Anda di halaman 1dari 156

EKSODONSIA DAN PASIEN

DENGAN KEADAAN
MEDICALLY-COMPROMISED

Kamis, 15 April 2020


Bersama, Andra Rizqiawan, drg., PhD., Sp.BMM
DEFINISI
Tindakan pembedahan yang
bertujuan untuk mengeluarkan
gigi dari soketnya yang
melibatkan jaringan tulang dan
jaringan lunak dalam rongga
mulut.
Keadaan Pemeriksaan Pemeriksaan
Umum Pemeriksaan
Klinis I.O/ E.O Radiografis
Anamnes Penderita Lab
a

INDIKASI KONTRAINDIKASI
EKSODONSIA EKSODONSIA

Lokal Sistemi
k
Metode Metode
Tertutup Terbuka Medika
Konsul ke
Mentosa
Spesialis
yang kompeten
KELAINAN KARDIOVASKULER
HIPERTENSI
◦ DEFINISI:
Peningkatan tekanan darah di arteri, sehingga
jantung perlu bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah.
◦ ETIOLOGI:
1. Primer (90%) → idiopatik, tetapi berbagai faktor
diduga turut berperan sebagai penyebabnya,
seperti bertambahnya usia, stress, keturunan.
2. Sekunder (10%) → terjadi akibat penyebab yang
diketahui, seperti kerusakan ginjal, DM,
hipertiroidisme, obat tertentu, dll
• Ekstraksi dapat dilakukan apabila pasien dalam keadaan normal atau pre hipertensi.
• Pasien dengan hipertensi stadium 1 dan 2 sebaiknya dirujuk sebelum dilakukan
tindakan
TANDA & GEJALA
1. Asimptomatik
2. Peningkatan tekanan darah
3. Simtomatik : nyeri kepala, pusing,
mudah lelah
OBAT ANTIHIPERTENSI
Sumber : mimps.com

DIURETICS BETA-BLOCKERS KOMBINASI ALPHA


Acebutolol
Acetazalomide
Aldactone Alprenolol DAN BETA BLOCKER
Aldapres Amlodipine + Atenolol Carvedilol
Aldazide Atenolol Labetalol
Aliskiren+ Hydrochlorothiazide Atenolol + Chlortalidone
Amcor Atenolol + Nifedipine
Amiloride B-beta
Atenolol + Chlortalidone Bipro
Bendroflumethiazide Biscor
Bioprexum plus Bisoprolol
Bisoprolol + Hydrochlorothiazide
Carbloxal
Bisovell Plus
Blopress Plus
Carteolol
Bumetanide Celiprolol
Butizide Esmolol
Caduet Fapresor
Candesartan + Hydrochlorothiazide Farmadral
Canrenone Hiblok
Captopril + Hydrochlorothiazide Internolol 
Cardura
OBAT ANTIHIPERTENSI Sumber: Inash.or.id

ACE INHIBITORS ANGIOTENSIN RECEPTOR  


Acendril BLOCKERS
Acepress Valsartan
Aliskiren+Hydrochlorothiazide Candesartan
Aliskiren fumarate Eprosartan
Amcor Irbesartan
Benazepril Losartan
Bioprexum Olmesartan
Blopress Telmisartan
 
Candefar
Canderin
Captensin CALCIUM CHANNEL
Captopril
Cardace BLOCKERS
Cardura Amlodipin
Cilazapril Nifedipin
Decapril Diltiazem
Felodipin
Delapril
Enalapril Lercanidipin DIRECT
Metopril Verapamil VASODILATATOR
Ramipril Hidralazin
Minoxidil
Obat AntiHipertensi (Little and Fallase, 2018)
Masalah Rongga Mulut
yang sering ditemui

Hiperplasi gingiva pada penderita yang mengonsumsi calcium channel blocker

Masalah yang timbul di bidang kedokteran tinggi merupakan dampak dari


konsumsi obat antihipertensi, bukan pengaruh dari hipertensi secara
langsung.
Dental Management
(Little and Fallase, 2018)
 
Dental
Management
6. Perubahan posisi duduk pasien di dental chair dilakukan secara

perlahan(menghindari terjadinya hipotensi ortostatik)


7. Menghindari pemakaian gingival retraction cord yang
mengandung epinephrine
8. Menghindari penggunaan NSAIDs berkepanjangan
9. Menghindari penggunaan obat erythromycin or clarithromycin
pada pasien yang mengkonsumsi obat golongan calcium channel
blocker
10. Pada pasien dengan hipertensi stage 2 keatas monitoring TD
intraoperative dan tunda bila TD mencapai 180/110mmHg
CORONARY HEART DISEASE

Definisi :
Kelainan jantung yang disebabkan
ketidakseimbangan supply O2 miokardium yang
menurun dan demand O2 yang meningkat

Penyebab :
Penyempitan arteri koronia oleh arterosklerosis
Arterosklerosis : penebalan lapisan intima dinding
arteri yang disebabkan oleh akumulasi plak lipid
CORONARY HEART DISEASE
(Little and Fallase, 2018)

Faktor Risiko:
- Laki-laki
- Usia tua
- Riwayat keluarga dengan kelainan jantung
- Hiperlipidemia
- Hipertensi
- Merokok
- Diabetes mellitus
- Depresi
ANGINA PECTORIS
Nyeri dada atau ketidaknyamanan dada akibat
penurunan aliran darah ke otot jantung.
Angina merupakan salah satu gejala penyakit
jantung iskemik.
Dental Management pada pasien dengan Stable (Mild) Angina /
Riwayat MI > 30hari tanpa gejala iskemik
Anestesi Hindari penggunaan jumlah epinephrine yang terlalu banyak, batasnya 2 carpules
1:100.000 ephinephrine pada satu waktu (30-45 menit), jumlah yang banyak
dapat ditoleransi, namun meningkatkan resiko

Bleeding Apabila pasien mengkonsumsi aspirin atau medikasi antiplatelet lainnya,


antisipasi pendarahan berlebih, tapi mengganti obat tidak dibolehkan

Obat-obatan Penggunaan jumlah ephinephrine berlebih dengan nonselective beta-blockers


dapat berpotensi menyebabkan lonjakan tekanan darah dan timbulnya
ketergantungan dosis

Konsultasi Konsultasikan pada dokter yang merawat pasien, sebelum melakukan tindakan
bedah

Emergency Timbulnya angina attack, MI, arrhytmia, atau cardiact arrest dapat terjadi.
Sediakan nitroglycerin. Bersiap untuk melakukan basic life support (mengaktifkan
EMS, menyediakan CPR, menggunakan AED) apabila dibutuhkan.
Dental Management pada pasien dengan Unstable (Mild) Angina /
Riwayat MI > 30hari tanpa gejala iskemik
Anestesi Hindari penggunaan jumlah epinephrine yang terlalu banyak, batasnya 2 carpules
1:100.000 ephinephrine pada satu waktu (30-45 menit), jumlah yang banyak
dapat ditoleransi, namun meningkatkan resiko

Bleeding Apabila pasien mengkonsumsi aspirin atau medikasi antiplatelet lainnya,


antisipasi pendarahan berlebih, tapi mengganti obat tidak dibolehkan

Obat-obatan -Penggunaan jumlah ephinephrine berlebih dengan nonselective beta-blockers


dapat berpotensi menyebabkan lonjakan tekanan darah dan timbulnya
ketergantungan dosis
-Penggunaan profilaksis nitrogliserin sebelum tindakan.
-Menyediakan masker oksigen sebelum tindakan
Konsultasi Konsultasikan pada dokter yang merawat pasien, sebelum melakukan tindakan
bedah

Emergency Timbulnya angina attack, MI, arrhytmia, atau cardiact arrest dapat terjadi.
Sediakan nitroglycerin. Bersiap untuk melakukan basic life support (mengaktifkan
EMS, menyediakan CPR, menggunakan AED) apabila dibutuhkan.
Sumber: mims.com

OBAT ANGINA
Calcium Antagonist Nitrates
Amlogal Cardismo
Amlogrix Cedocard
Bufacardo Cedocard Retard
Calsivas Fasorbid 5/Fasorbid 10/fasorbid
Comdipin injection
Dovask Gasorbid
Ethivask Glyceryl trinitrate
Fulopin Isorbid
Gensia
Herbessesr 90SR/Herbesser 180 SR

