianggap sebagai laki – laki oleh
biasanya dilakukan bilateral mastectomy dan profesional dibutuhkan untuk membantu pasangan.3
pembentukan neophallus.4 mencari solusi terbaik.
SIMPULAN
Pasien-pasien yang melakukan operasi Intervensi terapeutik lebih baik jika dilakukan Gangguan identitas jenis kelamin adalah
penggantian anatomi kelamin ini mengaku sedini mungkin pada awal kehidupan anak suatu gangguan yang memiliki ciri berupa
dapat merasakan sensasi orgasme, bahkan untuk prognosis yang lebih baik.2 preferensi seseorang yang kuat untuk
lebih terasa jika dibandingkan dengan saat hidup sebagai individu yang memiliki jenis
sebelum operasi.4 Peranan pelayanan kesehatan mental anak kelamin berlawanan dari anatomi seksnya.
dan remaja muda, terbagi dalam tiga bagian: Etiologi gangguan ini belum jelas. Kriteria
Terapi Hormonal 1. Anamnesis langsung dan tata laksana diagnosis dapat menurut DSM-IV atau
Individu dengan gangguan ini yang lahir terhadap kesulitan kesehatan mental anak ICD-10; pembagian dan penggolongan
sebagai laki-laki hampir selalu mengonsumsi dan remaja anak. gangguan ini harus dimengerti secara

830 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


TINJAUAN PUSTAKA

seksama oleh para dokter. Selain itu alur baik mengingat tindakan yang dilakukan merupakan tahap awal penatalaksanaan dan
diagnosis serta penatalaksaan juga harus akan bersifat permanen perubahannya. jika dibutuhkan dapat berlanjut pada terapi
diketahui dan dipertimbangkan dengan Terapi non-farmakologis berupa konseling farmakologis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi keempat. Balai Pustaka; 2008.
2. Tomer Shechner. Gender identity disorder: A literature review from a developmental perspective. Israel: Department of Psychology, Tel Aviv University; 2010.
3. Medraś M, Jóźków P. Transsexualism - Diagnostic and therapeutic aspects. Poland: Department of Endocrinology, Diabetology and Isotope Therapy, Medical University of Wrocław;
2010.
4. Benjamin JS. Synopsis of psychiatry. 10th ed. NewYork: Lippincott Williams and Wilkins; 2007.
5. Freud S. Three essays on the theory of sexuality. London: Hogarth Standard Edition; 2006.
6. Liben LS, Bigler RS. Developmental gender differentiation: Pathways in conforming and nonconforming outcomes. Switzerland: Gay Lesbian Mental Health Community; 2008.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 831


LAPORAN KASUS

Strangulasi Penis: Laporan Kasus


Didit Pramudhito
Departemen Bedah RSU dr Mohammad Hoesin / Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

ABSTRACT
Strangulasi penis merupakan kasus yang jarang, tetapi sangat serius, dan dapat menyebabkan kehilangan organ. Penatalaksanaan harus
dilakukan segera dengan melepas benda penyebab untuk mencegah komplikasi. Laporan ini mengenai satu kasus strangulasi penis oleh
cincin logam.

Kata kunci: strangulasi penis, cincin metal

ABSTRAK
Penile strangulation is rare and usually following placement of constricting objects to enhance sexual stimulation. This condition requires
prompt treatment to prevent potentially devastating outcomes as delay may lead to irreversible penile ischemia and gangrene. Among different
methods, there is no universally successful technique. We present an unusual case of strangulation of the penis by metallic ring that required
urgent removal using an electric cutter. Didit Pramudhito.Penile Strangulation: Case Report.

Key words: penile strangulation, metallic ring

PENDAHULUAN sebelum datang di IRD. Dari pemeriksaan


Strangulasi penis adalah keadaan darurat yang fisik didapatkan penis edema dan berwarna
jarang di bidang urologi namun memerlukan kehitaman dan terkelupas/degloving,
penatalaksanaan segera untuk mencegah didapatkan cincin logam pada pangkal penis
morbiditas pada penis Kasus strangulasi penis dengan diameter 3 cm, tebal 5 mm dan lebar
pertama kali dilaporkan oleh M. Gautier pada 2 cm.
tahun 1755. Keterlambatan penatalaksanaan
akan menyebabkan kerusakan yaitu nekrosis Dengan pembiusan dilakukan pelepasan
penis. Strangulasi penis terjadi akibat cincin logam menggunakan alat pemotong
penggunaan benda asing pada penis dengan logam listrik yang dikerjakan di kamar operasi.
tujuan meningkatkan orientasi seksual, iseng Selama proses pemotongan, penis dilindungi
dan memperpanjang waktu ereksi. Berbagai dengan spatula agar tidak terluka/terpotong Gambar 2 Setelah operasi
macam benda yang pernah digunakan, dan selalu disiram air steril dingin untuk
antara lain, adalah plastik, cincin, botol, dan mencegah luka bakar pada penis. Operasi
logam. Benda asing tersebut menyebabkan selama 30 menit berhasil memotong cincin
terjadinya sindrom kompartemen pada logam. Setelah tindakan, kulit penis kemerahan
penis akibat gangguan aliran darah sehingga dan dipasang kateter. Tiga hari pascaoperasi,
terjadi iskemia dan nekrosis. Beberapa teknik didapatkan kulit penis nekrosis, sedangkan
penatalaksanaan strangulasi penis telah korpus kavernosum, korpus spongiosum dan
digunakan, yaitu dengan pemotong/cutter, glans penis baik.
tang, bor, dan gergaji listrik.

LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki 29 tahun datang ke Instalasi Gambar 3 Cincin logam setelah dilepas dari penis
Rawat Darurat/IRD RSU dr. Mohammad
Hoesin Palembang rujukan dari rumah sakit DISKUSI
daerah, dengan keluhan penis bengkak dan Strangulasi penis merupakan keadaan darurat
berwarna kehitaman setelah memasang urologi yang jarang, tetapi merupakan kasus
cincin logam pada pangkal penis sejak 2 hari Gambar 1 Sebelum operasi trauma yang serius. Penatalaksanaan yang

Alamat korespondensi email: dpramudhito@yahoo.com

832 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


LAPORAN KASUS

benar dengan segera akan menurunkan berat dibandingkan dengan bahan metal. dikerjakan di kamar operasi, kemudian
angka morbiditas kerusakan penis. Benda Kerusakan juga tergantung lamanya benda dipasang kateter.
yang menyebabkan strangulasi penis tersebut menjerat penis.
terdiri dari logam atau non-logam yang SIMPULAN
digunakan untuk iseng, orientasi seksual, Pada kasus ini, pasien datang setelah 2 hari Strangulasi penis merupakan kasus jarang,
dan memperpanjang waktu ereksi. Kadang- terjadi strangulasi penis sehingga terjadi tetapi sangat serius, dan dapat menyebabkan
kadang, pasien mempunyai gangguan jiwa udem hebat dan menyebabkan kulit penis kehilangan organ. Penatalaksanaan harus
dengan tujuan melukai diri sendiri. Kerusakan terkelupas/degloving. Cincin logam dilepas segera dilakukan dengan melepas benda
akibat bahan non-metal biasanya lebih menggunakan pemotong metal listrik yang penyebab untuk mencegah komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Cassidy DJ, Mador D. Genital incarceration: An unusual case report. Can Urol Assoc J. 2010;4(3):E76-8.
2. Maruschke M, Seiter H. Total infarction of the penis caused by entrapment in a plast. Urologe A. 2004;43:843-4.
3. Bart S, Culty T, Pizzoferrato AC, Thibault F, Girault N, Chartier-kastler E, Richard F. Complete necrosis of the penis and testes by strangulation in a psychotic patient. Prog Urol.
2008;18(7):483-5.
4. Santucci RA, Deng D, Carney J. Removal of metal penile foreign body with a widely available emergency-medical-services-provided air driven grinder. J Urol. 2004;63:1183-4.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 833


BERITA TERKINI

Apixaban sebagai Terapi Pencegahan Stroke dan


Emboli Sistemik pada Pasien-Pasien Fibrilasi Atrium

F
DA (Food and Drug Administration) neurologik lebih berat, buruknya outcome Obat-obatan golongan penghambat faktor
memberikan persetujuan pada apixaban fungsional pasien yang lebih lama dan Xa, yang relatif masih baru, sangat bermanfaat
sebagai terapi pencegahan stroke dan kematian lebih tinggi. sebagai terapi pencegahan stroke dan emboli
emboli sistemik pada pasien-pasien dengan bagi pasien-pasien dengan fibrilasi atrium.
fibrilasi atrium tipe non-valvuler. Strategi terapi bagi pasien fibrilasi atrium Apixaban merupakan obat penghambat faktor
sangat kompleks, ditujukan untuk mengatur Xa oral dengan selektivitas tinggi, bekerja secara
Fibrilasi atrium merupakan salah satu ritme dan denyut jantung bersamaan langsung dan diberikan sebagai pencegahan
jenis aritmia jantung yang paling sering dengan terapi anti-trombotik untuk serta terapi penyakit tromboemboli. Apixaban
ditemukan. Di Amerika Serikat diperkirakan mencegah tromboemboli; warfarin dan memiliki afinitas tinggi terhadap faktor Xa dan
kurang lebih 2,66 juta orang mengalami acetylsalicylic acid merupakan pilihan terapi afinitas yang relatif rendah untuk trombin
kondisi ini dan diperkirakan akan meningkat standar. Walau warfarin mencegah kejadian dan tripsin. Karena afinitas dan selektifitasnya
menjadi 12,1 juta orang pada tahun stroke hingga 64%, pemberiannya memiliki yang tinggi, apixaban diperkirakan memiliki
2050. Fibrilasi atrium merupakan faktor keterbatasan, di antaranya karena efek kerja keunggulan farmakologik dibandingkan obat-
independen yang meningkatkan risiko lambat, therapeutic window sempit dan obat penghambat faktor Xa lainnya, sehingga
stroke hingga 5 kali lipat. Kejadian emboli metabolismenya terpengaruh diet, obat- memperbaiki pilihan terapi.
kardiogenik pada pasien fibrilasi atrium obatan dan adanya polimorfisme genetik.
lebih besar dibandingkan dengan emboli Karena respons terhadap dosis yang tidak bisa Persetujuan FDA sebagai terapi pencegahan
arterial akibat aterosklerosis dan cenderung diramalkan, pemberian warfarin memerlukan stroke dan emboli sistemik pada pasien fibrilasi
menyebabkan penyumbatan segmen pengawasan ketat terhadap faktor-faktor atrial tipe non-valvuler adalah berdasarkan
arteri servikoserebral yang lebih proksimal, koagulasi untuk memastikan bahwa efek hasil positif penelitian ARISTOTLE (Apixaban for
dengan konsekuensi terjadi infark yang koagulasi telah tercapai. Acetylsalicylic acid Reduction In Stroke and Other ThromboemboLic
lebih luas. Stroke yang disebabkan emboli lebih mudah digunakan namun efektivitasnya Events in Atrial Fibrillation) dan penelitian
karena fibrilasi atrium menyebabkan defisit kurang dibandingkan warfarin. AVERROES (Apixaban versus Acetylsalicylic Acid

834 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


BERITA TERKINI

Tabel 1 Perbandingan outcome primer dan sekunder apixaban vs acetylsalicylic acid. diterapi dengan warfarin. Outcome primer
Outcomes Apixaban Acetylsalicylic Relative risk untuk stroke dan emboli sistemik lebih rendah
(n=2809) Acid (n=2791) (95% CI) pada kelompok apixaban dibandingkan
Stroke or systemic embolic event 1.6 3.6 0.46 (0.33-0.64) dengan kelompok warfarin (212 pasien vs 265
Stroke, embolic event, MI, or vascular death 4.1 6.2 0.66 (0.53-0.83) pasien; 0,79; CI 0,66-0,95; P<0,001, untuk non-
MI 0.7 0.8 0.85 (0.48-1.50) inferioritas dan p=0,01 untuk superioritas).
Vascular death 2.5 2.9 0.86 (0.64-1.16)
Sedangkan untuk outcome sekunder, angka
Cardiovascular hospitalizations 11.8 14.9 0.79 (0.68-0.91)
kematian di kelompok apixaban lebih rendah
Total death 3.4 4.4 0.79 (0.62-1.02)
dibandingkan dengan angka kematian di
kelompok warfarin (3,52% vs 3,94% per-tahun;
HR 0,89; 95% CI, 0,80-0,99; P= 0,047).

Penelitian AVERROES (The Apixaban versus


Acetylsalicylic Acid to Prevent Strokes), adalah
sebuah penelitian yang membandingkan
keamanan dan efektivitas apixaban dengan
acetylsalicylic acid pada pasieni fibrilasi atrial,
dihentikan lebih awal oleh komite pengamat
data independen (independent data
monitoring committee). Penghentian lebih
awal ini dilakukan setelah ada bukti nyata
bahwa apixaban secara klinis mengurangi
kejadian stroke dan embolisme sistemik.

Apixaban sebelumnya telah disetujui untuk


dipasarkan di Eropa dan di Canada sebagai
terapi pencegahan stroke dan emboli sistemik
pada pasien fibrilasi atrial non-valvuler pada.
Persetujuan di Amerika Serikat yang lebih
lambat karena FDA Amerika masih meminta
beberapa data penelitian ARISTOTLE. FDA
juga mengingatkan agar pasien dengan
katup jantung buatan atau pasien fibrilasi
atrial karena gangguan katup jantung agar
tidak diterapi dengan apixaban.

Simpulannya, setelah persetujuan diberikan


to Prevent Strokes in Atrial Fibrillation Patients apixaban 5 mg dua kali sehari (pada pasien- di Eropa dan Kanada, apixaban disetujui untuk
Who Have Failed or Are Unsuitable for Vitamin K pasien tertentu 2,5 mg dua kali sehari) atau pemasarannya sebagai terapi pencegahan
Antagonist Treatment). warfarin yang dititrasi mendekati rentang stroke dan emboli sistemik pada pasien-pasien
INR (international normalized ratio) antara 2,0 fibrilasi atrial tipe non-valvuler di Amerika
Penelitian ARISTOTLE oleh dr. Renato Lopes hingga 3,0. Hasil penelitian memperlihatkan Serikat. Persetujuan diberikan berdasarkan
dkk. merupakan penelitian acak, tersamar bahwa apixaban secara bermakna hasil penelitian ARISTOTLE dan AVERROES,
ganda, multisenter, fase III, melibatkan 18201 mengurangi stroke dan emboli sistemik. Selain yang menunjukkan bahwa apixaban lebih
pasien fibrilasi atrial dari 1000 pusat penelitian itu, pasien yang diterapi dengan apixaban baik dibandingkan dengan warfarin dan
yang tersebar di 40 negara. Pasien dalam juga mengalami perdarahan yang lebih sedikit acetylsalicylic acid dalam pencegahan stroke
penelitian ini secara acak diterapi dengan dibandingkan dengan kelompok pasien yang sekunder dan emboli sistemik.  (YYA)

REFERENSI:
1. Lopes RD, Alexander JH, Al-Khatib SM, Ansell J, Diaz R, Easton JD, Gersh BJ, Granger CB, Hanna M, Horowitz J, Hylek EM, McMurray JJ, Verheugt FW, Wallentin L. Apixaban for reduction in
stroke and other ThromboemboLic events in atrial fibrillation (ARISTOTLE) trial: design and rationale. Am Heart J 2010;159:331-9.
2. Lopes RD, Al-Khatib SM, Wallentin L, Yang H, Ansell J, Bahit C, et al. Efficacy and safety of apixaban compared with warfarin according to patient risk of stroke and of bleeding in atrial
fibrillation: a secondary analysis of a randomised controlled trial. The Lancet 2012;380(9855):1749-58.
3. O’Riordan M. FDA AVERROES: Apixaban yields significant reductions in stroke, no increased bleeding. [Internet] [cited 30 Dec 2012]. Available from: http://www.medscape.com/
viewarticle/776846
4. O’Riordan M. FDA Approves Apixaban to Prevent Stroke in Nonvalvular AF. [Internet] [cited 30 Dec 2012]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/776846

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 835


BERITA TERKINI

Recombinant Human Soluble Thrombomodulin


Menurunkan Mortalitas Pasien DIC

I
nteraksi antara sistem koagulasi dengan Thrombomodulin merupakan suatu protein pasien sepsis. Efek rhTM pada DIC sebelumnya
reaksi inflamasi selama sepsis dapat transmembran pada permukaan sel endotel telah dinilai dalam uji klinik acak multi senter
menyebabkan kerusakan organ yang yang berperan penting dalam regulasi di Jepang dan resolusi DIC lebih baik secara
diikuti dengan sindrom disfungsi multiorgan koagulasi intravaskuler. Delyaeye dkk bermakna pada kelompok rhTM dibanding
atau bahkan kematian. Koagulasi intravaskuler melaporkan bahwa thrombomodulin bekerja kelompok unfractionated heparin.
diseminata (DIC) merupakan suatu prediktor sebagai regulator negatif sistem komplemen,
mortalitas yang kuat pada sepsis berat. yang teraktivasi pada sepsis berat dan Kemudian dilakukan suatu studi untuk
Bakhtiari dkk menunjukkan bahwa mortalitas berkontribusi pada kegagalan multi organ menilai efikasi rhTM pada 65 pasien DIC
28 hari pada pasien DIC adalah 45%, dan 25% dan kematian. yang disebabkan sepsis yang memerlukan
pada pasien tanpa DIC. Oleh karena itu terapi ventilator. Semua pasien memenuhi kriteria
antikoagulan diharapkan dapat bermanfaat Recombinant human soluble thrombomodulin sepsis berat dan kriteria International Society on
tidak hanya dalam terapi koagulopati septik, (rhTM), suatu obat antikoagulan baru, telah Thrombosis and Haemostasis untuk DIC yang
tetapi juga pada sepsis berat. mendapat persetujuan dan digunakan nyata. Sebanyak 45 pasien tidak mendapat
secara klinis untuk terapi DIC di Jepang. rhTM (kelompok kontrol) dan 20 pasien
Manfaat dalam hal mortalitas telah Obat ini berikatan dengan trombin untuk mendapat rhTM 0,06 mg/kg/hari selama 6
ditunjukkan saat recombinant human activated menginaktivasi koagulasi, dan kompleks hari (kelompok rhTM). Parameter utama hasil
protein C (rhAPC) diberikan pada manusia trombin-rhTM mengaktivasi protein C untuk studi adalah mortalitas 28 hari. Hasil analisis
dalam studi PROWESS (Recombinant Human memproduksi protein C teraktivasi (APC), yang menunjukkan bahwa mortalitas 28 hari secara
Activated Protein C Worldwide Evaluation in dengan adanya protein S, menginaktivasi bermakna lebih rendah pada kelompok rhTM
Severe Sepsis). Analisis post hoc menunjukkan faktor VIIIa dan Va, sehingga menghambat dibanding kelompok kontrol (adjusted hazard
bahwa penurunan absolut mortalitas yang pembentukan trombin lebih lanjut. Oleh ratio 0,303, 95% CI 0,106-0,871, p=0,027). Skor
lebih besar ditemukan secara bertahap pada karena itu, N-terminal lectin-like domain SOFA (sequential organ failure assessment) pada
penyakit dengan derajat basal yang lebih dari rhTM merupakan struktur unik yang kelompok rhTM menurun secara bermakna
tinggi. Surviving Sepsis Campaign Guidelines menunjukkan aktivitas anti-inflamasi, yang dibandingkan kelompok kontrol (p=0,028).
2008 telah menyarankan terapi rhAPC. Namun, dapat menurunkan protein high-mobility group Skor SOFA menurun cepat pada kelompok
pemberian antitrombin, suatu antikoagulan box 1(HMGB1) dan lipopolisakarida dalam rhTM dibandingkan kelompok kontrol pada
endogen lainnya gagal menurunkan plasma pada endotoksemia eksperimental. hari ke-1 (p<0,05).Dari hasil studi tersebut
mortalitas 28 hari dalam studi KeyberSept. Sehingga rhTM mungkin cocok untuk terapi disimpulkan bahwa pemberian rhTM dapat

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 837


BERITA TERKINI

kedua kelompok (p=0,009). Kedua komponen


pernapasan, skor SOFA dan skor injuri paru,
pada kelompok rhTM lebih rendah secara
bermakna dibanding kelompok kontrol
(masing-masing p=0,034 dan p<0,001).Dari
hasil studi tersebut disimpulkan bahwa rhTM
dapat mempunyai manfaat bermakna pada
mortalitas dan disfungsi pernapasan pada
pasien DIC yang disebabkan oleh sepsis.

