Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA DASAR

PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID PADA Drosophila melanogaster

Disusun Oleh :
Nadia Muna Salsabila (061118031)
Aditiya Nurrahma (061118034)
Fitri Nurul Fadilah (061118038)
Kelas : Biologi/2A
Tanggal Praktikum : 11 April 2019
Dosen : Ir. Mulyati Effendi, Msi.

LABORATORIUM BIOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Pada Drosophila melanogaster selain dari keadaan normal (N) ditemukan ada beberapa
strain yang merupakan hasil mutasi dan menghasilkan mutan-mutan yang berbeda dari keadaan
normalnya. Perbedaan tersebut terutama terkait dengan warna mata, bentuk mata, dan bentuk
sayap. Hal ini sesuai yang dikatakan Zarzen (2004) yang menyatakan beberapa jenis mutasipada
Drosophila melanogaster yang dapat terlihat dari fenotipenya adalah mutasi warna mata, bentuk
mata, bentuk sayap dan warna tubuh. Berdasarkan hal tersebut, maka dikenal berbagai strain
(mutan) dari Drosophila melanogaster antara lain: w (white), cl (clot), ca (claret), se (sepia), eym
(eyemissing), cu (curled), tx (taxi), m (miniature, dp (dumpy), dan Vg (vestigial).

Perbedaan-perbedaan fenotif yang nampak tersebut tentunya disebabkan karena telah


terjadi perubahan pada genotif (terjadi variasi genotif) dengan keadaan normalnya, yang oleh
King (1985) disebut sebagai perbedaan ciri instrasepesifik yang selanjutnya dikenal dengan
sebutan strain. Secara rasional perbedaanperbedaanpada genotif paling tidak selain memberikan
dampak perbedaan pada fenotif akan dapat juga menyebabkan beberapa perbedaan dalam hal
fisiologik. Seperti dikatakan oleh Peterson (dalam Fowler, 1973) bahwa mekanisme penggunaan
sperma untuk pembuahan sel telur (fertilisasi) tidak selalu sama pada semuajenis atau strain
Drosophila melano gaster. Demikian juga Fowler (1973) melaporkan bahwa jumlah sperma yang
ditrasfer Drosophila jantan berkaitan dengan perbedaan strain. Dengan demikian macam strain
akan terkait dengan jumlah keturunan. Hal ini diperkuat juga dengan hasil temuan penelitian
Muliati (2000) yang meyimpulkan pada persilangan antar strain (white, ebony, dan normal)
terdapat perbedaan jumlah turunan. Apakah demikian adanya pada strain-strain yang lain, maka
tentunya ini perlu dilakukan penelitian lanjutan karena dinyatakan juga oleh Muliati (2000)
bahwa dari berbagai pustaka belum terungkap semua informasi mengenai pengaruh strain
terhadap jumlah turunan.

1.2 tujuan
1. Mengetahui bermacam-macam jenis mutan yang ada pada Drosophila melanogaster.
2. Mengamati perbedaan jenis kelamin pada Drosophila melanogaster.
3. Mampu mengaplikasikan analisis chi-kuadrat untuk mengetahui penyimpangan yang
terjadi antara jumlah individu yang diamati (ft) dengan jumlah individu yang
diharapkan (Ft) sebagai suatu hipotesis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Drosophila melanogaster adalah jenis serangga yang umumnya tidak berbahaya dan merupakan
pemakan jamur yang tumbu pada buah. ( Neil A Campbell 2002: 281). Drosophila melanogaster
merupakan jenis lalat buah pemakan jamur yang tumbuh pada buah. Drosophila melanogaster di
Indonesia ada sekitar 60 jenis, pulau Jawa sekitar 120 jenis dari suku drosophiladae (Wheeler,
1981: 99). Alat buah memiliki konstruksi modular, suatu seri segmen yang teratur. Segmen ini
menyusun tiga bagian badan utama berdasarkan kepala thorx dan abdomen. Seperti binatang
simetris bilateral lainnya. Drosophila melanogasier mempunyai poros anterior dan posterior
(kepala-ekor) dan poros dorsoventral (punggung-perut).

Berikut merupakan klasifikasi Drosophila melanogaster :

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Drosophilidae

Genus : Drosophila

Spesies : Drosophila melanogaster

(Bo. 1992: 273)

Adapun ciri-ciri umum dari Drosophila melanogaster diantaranya adalah sebagai berikut:

Wurna tubuh kuning kecoklatan dengan cincin berwana hitam di bagian tubuh belakang

Berukuran kecil antara 3-5mm

Urat tepi sayap (costal vein) memiliki dua bagian yang terinteruptur dekat dengan tubuhnya.

Sungut (arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.

Crossvein posterior umumnya lurus, tidak melengkung.

Mata majemuk berbentuk bulat agak elips dan berwarna merah.