Platelet aggregation BETA BLOCKERS


Persantin 25/Persantin 75 Concor
Trapidil Farmadral
Farnormin
Obat-obat
Untuk Angina
MYOCARDIAL INFARCTION
Infark miokard (MI) atau infark
miokard akut (AMI), umumnya
dikenal sebagai serangan jantung,
adalah gangguan dari suplai darah ke
bagian dari jantung, menyebabkan
beberapa sel jantung mati.
Faktor Risiko

1. Laki-laki
2. Usia tua
3. Riwayat keluarga dengan kelainan jantung
4. Hiperlipidemia
5. Hipertensi
6. Merokok
7. Inaktivitas Fisik
8. Obesitas
9. Diabetes Mellitus
10.Stress
11.Depresi
HEART FAILURE
Kelainan struktur atau fungsi jantung yang
menyebabkan kegagalan jantung dalam
memberikan suplai darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan.
ETIOLOGI

Dengan Penurunan EF Tanpa Penurunan EF


(<40%) (>40-50%)
PJK Kardiomiopati dilatasi non Hipertrofi patologis Kardiomiopati restriktif
iskemik Primer (kardiomiopati hipertrofi) Kelainan infiltrative
Infark miokard Familial / kelainan genetic (amyloidosis, sarkoidosis)
Iskemia miokard Kelainan infiltrative Sekunder (hipertensi) Fibrosis
Kenaikan tekanan Kerusakan akibat toksin / obat Penuaan Kelainan enso-miokardium
Hipertensi Penyakit metabolik Pulmonary Heart Output Meningkat
Penyakit katup obstruktif Virus Disease (PHD)
Kenaikan volume Penyakit Chagas Cor pulmonale Kelainan metabolik

Penyakit katup regurgitasi Kelainan irama dan detak


Kelainan pembuluh Beri Beri
jantung darah paru
Anemia Kronis
Left to right shunting Bradi aritmia kronis
Extracardiac shunting Takiaritmia kronis Aliran darah yang berlebihan
Gejala Dan Tanda
Dari Gagal Jantung
Dental Management
 Konsultasikan dengan cardiologist
 Visit yang tidak lama dan di pagi hari
 Premedikasi 1 jam sebelum operasi
 Penggunaan antibiotik profilaksis
 Penggunaan vasokonstriktor seminimal
mungkin (1:100.000)
 Dosis vasokontriktor max. 2 buah karpul ,
komplikasi : arrhythmia.
Pasien yang mengonsumsi obat-obatan antikoagulan

 Pada pasien yang


menggunakan warfarin 
potensi perdarahan yang
berlebihan.
 Jika antikoagulan
dihentikan untuk
persiapan prosedur gigi 
trombosis.
Pasien yang mengonsumsi obat-obatan
antikoagulan
Konsultasi medis sebelum melakukan prosedur bedah atau invasif gigi.
Terdapat infeksi akut  hindari operasi sampai infeksi telah diobati.
Bebas infeksi akut dan INR ≥ 3,5  pembedahan kecil dapat dilakukan.
Terapi antikoagulan warfarin untuk bedah mulut minor dan prosedur gigi invasif serupa  jika INR 3,5 atau kurang.
Setiap kenaikan 1,0 pada INR > 3,5  resiko pendarahan naik 2 x lipat.
Prosedur invasif dan pembedahan harus dilakukan dengan trauma sesedikit mungkin.
INR
INR > 3,5 • Dapat terjadi perdarahan setelah prosedur invasif /
pembedahan.
• Konsultasi dengan dokter yang menangani pasien dan
penurunan dosis warfarin sekitar 3-5 hari hingga INR
bernilai 2-3,5.
• Tindakan dilakukan 2 hari setelah konfirmasi penurunan
pada INR.
INR 2 − Prosedur invasif dan pembedahan kecil dapat dilakukan
3,5 dengan resiko minimal. Tidak perlu dilakukan penyesuaian
dosis warfarin.
INR < 3 Dibutuhkan untuk pembedahan besar.
Pasien yang mengonsumsi obat-obatan
antikoagulan
 Apabila tidak ada komplikasi setelah tindakan 
dokter yang merawat pasien dapat dihubungi dan
pasien dapat kembali mengonsumsi warfarin
dengan dosis semula.
 Pasien perlu dilakukan follow up 24-28 jam pasca
tindakan pembedahan untuk memonitor adanya
perdarahan berlebih atau infeksi.
Pasca Operasi

Asam traneksamat (Cyklokapron) atau epsilon aminocaproic acid (EACA)


(Amicar) obat kumur dapat diberikan selama 2 hari pertama pasca operasi
Perdarahan berlebihan pasca operasi  Gelfoam dengan trombin dapat
ditempatkan di soket.

Konsultasi dengan dokter pasien untuk perlu tidaknya upaya pemberian


vitamin K, FFP(fresh frozen plasma), atau konsentrat protrombin.
INFECTIVE ENDOCARDITIS
Infeksi mikroba pada permukaan endotel
jantung atau katup jantung yang sering
terjadi di dekat jantung bawaan
atau
Infeksi yang serupa secara klinis dan patologis
yang mungkin terjadi di lapisan endotel
arteri.
Etiologi
 Paling sering disebabkan oleh bakteri.
Jamur dan mikroorganisme lain juga
dapat menyebabkan infeksi tersebut.
 Spesies yang paling sering
menyebabkan endocarditis adalah
Streptococcus sanguis, Streptococcus
oralis (mitis), Streptococcus salivarius,
Streptococcus mutans, Gemella
morbillorum (formerly called
Streptococcus morbillorum).
Dental Management
– Penggunan antibiotik profilaksis
Tindakan Dental dan
Profilaksis Endokarditis
Tindakan Dental dan Profilaksis Endokarditis
CONGENITAL HEART DISEASE
CONGENITAL HEART DISEASE
● Congenital Heart Disease merupakan penyakit jantung yang dibawa sejak lahir akibat
pembentukan jantung  yang tidak sempurna pada fase awal perkembangan janin dalam
kandungan, penyakit ini bisa mempengaruhi dinding, katup, serta arteri vena dekat
jantung(4)
● Gejala :

○ Takipnea (nafas cepat dan pendek)

○ Cianosis (Blue-ish)

○ Kelelahan
● Intraoral(32,33,34,35)

○ Erupsi gigi sulung dan permanen terlambat

○ Hipoplasia enamel
Dental treatment:
1. Mengetahui riwayat medis pasien secara pasti darimana kelainannya, perawatan
yang telah didapatkan, ada tidaknya penggunaan katub prostetik, ada atau tidaknya
hipertensi
2. Ekstrasi dan pembedahan ahrus memperhatikan obat-obatan anti koagulan yang
sudah digunakan, karena dikhawatirkan terjadi perdarahan berlebih
3. Terapi antikoagulan (Seperti warfarin dan aspirin) dapat menyebabkan cyanosis
berkepanjangan
4. Untuk pasien dengan pengobatan warfarin, pada tindakan ekstraksi harus dalam
kondisi nilai INR>4 (INR didapatkan dalam waktu 4 jam sebelum tindakan
5. Pendarahan pasca tindakan dental dapat dikontrol dengan haemostatic gauze atau
sponge atau penjahitan (suturing)
6. Penggunaan profilaksis antibiotik sangat dianjurkan
Antibiotic regiments for patients at high risk of infective
endocarditis undergoing dental procedures
KELAINAN NEUROLOGIS
STROKE/
CEREBROVASCULAR
ACCIDENT
Stroke merupakan penyakit dengan adanya
gangguan aliran darah pada salah satu
bagian otak yang menimbulkan gangguan
fungsional otak berupa defisit neurologik
atau kelumpuhan saraf yang dipengaruhi
oleh banyak faktor resiko seperti hipertensi,
diabetes,displidemia, hiperkolestrol dan
sebagainya
STROKE/
CEREBROVASCULAR
ACCIDENT
= Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi atau bekuan
di satu atau arteri besar pada sirkulasi serebrum
= Stroke Hemoragic
Stroke hemoragic terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subarakhnoid atau
langsung ke dalam jaringan otak
HUBUNGAN HIPERTENSI
DAN STROKE

STROKE
TANDA/GEJALA STROKE
● Pusing ● Nadi cepat
● Vertigo ● Ketidakmamp
● Sakit kepala uan untuk
● Berkeringat memutar
● Nafas lambat kepala/mata
● Partial or
comple
paralysis
○ Kesulitan
OBAT-OBAT STROKE