Studi berikutnya yang merupakan studi kohort


retrospektif juga telah dilakukan di 3 rumah
sakit rujukan ketiga di Jepang antara Januari
2006 dan Juni 2011 untuk menilai efikasi,
keamanan, dan khususnya mortalitas yang
dikaitkan dengan terapi rhTM pada pasien
dengan DIC yang disebabkan oleh sepsis
yang memerlukan penatalaksanaan ventilator.
Parameter utama hasil studi adalah mortalitas
di rumah sakit, dengan durasi terapi ICU,
perubahan skor DIC, dan tingkat komplikasi
perdarahan sebagai parameter hasil studi
sekunder. Sebanyak 68 pasien mendapat rhTM
dan 94 pasien lainnya tidak mendapat rhTM.
Hasilnya menunjukkan bahwa pasien yang
mendapat rhTM mempunyai karakteristik
penyakit basal yang lebih tinggi. Setelah
penyesuaian ketidakseimbangan dengan
analisis skor kecenderungan bertingkat,
terapi rhTM secara bermakna dikaitkan
dengan penurunan mortalitas di rumah sakit
memperbaiki disfungsi organ pada pasien DIC disebabkan sepsis yang memerlukan (adjusted hazard ratio 0,45, 95% Ci 0,26-0,77;
DIC yang disebabkan sepsis. penatalaksanaan ventilator. Sebanyak 45 p=0,013). Ditemukan kaitan antara terapi
pasien diterapi tanpa rhTM (kelompok kontrol), rhTM dengan jumlah hari bebas ICU, hari
Selanjutnya, studi lain juga telah dilakukan dan 41 pasien lainnya diberi rhTM 0,06 mg/ bebas ventilator, dan hari bebas vasopresor
untuk menilai efikasi rhTM untuk terapi kg/hari selama 6 hari (kelompok rhTM). Pasien yang lebih tinggi. Skor DIC secara bermakna
pasien koagulasi intravaskuler diseminata diikuti hingga 90 hari setelah mulai studi. Skor menurun pada kelompok rhTM dibandingkan
(DIC) yang disebabkan oleh sepsis dalam SOFA dan skor injuri paru dicatat hingga 7 hari dengan kelompok kontrol pada periode awal
hal mortalitas dan disfungsi pernapasan. setelah mulai studi.Hasilnya menunjukkan terapi rhTM, di mana kejadian efek samping
Disfungsi pernapasan yang terkait dengan bahwa karakteristik basal beratnya penyakit perdarahan tidak berbeda antara kedua
sepsis berat merupakan suatu kondisi serius secara bermakna lebih tinggi pada kelompok kelompok.
yang menyebabkan prognosis buruk. Aktivasi rhTM dibanding kelompok kontrol, namun,
koagulasi merupakan konsekuensi dari dan tingkat mortalitas 90 hari pada kelompok rhTM Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa
berkontribusi pada injuri paru pada sepsis secara bermakna lebih rendah dibanding terapi rhTM dikaitkan dengan penurunan
berat. kelompok kontrol (37% vs 58%, p=0,038). mortalitas pada pasien dewasa dengan DIC
Terdapat perbedaan dalam perubahan serial yang disebabkan sepsis yang mendapat
Studi tersebut melibatkan 86 pasien dengan skor SOFA dari basal hingga hari ke-7 antara ventilasi secara mekanik.  (EKM)

REFERENSI:
1. Ogawa Y, Yamakawa K, Ogura H, Kiguchi T, Mohri T, Nakamori Y, et al. Recombinant human soluble thrombomodulin improves mortality and respiratory dysfunction in patients with
severe sepsis. J Trauma Acute Care Surg. 2012;72(5):1150-7. doi: 10.1097/TA.0b013e3182516ab5.
2. Ogura H, Fujimi S, Morikawa M, Ogawa Y, Mohri T, Nakamori Y, et al. Recombinant human soluble thrombomodulin in sepsis-induced disseminated intravascular coagulation: A multicenter
propensity score analysis. Intensive Care Med. 2013 [Internet] 2013. [cited 2013 Feb 28]. Available from: http://www.docguide.com/recombinant-human-soluble-thrombomodulin-
sepsis-induced-disseminated-intravascular-coagulation-multi?tsid=5
3. Yamakawa K, Fujimi S, Mohri T, Matsuda H, Nakamori Y, Hirose T, et al. Treatment effects of recombinant human soluble thrombomodulin in patients with severe sepsis: A historical control
study. Crit Care 2011;15:R123.

838 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


BERITA TERKINI

Efek Pemberian Karbohidrat Oral Praoperasi

P
uasa praoperasi dan pembedahan Tabel 1 LOS secara bermakna lebih rendah pada kelompok yang diberi karbohidrat praoperasi jika dibandingkan dengan
menyebabkan stres metabolik dan kelompok kontrol (p=0,0002)
resistensi insulin, yang ditandai dengan
kejadian hiperglikemia dan penurunan
respons jaringan (khususnya otot rangka dan
hati) terhadap kerja insulin biologis. Kejadian
resistensi insulin dikaitkan dengan peningkat-
an morbiditas, mortalitas, dan LOS (length
of hospital stay). Tindakan untuk mencegah
terjadinya resistensi insulin, seperti pemberian
terapi karbohidrat kompleks per oral mungkin
dapat memberikan keuntungan klinis.

Beberapa studi telah dilakukan untuk menilai


efek pemberian karbohidrat praoperatif
terhadap resistensi insulin pascaoperasi,
keseimbangan protein, komposisi tubuh,
respons hormon, fungsi sistem imun,
komplikasi, dan juga LOS. Beberapa studi
tersebut menunjukkan bahwa pemberian
karbohidrat praoperasi per oral aman dan
bermanfaat, akan tetapi efek klinis yang
berhubungan dengan penurunan LOS masih
kontradiktif.

Sebuah studi meta-analisis terbaru dilakukan


untuk menilai efek terapi karbohidrat
praoperasi terhadap LOS, kejadian resistensi Tabel 2 Kejadian komplikasi sebanding antara kedua kelompok (p=0,64)
insulin pascaoperasi, kejadian komplikasi,
dan kejadian PONV (postoperative nausea
and vomitting). Meta-analisis ini mengambil
studi nutrisi cairan per oral dengan
kandungan karbohidrat ≥50 g yang diberikan
praoperasi pada pasien yang akan menjalani
pembedahan elektif. Total 21 studi dimasukkan
ke dalam meta-analisis ini dengan 1685 pasien
yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 733
menerima terapi karbohidrat praoperasi dan
952 di kelompok kontrol.
2. Kejadian komplikasi sebanding antara Simpulannya, pemberian terapi karbohidrat
Hasil studi tersebut: kedua kelompok (p=0,64). per oral praoperasi dikaitkan dengan
1. LOS secara bermakna lebih rendah pada 3. Penurunan kejadian resistensi insulin ter- penurunan LOS dan kejadian resistensi insulin
kelompok yang diberi karbohidrat praoperasi lihat secara bermakna pada kelompok yang di- pascaoperasi pada pasien yang akan menjalani
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol beri karbohidrat praoperasi jika dibandingkan pembedahan, khususnya pembedahan
(p=0,0002). dengan kelompok kontrol (p<0,05). abdominal mayor.  (MAJ)

REFERENSI:
1. Awad S, Varadhan KK, Ljungqvist O, Lobo DN. A meta-analysis of randomised controlled trials on preoperative oral carbohydrate treatment in elective surgery. Clin Nutr. 2013;32(1):34-
44.
2. Soop M, Nygren J, Myrenfors P, Thorell A, Ljungqvist O. Preoperative oral carbohydrate treatment attenuates immediate postoperative insulin resistance. Am J Physiol Endocrinol Metab.
2001;280(4):E576-83.
3. Yuill KA, Richardson RA, Davidson HI, Garden OJ, Parks RW. The administration of an oral carbohydrate-containing fluid prior to major elective upper-gastrointestinal surgery preserves
skeletal muscle mass postoperatively: A randomised clinical trial. Clin Nutr. 2005;24(1):32-7.

840 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


BERITA TERKINI

fibroblas bertanggung jawab pada


Pelembab dapat Membantu perkembangan skar hipertrofik. Hidrasi sendiri
mempunyai efek supresif pada produksi
Memperbaiki Skar dan Striae kolagen pada fibroblas sehingga mengurangi
skar yang berlebihan. Ada kutipan bahwa
hidrasi permukaan skar merupakan dasar
kerja dari 90% penatalaksanaan skar dan
kebanyakan krim, lotion, minyak mempunyai
efek yang bermanfaat pada skar terutama
pada kapabilitas hidrasinya.

Beberapa studi telah menunjukkan efek


pelembab pada penurunan tanda dan gejala
skar dan striae. Beberapa studi juga telah
melaporkan efek dari berbagai komponen
seperti ekstrak bawang Bombay, Centella
asiatica, hyaluronic acid, vitamin A palmitate,
dan antioksidan pada skar. Hyaluronic

S
kar (jaringan parut) pada kulit diketahui ditunjukkan bahwa striae (stretch mark) secara acid merupakan komponen yang dapat
mempunyai stratum korneum yang tidak anatomis mirip dengan skar dan mempunyai memberi hidrasi kulit, sehingga kulit menjadi
berfungsi baik, dan telah dilaporkan karakteristik stratum korneum yang sama. lebih lembab dan lembut dan studi juga
adanya peningkatan TEWL (transepidermal Striae adalah kelainan kulit berupa garis- menunjukkan bahwa hyaluronic acid dapat
water loss). Studi telah menunjukkan bahwa garis putih atau kemerahan pada kulit karena mengurangi penampakan skar.
efek langsung hidrasi pada keratinosit peregangan pada kulit yang berlebihan,
dan fibroblas juga berkontribusi pada misalnya pada kehamilan, obesitas, dll. Suatu studi acak dengan kontrol pada pasien
berkurangnya skar hipertropik (jaringan parut yang mendapat dressing hidrokoloid atau
yang berlebihan yang menonjol di atas bekas Sifat barier kulit melemah pada daerah skar, dan pelembab selama periode 2 bulan pada keloid
luka). jika skar membaik, barier kulit juga membaik. atau skar hipertrofik, menemukan penurunan
Perbaikan sifat barier kulit diharapkan dapat rasa gatal, sedikit penurunan rasa nyeri, dan
memperbaiki skar dan striae. Oklusi akan peningkatan kelembutan skar pada kedua
menyebabkan perbaikan barier kulit dan terapi. Disimpulkan bahwa hidrasi pada skar
meningkatkan kelembutan stratum korneum, menyebabkan perbaikan simtomatik pada
dan pemulihan fungsi barier kulit juga dapat kosmesis skar.
menyebabkan berkurangnya pembentukan
skar. Oklusi dapat meregulasi produksi Lebih lanjut, telah ditunjukkan dalam suatu
sitokin epidermis dan faktor pertumbuhan, studi acak, dengan kontrol dan buta peneliti,
perubahan pada faktor profibrotik dan aplikasi krim mengandung ekstrak bawang
Skar hipertrofik antifibrotik. Terdapat lebih dari satu mekanisme Bombay, Centella asiatica dan hyaluronic
oklusi di mana komponen pelembab dapat acid selama periode 12 minggu pada striae
bekerja langsung pada permukaan kulit atau paha wanita memperbaiki penampilan
berinteraksi dengan lemak stratum korneum striae dibandingkan yang tidak mendapat
untuk menginduksi transisi fase heksagonal terapi. Perbaikan warna, kelembutan, dan
atau ortotrombotik sehingga membuat lemak tekstur berbeda secara bermakna setelah
subkutan intrinsik lebih permeable. Oleh terapi 8 minggu antara kedua kelompok.
karena itu, efek pelembab lebih dari sekedar Ditemukan 100% respons dalam penampilan
menghidrasi kulit, tetapi juga mempunyai striae secara keseluruhan, warna, dan tekstur,
manfaat pleotropik kulit serta sebagai dan 58% respons pada kelembutan striae.
Striae vehikulum korneoterapi yang baik. Meskipun terapi ini tidak mengurangi ukuran
atau menghilangkan striae, namun dapat
Meskipun mempunyai etiologi dan Studi-studi menyimpulkan bahwa efek membantu memperbaiki penampilan striae.
mekanisme biomekanik yang berbeda, telah langsung hidrasi pada keratonosit dan  (EKM)

REFERENSI:
1. Rawlings AV, Bielfeldt S, Lombard KJ. A review of the effects of moisturisers on the appearance of scars and striae. Int J Cosmet Sci. 2012;34(6):519-24. doi: 10.1111/j.1468-
2494.2012.00751.x.
2. Hyaluronic acid [Internet] [cited 2013 Feb 22]. Available from: http://www.vitaminstuff.com/supplements-hyaluronic-acid.html.

842 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


BERITA TERKINI

Terapi Pengganti Testosterone pada


Kanker Prostat Pasca Terapi Radiasi

L
ate-onset hypogonadism (LOH)
mempunyai karakteristik rendahnya
kadar testosterone serum (T), dan adanya
keluhan defisiensi androgen seperti hilangnya
libido, disfungsi ereksi, depresi, letargi, kesulitan
konsentrasi, gangguan tidur, osteoporosis
dan hilangnya kekuatan masa otot. LOH akan
meluas berpengaruh pada kesehatan pria lain
yang dipengaruhi oleh hormon testosteron
yaitu penyakit kardiovaskuler, resistensi insulin,
diabetes tipe 2, dan sindrom metabolik.

Terapi dengan testosterone replacement


therapy (TRT) akan memperbaiki keluhan-
keluhan hipogonadisme, tetapi ada beberapa
kontroversi kekhawatiran terhadap kejadian
kanker prostat karena diduga testosterone
dapat menstimulasi pertumbuhannya.
Penelitian Huggins dan Hudges tahun 1941
memperlihatkan kanker prostat stadium
metastasis mengalami regresi pada pria radiasi, penelitian ini dilakukan pada 13 pria bebas 10,1 (5,7–15,0) pg/mL dan PSA 0,30
setelah kastrasi dan pada penelitian lanjutan hipogonadisme dengan kanker prostat (0,06–0,95) ng/mL.
secara in vitro memang terlihat adanya pasca-brakiterapi dan radioterapi eksternal
pertumbuhan sel kanker prostat setelah dan dilanjutkan dengan pemberian terapi Dengan median follow up pemberian TRT 29,7
diberi testosterone. Tetapi penelitian ini pengganti testosterone sedikitnya selama 2 bulan (rentang 2,3–67,3 bulan), didapatkan
tidak kuat memperlihatkan kaitan antara bulan dengan median follow up 2,5 tahun peningkatan yang bermakna kadar rerata
kadar testosterone serum yang tinggi dan hingga maksimal 5,5 tahun penelitian ini T yaitu 368 (281,3–591) ng/dL dengan nilai
peningkatan risiko kanker prostat secara dimulai antara tahun 2006 hingga 2011. P=0,012, tanpa ada peningkatan pada Hb,
klinis, cukup banyak studi yang kemudian Ht, E, Testosterone bebas dan PSA (0,66 (0.16–
melakukan evaluasi pada pria hipogonadisme Testosterone serum, testosterone bebas, 1.35) ng/mL nilai p =0,345). Tidak terlihat ada
yang mendapat TRT setelah prostatektomi estrogen, sex hormone-binding globulin peningkatan rekurensi kanker prostat.
radikal tidak mendapatkan kasus rekurensi (SHBG), prostate-specific antigen (PSA),
atau progresivitas kanker prostat. Studi hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) yang Efek samping yang umum ditemukan pada
serupa pada pasien kanker prostat dengan dieveluasi setiap 3 bulan setelah mulai pemberian TRT ini adalah eritrositosis sekitar
brakiterapi dan atau radioterapi eksternal diberi TRT hingga bulan ke 67. Biopsi prostat 18 % pada pemberian sediaan TRT transdermal
dilanjutkan pemberian TRT melaporkan menunjukkan nilai Gleason 6 pada 4 pria, dan 40 % pada pemberian TRT injeksi.
peningkatan PSA hanya bersifat transien nilai Gleason 7 pada 7 pria dan nilai Gleason
tanpa terbukti adanya rekurensi atau yaitu 8 pada 2 pria, penilaian Gleason adalah Simpulan penelitian ini adalah tidak terlihat
progresivitas serta tidak terbukti adanya sebagai petanda prognosis secara patologi peningkatan kadar PSA maupun rekurensi
metastasis tulang. mikroskopis prostat dengan nilai tinggi kanker prostat pada pasien kanker prostat
menunjukkan prognosis yang makin buruk. pascaterapi radiasi dilanjutkan pemberian TRT,
Studi kohort retrospektif dilakukan dengan Median usia pasien adalah 68 tahun (62,0– terlihat peningkatan kadar testosterone serum
tujuan melihat efikasi dan keamanan TRT 77,0) kadar awal rerata testosterone adalah dan perbaikan keluhan hipogonadisme. 
pada pria dengan kanker prostat pascaterapi 178 ng/dL (88,0–263,5), rerata testosterone (ARI)

REFERENSI:
1. AW Pastuszak, AM Pearlman, G Godoy, BJ Miles, LI Lipshultz, M Khera. Testosterone Replacement Therapy in the Setting of Prostate Cancer Treated With Radiation.Int J Impot
Res. 2013;25(1):24-28.
2. Traish AM, Guay A, Feeley R, Saad F. The dark side of testosterone deficiency: I. Metabolic syndrome and erectile dysfunction. J Androl 2009; 30: 10–22.
3. EA Jannini, GL Gravina, A Morgentaler, A Morales , L Incrocci , WJ Hellstrom. Is testosterone a friend or a foe of the prostate? J Sex Med 2011; 8: 946–955.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 843