Terdapat mata oceli pada bagian atas dengan ukuran lebih kecil dibandingkan dengan mata
majemuk.

Thorax berbulu-bulu dengan warna dasar putih, sedangkan abdomen bersegmen lima dan
bergaris hitam.

Sayap panjang, berwarna transparan, dan posisi bermula dari thorax.

Sementara ciri khas antara Drosopila melanogaster jantan dan betina adalah :

Drosoptila melanogaster jantan:

 Ukurarı tubuh lebih kecil dari betin.


 Sayup lebih pendek dari sayap betina
 Tendapat sisir kelamin (sex comb)
 Ujung perut tumpul dan lebih hitam

Drosophila melanogaster betina

 Ukuran tubuh lebih besar dari jantan.


 Sayap lebih panjang dari sayap jantan.
 Tidak terdapat sisir kelamin (sex combo)
 Perut runcing ujung
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
Mikroskop binokuler Mutan mutan Drosophila
Pteridik Media psiang dan tape
Ether Mold inhibiter (bila teredia)
Botol kultur dengan sumbat
Kuas keil
Morgue
marker

3.2 proedur kerja

1. Mengisolai virgin dengan mengambil betina virgin yang kurang dari 8 jam
2. Menggandakan penyilangan antara train yang berbrda dipergunakan 3-5 ekor virgin yang
dikawinkan dengan lalat jantan dari jumlah yang sama di dalam botol kultur untuk
mengurangi kontaminasi jamur.
3. Melakukan perhitungan ejak melakukan persilangan pertama
4. Diberi simbol

5. Persilangan monohibrid dan dihibrid

a. Betina virgin disilang dengan jantan normal


b. Pindahkan parentalnya etelah 7-8 hari
c. Amati F1
d. Adakan penyilangan F1 di dalam media baru
e. Pindahkan F1 etelah 7-8 hari
f. Hitunglah maam-maam F2
BAB IV

DATA PENGAMATAN

4.1 Data Pengamatan

a. Monohibrid

Parental (P) Taxi Jantan ›‹ Taxi Betina


♂ ♀
BB BB

Filial ( FI ) BB
Taxi

Parent ♂B ♂B

♀B BB BB

♀B BB BB

Total Filial (F1) sebanyak 23 yang terdiri dari betina 13 ekor dan jantan 10 ekor.

Rasio Jantan ♂ Rasio Betina ♀

Maka perbandingannya = x 100% Maka perbandingannya = x 100%

= 43,47% = 56,52 %

b. dihibrid

diketahui bahwa :

Parentalnya yellow (jantan) dan black (betina)

P: yellow x black

Genotope : YYBB x yybb


Gamet : YB x yb

F1 : YyBb

F2 : YyBb x YyBb

YB Yb yB yb
YB YYBB YYBb YyBB YyBb
Yb YYBb Yybb YyBb Yybb
yB YyBB YyBb yyBB yyBb
yb YyBb Yybb yyBb yybb

Ratio Fenotipe 9:3:3:1


𝑑
Digunakan rumus Chi-Square untuk membuktikan hasil percobaan, X=Ʃ 𝑒

Kelas Ratio fenotipe O E (0 − 𝑒)


𝑒
Black 9 25 9 (25−56,25)
x100=56,25 =
16 56,25
(976,5625)
=17,36
56,25
Yellow 3 15 3 (15−18,75)
16
x100=18,75 =
18,75
14,0625
=0,75
18,75
Black-yellow 3 15 3 (15−18,75) 14,0625
x100=18,75 = =0,75
16 18,75 18,75
normal 1 5 1 (5−6,25) 1,5625
x100=6,25 = =0,25
16 6,25 6,25
Jumlah 16 60 100 19,11

Dk= n-1

=4-1

=3

X²= 19,11 -> (p= 0,05)

Jika di lihat pada tabel Chi-Square, X²=19,11 < 0,05

Artinya,tidak sesuai hukum mendel.


BAB V

PEMBAHASAN

A. monohibrid

Persilangan monohibrid adalah persilangan dengan satu sifat beda , keturunan yang
diperoleh akan memiliki perbandingan 3:1 fenotipenya dapat sama akan tetapi dapat pula
memiliki genotype yang sama (homozygote) atau berbeda (heterozygote).

Persilangan monohibrid pada Drosophila ini diketahui parentalnya adalah taxi jantan dan
taxi betina. Dapat diketahui, bahwa lalat buah taxi memiliki ciri- ciri berbadan coklat, bermata
merah, dan Sayap membentang 75° dari sumbu badan . Ada tidaknya atau besar tidaknya ukuran
sayap pada lalat ini tergantung pada suhu pemeliharaan beserta faktor lingkungan tempat
pemeliharaannya. Kemudian dilanjutkan dengan perhitungan jumlah F2 dari masing- masing
parentalnya.