Aspirin (antiplatelet) : mencegah


trombosit membeku
Asetosal, asam asetil-salisilat
Warfarin (antikoagulan) : mencegah
pembekuan darah
Heparin (antri koagulan)
Tiklopidin (inhibitor agregasi platelet)
Nimodipin (Ca channel blocker)
DENTAL MANAGEMENT
Untuk mengurangi resiko Tindakan yang tidak bisa ditunda
stroke berulang
Konsumsi antikoagulan:
Kerja langsung : heparin
Tindakan ditunda sampai 6 Kerja tak langsung : warfarin,
bulan post stroke asenokumarol, fenprokumon
Dan anti trombotik
Aspirin, sulfinpirazon, dipiridamol,
dekstran, tiklopidin, prostasiklin

Resiko perdarahan yang sulit berhenti


Hemostatasis post ekstraksi
Sistemik : asam aminokaproat dan asam Konsultasi dengan dokter yang merawat
traneksamat
Topikal : gelfoam gelatin sponge, thrombostat
Dental Management
• Tunda perawatan 6 bulan setelah terakhir
terjadinya stroke
• Monitor tekanan darah sebelum dan selama
operasi
• Visit yang tidak terlalu lama
• Gunakan acetaminophen sebagai analgesik
untuk menghindari pendarahan
• Hentikan aspirin 2-5 hari sebelum operasi
disertai pengecekan darah lengkap sebelum
melakukan operasi (pada hari yang sama)
• Terakhir menggunakan heparin 6-12 jam
sebelum operasi, kemudian dilanjutkan 6 jam
setelah operasi atas persetujuan dokter
(Setelah clot terbentuk)
• Konsentrasi obat anastesi 1 : 200.000
• Penggunaan antifibrinolisis (tranexamid acid)
selama 2 hari setelah operasi
AUTISM SPECTRUM DISORDER
(ASD)

Gangguan Spektrum Autisme (Autism


Spectrum Disorder, ASD) merupakan
kelompok gangguan perkembangan
pervasif dimana anak menampilkan
perilaku menarik diri yang sangat
ekstrim dari lingkungan sosialnya dan
memperlihatkan gangguan dalam hal
interaksi sosial, bahasa, sosial
komunikasi, bermain simbolis dan
adanya pola perilaku repetitif dan
stereotype. (Delli K et al, 2013)
Etiologi ASD (Nagendra et al. 2012) :
1. Faktor genetik dan lingkungan, mutasi gen, cacat mitokondria, gangguan regulasi cytosine

2. Faktor neurologis
Kelainan kadar serotonin dan neurotransmiter di otak mereka (4,5).

3. Masalah pada masa kehamilan


Infeksi
gangguan metabolisme
gangguan imunologis
OBAT YANG SERING DIGUNAKAN DAN EFEK
SAMPINGNYA PADA RONGGA MULUT Chandrashekhar, S. and Bommangoudar, J.S., 2018.
OBAT YANG SERING DIGUNAKAN DAN
EFEK SAMPINGNYA PADA RONGGA
MULUT
• Salah satu antidepresan yang biasa
diresepkan, Fluoxetine, dapat
menyebabkan reaksi alergi yang serius
seperti pembengkakan lidah, tenggorokan,
dan wajah, membuat profilaksis sulit bagi
pasien dan dokter gigi
• Anastesi lokal dengan vasokonstriktor tidak
boleh diberikan ketika metil-fenidat
digunakan pada pasien hiperaktif autisme
karena dapat menyebabkan takikardi atau
hipertensi (Ming X et al. 2008)
Dental Management
• Selama perawatan, dokter gigi sebaiknya bekerja sama
dengan psikiatri yang menangani anak serta orangtua
sehingga diperoleh penatalaksanaan tingkah laku
sesuai kepribadian, emosi dan perkembangan
intelektualnya
• Manajemen pasien autis dengan anastesi umum
efektif, dan akan membantu mereka menoleransi
pengobatan konvensional. Upayakan perawatan
dilakukan dalam kunjungan singkat dan minimalkan
rangsangan sensorik
• Tell-show-do pada terapi paparan dasar dan efektif
dan merupakan cara untuk memperkenalkan
instrumen, peralatan, atau prosedur dental kepada
pasien
• Untuk individu dengan komunikasi verbal terbatas,
gunakan gambar atau objek untuk menjelaskan apa
yang akan terjadi
• Menjelaskan secara hati hati prosedur tindakan yang
PENDERITA
DENGAN
GANGGUAN
SISTEM
PERNAFASAN
1. Infeksi
a. Infeksi saluran nafas atas  virus:
• Common cold syndrome
• Faringitis dan tonsilitis
• Laringotrakeitis
c. Sinusitis  bakteri
b. Infeksi saluran nafas bawah  biasanya disebabkan
oleh virus tetapi sering dengan komplikasi infeksi
bakteri/mikoplasma:
- Bronkitis
- Pneumonia
Perawatan dental sebaiknya ditunda sampai
2. Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK)
• Penyakit peradangan paru yang berkembang dalam jangka
waktu panjang, menyebabkan menghalangi udara dari paru-
paru karena pembengkakan dan adanya lendir/dahak
• Penyebab: paparan iritan jangka panjang (contoh: asap
rokok)
• Pada pasien PPOK  alveoli dan seluruh cabang saluran
pernafasan tidak elastis sehingga sulit mendorong udara
berisi CO2 keluar dan menyebabkan pasokan O2 menurun.
Keadaan ini juga diperparah dengan saluran pernafasan yang
bengkak dan menyempit serta produksi dahak berlebihan
• Gejala
- Pernafasan tersengal-sengal saat
beraktifitas
- Batuk kronis berdahak
- Barrel-shaped chest  bentuk dada
membulat dan menonol menyerupai gentong
(paru-paru over-inflasi karena terpenuhi
udara  rongga dada mengembang)
- Mengi dan berbunyi saat bernafas
• Penanganan dental
1. Menunda perawatan sampai fungsi paru-paru meningkat
dan memungkinkan dilakukan tindakan
2. Auskultasi pada rongga dada kanan-kiri untuk
mengetahui kecukupan suara pernafasan
3. Menggunakan anxiety-reduction protocol  hindari
penggunaan obat yang menurunkan aktivitas
pernafasan
4. Jika pasien menerima terapi kortikosteroid jangka
panjang  manajemen pasien untuk insufisiensi adrenal
5. Hindari menempatkan pasien pada posisi supine
6. Siapkan inhaler yang mengandung bronkodilator pada
tempat yang mudah dijangkau
3. Tuberkulosis Paru

• Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis


• Resiko tinggi:
- Diabetes
- Alkoholisme
- Imunodefisiensi berat (HIV)
- Pasien di RS
• Penyebaran: inhalasi sputum yang terinfeksi
• Diagnosis berdasarkan:
-Batuk kronik, hemoptisis, berat badan turun,
berkeringat pada malam hari, demam
- Radiografi thorax
- Smear dan kultursputum
- Tes tuberculin (tes Mantouxatau Heaf)

• Penanganan dental:
1. Merupakan infeksi menular  perawatan
ditunda setelah mendapat perawatan TB paru
2. Jika pasien dengan TB aktif atau psien
yang menunjukkan tanda dan gejala TB
membutuhkan penanganan dental
emergency maka:
- tindakan harus dilakukan dirumah sakit
- dokter dan perawat menggunakan APD