BERITA TERKINI

Dialisat Periotenal dengan Kandungan L-Carnitine


Memperbaiki Sensitivitas Insulin pada Pasien CAPD

L
-carnitine merupakan sebuah senyawa
penting yang terlibat dalam transfer
asam lemak rantai-panjang aktif
melintasi membran mitokondria maupun
dalam modulasi rasio asil koenzim A/
koenzim A bebas di berbagai kompartemen
intraseluler. Proses-proses ini akan
mengaktifkan beberapa fungsi metabolik
dan seluler, dan suplementasi L-carnitine
terbukti mampu menurunkan resistansi
insulin serta memperbaiki metabolisme lipid,
tropisme otot, dan reologi eritrosit. Karena itu, Studi in vitro memperlihatkan bahwa larutan Pertukaran nokturnal dengan icodextrin tidak
L-carnitine boleh jadi lebih dianggap sebagai dialisis peritoneal yang mengandung mengalami perubahan.
obat bersyarat (conditional drug) ketimbang L-carnitine menyebabkan kerusakan pada
vitamin bersyarat (conditional vitamin). sel mesotelial dan endotelial lebih sedikit Sebanyak 35 pasien dialokasikan secara acak
ketimbang larutan dialisis yang mengandung ke dalam kedua kelompok perlakuan di atas,
Beberapa studi menyelidiki efek glukosa saja. Lebih mutakhir, L-carnitine telah 27 di antaranya (larutan standar, n=12; larutan
suplementasi L-carnitine pada pasien digunakan sebagai agen osmotik dalam eksperimental, n=15) dianalisis. Efek samping
dialisis. Kebanyakan studi dilakukan pada larutan dialisis eksperimental untuk manusia; tidak dikaitkan dengan terapi. Laju infus
pasien hemodialisis, dengan simpulan yang dalam hal ini, ultrafiltrasi peritoneal sebanding glukosa pada kelompok L-carnitine meningkat
kontroversial: hasil positif terbantahkan dengan ultrafiltrasi yang diinduksi oleh larutan dari 3,8 ± 2,0 (SD [standard deviation]) mg/kg/
dengan temuan berupa efek minimal atau glukosa. mnt pada baseline menjadi 5,0 ± 2,2 mg/kg/
bahkan tanpa efek sama sekali. Hasil-hasil mnt pada hari ke-120 (p=0,03), berbanding
tersebut, lebih lanjut, sering kali mengalami Dalam dialisis peritoneal, konsentrasi glukosa dengan 4,8 ± 2,4 mg/kg/mnt pada baseline
bias karena kecilnya jumlah subjek, tidak yang tinggi dari cairan dialisis berkontribusi dan 4,7 ± 2,4 mg/kg/mnt pada hari ke-120
adanya kelompok kontrol, perbedaan data atas beberapa kelainan metabolik, termasuk pada kelompok kontrol (p=0,8).
biokimiawi yang diukur, dan tidak adanya resistansi insulin. Belum lama ini, telah
evaluasi kepatuhan pasien dan absorpsi dilangsungkan sebuah penelitian guna Perbedaan laju infus glukosa antara kedua
obat di usus. Di samping itu, hingga saat ini mengevaluasi efikasi larutan dialisis peritoneal kelompok adalah sebesar 1,3 (95%CI 0,0-
masih belum jelas seberapa kadar carnitine dengan tambahan kandungan L-carnitine 2,6) mg/kg/mnt. Pada pasien yang diterapi
plasma yang adekuat sebagai patokan untuk memperbaiki sensitivitas insulin. dengan larutan yang mengandung L-carnitine,
target suplementasi carnitine pada pasien volume urin tidak berubah secara bermakna
dialisis. Penelitian berdesain multicenter (p=0,1), dibandingkan dengan reduksi diuresis
parallel randomized controlled trial ini bermakna yang terpantau di kelompok
Pada dialisis peritoneal, sejumlah publikasi mengikutsertakan pasien-pasien uremik kontrol (p=0,02). Untuk fungsi peritoneal,
ilmiah juga menunjukkan hasil yang nondiabetik pengguna CAPD (continuous tidak ada perbedaan teramati selama periode
kontroversial. Beberapa ilmuwan menemukan ambulatory peritoneal dialysis) dari 8 pusat observasi.
adanya penurunan apolipoprotein B tanpa dialisis peritoneal. Secara acak, pasien
perubahan kadar kolesterol, trigliserida, asam menjalani dialisis peritoneal pertukaran Sebagai simpulan, meskipun ukuran sampel
lemak bebas, fosfolipid, dan apolipoprotein A diurnal dengan larutan standar berbasis- yang kecil menjadi keterbatasan penelitian
setelah pemberian L-carnitine oral dosis tinggi glukosa (1,5% atau 2,5% sesuai kebutuhan ini, penggunaan L-carnitine dalam larutan
dalam jangka pendek kepada pasien dewasa pasien) atau larutan berbasis-glukosa dialisis berpotensi dijadikan sebagai salah
atau, lebih sering, anak. Namun, sebagian (kandungan glukosa sama persis) yang satu pendekatan baru untuk memperbaiki
ilmuwan tidak menjumpai efek positif apa diperkaya dengan L-carnitine (0,1%, berat/ sensitivitas insulin pada pasien nondiabetik
pun. volume; 2 g/kantong) selama 4 bulan. pengguna CAPD.  (AAM)

REFERENSI:
1. Bonomini M, Di Liberato L, Del Rosso G, Stingone A, Marinangeli G, Consoli A, et al. Effect of an L-carnitine-containing peritoneal dialysate on insulin sensitivity in patients treated with
CAPD: A 4-month, prospective, multicenter randomized trial. Am J Kidney Dis. 2013 May 28. pii: S0272-6386(13)00783-X. doi: 10.1053/j.ajkd.2013.04.007. [Epub ahead of print].
2. De Vecchi AF, Arduini A, Di Liberato L, Bonomini M. L-carnitine in peritoneal dialysis. G Ital Nefrol. 2011;28(4):393-400.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 845


BERITA TERKINI

Dexmedetomidine Mencegah Agitasi dan POV pada


Pasien Anak yang Menjalani Pembedahan Strabismus

M
eredakan kecemasan dan agitasi
pra dan pascaoperasi merupakan
perhatian yang penting bagi para
dokter spesialis anestesi anak. Kecemasan
dapat menyebabkan perilaku agresif,
meningkatkan depresi, dan berperan dalam
kesulitan penanganan nyeri pascaoperasi.
Beberapa jenis obat yang digunakan sebagai
tata laksana agitasi dan kecemasan pada pasien
anak adalah obat golongan benzodiazepine,
midazolam. Midazolam memiliki beberapa
efek positif dalam hal penanganan agistasi
dan kecemasan pada pasien anak, akan
tetapi tetap bukan merupakan obat yang
ideal karena beberapa efek samping, seperti
gangguan kognitif, amnesia, dan depresi
napas.

Dexmedetomidine, merupakan obat


golongan α2–agonist baru yang bekerja
sebagai sedasi, anti-cemas (anxiolytic)
dan juga memiliki efek analgesik, tanpa
efek samping depresi napas. Penggunaan
dexmedetomidine pada anak mulai dexmedetomidine, ketamine, atau plasebo 2. Kejadian POV bermakna lebih rendah
berkembang karena manfaat dan juga terhadap parameter pascaoperasi, seperti pada kelompok DEX jika dibandingkan
efek samping seperti depresi napas lebih emergence agitation (EA) dan postoperative dengan kelompok KTM (p=0,02) dan kontrol
minimal dibandingkan midazolam. vomitus (POV). Pasien anak berusia 2-7 tahun (p=0,02).
yang akan menjalani pembedahan elektif 3. Skor nyeri di ruang rawat inap pascaoperasi
Pada saat ini dexmedetomidine hanya strabismus secara acak dibagi menjadi 3 lebih rendah secara bermakna pada kelompok
disetujui untuk penggunaan pada pasien kelompok dan menerima dexmedetomidine DEX dan KTM jika dibandingkan dengan
dewasa, seperti pada pasien ICU dewasa 1 μg/kgBB intravena (IV) + 1 μg/kgBB/jam kontrol (p<0,001 untuk kedua kelompok).
dengan ventilasi mekanik dan juga pasien infus (kelompok DEX), atau ketamine 1 mg/ 4. Waktu untuk pelepasan LMA (laryngeal
dewasa sebelum pembedahan. Penggunaan kgBB IV + 1 mg/kgBB/jam infus (kelompok mask airway) sebanding antara ketiga
dexmedetomidine pada pasien anak belum KTM), atau NaCl 0,9% (kontrol). Semua pasien kelompok.
mendapat persetujuan FDA, akan tetapi dari menjalani operasi dalam anestesi umum
beberapa studi terbaru pada pasien anak dengan sevoflurane. Simpulannya, dexmedetomidine dan ketamine
yang menjalani pembedahan, penggunaan efektif untuk mencegah agitasi dan nyeri
dexmedetomidine memberikan hasil yang Hasil studi tersebut: pascaoperasi setelah anestesi inhalasi dengan
cukup baik. 1. Skor PAED (Pediatric Anesthesia Emergence sevoflurane pada pasien anak yang menjalani
Delirium) untuk EA secara bermakna lebih pembedahan strabismus. Dexmedetomidine
Studi terbaru terhadap 78 pasien anak rendah pada kelompok DEX dan KTM jika efektif menurunkan kejadian POV jika
yang akan menjalani pembedahan dibandingkan dengan kontrol (p<0,001 dan dibandingkan dengan ketamine dan plasebo.
strabismus membandingkan efek pemberian p=0,002).  (MAJ)

REFERENSI:
1. Chen JY, Jia JE, Liu TJ, Qin MJ, Li WX. Comparison of the effects of dexmedetomidine, ketamine, and placebo on emergence agitation after strabismus surgery in children. Can J Anaesth.
2013.
2. Neema PK. Dexmedetomidine in pediatric cardiac anesthesia. Ann Card Anaesth. 2012;15(3):177-9.
3. Ghali AM, Mahfouz AK, Al-Bahrani M. Preanesthetic medication in children: A comparison of intranasal dexmedetomidine versus oral midazolam. Saudi J Anaesth. 2011;5(4):387-91.
4. Mizrak A, Erbagci I, Arici T, Avci N, Ganidagli S, Oner U. Dexmedetomidine use during strabismus surgery in agitated children. Med Princ Pract. 2011;20(5):427-32.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 847


BERITA TERKINI

ACHIDO: Kombinasi Clopidigrel plus Atorvastatin


Dosis Tinggi Meningkatkan Efek Penghambatan
Anti-Platelet Clopidogrel

P
emberian atorvastatin dosis tinggi sebagai terapi prevensi sekunder. Manfaat yang akan menjalani PCI (percutaneous
dapat meningkatkan efek terapi pemberian statin ini didasari oleh cara kerja coronary intervention) elektif, menerima terapi
clopidogrel pada pasien-pasien PJK statin, yang melampaui efek menurunkan clopidogrel seminggu sebelum prosedur
(penyakit jantung koroner) stabil. Simpulan ini kadar lemak darah, di antaranya adalah efek dilakukan. Dari 209 pasien yang menjalani
dihasilkan dari penelitian Dr. DJ Angiolillo dkk. anti-trombotik; obat golongan statin dapat penyapihan (screening) sebelum PCI
dari University of Florida, Jacksonville, Amerika menghambat ADP (adenosine diphosphate) dilakukan, 90 pasien (43%) memiliki HTPR atas
Serikat. Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dan agregrasi platelet pada pasien sehat dan dasar pemeriksaaan VerifyNow P2Y12. Batasan
dalam JACC Cardiovascular Interventions edisi PJK. untuk HTPR adalah 235 PRU (platelet reaction
bulan Februari 2013. units).
HTPR merupakan masalah yang umum
HTPR (High on-treatment platelet reactivity) terjadi pada pasien-pasien dengan respons Sejumlah 78 pasien secara acak diterapi
selama ini dianggap sebagai salah satu faktor lemah terhadap terapi clopidogrel. Apakah dengan 150 mg clopidogrel sehari atau 150
risiko kejadian iskemik berulang, terutama pemberian atorvastatin bersamaan dengan mg clopidogrel plus 80 mg atorvastatin.
pada pasien-pasien yang akan menjalani clopidogrel dapat mengatasi HTPR atau dapat Karakterisitik klinik dan biologik, serta temuan
PCI (percutaneous coronary intervention). menurunkan reaktifitas platelet masih belum angiografik pada baseline tidak berbeda
Pemberian clopidogrel dosis ganda dapat diketahui pasti. Dijelaskan bahwa pemberian antar kelompok kohort. Semua pasien dalam
menjadi salah satu pilihan terapi dalam dosis tinggi clopidogrel dan atorvastatin penelitian ini belum pernah diterapi dengan
mengatasi HTPR ini. secara bersamaan dapat menimbulkan statin. Dari kedua kelompok terapi, 38 pasien
efek sinergistik yang telah terpantau dari dari masing-masing kelompok menyelesaikan
Dalam penelitian, obat-obat golongan penelitian-penelitian sebelumnya, meskipun terapi selama 30 hari penelitian. (Satu
statin (3-hydroxy-3-methyl glutaryl coenzyme beberapa penelitian tidak mendukung efek pasien dalam kelompok terapi clopidogrel
A reductase inhibitors) telah diketahui sinergistik ini. plus atorvastatin drop-out karena intoleran
bermanfaat untuk pasien risiko tinggi, dan terhadap atorvastatin dan 1 dari kelompok
sangat direkomendasikan pada pasien PJK Penelitian ini adalah penelitian acak: pasien pembanding karena intoleransi clopidogrel).

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 849


BERITA TERKINI

platelet reactivity) ditandai dengan merah


dan PRU<235 ditandai dengan warna biru.
Garis yang menyambung memperlihatkan
pasien dengan reaktivitas yang stabil antara
T-1 dan T-2. Panah memperlihatkan pasien
yang reaktivitasnya berubah antara T-1 dan
T-2. Pada baseline semua pasien memiliki PRU
>=235.

Kedua kelompok penelitian tidak berbeda


dalam hal kejadian periprosedural infark
miokard atau rerata nilai CK-MB. Tidak ada
komplikasi lain yang dilaporkan.

Pemberian clopidogrel dosis ganda plus


Gambar
Gamb
Gambar Status
bar St rre
respons
esp
sponss p
pas
pa
pasien
assien tterhadap
erha
hadap
ha dap
da
ap tte
terapi
erap
api
pi p
pa
pada
ada ha
hari
ari
ri kke-
ke
ke-10
ee--10
10 ((T
(T-1)
TT--1) dan
dan ke
da ke-30
-30
30 (T
((T-2)
T-2)
2) atorvastatin dosis tinggi dapat menurunkan
reaktivitas platelet secara bermakna, dengan
kata lain dapat diberikan pada pasien-
pasien yang mengalami masalah HTPR.
Para ahli dalam penelitian ini memang tidak
menyarankan penggunaan dosis tinggi
seperti dalam penelitian ini, namun pemberian
clopidogrel dosis ganda dan atorvastatin dosis
tinggi dapat direkomendasikan pada situasi-
situasi khusus HTPR atau bila dosis clopidogrel
optimal gagal memberikan respons yang
dikehendaki.

Penelitian ini merupakan penelitian


farmakodinamik tanpa outcome klinis,
namun memperlihatkan cara mengurangi
HTPR (High-on-treatment platelet reactivity).
Dalam komentarnya, Dr. Matthew J. Price
dari Scripps Translational Science Institute in La
Jolla, California mengatakan bahwa penelitian
ini merupakan penelitian farmakodinamik
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Pada hari ke-10, lebih banyak pasien kelompok yang sangat menarik, dengan salah satu
reaktivitas platelet menurun secara bermakna terapi clopidogrel plus atorvastatin yang kelemahannya adalah design penelitian
dibandingkan baseline pada kedua menjadi responder optimal (dengan kriteria yang terbatas karena dilakukan hanya di satu
kelompok penelitian setelah hari ke-10 dan penurunan kadar PRU <235), dibandingkan fasilitas kesehatan.
ke-30 terapi. Pada hari ke-30, pasien yang dengan di kelompok clopidogrel saja (74% vs.
diberi atorvastatin mengalami penurunan 63% p=0,1), yang kemudian bermakna secara Simpulannya, pemberian clopidogrel dosis
kadar PRU lebih rendah secara bermakna statistik pada hari ke-30 (84% vs. 58%, p<0,02). ganda plus atorvastatin dosis tinggi dapat
dibandingkan dengan terapi clopidogrel saja menurunkan reaktivitas platelet secara ber-
- 188 vs 223 PRU (p<0,01, primary endpoint), Status respons pasien terhadap terapi pada makna, dengan kata lain dapat diberikan pada
dan juga kejadian HTPR yang lebih rendah hari ke-10 (T-1) dan ke-30 (T-2). Nilai PRU (P2Y12 pasien-pasien yang mengalami masalah HTPR
(16% vs. 42%, p< 0,01). reaction units) >=235 (HTPR, high on-treatment (High on-treatment platelet reactivity).  (YYA)

REFERENSI:
1. Davidson MH. Clinical significance of statin pleiotropic effects: hypothesesversus evidence. Circulation 2005;111:2280 –1.
2. Barker CM, Murray SS, Teirstein PS, Kandzari DE, Topol EJ, Price MJ. Pilot study of the antiplatelet effect of increased clopidogrel maintenance dosing and its relationship to CYP2C19
genotype in patients with high on-treatment reactivity. J Am Coll Cardiol Intv. 2010;3:1001–7.
3. Leoncini M, Toso M, Maioli M, Angiolillo DJ, Giusti B, PHD, Marcucci R, et al. High-Dose Atorvastatin on the Pharmacodynamic Effects of Double-Dose Clopidogrel in Patients Undergoing
Percutaneous Coronary Interventions. Am Coll Cardiol Intv. 2013;6:169 –79.
4. Piorkowski M, Weikert U, Schwimmbeck PL, Martus P, Schultheiss HP, Rauch U. ADP induced platelet degranulation in healthy individuals is reduced by clopidogrel after pretreatment with
atorvastatin. Thromb Haemost 2004;92:614 –20.