Kami memulai perobaan ini pada tanggal 4 April 2019 . kami mengamati dari
terbentuknya telur pada malam pertama hingga adanya keturunan pada minggu ketiga.
Drosophila ini ditempatkan di suhu ruangan dibawah 30 derajat eliu . Pada waktu gametogenesis
pasangan- pasangan dari kromosom akan saling bersegregasi (memisahkan diri) pada masing-
masing gamet. Maka jumlah kromosom gamet adalah setengah dari kromosom induk. Pada saat
fertilisasi, masing- masing gamet tersebut berfusi membentuk individu yang diploid (2n).
Individu taxi bertangguang jawab pada terbentuknya sayap taxi. Letak kedua alel tersebut
terdapat pada lokus yang saling berhubungan. Maka akan menghasilkan keturunan taxi.

Kekurangan dalam perobaan ini adalah kami tidak mengawinkan betina virgin dengan
Drosophila jantan normal, karena terjadi beberapa kendala yang menyebabkan kami tidak
mengawinkannya salah satunya lalatnya mati karena saat memilih betina virgin , jantan dan
betina dipisah ke 2 tempat berbeda dan juga keterlambatan dalam mengawinkannya alhasil lalat-
lalatnya mati karena tidak bersilangan lagi. Sehingga hasilnya tidak seperti yang kami harapkan,
untuk hasil seungguhnya berupa Drosophila taxi karena parentalnya berupa taxi.

B. Dihibrid
Pada pengamatan kali ini, adalah pengamatan tentang persilangan dihibrid pada lalatbuah
Drosophila melanogaster. Pada penelitian kali ini Dibutuhkan ketelitian / kecekatanuntuk tahu
jenis dan ciri ciri Drosophila melanogaster menentukan orang tua mutannya.

Hasilpercobaan dihibrid pada generasi F2 selalu memiliki mengalihkan fenotipe 9: 3: 3: 1.


Berdasarkan hasil tersebut bisa dirumuskan hukum Mendel II (hukum pengelompokkan bebas,
asortasi) yang menyatakan itu selama pembentukan gamet,masing-masing alel berpadu secara
bebas. Setiap sifat adalah bebas dan tidak bergantung pada sifat yang berbaring.

Hasil persilangan Mendel juga berlaku pada tumbuhan dan hewan yang berbaring Namun dalam
praktiknya hasil persilangan tidak selalu sesuai dengan apa yang kita harapkan.Hal ini terjadi
oleh keberadaan beberapa hubungan antara berbaring persilangan dengan genterpaut seks,
keberadaan interaksi gen, keberadaan epistasis, keberadaan dominansi tidak sempurna
dankeberadaan gen yang bersifat homozigot letal (Sisunandar, 2013).

Pada persilangan dihibrid ini, diketahui parentalnya yellow dan black , menghasilkan F2 yaitu
normal, black,yellow,yellow-black. Yellow -Black memiliki ciri- ciri berbadan hitam kuning.
Kedua gen tersebut bersifat resesif.

Menurut hukum Mendel II, persilangan dengan dua sifat beda yang terletak pada kromosom
yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dengan menghasilkan empat macam fenotipe
dengan melibatkan 9:3:3:1. Hasil ini bisa diterangkan sebagai berikut:

F2yang diperoleh dari percobaan ini adalah 5 normal, 25 black, 15 yellow dan 15 yellow-
black.Lalu setelah dianalisis dengan menggunakan tekhnik analisis chi-kuadrat dan
diperolehderajat kebebasan 3, diperoleh hasil 19,11. Dibandingkan dengan data pada tabel chi-
kuadrat maka pada percobaan ini tidak sesuai hukum mendel.
BAB VI

KESIMPULAN

a. Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat yang beda.


b. Tidak dapat mengawinkan virgin dengan jantan normal karena beberapa kendala
c. Generasi pada F2 hasil persilangan dihibrid ini memiliki ratih fenotip 9:3:3:1 yaitu 25
black,15 yellow,15 yellow-black, dan 5 normal.
d. Dilihat dari perhitungan Chi-Square hasil persilangan ini tidak sesuai hukum mendel.
DAFTAR PUSTAKA

Nio, Tjan Kiauw. 1991.Genetika Dasar.Bandung Institut Tekhnologi Bandung


Pai,Anna C. 1985. Dasar- Dasar Genetika. Jakarta Erlangga
Setiawati,Wiwiwn.2010. Biologi 3. Jakarta: Yudhistira.
Sisunandar.2014.Peuntun Praktikum Genetika.Purwokerto : Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Suryo. 1994 Genetika Manusia.Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.
Suryo.2008.Genetika lapisan Nogyakarta : Gajah Mada Universitas Press.

Anda mungkin juga menyukai