3. Menjadwalkan tindakan di akhir jadwal


saat itu
4. Asma
• Asma  hipereaktivitas bronkus yang ditandai
dengan wheezing paroksismal saat ekspirasi dan
dyspnoe
• Terjadi peningkatan tonus otot polos bronkial,
edema mukosa dan hipersekresi mukus
• Presipitan: alergen dan non alergen
• Pemeriksaan darah: IgE +, skin test  alergi,
radiografi thorax
• Terapi:
- Menghindari iritan dan alergen
- Obat-obatan:
Sodium cromoglycate  inhalan untuk
profilaksis
Agonis beta2-adrenoseptor agonis/stimulan:
salbutamol, terbultalin, dll
Kortikosteroid
• Penanganan dental:
- Kegelisahan dapat menimbulkan asthma attack
- Sulfit yang merupakan preservatif anestesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor dapat menimbulkan reaksi 
sebaiknya dihindari
- Menghindari penggunaan obat-obatan yanng dapat
menimbulkan asthma attack atau anafilaksis: propanolol,
aspirin, NSAID, asam mefenamat, parasetamol
- Pasien asma lebih sering alergi terhadap penisilin
- Penggunaan steroid  resiko komplikasi karena penggunaan
steroid
• Penanganan dental
Tujuan utama  mencegah serangan asma akut
dengan cara:
- mengidentifikasi pasien dalam riwayat asma
(frekuensi dan durasi asthmatic attack)
- penilaian secara rinci masalah dan keluhan
pasien
- pencegahan faktor pemicu
- persiapan yang adekuat
• Penanganan pasien
- Pasien harus dibuat nyaman dan santai agar
komplikasi akibat kecemasan dental dapat
dihindari
- Dosis tinggi (> 400 mg) steroid inhalasi dapat
menyebabkan supresi adrenal dan
menempatkan penderita pada risiko krisis
adrenal. Jika ada keraguan mengenai apakah
cover steroid diperlukan, dokter gigi sebaiknya
menghubungi dokter paru yang menangani
penderita sebelum pengobatan dimulai.
Sebelum tindakan
1. Meminimalkan stress, dengan membuat jadwal
perjanjian untuk perawatan
2. Mengingatkan pasien untuk membawa obat2an dan
memastikan pasien sudah meminum obat sesuai
indikasi sebelum perawatan
3. Memastikan riwayat pengobatan pasien dan hati2
terhadap interaksi obat bila membuat resep
4. Sedasi. Pilihan yang direkomendasikan N2O-O2,
Short acting benzodiazepine. Hindari penggunaan
barbiturates dan opium karena bisa memicu asma
pada beberapa pasien
5. Pasien dengan asma moderate atau severe : dianjurkan
untuk konsultasi medis.
Pasien menggunakan profilaksis inhaler sebelum
perawatan
6. Severe asma : sangat dianjurkan konsultasi medis untuk
menegakkan resiko pasien dan menentukan modifikasi
perawatan yang tepat. Pertimbangkan pemberian
sedasi. Pasien di MRS kan untuk prosedur lanjutan,
multiple ekstraksi dan prosedur bedah advance. Pasien
dengan emergensi harus dirawat untuk menstabilkan
kondisinya, dengan memfollow up perawatan yang
tertunda hingga konsultasi medisdapatdiperoleh dan
modifikasi perawatan dapatditentukan.
Saat tindakan
• Bergantung dari riwayat pencetus, dianjurkan bagi pasien
untuk menghindari atau mengurangi penggunaan bahan
iritatif (bahan desinfeksi), serpihan enamel, metil
metakrilate, pasta gigi dan benda asing yang lain yang
bisa menyebabkan serangan asma
• Bagi beberapa pasien, hindari suhu dingin, untuk yang
alergi latex, gunakan sarung tangan non latex. Dokter
harus waspada dengan resiko tinggi infeksi jamur dan
karies gigi pada kasus ini
Setelah tindakan
• Interaksi obat
• Hindari antibiotik golongan macrolide dan
clindamycin pada pasien yang menggunakan
theophylline karena resiko peningkatan
toksisitas theophylline
• Hindari penggunaan aspirin, NSAID dan
barbiturate karena bisa memicu terjadinya
serangan asma
KELAINAN
DARAH
KELAINAN DARAH
Congenital Bleeding and
Trombotic Disorder

ANEMIA

WHITE BLOOD CELL


DISORDER
Congenital Bleeding and Trombotic
Disorder
Hemofilia

Merupakan gangguan koagulasi kongenital


paling sering dan serius. Kelainan ini
terkait dengan defisiensi faktor VIII, IX atau
XI yang diturunkan secara genetik dan
bermanifestasi menjadi perdarahan yang
intermiten.
Gambaran klinis

1. Masa bayi (untuk diagnosis)


a.Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
b.Ekimosis subkutan di atas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c.Hematoma besar setelah infeksi
d.Perdarahan dari mukosa oral
e.Perdarahan jaringan lunak

2. Episode perdarahan (selama rentang hidup)


f.Gejala awal: nyeri
g.Bengkak, hangat dan penurunan mobilitas

3. Perdarahan jangka panjang


Perdarahan berkepanjangan dalam otot dapat menyebabkan kompresi saraf
dan fibrosis otot.
Dental Management pasien Hemofilia
Antibiotik Tidak disarankan, kecuali ada infeksi akut
Analgesik Hindari penggunaan aspirin dan NSAID. Paracetamol dengan atau tanpa
kodein disarankan untuk pasien
Anestesi Hindari injeksi anestesi block pada pasien yang tidak mengkonsumsi
desmopressin, asam amino aminocaproic, atau factor consentrates
Bleeding Berisiko tinggi karena tindakan dental yang invasif
Sebelum:
Hemofilia ringan-sedang desmopressin dan asam aminocaproic
Hemofilia berat faktor VII
Hemofilia A faktor VII 50 iu/k
Hemofilia B faktor VII 100 iu/k
Asam traksenamat
Sesudah:
Fibrin glue ( hemostat) dan asam traksenamat
Anemia
Sindroma klinis yang ditandai oleh adanya penurunan hematokrit,
hemoglobin dan jumlah eritrosit dalam darah. Anemia dapat terjadi
akibat:
⚫Kekurangan bahan baku yang diperlukan untuk pembentukan eritrosit
(zat besi, vitamin B12, asam folat, protein, vitamin C
⚫Kekurangan eritroblast
⚫Autoimun
⚫Infiltrasi sel-sel ganas ke dalam sumsum tulang yang mendesak sistem
eritrosid, misal pada penderita leukimia, multiple mieloma, limfoma
maligna, meilofibrosis mieloid metaplasia dan sebagainya.
Klasifikasi Anemia
Berdasarkan patofisologi
⚫ Perdarahan
⚫ Hemolisis
⚫ Kegagalan sumsum tulang

Berdasarkan morfologi sel darah


merah
⚫ Hipokrom-mikrositer
⚫ Normokrom-normositer
⚫ Makrositer
Gejala dan Gambaran Klinis Anemia
⚫ Lemas dan cepat lelah ⚫ Ozaena
⚫ Sakit kepala dan pusing ⚫ Perdarahan akibat terjadinya trombositopenia
⚫ Kulit terlihat pucat atau kekuningan (ekimosis, petekian, epistaksis)
⚫ Detak jantung tidak teratur
⚫ Napas pendek ⚫ Demam akibat infeksi (leukopenia)
⚫ Nyeri dada ⚫ Bila hemolisisnya berat: demam, menggigil,
⚫ Dingin di tangan dan kaki mual, muntah, nyeri perut, ikterus
⚫ Stomatitis angularis ⚫ Splenomegali
⚫ Sindroma plummer vinson ⚫ Bila anemia berat bisa terjadi gagal jantung
⚫ Gastritis
Dental Management pada Anemia
⚫ Pasien dengan gejala dan tanda klinis anemia sebaiknya dirujuk dan dilakukan tes darah lengkap, Hb,
hematokrit, dan smear untuk morfologi sel.
⚫ Untuk meminimalkan komplikasi, level Hb harus lebih dari 11 g/dL dan pasien harus bebas dari gejala
anemia. Pasien yang memiliki kesulitan bernafas (level Hb kurang dari 11 g/dL) dan detak jantung tidak
normal harus dirujuk.
⚫ Perawatan dental dilakukan dengan durasi waktu yang singkat untuk meminimalkan stress.
⚫ Penggunakan anestesi lokal yang danjurkan: konsentrasi epineprin tidak lebih dari 1:100.000
⚫ Perawatan dengan general anestesi tidak dianjurkan apabila level Hb < 10 g/ dL.
⚫ Konsultasi dengan dokter wajib dilakukan sebelum prosedur pembedahan dilakukan. Tingkat keparahan
anemia dan perlu tidaknya transfusi darah perlu untuk diketahui terlebih dahulu. Pulse oximetry
monitoring penting dilakukan pada pasien anemia yang dilakukan perawatan dental invasif.
⚫ Perawatan dental preventif penting dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi yang dapat menimbulkan
komplikasi.
Klasifikasi Kelainan Sel Darah
Putih
Leukemia
⚫ Penyakit keganasan yang terjadi akibat transformasi
maligna dan proliferasi yang abnormal dari
pembentuk darah dan disertai infiltrasi ke dalam
sumsum tulang dan organ lain sehingga terjadi
kegagalan pembentukan sistem hematopoetik yang
normal dan dapat menyebabkan kematian
penderita.
Gejala klinis Leukimia
⚫ Lemah/ lelah
⚫ Sesak napas
⚫ Muka pucat
⚫ Nafsu makan menurun
⚫ Berat badan berkurang
⚫ Keringat malam
⚫ Demam dan nyeri tulang terutama bila jumlah leukosit
sangat tinggi
⚫ Kadang terjadi sakit kepala dan vertigo
Limfoma Maligna (LM)

⚫ Penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid dan jaringan pendukungnya.