850 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


BERITA TERKINI

Penggunaan Cilostazol dibatasi pada pasien PAD

P
eripheral Artery Disease atau dikenal juga
dengan nama PAD adalah penyakit
yang mengenai pembuluh darah arteri
perifer. Pada pasien PAD, salah satu atau
beberapa pembuluh darah arteri perifernya
mengalami stenosis (penyempitan) sehingga
mengakibatkan iskemia jaringan. Salah satu
gejala utama PAD adalah klaudikasio, yaitu rasa
nyeri otot iskhemik yang berulang; biasanya
terjadi pada saat aktivitas fisik dan reda pada
saat istirahat.1

Gambar 1 Peripheral Artery Disease pada salah satu yang benar-benar mendapat manfaat dari atau antikoagulan.3
tungkai.1
cilostazol. Dalam pernyataannya, disebutkan
bahwa risiko efek samping penggunaan Apabila cilostazol digunakan untuk pasien
Cilostazol adalah salah satu obat yang cilostazol cukup besar yaitu mencakup PAD, maka EMA merekomendasikan bahwa
diindikasikan untuk pengobatan PAD selain serangan jantung, aritmia, angina dan dalam jangka waktu 3 bulan pasien harus
yang paling utama adalah modifikasi gaya perdarahan. Oleh karena itu, disarankan agar kontrol dan dokter harus mengevaluasi
hidup. Cilostazol dapat bermanfaat pada pasien para tenaga kesehatan mengedepankan apakah pasien mendapatkan perbaikan
PAD karena memiliki 2 mekanisme kerja yaitu perubahan perilaku, seperti berhenti bermakna. Apabila dalam 3 bulan tidak
antiplatelet dan vasodilator. Cilostazol bekerja merokok dan olahraga rutin. Cilostazol hanya terdapat perbaikan, maka rekomendasinya
sebagai inhibitor selektif phosphodiesterase direkomendasikan pada pasien yang tidak adalah menghentikan penggunaan cilostazol
3 sehingga menurunkan proses degradasi mengalami perbaikan bermakna dengan untuk pasien tersebut.3
cAMP. Hasilnya adalah peningkatan kadar perubahan gaya hidup.3
cAMP di dalam sel. Peningkatan kadar cAMP Simpulan dari rekomendasi EMA ini adalah
berakibat pada penurunan aktivitas platelet Cilostazol sebaiknya tidak diberikan pada cilostazol dikaitkan dengan beberapa efek
dan vasodilatasi. Selain itu, mekanisme kerja pasien unstable angina atau pernah mengalami samping berat seperti perdarahan dan angina.
cilostazol belum sepenuhnya dipahami.2 infark miokard atau PCI (percutaneus coronary Oleh karena itu, tenaga kesehatan pengguna
angiography) dalam 6 bulan terakhir atau cilostazol untuk Peripheral Artery Disease
Baru-baru ini, European Medicines Associoation riwayat takiaritmia berat. Cilostazol juga direkomendasikan untuk mengevaluasi
(EMA) memberikan rekomendasi kepada sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang setelah 3 bulan apakah pengobatannya
pada tenaga kesehatan agar membatasi mendapat acetylsalicylic acid plus clopidogrel bermanfaat memperbaiki gejala pasien. 
penggunaan cilostazol pada pasien PAD atau kombinasi 2 atau lebih obat antiplatelet (NNO)

REFERENSI:
1. Rowe VL. Peripheral Arterial Occlusive Disease. Medscape Reference [Internet]. 2011 [cited 2013 Mar 26]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/460178-
overview#a0104
2. Cilostazol Official FDA information, side effects and uses [Internet]. 2013 [cited 2013 Mar 26]. Available from: www.drugs.com/pro/cilostazol.html
3. Nainggolan L. EMA recommends restricting cilostazol use for PAD. Heartwire [Internet]. 2013 [cited 2013 Mar 26]. Available from: http://click.newsletter.theheart.org/?qs=afba4c6492204
8cb14185e7852e106c46dc336d475f0f37c7c53925362cf33962f48ba545e6f6e75

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 851


BERITA TERKINI

Setelah 30 menit, blok sensorik lengkap lebih


Bupivacaine vs levobupivacaine sering pada daerah inervasi saraf medianus
pada kelompok bupivacaine dibanding
pada Blok Aksilaris kelompok levobupivacaine (p=0,022), dan
pada kelompok bupivacaine, blok sensorik
lengkap lebih sering pada daerah inervasi
saraf medianus dibanding saraf lain (p<0,05).
Blok motorik parsial saraf radialis lebih
sering pada kelompok bupivacaine (p<0,05).
Tourniket dapat ditoleransi dengan baik pada
semua pasien dengan keberhasilan blok
pada kedua kelompok. Durasi analgesia rata-
rata sama antara kelompok bupivacaine dan
levobupivacaine (p>0,05).

B
lok pleksus brakialis aksilaris sangat injeksi saraf selektif serta teknik kateter kontinu
efektif untuk prosedur pembedahan dilakukan dengan 40 mL bupivacaine 2,5 mg/
lengan bawah hingga siku. Ada ahli mL atau levobupivacaine 2,5 mg/mL. Setelah
anestesi yang menemukan bahwa blok pemasangan kateter, blok motorik dan
pleksus brakialis aksilaris cocok untuk prosedur sensorik dinilai, dan pasien diwawancara pada
pembedahan siku, dan teknik kateter aksilaris 24 jam pertama pascaoperasi. Kebutuhan
kontinu dapat diindikasikan untuk analgesi analgesik pertama pascaoperasi, kebutuhan
pascaoperasi pada pasien tersebut. Karena analgesik total, skala nyeri, dan efek samping
blok ini dilakukan jauh dari struktur neuraksial juga dicatat.
dan paru, komplikasi terkait daerah tersebut
dapat dihindari. Teknik stimulasi saraf multipel Hasilnya menunjukkan bahwa setelah 5 menit,
untuk blok aksilaris dengan 4 saraf distal blok sensorik parsial dan blok motorik parsial
pleksus yang diidentifikasi dengan stimulator saraf medianus lebih sering terjadi pada
saraf, dan injeksi terpisah yang dilakukan kelompok bupivacaine dibanding kelompok
untuk masing-masing, telah mencapai tingkat levobupivacaine (masing-masing p=0,016 dan
keberhasilan yang tinggi serta onset blok yang p=0,04).
cepat. Blok saraf perifer kontinu bermanfaat
dalam memberikan anestesi pembedahan
dan analgesia pascaoperasi dengane fek
samping minimal.

Bupivacaine merupakan anestetik lokal yang


sering digunakan dan mempunyai manfaat
klinis lama kerja yang panjang dan rasio blok
saraf sensorik dan motorik yang baik. Namun Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa
studi perbandingan bupivacaine dengan untuk saraf median dan radialis, bupivacaine
levobupivacaine yang merupakan (S-)- memberikan onset blok sensorik dan
enantiomer dari bupivacaine masih terbatas. blok motorik yang lebih cepat dibanding
Oleh karena itu, dilakukan suatu studi yang levobupivacaine. Keberhasilan umum terkait
membandingkan onset, efek anestetik, efek pembedahan dan durasi analgesia identik
samping, dan efek analgesik pascaoperasi pada kedua kelompok. Memungkinkan untuk
bupivacaine dan levobupivacaine dalam melakukan kombinasi blok pleksus brakialis
kombinasi blok pleksus aksilaris dengan injeksi aksilaris dengan injeksi saraf selektif dan
saraf selektif dan teknik kateter kontinu. kateter aksilaris menggunakan bupivacaine
dan levobupivacaine 0,25% untuk memberikan
Studi tersebut dilakukan pada 30 pasien kontrol nyeri intraoperasi dan pascaoperasi
dengan pembedahan tangan dan lengan tanpa efek samping atau komplikasi yang
bawah. Blok pleksus brakialis aksilaris dengan bermakna.  (EKM)

REFERENSI:
Al E, Pirbudak L, Tahtaci N, Kul S. Combined axillary block with “selective” injection of nerves and the axillary catheter: Comparison of bupivacaine 0.25% or levobupivacaine 0.25%. Middle East
J Anesthesiol. 2012;21(5):705-12.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 853


BERITA TERKINI

Gangguan Psikiatrik pada Anak dan Remaja


Terkait dengan Anemia Defisiensi Besi

S
aat ini, defisiensi besi merupakan
problem nutrisi tersering di dunia,
dengan estimasi jumlah individu
terjangkit sebanyak 2,5-5 miliar jiwa. Dari
sekian banyak efek biologis besi, terdapat bukti
adekuat bahwa besi juga penting untuk fungsi
neurologis dan perkembangan. Dasar biologis
hambatan perkembangan perilaku dan
kognitif pada bayi dengan defisiensi besi tidak
sepenuhnya dipahami, tetapi kemungkinan-
kemungkinan yang ada meliputi: (i)
kelainan metabolisme neurotransmiter; (ii)
berkurangnya pembentukan mielin; dan (iii)
perubahan metabolisme energi otak.

Telah cukup banyak bukti lain yang


menunjukkan bahwa besi merupakan salah
satu komponen penting dalam perkembangan
dan fungsi kognitif, sensorimotor, dan sosial- Tabel 3 Kaitan antara anemia defisiensi besi dan gangguan psikiatrik
emosional, mengingat perkembangan proses-
proses di sistem saraf pusat amat bergantung
pada berbagai protein dan enzim yang
mengandung besi. Baru-baru ini, terungkap
HXM/SWI/1209/I/2

pula bahwa defisiensi besi pada masa-masa


awal kehidupan dapat meningkatkan risiko
morbiditas psikiatrik.

Keterkaitan antara anemia defisiensi besi


dan gangguan psikiatrik diteliti oleh Mu-
Hong Chen dkk. pada anak dan remaja.
Menggunakan data National Health Insurance 2,23-15,05), gangguan ansietas (OR = 2,17, autism spectrum disorder, ADHD attention-
Database tahun 1996 hingga 2008, anak dan 95%CI 1,49-3,16), gangguan spektrum autisme deficit hyperactivity disorder; cetak tebal
remaja yang terdiagnosis mengidap anemia (OR = 3,08, 95%CI 1,79-5,28), attention deficit menunjukkan odds ratio (OR) yang secara
defisiensi besi diidentifikasi dan dibandingkan hyperactivity disorder (OR = 1,67, 95%CI 1,29- statistik bermakna.
dengan kontrol sesuai usia dan jenis kelamin 2,17), gangguan tic (OR = 1,70, 95%CI 1,03-
(1:4) guna mengetahui ada tidaknya 2,78), hambatan perkembangan (OR = 2,45, Simpulannya, defisiensi besi meningkatkan
peningkatan risiko gangguan psikiatrik. 95%CI 2,00-3,00), dan retardasi mental (OR risiko berbagai gangguan psikiatri, meliputi
= 2,70, 95%CI 2,00-3,65). Efek jenis kelamin gangguan depresif unipolar, gangguan bipolar,
Hasilnya memperlihatkan bahwa terdapat juga tercatat, yakni hanya pasien perempuan gangguan ansietas, gangguan spektrum
total 2.957 pasien anak dan remaja (1.060 laki- dengan anemia defisiensi besi yang autisme, ADHD (attention deficit hyperactivity
laki dan 1.897 perempuan) anemia defisiensi menunjukkan peningkatan OR gangguan disorder), hambatan perkembangan, dan
besi disertai peningkatan risiko gangguan bipolar (OR = 5,56, 95%CI 1,98-15,70) dan retardasi mental. Studi lanjutan diperlukan
psikiatrik, yang meliputi gangguan depresif gangguan tic (OR = 2,95, 95%CI 1,27-6,86). untuk mengklarifikasi mekanisme keterkaitan
unipolar (OR [odds ratio] = 2,34, 95%CI 1,58- antara anemia defisiensi besi dan gangguan
3,46), gangguan bipolar (OR = 5,78, 95%CI OCD obsessive-compulsive disorder, ASD psikiatrik.  (AAM)

REFERENSI:
1. Beard J. Iron deficiency alters brain development and functioning. J Nutr. 2003;133(5):1468-72S.
2. Chen MH, Su TP, Chen YS, Hsu JW, Huang KL, Chang WH, et al. Association between psychiatric disorders and iron deficiency anemia among children and adolescents: A nationwide
population-based study. BMC Psychiatry. 2013;13:161.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 855


BERITA TERKINI

Baseline off time pasien sekitar 6 jam. Terjadi


Obat Parkinson Baru perbaikan signifikan rerata perubahan off
time dari baseline dibanding plasebo dengan
yang Menjanjikan tozadenant 120 mg dua kali sehari (-1,1 jam;
P=0,039) dan 180 mg dua kali sehari (-1,2 jam;
P=0,039). On time dengan diskinesia tidak
meningkat signifikan pada semua kelompok

S
tudi-studi terbaru yang dipresentasikan droxidopa dibandingkan dengan plasebo tozadenant.
dalam American Academy of Neurology setelah 1 minggu (6,8 mmHg; P=0,014) dan
65thAnnual Meeting memberi berita menunjukkan perbaikan numeris setelah Tozadenant juga terkait dalam perbaikan
yang menjanjikan mengenai obat-obat baru 8 minggu (2,2 mmHg; P =0,414). Pasien skor Unified Parkinson Disease Rating
untuk pasien Parkinson. droxidopa juga memiliki risiko jatuh yang Scale (UPDRS) I-III, begitu juga dengan
lebih kecil. Selama periode studi 10 minggu, skor Clinical Global Impression-Improvement
Studi pertama menyajikan data baru terdapat kejadian jatuh 0,38 /pasien/minggu (CGI-I) dan Patient Global Impression-
mengenai droxidopa untuk neurogenic dibandingkan 1,73 pada kelompok plasebo, Improvement.
orthostatic hypotension (NOH). Studi ke dua menghasilkan perbaikan sebesar 78,%
melaporkan mengenai keamanan dan efikasi (P=NS). Efek samping yang paling umum pada
dari tozadenant untuk menghilangkan kelompok tozadenant adalah diskinesia, mual,
fluktuasi pada pasien yang diberi levodopa. Droxidopa ditoleransi dengan baik, efek pusing, konstipasi, perburukan Parkinson,
Studi ke tiga melaporkan mengenai rasagiline samping terkait droxidopa yang paling umum insomnia, dan terjatuh.
sebagai terapi tambahan untuk monoterapi (> 5%) adalah nyeri kepala, pusing, hipertensi,
agonis dopamine untuk Parkinson. Hasil mual, dan kelelahan. Penambahan Rasagiline untuk gejala
ketiga studi ini memberikan berita yang yang membandel
menjanjikan untuk pasien Parkinson. Tozadenant mengurangi Off-Time Studi rasagiline adalah studi 18 minggu fase 4
Studi tozadenant merupakan studi 12 melibatkan 321 pasien Parkinson tahap awal
Droxidopa untuk NOH minggu, acak, tersamar ganda, fase 2 pada berumur 30 tahun atau lebih yang gejala
Studi droxidopa mempelajari efek obat ini pasien dengan Parkinson tahap lanjut yang penyakitnya tidak terkontrol dengan dosis
terhadap gejala ortostatik dan tekanan diberi levodopa dalam dosis stabil yang stabil ropinirole (setidaknya 6 mg/hari) atau
darah sistolik saat berdiri pada 225 pasien mengalami setidaknya off time selama 2,5 pramipexole (setidaknya 1 mg/hari). Pasien
Parkinson dan NOH. Kondisi ortostastik jam per hari. secara acak ditambahkan rasagiline 1 mg atau
mempengaruhi sekitar 18% pasien plasebo, sementara tetap mempertahankan
Parkinson, timbul dari kegagalan sistem Off time penyakit Parkinson adalah periode dosis stabil agonis dopamine.
saraf otonom untuk merespons perubahan tertentu dalam satu hari saat medikasi kurang
postur karena pelepasan norepinephrine bekerja baik, sehingga terjadi perburukan Dibandingkan jika menambahkan plasebo,
yang inadekuat. Droxidopa sendiri adalah gejala Parkinson. On time adalah periode penambahan rasagiline memberikan
sebuah prodrug oral yang akan diubah gejala Parkinson terkontrol baik. perbaikan signifikan skor total UPDRS
menjadi norepinephrine. (P=0,012) dan skor motorik (P=0,07). Tidak
Tozadenant, adalah sebuah antagonis selektif ada perbedaan signifikan skor UPDRS-ADL
Pasien dalam studi ini secara acak diberi reseptor adenosine 2—α oral, mengurangi (aktivitas sehari-hari) atau CGI-1. Rasagiline
plasebo atau droxidopa (dititrasi dari 100 signifikan off time dengan peningkatan ditoleransi dengan baik, tidak ada perbedaan
sampai 600 mg tiga kali sehari selama waktu on time dan perbaikan skor motorik signifikan persentase efek samping (64,2%
periode 2 minggu tersamar ganda, diikuti dan kualitas hidup pasien Parkinson. Obat ini vs. 61,0%) atau efek samping serius (4,9% vs.
dengan periode 8 minggu tersamar ganda tidak bekerja secara langsung pada sistem 3,0%) dibandingkan plasebo.
dengan dosis yang sudah stabil). Pasien dopamine dan karena itu efek dopaminergik
yang diberi droxidopa mengalami perbaikan dapat dihindari. Sejumlah 420 pasien secara Simpulannya, terdapat 3 obat baru yang
signifikan dalam pusing / sensasi melayang acak diberi tozadenant 60, 120, 180, 240 menjanjikan untuk pasien Parkinson: Droxidopa
setelah 1 minggu dibandingkan plasebo mg, atau plasebo 2 kali sehari, 337 pasien sebagai obat anti hipotensi, Tozadenant untuk
(P=0,008) dan menunjukkan tren perbaikan menyelesaikan perawatan. Pasien rata-rata mengurangi off-time, dan Rasagiline sebagai
setelah 8 minggu (P=0,077). Tekanan darah berumur 63 tahun dan sudah menderita terapi tambahan untuk gejala Parkinson yang
sistolik saat berdiri membaik signifikan pada Parkinson selama lebih dari 8 tahun. membandel.  (AGN)

REFERENSI:
Brooks M. New drugs hold promise of improved quality of life in PD. Medscape [Internet] 2013 [Cited 2013 March 21]. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/780879

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 857


BERITA TERKINI

Sevoflurane tidak Memberikan Efek Buruk


pada Fungsi Kognitif Anak
observasional juga telah dilakukan untuk
menentukan pengaruh anestesi umum
dan operasi strabismus pada kemampuan
intelektual anak.

Dalam studi tersebut, 21 anak berusia 5-10


tahun mendapat anestesi umum dengan
sevoflurane dan menjalani operasi strabismus.
Kemampuan intelektual dinilai sebelum dan
4 minggu setelah operasi menggunakan
Kaufman Assessment Battery for Children.
Empat subtes yang merepresentasikan
kemampuan intelektual terkait fungsi korteks
kompleks yang dinilai meliputi identifikasi
subjek pada gambar yang selesai sebagian,
reproduksi desain yang dipresentasikan
dengan menggunakan segitiga karet,
pemilihan gambar yang lengkap atau yang
sama dengan gambar lain, serta daya ingat
untuk lokasi gambar yang ditunjukkan pada
suatu halaman.