Limfosit berubah, berkembang, dan menyebar secara tidak normal.
⚫ Gejala
• Demam
• Gatal-gatal
• Cepat lelah
• Batuk
• Berkeringat di malam hari
• Berat badan turun drastis
• Sesak napas
Mieloma Multipel
Merupakan penyakit yang terjadi akibat proliferasi sel
plasma yang tidak terkendali dalam sumsum tulang.
Gambaran Klinis
⚫ Terjadi pada usia < 40 tahun
⚫ Nyeri tulang terutama di dada dan tulang belakang
⚫ Kelelahan yang dihubungkan dengan anemia
⚫ Gangguan fungsi ginjal
⚫ Mudah terjadi infeksi
⚫ Perdarahan akibat trombositopenia
⚫ Hepatomegali pada 20% penderita dan
splenomegali pada 5% penderita
Dental Management pada pasien dengan Leukemia dan Limfoma

Bleeding Apabila platelet count kurang dari 50.000, transfusi platelet mungkin
diperlukan sebelum tindakan invasive dan tindakan bedah. Dan harus
dikonsulkan terlebih dahulu kepada dokter yang merawat pasien tersebut

Posisi dental chair Pada pasien MM yang memiliki macroglossia, hindari posisi supine untuk
meminimalkan resiko airway obstruction
Obat-obatan Beberapa pasien kemoterapi mungkin mengeluhkan parastesia; yang
mengkomsumsi cyclosporine dapat terjadi gingival hyperplasia. Dimungkinkan
juga terjadi perubahan pigmentasi oral karena obat-obatan yang dikonsumsi
untuk keadaan sistemiknya

Konsultasi Konsultasikan pada dokter yang merawat pasien, sebelum melakukan


tindakan bedah
Emergency Pada pasien MM, dapat terjadi airway obstruction karena macroglossia
GANGGUAN
RENAL
– Acute Glomerulonephritis
Penyakit ini ditandai oleh peradangan glomeruli akut dan difus. Ini lebih
sering terjadi pada orang muda dan disebabkan oleh Streptococcus β-
hemolitik kelompok A, terutama setelah infeksi saluran pernapasan atas
(tonsilitis, otitis, faringitis). Hal tersebut termasuk kondisi yang parah dan
tidak ada prosedur bedah di rongga mulut yang diizinkan tanpa
berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien. Jika dianggap benar-
benar diperlukan, prosedur bedah harus dilakukan di rumah sakit.
RENAL DISEASE
Syndrome klinis yang ditandai oleh kerusakan
ginjal permanen, yang mengakibatkan
gangguan fungsi glomerulus dan tubular.
Pasien dengan gagal ginjal kronis
mengalami anemia, dan, pada kasus lanjut,
diatesis hemoragik (trombositopenia pada
50% kasus), serta gangguan metabolisme
lainnya. Penyebab paling umum dari
penyakit ini adalah glomerulonefritis,
nefrosklerosis hipertensi, diabetes mellitus,
dan nefrotoksin.
Dental Management
Ketika prosedur pembedahan harus dilakukan pada pasien, tindakan pencegahan
diperlukan:
- Konsultasi dengan nefrologis yang merawat pasien , pada kasus anemia berat,
hematokrit harus berada pada tingkat yang dapat diterima,
- tindakan pencegahan untuk menghindari perdarahan luas akibat hemoragik
diatheses, tindakan lokal untuk mengendalikan perdarahan dengan menempatkan
spons gelatin di soket, serta menjahit untuk penyembuhan luka yang optimal,
- penggunaan vasokonstriktor dalam jumlah minimal, karena hipertensi biasanya
diamati pada gagal ginjal kronis,
- Penggunaan anestesi lokal dalam jumlah minimal untuk menghindari toksisitas,
- Menghindari prosedur gigi pada hari hemodialisis
GANGGUAN
HEPAR
Liver Disease
Disfungsi hati dapat dikaitkan dengan banyaknya penyebab,
termasuk infeksi yang didapat, penggunaan narkoba dan kondisi
patologis lainnya. Liver berperan penting dalam fungsi metabolisme,
termasuk sekresi empedu yang dibutuhkan untuk penyerapan lemak;
konversi gula menjadi glikogen; dan ekskresi bilirubin, produk
metabolisme hemoglobin. Gangguan fungsi hati dapat menyebabkan
kelainan dalam banyak fungsi biokimia seperti sintesis faktor
koagulasi dan gangguan metabolisme.
Pasien dengan penyakit liver kronis beresiko tinggi komplikasi
dalam perawatan dental diataranya adalah:
1. Pendarahan
2. Metabolisme obat yang terganggu
3. Infeksi

Harus didiagnosis berdasarkan riwayat pasien dan penemuan klinis.


Hepatitis
Hepatitis adalah peradangan pada hati yang terjadi dari penyebab
infeksi atau lainnya. Contohnya hepatitis dengan penyebab infeksi
adalah virus hepatitis. Peradangan hati atau hepatitis disebabkan
oleh beberapa kelompok virus yang berbeda.

• virus hepatitis A (HAV),


• virus hepatitis B (HBV),
• virus hepatitis C (HCV).
Hepatitis A
Virus Hepatitis A adalah virus RNA kecil dengan family Picornaviridae (genus Hepatovirus).

PENCEGAHAN
PENYEBARAN KLINIS LAB
MEDIS

• Fecal-oral • Masa inkubasi • Deteksi IgM • Vaksin


• Kontaminasi selama 15-45 anti-HAV
hari dan HAV
makanan/ air dalam serum
biasanya
• Transfusi pasien
ditandai dengan
darah adanya dengan
• Hubungan jaundice pada gambaran
sex pasien dewasa. klinis dan
biokimia
hepatitis akut.
Hepatitis B
PENCEGAHAN
PENYEBARAN KLINIS LABORATORIUM
MEDIS
• Pada hepatitis akut, • Penemuan HBsAg
• Aktifitas heptaitits B merupakan dalam serum pasien
• Vaksin HBV
seksual, self limiting disease dengan pemeriksaan • Profilaksis
dengan masa inkubasi biokimia yang kadang HBIG untuk
• Parenteral 30 -150 hari, pada saat juga ditemukan pada
bayi dengan
ini terjadi kenaikan hepatitis B kronis.
(tusukan HBsAg, HBeAg, dan Dapat dilakukan uji orangtua
HBV DNA pada serum. IgM, anti-HBc (anti hepatitis dan
jarum) Pada 1/3 pasien dewasa bodi IgG) untuk
ditandai dengan adanya penegakan diagnosis, orang yang
jaundice. karena antibodi ini berhubungan
muncul lebih awal dan seksual dengan
hilang dalam 6 hingga
12 bulan timbulnya pasien hepatitis
penyakit.
HEPATITIS C
Hepatitis C merupakan virus hepatitis yang 85% penderitanya berpotensi menjadi penyakit liver kronis. Virus
Hepatitis C adalah virus RNA dengan family Flaviviridae (genus Hepacivirus)

PENCEGAHAN
PENYEBARAN LABORATORIUM
MEDIS

• Parenteral (Tusuk • Anti HCV (+)  • Saat ini, tidak ada cara
pencegahan hepatitis C
jarum) terbentuk 1-4 selain menghindari
minggu pasca perilaku berisiko tinggi
sakit (pertukaran jarum, dan
• HCV RIBA (+) penggunaan narkoba)
dan tindakan
• NAT padaHCV pencegahan standar.
RNA (+) Belum ada vaksin.
DENTAL MANAGEMENT
Semua pasien riwayat virus hepatitis atau carrier hepatitis
(tanpa gejala) harus ditangani seolah-olah mereka
berpotensi menular. Sehingga untuk kontrol infeksi
disarankan oleh CDC dan Amerika Asosiasi gigi dengan
perawatan standar pencegahan infeksi silang dalam
praktik gigi, semua pekerja perawatan kesehatan gigi
harus menerima vaksin terhadap HBV dan
menerapkan tindakan pencegahan standar selama
perawatan semua pasien gigi. Selain itu, standar
Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(OSHA) mensyaratkan pengusaha untuk memberikan
vaksin hepatitis B.
1. PENDERITA HEPATITIS AKTIF

– Perawatan yang boleh dilakukan hanya perawatan emergency dalam keadaan


terisolasi ketat dan prosedur pencegahan standar pada pasien dengan hepatitis aktif
kecuali pasien telah mencapai pemulihan klinis dan biokimia.
– Aerosol harus diminimalkan, dan obat-obatan yang dimetabolisme di hati harus
dihindari sebanyak mungkin. Jika operasi diperlukan, waktu protrombin pra operasi
dan waktu perdarahan harus dikontrol dan hasil abnormal dibahas dengan dokter.
Dokter gigi harus merujuk pasien yang memiliki hepatitis akut untuk diagnosis dan
perawatan medis
2. Pasien dengan Riwayat Hepatitis

Sebagian besar pasien dengan HBV, HCV, dan


HDV tidak menyadari jika mereka memiliki
riwayat hepatitis karena seringkali hepatitis
B dan C pada fase ringan, subklinis, dan
nonicteric dimana pada fase tersebut
asimptomatis. Sehingga pada pasien yang
tidak terdiagnosa hepatitis, dokter gigi
diharapkan melakukan asepsis yang benar
pada seluruh pasien. Untuk pasien yang
diketahui memiliki riwayat hepatitis dapat
membantu penetapan diagnosa yang sesuai.
3. Pasien dengan Gejala
Hepatitis
Pasien yang memiliki tanda atau gejala yang
menunjukkan hepatitis seharusnya tidak
menerima perawatan gigi melainkan harus
segera dirujuk ke dokter. Perawatan gigi
emergency dapat dilakukan dengan
menggunakan ruang terisolasi dan
meminimalkan produk aerosol.
4. Pasien Riskan terkena HBV dan HCV

Pada pasien dengan risiko tinggi terpapar virus hepatitis B dan hepatitis C
diharapkan dilakukan pemeriksaan HBsAg dan anti HCV kecuali
sudah diketahui pasien merupakan seropositif.Tidak ada perubahan
perawatan pada pasien yang riskan akan HBV dab HCV, mengikuti
tindakan pencegahan standar. Namun, jika pasien diketahui sebagai
carrier virus HBV atau HCV dapat diberikan edukasi perubahan gaya
hidup. Terkadang pasien tidak diketahui memiiki hepatitis aktif yang
kronis sehingga pasien memiliki kemungkinan untuk pendarahan dan
masalah metabolisme. Kemudian apabila benda tajam bekas perawatan
menusuk dokter yang tidak tervaksin, maka disarankan melakukan
pemeriksaan medical check up lebih lanjut dan pemeriksaan HBIG.
Medikamentosa Pasien Hepatitis
• Pasien yang sembuh dari
Hepatitis
Tidak ada pertimbangan obat
khusus yang diperlukan untuk
pasien yang telah sepenuhnya
pulih dari virus hepatitis.
• Pasien hepatitis aktif kronis,
atau carrier
Memiliki gangguan fungsi hati
dosis untuk obat tersebut yang
dimetabolisme oleh hati harus Note:Obat yag harus dihindari untuk pada pasien penyakit hati
yang parah dan dalam jumlah terbatas pada pasien penyakit hati
dikurangi atau dihindari jika lainnya. Tulisan berwarna abu-abu adalah merk dagang dari
obat-obat tersebut di Indonesia
mungkin.
NOTE: NOTE:
• Hindari NSAIDS dan • Perawatan non
antibiotik profilaksis emergency ditunda
untuk pasien dengan untuk pasien
penyakit liver hepatitis aktif
• Seringkali dibutuhkan • Hindari:
anastesi dengan dosis ibuprofen,asetamin
lebih tinggi ofen,aspirin,codein
• Kurangi anxietas pasien ,meperidine,diazep
hindari bezodiazepin am,barbiturate,met
• Diperlukan pemeriksaan ronidazole,vancom
HBsAg, anti HBs dan anti ycin,epinephrine.
HCV pada pasien yang • Hindari perawatan
memiliki riwayat hepatitis yang menyebabkan
atau terpapar pendarahan. Ada
• Perawatan gigi yang baik kemungkinan
akan membuat dental pendarahan,
treatment plan dapat hipertensi
berjalan normal • Diperlukan
• Konsultasi dokter kontrol perdarahan
penyakit dalam dan pasien.
kontrol CBC,ALT,AST
DIABETES
MELLITUS
◦ Penyakit endokrin yang paling sering
dijumpai, ditandai dengan
hiperglikemia kronis yang disebabkan
oleh kurangnya produksi dan
sekresi insulin dari pankreas atau
ketidakmampuan tubuh untuk
memanfaatkan insulin (insulin
resistance).

◦ Gejala: Polidipsia, Poliuria, Polifagia,


Penurunan berat badan
Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut ADA (2019), diabetes diklasifikasikan menjadi :

1. Diabetes tipe 1 : Rusaknya sel Beta-pankreas


karena autoimun.
2. Diabetes tipe 2 : Penurunan produksi insulin karena
kegagalan sel beta-pankreas.
3. Gestational Diabetes melitus (GDM) : Diabetes
yang terjadi di trimester kedua dan ketiga pada
masa kehamilan.
4. Diabetes tipe spesifik : Diabetes karena faktor
penyebab lain, seperti obat-obatan, MODY
Klasifikasi DM Tipe 1 DM Tipe 2
(5% - 10%) (90% - 95%)
Etiologi immune-mediated, life-style related (obesitas,
idiopatik, kurang aktivitas fisik)

Usia usia muda usia dewasa/ tua


non-insulin-dependent

cell destruction, usually individuals who have


leading to absolute insulin resistance and
insulin deficiency usually have relative insulin
(insulin-dependent) deficiency, these
individuals do not need
insulin treatment to
survive.
Diagnosis Diabetes Melitus
A1C Gula 2 Jam Post
Darah Prandial
Puasa
DIABETES ≥6,5% ≥126 mg/dl ≥200 mg/dl

PREDIABE <6,5% <126 mg/dl <200 mg/dl


TES
≥5,7% ≥100 mg/dl ≥140 mg/dl
NORMAL <5,7% <100 mg/dl <140 mg/dl
Dental Management
Masalah utama:
◦Resiko hipoglikemi akibat konsumsi obat DM
◦Penyembuhan luka lambat dan mudah terinfeksi

(Mikroangiopati → perfusi ke jaringan menurun →


Penyembuhan luka lambat dan mudah terinfeksi)
Pasien yang tidak tergantung insulin:
• Jika diabetes dikontrol dengan baik, semua prosedur perawatan
gigi dapat dilakukan tanpa tindakan pencegahan khusus.
Pasien dengan kontrol insulin :
• Jika diabetes dikontrol dengan baik, semua prosedur gigi dapat
dilakukan tanpa tindakan pencegahan khusus.
• Perawatan gigi lebih baik pada waktu pagi hari, yang bertujuan
meminimalisir resiko stress yang dapat menginduksi hipoglikemia.
• Pasien disarankan untuk menggunakandosis insulin biasa dan
makanan normal pada hari saat perawatan gigi.
• Anjurkan pasien untuk memberi tahu dokter gigi atau staf jika gejala
reaksi insulin terjadi selama kunjungan gigi.
Membuat suasana nyaman, untuk menghindari stres pada pasien.
Perawatan di pagi hari lebih disarankan. Endogenous cortisol
level lebih tinggi di pagi hari (kortisol meningkatkan kadar gula
darah) Menurunkan risiko hipoglikemi.
Waktu perawatan gigi sebaiknya setelah atau sebelum periode
puncak aktivitas insulin (1-4 jam setelah injeksi Lispro insulin atau
insulin reguler). Hal ini untuk mencegah risiko hipoglikemia.
Dilakukan pengenceran pada obat anastesi lokal. Epinefrin dapat
memicu peningkatan gula darah. Konsentrasi epinefrin 1:100000
Pemberian Antibiotik : profilaksis (bila perlu) saat akan tindakan
bedah, dan terapi untuk mengatasi adanya infeksi.
KEHAMILAN
GEJALA UMUM PADA KEHAMILAN
TRIMESTER 1 TRIMESTER 2 TRIMESTER 3