Hasil studi menunjukkan bahwa lama anestesi


umum rata-rata 51,3 menit. Skor 4 subtes total
praoperasi rata-rata 49,4 ± 6,2. Skor yang
disesuaikan untuk efek pembelajaran potensial

S
ampai saat ini belum jelas benar apakah Sebanyak 72 anak menyelesaikan ketiga dan tes-tes ulang kehandalan pascaoperasi
anestetik umum volatil mempunyai efek tes tersebut. Pada T1, usia mereka 66,1 ± 7,7 rata-rata 48,1 ± 7,7. Tidak ada perubahan skor
buruk pada otak yang belum matang/ bulan dan mempunyai berat badan rata-rata total pascaoperasi yang bermakna (p=0,108).
imatur pada anak, oleh karena itu dilakukan 21,6 ± 4,0 kg. Waktu anestesi rata-rata 67,3 ± Namun, skor tes segitiga menurun bermakna
suatu studi untuk menilai efek operasi 9,8 menit. Interval rata-rata antara T1 dan T2 setelah operasi (p=0,019), khususnya pada
strabismus dengan anestesi umum berbasis adalah 25,4 ± 6,8 hari, dan antara T1 dan T3 pasien dengan penurunan stereoacuity setelah
sevoflurane pada fungsi kognitif pasien anak. adalah 182,1 ± 27,2 hari. Tidak ada penurunan operasi. Stereoacuity yaitu kemampuan untuk
skor WPPSI yang bermakna secara statistik mendeteksi perbedaan jarak menggunakan
Studi tersebut melibatkan 100 anak berusia antara T1 dan T2, atau antara T1 dan T3. isyarat stereoskopik.
4-7 tahun yang dijadualkan menjalani operasi
koreksi strabismus dengan anestesi umum Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa
berbasis sevoflurane. Fungsi kognitif dinilai anestesi umum berbasis sevoflurane tidak operasi strabismus dengan anestesi umum
1 hari sebelum operasi (T1), 1 bulan setelah memberikan efek buruk pada fungsi kognitif sevoflurane secara umum tidak mempengaruhi
operasi (T2), dan 6 bulan setelah operasi anak berusia 4-7 tahun pada 1 bulan dan 6 kemampuan intelektual dari fungsi korteks
(T3) dengan metode Wechsler Preschool and bulan setelah operasi strabismus. Namun kompleks pada anak bersuai 5-10 tahun pada
Primary Scale of Intelligence (WPPSI) (Edisi tetap diperlukan studi yang lebih besar dan 4 minggu setelah oeprasi. Fungsi korteks
ketiga), yang terdiri dari 150 item. Kemudian jumlah sampel yang lebih banyak. dikaitkan dengan koordinasi tangan-mata
skor pada T1 dibandingkan dengan skor pada yang dapat dipengaruhi oleh perubahan
T2 dan T3. Sebelumnya suatu studi prospektif sementara stereoacuity pascaoperasi.  (EKM)

REFERENSI:
1. Fan Q, Cai Y, Chen K, Li W. Prognostic study of sevoflurane-based general anesthesia on cognitive function in children. J Anesth. 2013.
2. Yang HK, Chungh DS, Hwang JM. The effect of general anesthesia and strabismus surgery on the intellectual abilities of children: A pilot study. Am J Ophthalmol. 2012;153(4):609-13. doi:
10.1016/j.ajo.2011.09.014.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 859


BERITA TERKINI

Inhaler Tunggal Kombinasi Budesonide-Formoterol


untuk Asma dengan Risiko Eksaserbasi Berat:
Efektif dan Amankah?

P
ada penatalaksanaan asma, 16 embusan salbutamol per hari di kelompok
terdapat empat komponen yang standar). Analisisnya menggunakan analisis
saling terkait guna mencapai dan intention-to-treat.
memelihara kondisi terkendalinya asma.
Keempat komponen tersebut meliputi: (1) Hasilnya menunjukkan tidak terdapat
pengembangan hubungan dokter-pasien, (2) perbedaan bermakna antara kelompok SMART
identifikasi dan pengurangan risiko terpajan dan standar dalam hal proporsi partisipan
dengan faktor risiko, (3) penilaian, penobatan, dengan sedikitnya satu episode penggunaan
dan pemantauan asma, (4) penanganan beta-agonist dosis tinggi (84 [56%] vs 68 [45%],
eksaserbasi asma. relative risk 1,24 [95%CI 0,99-1,56]; p=0,058).
Dijumpai lebih sedikit hari penggunaan beta-
Dalam pengobatan asma, dikenal istilah ‘single agonist dosis tinggi di kelompok SMART (rerata
inhaler therapy’, merujuk pada sebuah inhaler 5,1 hari [SD 14,3] vs 8,9 hari [20,9], relative rate
yang mengandung dua obat sekaligus. Satu 0,58 [0,39-0,88]; p=0,01). Di antara pasien
dari dua obat ini bekerja cepat dan disebut Dalam RCT (randomised controlled trial) selama yang mengalami sedikitnya satu episode
‘reliever’, sedangkan satunya bekerja lebih 24 minggu yang berlokasi di empat klinik penggunaan beta-agonist dosis tinggi, pasien
lambat dan dinamakan ‘preventer’. Salah layanan kesehatan primer dan satu rumah yang ada di kelompok SMART lebih singkat
satu kombinasi obat yang digunakan dalam sakit di New Zealand, 303 pasien (usia 16-65 (jumlah hari lebih sedikit) menggunakan obat
regimen single inhaler maintenance and tahun) dengan eksaserbasi asma baru diacak dosis tinggi tanpa pertolongan medis (8,5
reliever therapy (SMART) ialah budesonide dan (rasio 1:1) ke dalam kelompok regimen SMART hari [17,8] vs 18,3 hari [24,8], 0,49 [0,31-0,75];
formoterol. Dalam kombinasi tersebut, yang (n=151) atau regimen dosis-tetap standar p=0,001). Terapi dengan regimen SMART
berperan sebagai ‘reliever’ adalah formoterol (n=152). Terapi di kelompok SMART terdiri atas menyebabkan pajanan corticosteroid inhalasi
(salah satu agen golongan bronkodilator dua embusan budesonide-formoterol (200 μg lebih tinggi (943,5 μg budesonide per hari
beta-agonis), sementara ‘preventer’-nya ialah and 6 μg, masing-masing, per embusan) dua [1502,5] vs 684,3 μg budesonide per hari; ratio
budesonide (golongan steroid). kali sehari dengan satu embusan tambahan, of means 1,22 [1,06-1,41]; p=0,006), tetapi
jika perlu, untuk meredakan gejala; terapi di pajanan corticosteroid oral lebih rendah (77,5
Regimen single inhaler maintenance and kelompok standar terdiri atas dua embusan mg prednisone [240,5] vs 126,6 mg prednisone
reliever therapy (SMART)—kombinasi budesonide-formoterol (200 μg and 6 μg, [382,1]; p=0,011), tanpa perbedaan bermakna
budesonide dan formoterol—telah terbukti masing-masing, per embusan) dua kali sehari dalam hal pajanan corticosteroid sistemik
memperingan eksaserbasi berat pada pasien menggunakan MDI (metered-dose inhaler) gabungan (793,7 mg prednisone ekuivalen per
asma. Meski begitu, apakah pajanan jangka kombinasi dengan satu sampai dua embusan tahun [893,1] vs 772,1 mg prednisone ekuivalen
pendek maupun kumulatif corticosteroid dosis salbutamol (100 μg per embusan) via MDI bila per tahun [1062,7]; 1,03 [0,86-1,22]; p=0,76).
tinggi dan beta-agonist meningkatkan risiko perlu, guna meredakan gejala. Partisipan di kelompok SMART mengalami
efek samping tidak diketahui secara jelas. eksaserbasi asma lebih sedikit (35 [weighted
Sehubungan dengan itu, sebuah penelitian MDI dipantau secara elektronik untuk mean rate per tahun 0,53] vs 66 [0,97]; relative
dilakukan untuk menyelidiki apakah regimen mengukur jumlah aktual penggunaan obat. rate 0,54 [0,36-0,82]; p=0,004).
SMART dapat menurunkan risiko penggunaan Luaran (outcome) primernya ialah proporsi
beta-agonist yang berlebihan, mengurangi partisipan dengan sekurang-kurangnya satu Simpulannya, regimen SMART memiliki profil
APE/MLY/1203/Ins-1

risiko pasien mencari pertolongan medis episode penggunaan beta-agonist dosis tinggi manfaat-risiko yang menguntungkan dan
saat terjadi serangan asma, dan mereduksi (lebih dari delapan embusan budesonide- dapat direkomendasikan untuk digunakan
eksaserbasi asma yang berat jika corticosteroid formoterol per hari di samping empat dosis pada pasien asma dewasa yang berisiko
sistemik menjadi kendala. rumatan di kelompok SMART, atau lebih dari mengalami eksaserbasi berat.  (AAM)

REFERENSI:
1. Cates CJ, Karner C. In people with asthma are single inhalers that contain both formoterol and budesonide better than current best practice? [Internet]. 2013 [cited 2013 Jul 1]. Available
from: http://summaries.cochrane.org/CD007313/in-people-with-asthma-are-single-inhalers-that-contain-both-formoterol-and-budesonide-better-than-current-best-practice.
2. Patel M, Pilcher J, Pritchard A, Perrin K, Travers J, Shaw D, et al. Efficacy and safety of maintenance and reliever combination budesonide-formoterol inhaler in patients with asthma at risk
of severe exacerbations: A randomised controlled trial. The Lancet Respiratory Medicine. 2013;1(1):32-42.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 861


BERITA TERKINI

Qsymia untuk Penurunan Berat Badan

S
ebuah review terbaru yang Dosis dan cara penggunaan
dipublikasikan di Medscape membahas Untuk pasien yang merupakan kandidat
pemberian Qsymia untuk penurunan yang baik untuk Qsymia, dokter dapat
berat badan. Qsymia merupakan kombinasi meresepkan dosis awam mulai dari 3,75
phentermine dan topiramate. Obat ini disetujui mg/23 mg selama 14 hari dan dosis reguler
oleh FDA pada bulan Juli 2012, tetapi baru 7,5 mg/46 mg selama 30 hari, dengan
tersedia melalui mail order pharmacies. Dalam maksimal 5 refill dosis reguler. Jika pasien
uji klinik, obat ini menunjukkan efikasi yang tidak mengalami penurunan setidaknya 3%
lebih besar dibanding dengan obat-obatan total berat badan selama 12 minggu, perlu
penurun berat badan lainnya. dipertimbangkan penghentian medikasi
(karena pasien merupakan nonresponder)
Farmakologi atau meningkatkan dosis sampai dengan
Sampai saat ini, mekanisme kerja dari obat 15 mg/92 mg. Pasien yang diberi dosis
kombinasi ini secara jelas baru diketahui maksimum harus meneruskan penggunaan
sebagian saja. Phentermine bekerja dengan medikasi selama 12 minggu lagi sebelum
meningkatkan pelepasan norepinephrine oleh meningkatkan tekanan darah dan denyut reevaluasi. Jika pasien tidak mengalami
hipotalamus, yang kemudian menurunkan jantung. Sebagai catatan, dalam uji klinik, penurunan berat badan setidaknya 5%
nafsu makan, dan akhirnya menurunkan kombinasi phentermine dan topiramate dari berat badan awal, pemberian Qsymia
asupan makanan.Topiramate sedikit lebih justru menurunkan tekanan darah. Variabel sebaiknya dihentikan.
kompleks, obat ini sudah lama dikaitkan kardiovaskuler yang terpengaruh secara
dengan penurunan asupan kalori, tetapi negatif hanya sangat sedikit kenaikan denyut Karena topiramate merupakan medikasi
mungkin juga memiliki efek metabolik lain. (1 denyut/menit). Dalam keterangan produk anti-kejang, jika diberikan dalam dosis
Kedua obat diketahui bekerja pada sistem disebutkan bahwa efek Qsymia terhadap maksimum, maka dosis harus dititrasi
saraf pusat. morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler menurun selama seminggu sebelum
belum diketahui. Studi lebih lanjut sedang dihentikan. Dosis yang lebih rendah tidak
Efikasi dilakukan, tetapi petunjuk tambahan tidak perlu dititrasi.
Dalam uji klinik, penurunan berat badan akan tersedia sampai 3 -5 tahun ke depan.
dengan pemberian Qsymia terkait dengan Sampai hal ini lebih jelas diketahui, Qsymia Siapa yang sebaiknya diberi Qsymia
dosis dan berkisar dari 5% pada dosis terendah sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang Di Amerika, Qsymia direkomendasikan
dan >10% jika menggunakan dosis tertinggi. diketahui menderita penyakit kardiovaskuler. pada pasien obesitas (BMI > 30 kg/m2) dan
kelebihan berat badan (BMI > 27 kg/m2) yang
Dalam kebanyakan studi, obat ini diberikan Efek samping pada sistem saraf pusat juga memiliki komorbiditas seperti diabetes tipe
sejalan dengan manajemen gaya hidup dilaporkan terjadi pada penggunaan 2 2 atau hipertensi. Di Indonesia seseorang
dalam bentuk LEARN Program for Weight komponen obat ini dan tampaknya terkait dikatakan kelebihan berat badan jika BMI
Management. Sebagai tambahan pasien dengan dosis. Pada dosis tertinggi, sekitar 8% nya ≥ 23 kg/ m2 dan obesitas jika BMI nya ≥
didorong menurunkan asupan kalori mereka pasien mengalami depresi atau efek samping 25 kg/m2.
sebesar 500 kalori/hari dan meningkatkan terkait ansietas.
konsumsi air dan aktivitas fisik. Pasien yang Karena efek samping obat ini tampaknya
menginginkan “magic bullet” tanpa diet Efek samping lain yang dilaporkan adalah terkait dengan dosis, Qsymia harus digunakan
dan olahraga mungkin akan lebih sedikit keterkaitan dengan celah bibir atau palatum pada dosis efektif terendah.
mengalami penurunan berat badan. pada bayi yang ibunya sedang menggunakan
topiramate. Dosis topiramate tunggal yang Simpulannya, qsymia merupakan obat
Tolerabilitas digunakan untuk merawat epilepsi atau penurun berat badan terbaru yang yang
Kedua obat ini memiliki juga memiliki efek migrain umumnya lebih tinggi dibanding sangat menjanjikan dan sudah disetujui oleh
samping yang perlu diwaspadai. Phentermine topiramate dalam dosis tertinggi Qsymia. FDA. Pemberian Qsymia harus memperhatikan
merupakan obat golongan stimulan dan Akan tetapi sebaiknya pasien tidak hamil saat berbagai faktor seperti target pasien dan risiko
sebagai terapi tunggal telah dilaporkan menggunakan obat ini. efek samping.  (AGN)

REFERENSI:
1. Fujioka K. Prescribing Qsymia for weight loss. Medscape Diabetes and Endocrinology [Internet]. 2012 [Cited 2012 Oct 29]. Available from: http://www.medscape.com/
viewarticle/773232
2. Vivus, Inc. Qsymia prescribing information. Available from: http://www.qsymia.com/pdf/full-prescribing-information.pdf

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 863


BERITA TERKINI

Guidelines Pemberian Nutrisi Enteral pada


Kasus Gastroenterologi (ESPEN)

P
emberian nutrisi enteral (EN) pada pasien sehat, yaitu 25-30 Kkal/kgBB/hari. Terjadi atau gangguan absorpsi pada usus besar.
dengan gangguan gastroenterologi peningkatan kejadian fraktur pada pasien CD Tujuan utama terapi nutrisi pada pasien SBS
seperti Crohn’s disease (CD) dan short akibat penurunan kadar kalsium dan vit. D adalah menjaga/meningkatkan status nutrisi,
bowel syndrome (SBS) khususnya dengan di dalam tubuh, oleh karena itu dosis umum peningkatan fungsi usus besar, penurunan
malnutrisi dapat membantu perbaikan dan direkomendasikan untuk vit. D (cholecalciferol) diare, dan perbaikan kualitas hidup, sehingga
kesembuhan. EN dapat diberikan sebagai adalah 800-1000 IU/hari dengan kalsium kebutuhan dan keseimbangan kalori, trace
nutrisi praoperasi pada pasien dengan 1000 mg/hari. Dosis dapat ditingkatkan jika elements, dan elektrolit perlu diperhitungkan
hipoalbumin dan juga digunakan sebagai terdapat malabsorpsi. secara adekuat.
terapi tunggal, seperti CD pada anak dan CD
pada dewasa ketika pemberian kortikosteroid Tujuan terapi nutrisi enteral adalah: Tidak terdapat nutrisi spesifik untuk SBS. Sebuah
tidak memungkinkan. 1. Terapi dan profilaksis undernutrition. studi menunjukkan bahwa absorpsi yang dapat
2. Peningkatan pertumbuhan pada pasien dicapai pasien SBS adalah sekitar 62% dan untuk
Crohn’s disease (CD) anak dan remaja. masing-masing zat gizi sebagai berikut: lemak
Pada fase akut CD, kejadian nutrisi kurang 3. Peningkatan QOL (quality of life). 54%, karbohidrat 61%, dan protein 81%. Karena
(undernutrition) akibat kehilangan berat badan, penurunan absorpsi tubuh, untuk menjaga
kekurangan protein, vitamin, dan trace element Pada pasien CD dewasa, kortikosteroid me- dan mempertahankan keseimbangan energi
sangat umum terjadi. Kehilangan nafsu makan rupakan terapi lini pertama untuk tata laksana dan berat badan, maka diperlukan energi 60
(anoreksia), peningkatan kehilangan fungsi CD, EN diindikasikan sebagai terapi utama Kkal/kgBB/hari per oral atau melalui sonde.
saluran cerna dan inflamasi sistemik merupakan apabila pemberian kortikosteroid tidak mungkin Pemberian energi sampai dengan 200-419%
faktor utama terjadinya undernutrition. Pada akibat intoleransi atau penolakan terapi korti- kebutuhan basal dapat mencegah kebutuhan
anak dan remaja dapat terjadi gangguan kosteroid. Terapi kombinasi diindikasikan pada penggunaan nutrisi parenteral (PN). Kebutuhan
pertumbuhan disebabkan akibat kurangnya pasien malnutrisi dan juga pada pasien dengan protein harian bisa mencapai 1,5-2 g/kgBB/hari.
asupan nutrisi dan juga akibat terapi steroid. inflamasi stenosis usus. Pada anak dan remaja,
EN merupakan terapi lini pertama untuk CD. Jika kolon berfungsi baik, penghantaran
Prevalensi kehilangan berat badan pada pasien karbohidrat per oral dalam dosis besar dapat
dewasa rawat inap dengan CD dapat mencapai Formula EN yang direkomendasikan adalah membantu absorpsi kebutuhan energi karena
75%. Kehilangan mineral pada pasien CD dapat protein kompleks. Sebuah penelitian me- sintesis asam lemak rantai pendek. Meskipun
menyebabkan gangguan seperti osteopenia nyebutkan tidak terdapat perbedaan bermakna disebutkan bahwa zat farmakonutrisi, seperti
akibat kehilangan vitamin D dan angka kejadian pada penggunaan formula asam amino bebas glutamine, tidak menguntungkan pasien SBS,
dapat mencapai 45%. Penurunan kadar atau peptide-based atau protein kompleks. sebuah studi menunjukkan perbaikan fungsi
vitamin K dalam tubuh dapat mengakitbatkan Terapi nutrisi yang baik adalah formula usus pada pasien yang diberi nutrisi dengan
penurunan densitas mineral tulang. (BMD – yang menyerupai makan normal, sehingga formula tinggi karbohidrat, rendah lemak, dan
bone mineral density). Pada pasien anak dan penggunaan formula asam amino bebas atau 30 g glutamine per hari dan growth hormone.
remaja, gangguan pertumbuhan memiliki peptide-based tidak terlalu direkomendasikan.
angka kejadian sebesar 40% dan penurunan Belum terdapat penelitian sampai pada saat ini Simpulannya, pada pasien dengan kasus
massa otot dan lemak tubuh memiliki angka yang menunjukkan keuntungan penggunaan gastroenterologi terapi nutrisi ditujukan untuk
kejadian sebesar 60%. Pemberian nutrisi dapat formula disease-specific seperti modifikasi lemak, terapi dan profilaksis undernutrition, peningkatan
meningkatkan laju pertumbuhan pada pasien yaitu penggunaan MCT, serta penggunaan pertumbuhan pada pasien anak dan remaja, dan
anak dan remaja dengan CD. omega-3, glutamine, dan TGF-β (growth factor). peningkatan kualitas hidup. Kebutuhan kalori
pasien kasus gastroenterologi pada umumnya
Kebutuhan kalori harian pada pasien dewasa Short bowel syndrome (SBS) sebanding dengan individu sehat. Pada saat
dengan CD umumnya sebanding dengan SBS merupakan kondisi kompleks yang ini, belum terdapat keuntungan penggunaan
kebutuhan kalori harian pada dewasa disebabkan oleh kehilangan fungsi usus nutrisi khusus pada pasien CD dan SBS.  (MAJ)

REFERENSI:
1. Lochs H, Dejong C, Hammarqvist F, Hebuterne X, Leon-Sanz M, Schütz T, et al. ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition: Gastroenterology. Clin Nutr. 2006;25(2):260-74.
2. Geerling BJ, Badart-Smook A, Stockbrügger RW, Brummer RJ. Comprehensive nutritional status in recently diagnosed patients with inflammatory bowel disease compared with population
controls. Eur J Clin Nutr. 2000;54(6):514-21.
3. Griffiths AM, Ohlsson A, Sherman PM, Sutherland LR. Meta-analysis of enteral nutrition as a primary treatment of active Crohn’s disease. Gastroenterology 1995;108(4):1056-67.
4. Byrne TA, Wilmore DW, Iyer K, Dibaise J, Clancy K, Robinson MK,, et al. Growth hormone, glutamine, and an optimal diet reduces parenteral nutrition in patients with short bowel syndrome:
A prospective, randomized, placebo-controlled, double-blind clinical trial. Ann Surg. 2005;242(5):655-61.

864 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


OPINI

Hospis: Rumah bagi Pasien Stadium Terminal


Maria A. Witjaksono
Institusi ?

“Penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Tidak pengobatan menimbulkan rasa rendah diri terhadap penyakitnya diberikan. Pada
ada lagi yang dapat dilakukan. Silakan pasien dan keinginan mengisolasi diri. Gangguan penyakit kanker, misalnya ditandai dengan
dibawa pulang” adalah kalimat klise para emosi yang tidak ditangani dengan baik juga bertambahnya ukuran tumor, meningkatnya
dokter bila berhadapan dengan penyakit mengakibatkan hubungan dengan orang lain tumor marker dan hasil laboratorium lain yang
yang tidak menunjukkan perbaikan setelah terganggu, misalnya pasangan atau anak- makin memburuk, menurunnya berat badan
berbagai modalitas pengobatan diberikan. anak yang memilih untuk menjauh karena dan keadaan umum serta berkurangnya
emosi yang labil, cepat tersinggung, mudah kemampuan melakukan aktivitas. Pada
Pernyataan dokter tersebut tentu marah dan sebagainya. Kondisi spiritual kondisi seperti ini, gangguan berupa gejala
menimbulkan kebingungan bagi keluarga. dapat juga terganggu karena nyeri yang fisik biasanya juga mulai meningkat. Informasi
Bagaimana mungkin kami merawat pasien tidak ditangani dengan baik. Ketergantungan tentang penyakit yang tidak jelas atau tidak
dengan kondisi yang buruk ini di rumah? Apa kepada orang lain, rasa putus asa, merasa mencukupi akan menimbulkan kebingungan
yang harus kami lakukan? Sedang di rumah sakit menjadi beban dapat menyebabkan seorang bagi pasien dan keluarga. Tujuan pengobatan
saja nyeri belum ditangani dengan baik, pasien pasien menyalahkan diri sendiri, orang lain yang tidak tepat juga bisa makin memperburuk
kesakitan, tidak bisa makan, memakai oksigen, atau bahkan Tuhan yang berakibat menjauh kemampuan pasien dan keluarga untuk
ada luka besar yang belum sembuh, belum bisa dari kegiatan beragama. mengambil keputusan.
berjalan. Kami semua bekerja.........................dst.
PENDERITAAN PASIEN MENIMBULKAN Tujuan pengobatan pasien kanker dibagi
KANKER DAN PENDERITAAN PASIEN PENDERITAAN BAGI KELUARGA DAN menjadi tiga, yaitu (1) untuk menyembuhkan
Keberhasilan ilmu kedokteran dalam KESULITAN BAGI ORANG ORANG jenis kanker tertentu yang dapat disembuhkan
memperpanjang usia harapan hidup DEKATNYA bila kanker ditemukan pada stadium dini, (2)
menimbulkan masalah baru, salah satunya Pengobatan kanker yang panjang, biaya yang untuk memperpanjang usia bila kesembuhan
yaitu semakin banyaknya angka kejadian tidak sedikit, ketidakpastian atau kecilnya tidak dapat diharapkan, (3) untuk mendapatkan
penyakit kanker. Hingga saat ini, cara-cara keberhasilan pengobatan yang diberikan, kualitas sisa hidup dan kenyamanan melalui
pengobatan belum mampu menyembuhkan ketergantungan pasien secara fisik, waktu penatalaksanaan gejala yang muncul yaitu
sebagian besar jenis kanker. Hal ini berarti yang tersita, peran keluarga yang berubah, bagi pasien pada stadium terminal. Sangatlah
sebagian besar pasien kanker akan sampai pada gangguan dalam menjalankan pekerjaan tidak mudah bagi seorang dokter untuk
stadium terminal dan akan meninggal karena karena konsentrasi yang terbagi, tidak memilki mengatakan hal sesungguhnya kepada
penyakitnya atau kondisi yang berhubungan kesempatan untuk merawat diri sendiri, pasien yang memasuki stadium terminal.
dengan penyakitnya. Menurut penelitian, melakukan hobi dan hilangnya kehidupan Pada umumnya dokter akan terus berusaha
sebagian besar pasien kanker meninggal akibat sosial adalah contoh contoh beban yang untuk memperpanjang usia pasien dengan
infeksi, gangguan hemostasis seperti emboli, harus dirasakan oleh keluarga pasien kanker. melakukan tindakan-tindakan kausatif atau
perdarahan, gagal organ, dan kaheksia. Selain itu, terdapat pula penderitaan pasien tindakan suportif lain. Dokter merahasiakan
yang tidak mendapat penatalaksanaan yang kepada pasien tentang prognosis dengan
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan memadai pada akhirnya akan menimbulkan maksud agar pasien terus bersemangat
terutama bila mencapai stadium terminal penderitaan keluarga. Sikap pasien menarik melanjutkan pengobatan yang direncanakan.
menimbulkan penderitaan bukan saja bagi diri dari lingkungan, tidak menerima bantuan Sebagian dokter berpendapat bila pasien tahu
pasien, tetapi juga bagi keluarga dan bahkan orang lain walaupun sebetulnya memerlukan, kondisi sebenarnya, semangat hidupnya akan
bagi sahabat-sahabatnya. Penderitaan akibat emosi yang labil dan sulit dipahami apa yang menurun, tidak mau makan, dan sebagainya,
gejala fisik yang tidak ditangani dengan diinginkan berisiko menimbulkan kesulitan sehingga pasien bisa meninggal lebih cepat.
baik, misalnya nyeri menimbulkan gejala bagi orang-orang di sekitarnya, misalnya Karena itu, segala upaya dilakukan di rumah
fisik lain seperti kehilangan nafsu makan, teman kantor atau teman sekolah. sakit agar pasien bertahan hidup. Menurut
mual, gangguan tidur, keterbatasan aktivitas, penelitian, hal ini justru menambah panjang
kelelahan yang mengakibatkan turunnya SIKAP DOKTER DAN TENAGA penderitaan pasien dan keluarganya.
kualitas hidup. Nyeri juga menimbulkan KESEHATAN LAIN TERHADAP PENYAKIT
kecemasan dan ketakutan yang pada akhirnya STADIUM TERMINAL Kelompok lainnya adalah dokter yang juga
memperburuk kondisi fisik. Berkurangnya Stadium terminal ditandai dengan merahasiakan kepada pasien mengenai
kecantikan tubuh akibat penyakit atau progresivitas penyakit, walaupun pengobatan kondisi terminal, namun tidak ingin

Alamat korespondensi email: yusuf_pluss@yahoo.com

866 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


OPINI

merawatnya lagi di rumah sakit, karena kondisi pasien dan kebutuhan keluarga dalam waktu kurang dari 6 bulan. Bila hospis dilakukan
menyadari bahwa tindakan di rumah sakit tidak merawat pasien. di rumah sakit dengan model layanannya
akan ada manfaatnya. Keluarga diminta untuk sesuai prinsip paliatif disebut Hospital-based
membawa pulang pasien sambil memberikan Tugas dari perawatan paliatif adalah Hospice. Hospis dapat dilakukan di suatu
harapan palsu, bahwa bila setelah pulang 1. Mengatasi gejala fisik berupa nyeri dan bangunan tersendiri, dengan memberikan
ke rumah kondisi membaik, pengobatan gejala lain serta memenuhi kebutuhan fisik suasana rumah dan prinsip paliatif.
akan diteruskan kembali. Kondisi seperti ini, dasar.
pada umumnya membuat keluarga bingung 2. Memberikan konseling dan intervensi lain HOSPIS MEMBERI MANFAAT BAGI
karena tidak tahu apa yang seharusnya untuk mengatasi masalah psikologis. PASIEN, KELUARGA, RUMAH SAKIT,
dilakukan. Kondisi fisik yang buruk, tetapi 3. Bersama sumber sumber lain memberikan DAN SISTEM KESEHATAN
pasien masih memiliki semangat berobat dan bantuan dalam mengatasi kesulitan sosial. Perawatan paliatif dan hospis memberi
mencapai kesembuhan yang tinggi, sering 4. Memberikan dukungan spiritual sesuai manfaat bukan hanya bagi pasien dan
kali membuat keluarga mencari pengobatan dengan agama dan kepercayaan yang dianut. keluarga tetapi juga bagi rumah sakit dan
alternatif, yang pada umumnya tidak dapat 5. Menyediakan Respite Care untuk memberi sistem kesehatan secara keseluruhan. Rumah
dipertanggungjawabkan secara medis yang kesempatan kepada keluarga beristirahat. sakit adalah institusi tempat pasien yang tidak
pada akhirnya menambah penderitaan, baik dapat ditangani di layanan kesehatan primer
bagi pasien maupun keluarga. Dengan tindakan tersebut di atas, diharapkan bisa mendapatkan tindakan yang diperlukan
pasien dapat aktif walaupun dengan dan mencapai kesembuhan atau diharapkan
PERAWATAN PALIATIF MENCEGAH DAN keterbatasan dan mampu melayani dirinya memiliki harapan hidup yang baik. Kondisi
MENGURANGI PENDERITAAN DAN sendiri dan memiliki kualitas hidup yang saat ini di Indonesia dengan jumlah tempat
MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP baik sesuai kondisi yang ada, serta dapat tidur terbatas, pasien stadium terminal masih
PASIEN DAN KELUARGA memanfaatkan waktu dengan baik untuk dirawat di rumah sakit, sementara pasien yang
Paliatif berasal dari bahasa Latin, yang dalam melihat hidupnya sebagai anugerah yang memerlukan tindakan di rumah sakit tidak
bahasa Inggris to palliate berarti mengurangi bermakna bagi dirinya sendiri dan orang lain mendapat tempat atau harus mengantri lama.
penderitaan dan memberikan kenyamanan dan dapat mencapai apa yang diinginkannya Tempat tidur rumah sakit menjadi tidak efektif,
namun tidak menyembuhkan. Perawatan sebelum waktunya tiba. Bila hal ini dapat angka kematian di rumah sakit tinggi dan
paliatif saat ini telah ditetapkan oleh WHO tercapai, pada umumnya pasien memiliki pendapatan rumah sakit lebih rendah karena
menjadi model layanan bagi pasien dengan harapan hidup yang lebih panjang dari yang kehilangan kesempatan melakukan tindakan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, yang diperkirakan, dan beban keluarga dapat kuratif bagi pasien yang memerlukan.
bertujuan untuk mencapai kualitas hidup diringankan.
pasien, dan memberikan dukungan kepada Pasien yang dirujuk oleh layanan kesehatan
keluarga yang mengalami kesulitan dalam HOSPIS: RUMAH BAGI PASIEN STADIUM primer seyogianya dikembalikan bila pasien
menghadapi gejala fisik pasien, gangguan TERMINAL menuju ke stadium terminal. Bila sistem
psikologis, kesulitan sosial dan masalah Stadium terminal terbagi menjadi fase stabil, rujukan ini berjalan, efektivitas dapat tercapai.
spiritual yang muncul akibat penyakit yang tidak stabil, perburukan dan fase menjelang Tenaga profesional di rumah sakit dapat
ada. ajal. Rumah adalah tempat yang paling banyak secara efisien menggunakan tenaganya bagi
dipilih oleh pasien bila mereka mengetahui pasien yang memerlukan tindakan di rumah
Perawatan paliatif telah berkembang di lebih bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan. sakit, dan tenaga layanan primer memberikan
dari 220 negara di dunia, termasuk di Indonesia. Perawatan di rumah bagi pasien stadium layanan paliatif di rumah. Biaya perawatan
Pertama kali berdiri di Surabaya pada tahun terminal ini disebut Hospice Homecare. Namun baik yang dikeluarkan pemerintah maupun
1992, kini perawatan paliatif telah tersedia di demikian, perawatan stadium terminal tidak asuransi swasta dapat lebih efisien. Waktu,
beberapa rumah sakit di Jakarta (RS Kanker dapat dilakukan di rumah pasien bila gejala tenaga, dan keuangan keluarga juga dapat
Dharmais, YKI, MRCCC), Bandung, Yogyakarta, fisik berat dan memerlukan pengawasan diringankan dengan adanya hospis.
Denpasar, dan Makasar. Perawatan paliatif medis atau paramedis (fase tidak stabil dan
dilakukan oleh dokter paliatif dan dokter dari perburukan) untuk mencapai kenyamanan di Akhirnya, semoga harapan pasien stadium
berbagai disiplin, perawat, psikolog, tenaga akhir kehidupan (fase menjelang ajal). Hospis terminal dan keluarga agar terbebas dari
sosial medis, rohaniawan, dan sukarelawan adalah model perawatan paliatif bagi pasien penderitaan dapat dicapai dengan adanya
serta tenaga lain yang diperlukan sesuai yang diperkirakan akan meninggal dalam hospis. Semoga.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 867


OPINI

Hubungan antara Diabetes Melitus dengan


Penyakit Periodontal
Stephani Dwiyanti Indrasari
My ‘n Your Dentist Clinic, Jakarta, Indonesia

Diabetes melitus (DM) adalah salah satu gingiva dan perdarahan saat probing pada tersebut serupa juga. Sementara itu, pasien
kelainan metabolik paling umum berupa sulkus gingiva (bleeding on probing). Selain diabetes tidak terkontrol mempunyai tingkat
kadar gula darah yang tinggi. Gejala umum itu, gingiva akan tampak merah atau merah gingivitis lebih parah dibandingkan pasien
adalah poliuria, polidipsia, polifagia, dan kebiruan, terasa lunak, memiliki permukaan tanpa diabetes atau pasien dengan diabetes
berat badan turun.1 Prevalensi diabetes pada licin dan mengilat atau kesat dan membulat. terkontrol. 4,6 Terdapat pula asosiasi erat antara
kelompok usia 45-54 tahun untuk daerah Pada gingivitis, tidak terjadi kehilangan diabetes dengan periodontitis. Sebuah
perkotaan di Indonesia menduduki peringkat perlekatan. 6 Periodontitis mempunyai ciri- penelitian longitudinal menunjukkan bahwa
ke-2 yaitu 14,7%.2 Badan Kesehatan Dunia ciri peradangan gingiva yang mirip gingivitis. pasien DM tipe 2 dewasa mempunyai risiko
(WHO) memperkirakan penyandang diabetes Akan tetapi, pada banyak kasus periodontitis kehilangan tulang alveolar progresif empat
di Indonesia pada tahun 2030 akan mencapai inflamasi gingiva sangat kecil dan sulit kali lipat lebih besar dibandingkan orang
21,3 juta jiwa. Hal ini akan menjadikan dideteksi. Periodontitis dapat dideteksi dengan dewasa tanpa diabetes. Seperti gingivitis,
Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam adanya poket periodontal, peradangan pasien diabetes dengan kontrol glikemik
hal jumlah penderita diabetes setelah Amerika gingiva, serta hilangnya perlekatan. Selain buruk juga mempunyai risiko perkembangan
Serikat, Cina, dan India.3 itu, gambaran radiografi juga menunjukkan periodontitis dan risiko kehilangan perlekatan
adanya kehilangan tulang.6 lebih besar dibandingkan pasien diabetes
Berdasarkan patofisiologinya, DM dapat yang kontrol glikemiknya baik.4,6,10
diklasifikasikan menjadi 2 tipe utama. Diabetes Diabetes diasosiasikan dengan respons
tipe I disebabkan oleh destruksi autoimun sel β inflamasi berlebih gingiva terhadap plak. EFEK DIABETES MELITUS TERHADAP
pankreas yang berfungsi untuk memproduksi Secara umum, pasien dengan diabetes JARINGAN PERIODONSIUM
insulin. Diabetes tipe II disebabkan oleh terkontrol dan pasien tanpa diabetes Pada awalnya, peneliti memfokuskan studi
resistensi sel terhadap insulin. Pada diabetes mempunyai tingkat gingivitis yang serupa terhadap mikroba subgingiva pada pasien
tipe ini, pasien tetap dapat memproduksi apabila jumlah plak pada kedua kelompok dengan atau tanpa diabetes. Penelitian awal
insulin, meskipun produksinya akan berangsur
berkurang. Hampir 80% prevalensi diabetes Degradasi karbohidrat di saluran gastrointestinal dan
Konsumsi makanan
penyerapan gula sederhana ke dalam darah
melitus adalah tipe II.1,4
Peningkatan kadar glukosa darah
STUDI MENGENAI DIABETES MELITUS
DAN PENYAKIT PERIODONTAL Diabetes tipe II:
Sekresi insulin oleh sel β pankreas
Di Indonesia, prevalensi penyakit periodontal resistensi insulin pada reseptor dan post-reseptor
pada semua kelompok umur mencapai
Insulin menempel pada reseptor sel target dan membantu Diabetes tipe I:
96,58%.3,5 Dewasa ini, masih banyak masyarakat masuknya glukosa ke dalam sel rusaknya sel β pada pankreas
yang belum mengetahui bahwa penyakit
diabetes melitus erat kaitannya dengan penyakit Penurunan kadar glukosa darah
periodontal, yaitu penyakit peradangan kronis
pada jaringan penyangga gigi. Periodontitis Gambar 1 Hubungan antara metabolisme karbohidrat, insulin, dan diabetes4
telah diidentifikasi sebagai komplikasi keenam
diabetes. Beberapa penelitian menyatakan 1 2 3 4
bahwa diabetes menjadi faktor risiko prevalensi
dan keparahan gingivitis (peradangan gingiva)
dan periodontitis (peradangan jaringan
periodonsium).
Gambar 2 Gambaran klinis penyakit periodontal.
Gingivitis dan periodontitis, yang etiologi (1) gingiva yang merah, bengkak, licin, dan mengkilap.7
utamanya adalah plak dan kalkulus, (2) bleeding on probing atau perdarahan saat pengecekan kedalaman poket dengan pocket probe.8
mempunyai ciri khas. Gingivitis ditandai (3) periodontitis, dengan peradangan gingiva yang tidak terlihat jelas.5
dengan meningkatnya produksi cairan sulkus (4) resesi gingiva dan kehilangan perlekatan.9

Alamat korespondensi email: stephani.dwiyanti@gmail.com

868 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


OPINI

menunjukkan peningkatan jumlah bakteri Pembentukan Advanced Glycation End Beberapa studi juga menunjukkan bahwa
tertentu pada poket pasien diabetes. Akan Products (AGEs) pasien periodontitis, terutama yang jaringan
tetapi, penelitian lanjutan menunjukkan hal Salah satu komplikasi mayor diabetes periodontalnya dikolonisasi oleh bakteri
sebaliknya: patogen penyebab periodontitis adalah perubahan integritas mikrovaskular, gram negatif seperti P. gingivalis, Tannerella
tidak banyak berbeda pada pasien dengan yang sering menyebabkan kerusakan forsynthesis, dan Prevotella intermedia,
atau tanpa diabetes. Oleh sebab itu, peneliti organ seperti retinopati dan nefropati. mempunyai lebih banyak marker peradangan
mulai memfokuskan perhatian terhadap Pada kondisi hiperglikemik, protein serta seperti C-reactive protein (CRP), IL-6, dan
perbedaan respons inflamasi imun pada molekul matriks mengalami non-enzymatic fibrinogen dibandingkan pasien tanpa
kedua kelompok tersebut.4 glycosylation yang menghasilkan advanced periodontitis. Peningkatan resistensi insulin dan
glycation end products (AGEs) pada penurunan kontrol glikemik juga ditemukan
Abnormalitas fungsi sel jaringan, termasuk jaringan periodonsium. pada pasien periodontitis tersebut. 11
Pada penderita diabetes, fungsi beberapa AGEs merupakan rantai utama yang
sel yang berperan dalam respons inflamasi menghubungkan banyak komplikasi Terapi periodontal akan mereduksi peradangan
seperti neutrofil, monosit, dan makrofag diabetes karena AGEs menyebabkan lokal, yang diikuti dengan penurunan level
mengalami perubahan. Terdapat defisiensi abnormalitas fungsi sel endotel serta C-reactive protein (CRP), IL-6,dan TNF-α serta
fungsi neutrofil yang menyebabkan perubahan pertumbuhan dan proliferasi kontrol glikemik yang lebih baik. Hal ini
terhambatnya kemotaksis, fagositosis, serta pembuluh darah kapiler.4,6,11 membuktikan bahwa kondisi lokal pada
perlekatan sel. Sel-sel tersebut merupakan jaringan periodontal sangat mempengaruhi
lini awal pertahanan tubuh sehingga inhibisi Akumulasi AGEs pada pasien diabetes kondisi sistemik.4,11
fungsinya akan menghambat destruksi bakteri meningkatkan intensitas respons inflamasi
pada poket dan meningkatkan destruksi monosit dan makrofag, yang ditunjukkan SIMPULAN
jaringan periodontal. Selain itu, makrofag dengan meningkatnya produksi Pasien diabetes biasanya tidak mendapat
dan monosit juga meningkatkan produksi proinflammatory cytokine seperti IL-1α dan informasi komprehensif mengenai hubungan
pro-inflammatory cytokine serta mediator- TNF-α. Selain itu, AGEs juga berinteraksi antara periodontitis dan diabetes. Oleh sebab
mediator lain seperti tumor necrosis factor dengan kolagen dan membuat kolagen lebih itu, dokter harus memahami hubungan tersebut
(TNF-α). Peningkatan produksi tersebut akan sulit diperbaiki bila mengalami kerusakan. dan memberitahukan pasiennya mengenai
memperparah destruksi sel host.4,6,10 Akibatnya, kolagen pasien diabetes lebih pentingnya kesehatan mulut. Rujukan pasien
mudah terdegradasi. 4,11 dengan diabetes tidak terkontrol untuk evaluasi
Perubahan metabolisme dental dan terapi periodontal akan menghasil-
Pada pasien diabetes, fibroblas yang EFEK PENYAKIT PERIODONTAL kan kontrol gula darah yang lebih baik.4
merupakan sel reparatif primer pada TERHADAP DIABETES MELITUS
jaringan periodonsium tidak dapat berfungsi Mekanisme pengaruh penyakit periodontal Dokter gigi juga harus mengenali gejala
dengan baik. Selain sintesis kolagen yang terhadap diabetes baru diketahui belakangan khas pasien diabetes. Pasien yang tidak
berkurang, kolagen yang diproduksi fibroblas ini Pada pasien dengan penyakit periodontal merespon terapi periodontal awal atau pasien
rentan terdegradasi oleh enzim matriks sering ditemukan peningkatan kadar periodontitis berat yang tidak menunjukkan
metalloproteinase yang jumlah produksinya proinflammatory cytokine. Pada pasien oral hygiene yang buruk perlu menjalani
meningkat pada pasien diabetes. Selain diabetes, respons imun berlebih akan lebih screening gula darah. Dalam hal ini, rujukan ke
itu, pada kondisi hiperglikemik, terjadi pula meningkatkan lagi produksi proinflammatory dokter umum merupakan hal yang penting.
inhibisi proliferasi osteoblas yang menurunkan cytokines. Hal ini menyebabkan peningkatan Komunikasi dan koordinasi antara dokter dan
pembentukan tulang serta properti mekanik resistensi terhadap insulin dan mempersulit dokter gigi akan memberikan pelayanan yang
dari tulang yang baru terdeposisi.4,11 kontrol glukosa darah. 4 lebih optimal kepada pasien diabetes.4

DAFTAR PUSTAKA
1. Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser S, Jameson J, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 18th ed. New York. McGraw-Hill. 2011.
2. Ririh N. Diabetes Jadi Ancaman Serius di Indonesia. [cited 2013 July 7]; http://health.kompas.com/read/2012/09/19/14071845/Diabetes.Jadi.Ancaman.Serius.di.Indonesia.
3. Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. [cited 2013 July 7]; http://www.
depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html.
4. Mealey BL. Periodontal Disease and Diabetes A Two Way Street. J. American Dental Assoc. 2006; 137(10 supplement): 26S-31S.
5. Persson GR. Diabetes and Periodontal Disease: An Update for Health Care Providers. Diabetes Spectrum. 2011; 24(4):195-8.
6. Newman MG, Takei HH, Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology. 9th ed. Pennsylvania. Saunders. 2003.
7. Health 9. Gingivitis. [cited 2013 July 7]; http://health9.org/gingivitis/
8. Colgate Professional. Periodontitis Prior Treatment. [cited 2013 July 7]; http://www.colgateprofessional.co.uk/patienteducation/Periodontitis-prior-treatment/image.
9. Colgate Professional. Periodontitis Advanced Stage. [cited 2013 July 7]; http://www.colgateprofessional.co.uk/patienteducation/Periodontitis-advanced-stage/image.
10. Angginingtyas N, Maduratna E, Augustina EF. Status Kesehatan Jaringan Periodontal pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dibandingkan dengan Pasien Non Diabetes Mellitus Berdasarkan
GPI. Surabaya: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga; 2012.
11. Díaz-Romero R, Ovadía R. Diabetes and Periodontal Disease: A Bidirectional Relationship. Facta Universitatis Series: Medicine and Biology. 2007; 14(1): 6-9.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 869


LAPORAN KHUSUS

The 15th International Meeting on


Respiratory Care Indonesia (RESPINA) 2013

B
ertempat di JW Marriott Hotel, 11-12 udara persisten yang umumnya progresif, Pneumococcal Vaccination: Why, Who,
Oktober 2013, telah terselenggara disebabkan oleh inflamasi. Proses peradangan When and How?
sebuah kegiatan ilmiah berskala mengakibatkan perlengketan alveol Dianiati Kusumo Sutoyo – Department of
internasional—The 15th International pada saluran pernapasan yang kecil dan Pulmonology and Respiratory Medicine,
Meeting on Respiratory Care Indonesia menurunkan daya rekoil paru; perubahan- Faculty of Medicine University of Indonesia,
(RESPINA) 2013—yang pada tahun ini perubahan ini mengurangi kemampuan jalan Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia
mengusung tema “Respiratory Care: Journey napas untuk tetap terbuka sewaktu ekspirasi.
to the Future”. Didahului dengan Workshops • Penyakit paru obstruktif kronik terjadi • Penyakit pneumokokal (invasif dan
on Respiratory Care di tempat yang sama, akibat pajanan kumulatif terhadap asap rokok, noninvasif ) merupakan salah satu penyebab
9-10 Oktober 2013, acara simposium dalam polusi udara di dalam maupun luar ruangan, utama morbiditas dan kematian yang
rangkaian RESPINA 2013 ini tetap menyedot atau gas hasil pembakaran kayu dan bahan dapat dicegah di seluruh dunia, terutama
atensi banyak praktisi klinis, mulai dari dokter bakar biomassa lainnya. Pajanan kumulatif menjangkiti anak, individu dengan penyakit
umum hingga spesialis. Sebagaimana tahun- terhadap partikel atau gas berbahaya tersebut kronik dan luluh imun (immunocompromised)
tahun sebelumnya, RESPINA 2013 juga menyebabkan ketidakseimbangan oksidan untuk semua golongan umur, serta orang
menghadirkan sejumlah pembicara asing dan antioksidan, merangsang aktivitas elastase, tua.
yang notabene merupakan pakar-pakar mengaktifkan faktor transkripsi dan transduksi • Bentuk klinis penyakit pneumokokal
pulmonologi dan ilmu kedokteran respirasi di sinyal, menginisiasi ekspresi gen proinflamasi, invasif (invasive pneumococcal disease,
seluruh dunia. yang pada akhirnya menimbulkan inflamasi IPD) meliputi bakteremia, meningitis, dan
jalan napas dan sistemik yang bermakna. pneumonia dengan bakteremia; 80% berupa
Hari pertama simposium, Interactive Discussion, • Eksaserbasi merupakan kejadian penting pneumonia bakteremik. Sementara itu, bentuk
Meet the Expert, dan Satellite Symposium digelar dalam perjalanan penyakit PPOK, yang klinis penyakit pneumokokal noninvasif
secara simultan di tiga ruangan, mengawali memicu penurunan fungsi paru, peningkatan dapat berupa pneumonia tanpa bakteremia,
keseluruhan program ilmiah RESPINA 2013. morbiditas dan mortalitas, perburukan sinusitis, dan otitis media akut (khususnya
Usai opening ceremony yang berlangsung kualitas hidup, serta peninggian risiko kejadian pada anak).
meriah, dengan tari tradisional Indonesia kardiovaskuler. • Terapi antibiotik yang luas pada
dan pemberian apresiasi kepada perwakilan • Stres oksidatif berperan penting dalam penatalaksanaan infeksi pernapasan
asosiasi bidang ilmu terkait yang sama-sama proses terjadinya inflamasi jalan napas menimbulkan masalah resistensi, menyulitkan
berkepentingan dalam meningkatkan mutu pada eksaserbasi PPOK. Pada permulaan penanganan pneumonia, sehingga
layanan respirologi, di antaranya Perhimpunan eksaserbasi, penanda stres oksidatif—seperti meningkatkan risiko terjadinya komplikasi,
Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Dokter hidrogen peroksida dan 8-isoprostana— bahkan kematian.
Spesialis Radiologi Indonesia, Ikatan Dokter meningkat, begitu pula dengan penanda • Vaksin pneumokokal polisakarida
Anak Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis inflamasi sputum (IL[interleukin]6, IL8, dan (pneumococcal polysaccharide vaccine,
Kardiovaskuler Indonesia, Perhimpunan Ahli mieloperoksidase [MPO]). PPSV) dan vaksin pneumokokal konjugat
Telinga Hidung dan Tenggorok, Kepala dan • Hambatan aliran udara yang persisten (pneumococcal conjugate vaccine, PCV) adalah
Leher, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf pada PPOK—disebabkan oleh banyak dua vaksin yang paling sering digunakan di
Indonesia. faktor, meliputi stres oksidatif, hipersekresi dunia, khususnya di negara berkembang. Data
mukus, dan inflamasi jalan napas—dapat epidemiologis menunjukkan bahwa angka
Berikut ikhtisar dari sejumlah materi yang mengakibatkan kerusakan dan penurunan kejadian IPD menurun setelah vaksinasi PCV
dibawakan para pembicara sepanjang fungsi paru secara progresif. pada anak kecil (≤5 tahun) dan orang lanjut
simposium RESPINA 2013. • Dua studi terkini, membuktikan manfaat usia (≥65 tahun).
karbosistein pada eksaerbasi akut PPOK • Kelompok individu yang berisiko tinggi
The Challenge of Exacerbation (studi PEACE-Preventive effects on acute terjangkit IPD atau pneumonia merupakan
Prevention in COPD exacerbations of COPD with carbocisteine) kandidat untuk mendapat vaksinasi
Pompini Agustina – Department of Pulmonology dan menyediakan data objektif mengenai pneumokokal. Prioritas pertama adalah anak
and Respiratory Medicine, Sulianti Saroso efek N-asetilsistein (NAC) dosis tinggi jangka kecil, diikuti individu luluh imun, pengidap
Hospital, Jakarta, Indonesia panjang dalam pencegahan eksaserbasi PPOK penyakit kronik (pernapasan, kardiovaskuler,
(studi PANTHEON-Placebo-controlled study on neurologis, metabolik, dll.), dan orang
• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), efficacy and safety of high dose N-acetylcysteine lanjut usia. Orang dewasa yang sehat
atau chronic obstructive pulmonary disease in exacerbations of chornic obstructive tampaknya masuk dalam kelompok yang
(COPD), ditandai dengan hambatan aliran pulmonary disease). tidak membutuhkan vaksinasi pneumokokal,

870 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


LAPORAN KHUSUS

tetapi tidak sepenuhnya benar mengingat penanganan komorbiditas harus mendapat meringankan gejala, mengurangi eksaserbasi,
insidens pneumonia terbilang tinggi, terlebih prioritas utama. memperkecil penurunan FEV1 (forced expired
di beberapa negara, seperti Indonesia. Hal volume in one second), dan meningkatkan
ini berarti bahwa risiko terjangkit infeksi Bronchodilators are Central to Symptom kualitas hidup.
pneumokokal tetap tinggi, terutama di negara Management in COPD: Why LABA/LAMA
berpendapatan per kapita rendah/menengah, Combination is Better Option? Targeted Treatment Beyond First-Line
yang sarat akan masalah sistem dan kondisi Faisal Yunus – Head of Asthma COPD Division, EGFR TKI in Advanced Non-Small Cell
kesehatan dengan status kesehatan individual Pulmonology Department, Faculty of Medicine Lung Cancer
rendah. Dengan begitu, risiko terjangkit University of Indonesia, Persahabatan Hospital, Lim Hong Liang – Parkway Cancer Centre
pneumonia tidak hanya pada kelompok risiko Jakarta, Indonesia Singapore
tinggi.
• Bronkodilator merupakan fondasi • Inhibitor tirosin kinase (tyrosine kinase
GOLD Strategy 2013 Update dalam terapi farmakologis PPOK. Obat-obat inhibitors, TKI) oral terhadap epidermal
Amira Permatasari Tarigan – Department of golongan bronkodilator, seperti agonis beta-2, growth factors (EGFR) telah diterima sebagai
Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty antikolinergik, dan metilxantin berperan terapi lini pertama untuk non-small cell
of Medicine University of North Sumatera, H sentral dalam penatalaksanaan PPOK. lung cancer (NSCLC) dengan mutasi EFGR
Adam Malik Hospital, Medan, Indonesia Bronkodilator kerja panjang (long acting) tersensitisasi. Pada beberapa randomised
lebih efektif dan lebih nyaman digunakan trial, angka respons EFGR TKI lebih tinggi
• Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) ketimbang bronkodilator kerja singkat (short dan durasi progression free survival lebih lama
masih merupakan salah satu masalah acting). bila dibandingkan dengan kemoterapi lini
kesehatan utama di masyarakat. Pada • Indacaterol adalah obat baru golongan pertama.
tahun 2020, diprediksikan PPOK akan LABA (long acting beta-2 agonist) yang • Afatinib, EFGR TKI oral ireversibel generasi
menempati peringkat kelima dalam burden diindikasikan untuk PPOK, sebagaimana kedua, belum lama ini mendapatkan
of disease, menurut sebuah studi yang tercantum dalam panduan GOLD tahun persetujuan US FDA sebagai terapi lini
dipublikasikan oleh World Bank/World 2010. Indacaterol dianggap lebih efektif pertama untuk NSCLC stadium lanjut dengan
Health Organization. dibanding obat golongan LABA lainnya, mutasi EGFR positif.
• Pada tahun 1998, Global Initiative for dengan lama kerja 24 jam dan mula kerja • Kombinasi afatinib dan cetuximab, antibodi
Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) yang cepat. anti-EGFR monoklonal, memperlihatkan
terbentuk, yang bertujuan meningkatkan • Penggunaan indacaterol menghasilkan aktivitas bermakna pada pasien yang pernah
kesadaran akan burden PPOK serta memperbaiki peringanan gejala, pengurangan eksaserbasi, mendapat EGFR TKI generasi pertama dan
pencegahan dan penatalaksanaan PPOK perbaikan fungsi paru, penambahan hari menunjukkan kemajuan, juga pada pasien
melalui upaya terencana berskala global yang bebas obat “penyelamat” (rescue medication), dengan atau tanpa mutasi T790M.
melibatkan orang-orang dari semua bidang dan peningkatan kualitas hidup. • Meskipun lebih poten dan menunjukkan
layanan kesehatan, termasuk para penentu • Tonus kolinergik merupakan aktivitas terhadap tumor dengan T790M,
kebijakan. mekanisme (cenderung) reversibel yang afatinib bersifat non-selektif terhadap EGFR
• Global Initiative for Chronic Obstructive memengaruhi bronkokonstriksi pada wide type, menghasilkan toksisitas bermakna,
Lung Disease merekomendasikan spirometri PPOK. Antimuskarinik kerja panjang (long termasuk ruam kulit dan diare. Hal ini
untuk diagnosis klinis PPOK guna menghindari acting antimuscarinic, LAMA) menghasilkan membatasi kemampuan untuk mencapai
kekeliruan diagnosis dan menjamin ketepatan perbaikan fungsi paru, kualitas hidup, konsentrasi plasma yang cukup tinggi guna
evaluasi derajat keparahan hambatan aliran mengurangi eksaserbasi, dan ketahanan menghambat tumor secara efektif dengan
udara. berjalan pada pasien PPOK. Tiotropium, mutasi T790M.
• Pada setiap pasien PPOK, penilaian yang salah satu obat golongan LAMA, secara • Inhibitor EGFR selektif generasi ketiga kini
harus dilakukan meliputi: bermakna lebih efektif dalam mencegah mulai dikembangkan untuk menghambat
 gejala, eksaserbasi PPOK dibanding salmeterol, tumor dengan mutasi T790M sekaligus
 derajat keparahan hambatan aliran udara, obat golongan LABA, dan pencegahan mempertahankan EGFR wide type, sehingga
 riwayat eksaserbasi, eksaserbasi oleh tiotropium saja tampaknya mencegah timbulnya efek samping
 komorbiditas. sudah cukup. Obat ini terbukti meringankan berkenaan dengan inhibisi fungsi reseptor
gejala dan memperkecil risiko eksaserbasi normal. Obat generasi baru tersebut saat ini
Tiga poin pertama bisa digunakan untuk PPOK, sebagaimana disebutkan dalam tengah memasuki uji klinis fase awal.
mengevaluasi berat ringannya gejala dan GOLD Revision 2011.
risiko akan ekserbasi berikutnya. Terapi • Pada pasien PPOK derajat sedang dan Dalam simposium RESPINA 2013 ini, sejumlah
nonfarmakologik dan farmakologik pada berat (Grup C dan D pada klasifikasi PPOK perusahaan farmasi dan media partner turut
PPOK selaras dengan penilaian tersebut, lewat menurut GOLD), pemberian LABA dan/ mendukung keberlangsungan salah satu
usaha berbasis-bukti dalam rangka meredakan atau LAMA direkomendasikan. Penggunaan temu ilmiah akbar di Indonesia tersebut.
gejala dan memperkecil risiko eksaserbasi. kombinasi LABA dan LAMA untuk pasien PPOK
Tidak boleh dilupakan, identifikasi dan akan membuahkan prognosis yang lebih baik, Sampai jumpa di RESPINA 2014! (AAM)

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 871


INFO PRODUK

Peranan Paracetamol Infus dalam


Tata Laksana Nyeri Pascaoperasi

PENDAHULUAN Tabel 1 Perbandingan Karakteristik Beberapa Sediaan Paracetamol


Paracetamol merupakan sebuah golongan
Parameter Paracetamol IV Paracetamol oral Paracetamol rektal
obat analgesik non-opioid yang telah
digunakan sejak tahun 1950an, serta juga Onset (min) 5-10 80 60-120
digunakan sebagai obat antipiretik dan telah Bioavailabilitas (%) 100 63-89 24-98
menjadi terapi lini pertama untuk terapi
Eliminasi Hati Hati Hati
demam dan nyeri. Paracetamol, atau sering
juga dikenal dengan nama acetaminophen, Waktu Paruh (jam) 1-4 1-4 1-4
juga telah banyak digunakan sebagai salah
Sediaan 10 mg/mL dalam larutan Tablet 500 mg, 650 mg, Suppo 80 mg, 125 mg
satu komponen produk untuk nyeri kepala, 100 mL 1.000 mg
demam, dan flu, dan juga sudah dijual secara Sirup 125 mg/5 mL
bebas (OTC – over the counter) di banyak
negara, termasuk Indonesia. Pada saat ini, telah
tersedia bentuk sediaan baru dari paracetamol
selain bentuk oral atau rektal yang telah
banyak digunakan, yaitu paracetamol infus.
Perbandingan karakteristik berbagai bentuk
sediaan tersebut dapat dilihat di tabel 1.
Paracetamol infus digunakan khususnya
sebagai analgesik untuk nyeri derajat ringan
hingga sedang, dan juga sebagai kombinasi
dan alternatif terapi dalam teknik multimodal
analgesia bersamaan dengan golongan
opioid, seperti morphine.

MEKANISME KERJA
Sampai saat ini, mekanisme kerja paracetamol
sebagai obat analgesik belum dapat
dipastikan. Beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa paracetamol memiliki efek sensitivitas
terhadap COX-3 dan umumnya bekerja di
sistem saraf pusat (Gambar 1).

SEJARAH PARACETAMOL INFUS Gambar 1 Skema Hipotesis Cara Kerja Beberapa Analgesik
Sediaan infus pertama kali tersedia pada
tahun 1985 di Perancis dalam bentuk Pada saat ini telah tersedia paracetamol yang memiliki reaksi sensitivitas terhadap
pro-drug, yaitu propacetamol; satu gram infus dengan sediaan 10 mg/mL dalam golongan obat analgesik lain, seperti NSAID.
propacetamol sebanding dengan 0,5 gram vial berisi 100 mL. Oleh US FDA pada tahun
paracetamol setelah dihidrolisis. Pada saat itu, 2010 telah disetujui digunakan untuk terapi EFEK SAMPING DAN OVERDOSIS
propacetamol tersedia dalam bentuk serbuk nyeri akut derajat ringan hingga sedang Secara umum paracetamol memiliki keamanan
yang perlu direkonstitusi sebelum digunakan. dan terapi demam pada anak dan dewasa. yang relatif lebih baik jika dibandingkan
Propacetamol memiliki kelarutan di dalam Sejak ditemukan, paracetamol infus telah dengan golongan analgesik lain, seperti
air dan stabilitas di dalam larutan lebih baik digunakan sebagai terapi alternatif pada NSAID dan opioid. Paracetamol memiliki
jika dibandingkan paracetamol, akan tetapi pasien seperti: pasien dengan gangguan kategori kehamilan B menurut US FDA.
kendala pemberian propacetamol adalah penyerapan paracetamol/NSAID oral lain,
adanya laporan kasus (jarang) dermatitis pada pasien yang memerlukan terapi nyeri dan/atau Efek samping seperti hepatotoksik umumnya
tenaga profesional yang melakukan proses memerlukan penurunan suhu tubuh dengan disebabkan karena penggunaan melebihi
rekonstitusi dan menangani produk yang cepat, pasien yang tidak dapat mentoleransi dosis maksimal harian (4 gram pada dewasa
mengandung propacetamol. pemberian obat secara oral, dan pada pasien >50 kg berat badan). Sebuah penelitian yang

872 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013


INFO PRODUK

Paracetamol infus diberikan dengan cara


infus intravena selama 15 menit pada
30 menit sebelum akhir pembedahan.
Paracetamol infus dapat diberikan setiap
4-6 jam sesuai kebutuhan. Dalam beberapa
Paracetamol (acetaminophen) Propacetamol studi, pemberian paracetamol infus dapat
menurunkan kebutuhan analgesik golongan
Tabel 2 Dosis Paracetamol Infus opioid, sehingga dapat menurunkan
Berat Badan Dosis kejadian efek samping golongan analgesik
>50 kg 1 g, dosis maksimal 4 g/hari. opioid, seperti mual, muntah, depresi, dan
Interval minimum setiap pemberian 4 jam. efek sedatif. Pada sebuah penelitian atas
>33 – 50 kg 15 mg/kg, dosis maksimal 60 mg/kg/hari. pasien yang menjalani operasi ortopedik,
Interval minimum setiap pemberian 4 jam.
penggunaan paracetamol menurunkan
10 – 33 kg 15 mg/kg, dosis maksimal 60 mg/kg/hari.
Interval minimum setiap pemberian 6 jam. jumlah kebutuhan morphine sebesar 30%
<10 kg (atau <6 bulan) 7,5 mg/kg, dosis maksimal 30 mg/kg/hari. jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Interval minimum setiap pemberian 6 jam. Pada studi lain atas pasien yang menjalani
pembedahan bola mata (strabismus),
membandingkan efek paracetamol infus dan Tata laksana overdosis adalah segera bawa ke pemberian paracetamol dapat menurunkan
paracetamol oral terhadap efek antipiretik instalasi darurat, lakukan pengecekan kadar secara bermakna kejadian mual dan muntah
menyebutkan bahwa paracetamol infus plasma paracetamol, dan berikan antidotum pascaoperasi dalam 24 jam pertama
memiliki keamanan yang sebanding dengan N-acetylcysteine/NAC. pascaoperasi jika dibandingkan dengan
paracetamol oral. kelompok kontrol.
Efek samping paracetamol lain yang tidak
Dosis toksik paracetamol terjadi jika kadar berhubungan dengan overdosis yang SIMPULAN
di dalam plasma mencapai 150 mg/L umumnya timbul antara lain malaise, Paracetamol infus merupakan golongan
atau kurang lebih sekitar 7,5-10 gram hipotensi, kenaikan kadar transaminase (SGPT/ obat analgesik non-opioid yang memiliki
paracetamol dalam sekali pemberian, SGOT), dan reaksi hipersensitivitas, seperti onset analgesik dan antipiretik yang cepat.
sedangkan dosis minimum untuk efek ruam kulit. Paracetamol infus memiliki keamanan yang
analgesia dan antipiretik adalah 10-20 sebanding, tetapi dengan onset lebih cepat
mg/L. Infus paracetamol dengan dosis 15 TATA LAKSANA NYERI PASCAOPERASI dan bioavailabitas lebih baik jika dibandingkan
mg/kg berat badan akan menghasilkan DENGAN PARACETAMOL INFUS dengan paracetamol oral. Dalam beberapa
konsentrasi 7 mg/L dalam 5 menit di dalam Paracetamol diberikan dengan dosis ber- penelitian paracetamol infus telah dibuktikan
plasma dan untuk infus paracetamol 1 gram dasarkan berat badan sesuai tabel berikut memiliki efektivitas yang baik dan sebanding
akan menghasilkan konsentrasi 14,4 mg/L (Tabel 2). sebagai obat untuk tata laksana nyeri
dalam 20 menit di dalam plasma. pascaoperasi derajat ringan hingga sedang,
Pada pasien remaja dan dewasa dengan serta dapat menurunkan kebutuhan morphine
Jika terjadi overdosis paracetamol, gejala yang gangguan ginjal, tidak perlu penyesuaian secara bermakna. Paracetamol infus dapat
timbul dalam 24 jam dapat meliputi mual, dosis, hanya intervalnya saja diperpanjang dijadikan salah satu dan juga alternatif dalam
muntah, anoreksia, pucat, dan nyeri abdomen. dari 4 jam menjadi 6 jam. prosedur multimodal analgesia.  (AGN)

DAFTAR PUSTAKA
1. Peacock WF, Breitmeyer JB, Pan C, Smith WB, Royal MA. A randomized study of the efficacy and safety of intravenous acetaminophen compared to oral acetaminophen for the treatement
of fever. Acad Emerg Med. 2011;18(4):360-6.
2. The Medicine Management Group. Paracetamol iv to oral switch protocol. East Cheshire: East Cheshire NHS Trust (UK); 2010.
3. Sinatra RS, Jahr JS, Reynolds LW, Viscusi ER, Groudine SB, Payen-Champenois C. Efficacy and safety of single and repeated administration of 1 gram intravenous acetaminophen injection
(paracetamol) for pain management after major orthopedic surgery. Anesthesiology 2005;102:822-31.
4. Oscier C, Bosley N, Milner Q. Paracetamol a review of three routes of administration. Update in Anaesthesia [Internet]. 2007 [cited 2012 Feb 15];23:112-4. Available from: http://update.
anaesthesiologists.org/2008/12/01/ paracetamol-a-review-of-three-routes-of-administration/.
5. Remy C, Marret E, Bonnet F. Effects of acetaminophen on morphine side-effects and consumption after major surgery: Meta-analysis of randomized controlled trials. Br J Anaesth.
2005;94(4):505-13.
6. Cattabriga I, Pacini D, Lamazza G, Talarico F, Di Bartolomeo R, Grillone G, et al. Intravenous paracetamol as adjunctive treatment for postoperative pain after cardiac surgery: A double blind
randomized controlled trial. Eur J Cardiothorac Surg. 2007;32:527-31.
7. Cok OY, Eker HE, Pelit A, et al. The effect of paracetamol on postoperative nausea and vomiting during the first 24 h after strabismus surgery: a prospective, randomised, double-blind
study. Eur J Anaesthesiol. 2011;28(12):836–41.
8. Australia. New South Wales Therapeutic Advisory Group Inc. IV paracetamol – where does it sit in hospital practice?. New South Wales: NSW Therapeutic Advisory Group; 2005.
9. Fang C. Acetaminophen IV injection. Clinical review. Maryland: US Food and Drug Administration; 2009.

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 873


AGENDA

AGENDA KEGIATAN ILMIAH

International Neonatology Association 18th World Association for Bronchology and


Conference (INAC) 2014 Interventional Pulmonology and the International
Bronchoesophagology Society Joint Meeting

Tanggal : 3-5 April 2014 Tanggal : 13-16 April 2014


Tempat : Melia Valencia Hotel, Valencia, Spain Tempat : Kyoto International Conference Center, Kyoto,
Sekretariat : International Neonatology Association Japan
Telp/Fax : +41 (0)22-5330-948 / +41 (0)22-5802-953 Sekretariat : Medical Group, Convention Division, Japan
Email : secretariat@worldneonatology.com Convention Services, Inc.
URL : http://worldneonatology.com/ Telp/Fax : +81-3-3508-1214 / + 81-3-3508-1302
Email : wcbipwcbe2014@convention.co.jp
URL : www2.convention.co.jp

4th Biennial Schizophrenia International


Research Society Conference 10th International Conference on Psychiatry

Tanggal : 5-9 April 2014 Tanggal : 15-17 April 2014


Tempat : Firenze Fiera Congress Center, Florence, Italy Tempat : Intercontinental Hotel, Jeddah, Saudi Arabia
Sekretariat : Schizophrenia International Research Society, Inc. Sekretariat : Saudi German Hospital Jeddah
Telp/Fax : +001 615 324 2370 Telp/Fax : +966 2 682 9000 / 0096626835874
Email : info@schizophreniaresearchsociety.org URL : www.jed.sghgroup.com.sa
URL : www.schizophreniaconference.org

8th World Congress of NeuroRehabilitation 7th Asian Pacific Congress of Heart Failure

Tanggal : 8-12 April 2014 Tanggal : 17-19 April 2014


Tempat : Lutfi Kirdar International Convention Center, Tempat : Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Indonesia
Istanbul, Turki Sekretariat : Indonesian Heart Association
Sekretariat : World Federation for Neurorehabilitation Telp/Fax : 62-21-5681149 / 62-21-5684220
Telp/Fax : +90 312 440 50 11 / +90 312 441 45 63 Email : 7thapchf@gmail.com.
Email : info@wcnr2014.org URL : www.apchf2014.org
URL : www.wcnr2014.org

49th Annual Meeting of the European


Association for the Study of the Liver (EASL) World Congress On Osteoarthritis 2014

Tanggal : 9-13 April 2014 Tanggal : 24-27 April 2014


Tempat : International Convention Centre ExCel, London, Tempat : The Center of New Industries and Technologies
United Kingdom (CNIT), Paris, France
Sekretariat : European Association for the Study of the Liver Sekretariat : Osteoarthritis Research Society
Telp/Fax : +41 61 686 77 77 / +41 61 686 77 88 Telp/Fax : 856-380-6878 / 856-439-0525
Email : secretariat.ilc@congrex.com URL : http://2014.oarsi.org/
URL : www.ilc-congress.eu

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 875


INDEKS

INDEKS PENULIS

A M
Amaylia Oehadian 727 MD Luthfy Lubis 733
Meilina Imelda 746
B
Budi Riyanto Wreksoatmodjo 738 P
Putu Moda Arsana 756
E
Eric Rahardi 756 S
Savitri Sayogo 751
F Steffi Kurniawan 746
Farapti 751
Y
Yusuf Alam Romadhon 786

CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013 877


INDEKS

INDEKS SUBJEK
A L
acute pancreatitis, 756-7 lanjut usia, 738-43
alcoholic ketoacidosis, 756-7 limfadenitis Kikuchi, 727-8
ANA, 728t, 732b limfadenopati, 727-32
antinuclear antibody, lihat ANA lokalisata, 727
generalisata, 727, 730-1
B
biopsi, 727, 728t, 732, 732b M
eksisi, 727, 732 methanol intoxication, 756-7
BRCA1, 786-8 MIAMI, 727
BRCA2, 786-8 morbiditas kardiovaskuler
perioperatif, 733, 736
D mutasi, 786-8
densitas massa tulang, lihat DMT, gen, 786, 788
DMT, 751-2 familial, 787

E N
ensefalopati hipertensif, 735 nitric oxide, 747, 747g
NO, lihat nitric oxide
F
fraktur osteoporosis, 751-2, 753t, 754 O
fungsi kognitif, 738-9, 740, 740t, 741-3 obat antihipertensi parenteral, 733, 735-6

G P
garlic, 746, 747, 747t, 747g, 748-9 pankreatitis akut, lihat acute pancreatitis

H panti werdha, 738-9, 741


hiperhomosisteinemia, 751, 754 penyakit Kawasaki, 727-8
hipertensi, 733, 734, 734t, 734g, 735-6, perdarahan intrakranial, lihat intracranial
746-9 hemmorhage
urgensi, 734
emergensi, 734 R
maligna, 735 rapid plasma reagin, 728t, 732b
hipolipidemik, 746, 748 RPR, lihat rapid plasma reagin

I S
intoksikasi metanol, lihat methanol intoxication siklus sel, 786, 787, 787g, 788
intracranial hemorrhage, 756-7 single nucleotide polymorphism, 788
social engagement, 738, 739, 739t, 740, 740t,
K 741, 743
kanker payudara, 786, 787, 787g, 788, 788g
keganasan, 727, 728t, 732, 732b V
ketoasidosis alkoholik, lihat alcoholic ketoacidosis vitamin B6, 751-2, 753, 753t, 754
kolagen cross-linking, 751, 754
krisis hipertensi preoperatif, 733-4, 736

878 CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013

Anda mungkin juga menyukai