Morning sickness Pusing Sakit punggung


Emosi berubah-ubah Nyeri punggung, paha, Sering buang air kecil
Konstipasi panggul Sulit bernafas dan tidur
Sering buang air kecil Kram kaki Tubuh mudah lelah
Tubuh mudah lelah Mual mereda Kram kaki
Postural hypotension Varises
Wasir
Heartburn
ORAL PROBLEMS IN PREGNANCY
1. Lesi oral
• Terjadi karena terpaparnya mukosa ronga mulut oleh asam lambung dari morning
sickness yang bersifat erosif. Lesi ulser bisa terbentuk pada mukosa rongga
mulut, dan erosi juga bisa terjadi pada enamel.
• Dental Management: perubahan diet, penggunaan antiemetik dan antacid jika
diperlukan. Fluoride mouthwash dan sikat gigi yang lembut digunakan untuk
melindungi gigi yang erosi dan sensitif.
2. Pregnancy Gingivitis
• Peradangan pada superfisial gingiva yang terjadi karena adanya kombinasi
antara fluktuasi hormon estrogen dan progesteron pada kehamilan dengan
perubahan flora normal rongga mulut dan menurunnya respon imun.
• Severe gingivitis kemungkinan butuh pembersihan karang gigi dan
penggunaan obat kumur seperti kloreksidin.
3. Pregnancy Periodontitis
• Keradangan yang bersifat destruktif pada jaringan periodontal karena
infiltrasi bakteri (porphyromonas gingivalis, aggregatibacter
actinomycetemcomitans). Bakteri memproduksi toxin yang menstimulasi
respon inflamasi kronis sehingga membuat jaringan periodontal rusak dan
membentuk poket.
• Management: Deep root scaling, plaque removal, penggunaan kloreksidin,
dan menjaga kebersihan rongga mulut.
4. Granuloma Pyogenikum
Lesi vaskular ini disebabkan oleh kombinasi peningkatan
progesteron dengan adanya lokal iritan dan bakteri. Lesi eritematus,
halus, berlobul, lokasinya di gingiva, terkadang terdapat juga pada
lidah, palatum dan mukosa bukal. Biasanya terjadi di trimester
pertama.
DENTAL MANAGEMENT
• Trimester Pertama
- Tidak dilakukan perawatan apapun kecuali yang bersifat darurat
- Jika dilakukan perawatan, medikasi dan trauma diminimalisir
- Edukasi pasien mengenai pentingnya kebersihan rongga mulut

• Trimester Kedua dan Paruh Pertama Trimester Ketiga


- Waktu yang tepat untuk dilakukan perawatan. Penggunaan anestesi
seperti lidokain, prilokain dan epinerin diperbolehkan. Hindari
penggunaan benzodiazepin (midazolam, lorazepam, trialozam) dan
nitrius oxide.
- Minimalisir penggunaan obat. Obat-obatan yang boleh digunakan antara
lain ibuprofen, asetaminofen, dan oksikodon (terbatas)
- Utamakan kesehatan periodontal dan rongga mulut pada umunya untuk
meminimalisir manifestasi oral yang merugikan selama masa
kehamilan
• Paruh Kedua Trimester Ketiga
- Tidak dilakukan perawatan apapun kecuali yang bersifat darurat
- Jika dilakukan perawatan, medikasi dan trauma diminimalisir
- Saat melakukan perawatan emergensi, pasien jangan dibiarkan
terlentang terus-menerus karena dapat menyebabkan Sindrom
Hipotensi Supine

Hal-hal harus diperhatikan


• Masalah periodontal
Selain risiko pasien terhadap bone loss, severe periodontal disease
juga dihubungkan dengan berat badan rendah pada bayi prematur
• Lesi oral, granuloma pyogenikum
• Minimalisir penggunaan obat
• Nutrisi yang baik (protein, suplemen folic acid, dan larangan
konsumsi alkohol dan penggunaan rokok)
IMMUNOSUPRESI
Imunosupresi: Defek dalam respon imun sehingga
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi (virus, bakteri, fungi)
Etiologi:
Primer : Genetik atau gangguan pertumbuhan
(defek sel T dan/ sel B)
Sekunder : Penyakit atau terapi imunosupresan
- HIV/AIDS
- Terapi steroid, kemoterapi
HIV/AIDS
MANIFESTASI KLINIS:
➔ Diare
➔ Mudah lelah
➔ Berkeringat malam hari
➔ Demam, menggigil
➔ Berat badan menurun drastis
➔ Limfadenopati
➔ Sarkoma kapossi
MANIFESTASI ORAL:
❏ Infeksi fungi, virus, bakteri
❏ Penyakit periodontal
❏ Lesi jaringan lunak
❏ Kanker
TATALAKSANA DENTAL
• Pasien positif HIV dengan jumlah CD4+ lebih dari 350/µL biasanya asimptomatik sehingga
bisa mendapatkan semua perawatan dental tanpa pemberian obat khusus
• Namun, pasien dengan CD4+ <200/µL memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap
infeksi sehingga perlu dipertimbangkan pemberian profilaksis.
• Konsultasi perlu dilakukan pada pasien HIV/AIDS dengan tingkat imunosupresi disertai
dengan neutropenia dan trombositopenia.

RESIKO PENULARAN
• Resiko penularan HIV dari pasien terinfeksi pada petugas kesehatan tergolong rendah

• Apabila terkena tusukan jarum pada kulit maka cuci dengan air dan sabun. Apabila terkena
mulut, hidung, dan mata bilas dengan saline. Kemudian,segela laporkan ke petugas
kesehatan terkait.

• Transmisi dari virus HIV dapat dikurangi dengan pemberian post exposure prophylaxis (PEP).
PEP disarankan diberikan selama 4 minggu dan harus dilakukan follow up dan tes sero
konversi setelah 3, 6, dan 12 bulan
PASIEN DENGAN KEMOTERAPI
Efek langsung pada Efek tidak langsung (perubahan sumsum
tulang)
jaringan oral
- Trombositopenia
- Xerostomia - Infeksi odontogen
- Mukositis - Infeksi jaringan lunak
- Neurotoksisitas
- Infeksi mukosa : ulser
- Infeksi kelenjar liur
Tatalaksana dental
Evaluasi rongga mulut pra-perawatan kanker

Tujuan:
(1) Menentukan dan mengevaluasi penyakit dalam rongga mulut yang dapat memburuk selama terapi
kanker
(2) Dasar untuk perbandingan dan memantau kerusakan akibat radiasi dan kemoterapi
(3) Meminimalkan ketidaknyamanan pada rongga mulut selama terapi kanker

1. Evaluasi harus mencakup pemeriksaan klinis dan radiografi menyeluruh.


2. Pemeliharaan kesehatan mulut selama terapi kanker sangat penting karena komplikasi oral berkembang
dalam proporsi yang signifikan pada pasien yang menjalani radiasi kanker dan kemoterapi.
3. Instruksi menjaga OH
4. Diet non kariogenik
5. Pembersihan karang gigi untuk mengoptimalkan kesehatan mulut dan mengurangi risiko komplikasi oral
seperti mucositis dan infeksi.
6. Pada anak-anak yang menjalani kemoterapi, gigi sulung yang sudah goyang dan yang diperkirakan akan
hilang selama kemoterapi harus diekstraksi.
7. Gigi yang tidak dapat direstorasi dengan prognosis yang buruk atau hopeless, infeksi akut, dan penyakit
periodontal parah yang berpotensi menimbulkan komplikasi seperti sepsis dan osteoradionekrosis harus
diekstraksi
Panduan tatalaksana ekstraksi:
• Sebelum prosedur perawatan dilakukan, dokter gigi bekerjasama dengan dokter ahli onkologi untuk
mengetahui status kesehatan pasien saat ini, karakteristik penyakit (tipe keganasan), dan terapi yang
akan diberikan.
• Dokter gigi melakukan pemeriksaan menyeluruh antara lain riwayat dan kondisi gigi geligi serta
radiografi.
• Ekstraksi dilakukan pada gigi dengan prognosis poor atau questionable diantaranya gigi dengan karies
luas yang tidak dapat direstorasi, advanced periodontal disease, periapical disorders, dan lain-lain.
• Pengambilan gigi melalui operasi kecil dengan prosedur limited invasive dilakukan setidaknya 2
minggu sebelum kemoterapi sedangkan prosedur operasi besar harus dilakukan 4-6 minggu sebelum
dimulainya kemoterapi.
• Pencabutan gigi harus disertai penutupan luka primer dan suturing.
• Trauma akibat ekstraksi atau prosedur invasif lainnya diupayakan seminimal mungkin dan terdapat
waktu yang cukup untuk penyembuhan luka pasca ekstraksi sebelum induksi terapi radiasi atau
kemoterapi.
● Dilakukan penghalusan tulang setelah ekstraksi pada daerah yang tajam
● Mendapatkan primary closure
● Hindari penggunaan intraalveolar hemostatic packing agents, karena dapat
berperan sebagai tempat untuk pertumbuhan bakteri
● Lakukan transfusi apabila jumlah platelet <50.000/mm3, konsulkan dengan
sejawat
● Tunda ekstraksi apabila jumlah sel darah putih <2000/μm atau diprediksi
mencapai jumlah tersebut pada 10 hari kedepan, alternatifnya, dapat
dilakukan pemberian cephalosporin (untuk ekstraksi yang butuh dilakukan
segera) , konsulkan dengan sejawat
● Pada pasien yang akan dilakukan prosedur invasif pada rongga mulut,
namun sedang masa kemoterapi maka harus dilakukan minimal 17-20
setelah kemoterapi dan juga memperhatikan panduan di atas.
Pasien dengan Terapi Steroid
Anamnesa:
Terapi steroid >> antiinflamasi dan
- Indikasi terapi
imunosupresan
- Tipe steroid

- Dosis steroid
Indikasi:
- Durasi terapi
–Kelainan kelenjar adrenal
–Inflamatory bowel disease
Masalah:
–Asma - Penekanan fungsi
–Pencegahan penolakan graft kelenjar adrenal
- Resiko infeksi
–Anemia hemolitik
meningkat
–Kelainan kulit
–Kemoterapi keganasan
Penatalaksanaan dental:
● Pasien dengan terapi steroid dalam dosis yang lebih besar dari 30
mg cortisone setiap hari selama satu minggu atau lebih memiliki
kemungkinan mengalami krisis adrenal perlu dilakukan konsultasi.
Dan jika perlu dilakukan perawatan gigi, maka dilakukan:
● (1) Pengurangan Stress
Krisis adrenal disebabkan oleh ketidakmampuan pasien untuk menghasilkan jumlah
kortisol endogen yang cukup dalam menanggapi stres, semua upaya harus dilakukan
untuk meminimalkan tingkat kecemasan yang dialami
● (2) Pemberian Glukokortikoid

Pada pasien yang lebih rentan terhadap krisis adrenal dan akan dilakukan prosedur
dental yang invasive, kadar glukokortikoid darah harus ditingkatkan sebelum situasi
stres. Hal ini dilakukan dengan pemberian preparat steroid. Pemberian preparat
steroid merupakan peningkatan terkontrol glukokortikoid yang diberikan sebelum
prosedur dental dan secara perlahan dikurangi dosisnya selama 2 hingga 3 hari
setelah terapi.
● (3) Pemberian Antibiotik Profilaksis
Pasien dengan terapi steroid memiliki respons terhadap infeksi dan penyembuhan
luka yang memburuk, pemberian antibiotik profilaksis dapat diberikan untuk
pencegahan infeksi.
PENYAKIT
HIPERTIROID
HIPERTIROID
Hipertiroid tirotoksikosis merupakan kumpulan
manifestasi klinis akibat kelebihan hormon tiroid

Pemeriksaan fungsi tiroid dapat dilakukan dengan


pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar thyroid-
stimulating hormone dan kadar hormon yang dihasilakn
tiroid, yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Hipofisis
anterior menghasilkan TSH (thyroid-stimulating
hormone) yang fungsinya merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan hormon tiroksin ( T3 dan T4)
GEJALA
KLINIS
• Tremor dan takikardi
• Exophtalmos
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Kulit tipis
• Refleks hiperaktif
• Lemah otot
• Keringat berlebih
• Diare
• Penurunan nafsu makan
• Penurunan berat badan
• Pada orang tua: fibrasi atrial,
gaga jantung kongestif
HIPERTIROIDISME
Terapi
1. Simtomatis —Penatalaksanaan dental:
Beta blocker : propanolol 1. Resiko terjadinya krisis tiroid
2. Obat antitiroid 2. Kurangi penggunaan epinefrin
Gol thionamide (menghambat sintesis
hormon): propiltiourasil, metimazol, tapazol,
carbimazol Gol yodium, lithium, perchlorat,
thiocyanat
3. Terapi iodin (efek cepat dan biasanya
dipakai untuk perisapan operasi) 15 mg/hari
diberikan sejak 2 minggu sebelum operasi
4. Pembedahan
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan pada pasien tidak terkontrol/belum selesai
perawatan tirotoksikosis yang tiba-tiba menjadi hebat disertai adanya peningkatan
suhu badan, delirium, takikardi, dehidrasi berat, tremor, berkeringat.
Terjadi karena :
- Infeksi
- Trauma
- Tindakan operasi
- Stress
THINGS TO DO
Tindakan yang harus dilakukan:
- Ice packs
- Injeksi Hydrocortison (100-300 mg)
(Menurunkan konversi T4 ke T3)
- Infus IV Hypertonic glucose
- Antitiroid drugs
- Pottasium iodide
COVID-19
COVID-19
merupakan patogen mayor penyebab serve acute respiratory syndrome yang diakibatkan
oleh virus coronavirus (SARS-Cov-2) yang merupakan famili single-stranded RNA
(+ssRNA).

PENYEBARAN KLINIS LABORATORIUM PROGNOSIS PENCEGAHAN


MEDIS
• Droplet infection • Masa inkubasi • Swab • Buruk pada
• Mencegah kontak
8-15 hari. tenggorokan dan pasien usia lanjut
tes asam nukleat dan disertai latar langsung.
• Asimptomatik
virus (RT- PCR) belakang • Sosial discancing.
• Gejala ringan
• CT Scan Paru penyakit sistemik • Olahraga teratur
berupa
demam, lainnya dan diet nutrisi
batuk,dan sehat.
napas pendek • Menjaga
pada hari 2 kebersihan dan
sampai14. selalu mencuci
tangan.
Dental Management

● Berdasarkan Surat Ederan PDGI No. 2776/PB


PDGI/III-3/2020 tentang Pedoman Pelayanan
Kedokteran Gigi Selama Pandemi Virus COVID-19,
dokter gigi dianjurkan untuk:
• Melakukan anamnesa dan skrining untuk deteksi dini
terhadap semua pasien sesuai formulir Kemenkes RI.
• Segera merujuk pasien yang diduga terinveksi virus
Covid-19 ke rumah sakit rujuan untuk infeksi
COVID-19.
• Menunda tindakan tanpa keluhan simptomatik,
bersifat elektif, perawatan estetis, tindakan dengan
menggunakan bur/scaler/suction.
• Memajang poster 6 langkah cara mencuci • Melakukan prosedur 6 langkah mencuci tangan dengan
tangan sesuai WHO dan etika batuk, benar ( 2 sebelum dan 3 sesudah).
penyediaan tisu dan tempat sampah medis Dokter dan staff menggunakan alat pelindung diri (APD)
tertutup di ruang tunggu pasien. Menerapkan lengkap sekali pakai untuk tiap pasien.
social distancing (minimal 1 meter) jarak anter
pasien dalam ruang tunggu.

APD untuk dokter dan perawat dengan kegiatan


APD untuk staff Triase pra-pemeriksaan,
yang menimbulkan aerosol pada pasien
bagian rawat jalan umum
kecurigaan Covid-19.
Dental Management
• Pasien diminta untuk berkumur dengan Hidrogen Peroksida 0,5-1% atau povidone iodine 1% selama 60
detik sebelum perawatan.
• Tindakan perawatan gigi disarankan menggunakan rubber dam untuk mengurangi risiko penularan melalui
droplet saliva.
• Semua benda dan alat kedokteran gigi dilakukan desinfeksi permukaan dengan campiran air dan sodium
hipoklorit 5% dengan perbandingan 1:100 selama 1 menit, kemudian dibersihkan menggunakan etanol 70%
sebelum proses sterilisasi dengan autoclave.
• Pembersihan lingkungan kerja, ruang tunggu pasien, gagang pintu meja, kursi, dental unit dengan
desinfektan. Lantai dapat dibersihkan menggunakan benzalkonium klorida 2% (produk pasaran pembersih
lantai).
• Mengganti pakaian yang digunakan selama praktik sebelum pulang ke rumah.
• Kontrol infeksi, pembuangan dan pencegahan injuri akibat benda tajam, serta kontrol pembuangan limbah.
TERIMA KASIH

CREDITS:
This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai