Anda di halaman 1dari 3

Nama : Holong M.

Pasaribu

NIM : 11682100570

DUPLIKASI KROMOSOM

Mutasi karena kelebihan segmen kromosom. Mutasi ini terjadi pada waktu
meiosis, sehingga memungkinkan adanya kromosom lain (homolognya) yang tetap
normal. Duplikasi menampilkan cara peningkatan jumlah gen pada kondisi diploid.
Duplikasi dapat terjadi melalui beberapa cara seperti: pematahan kromosom yang
kemudian diikuti dengan transposisi segmen yang patah, penyimpangan dari
mekanisme crossing-over padameiosis (fase pembelahan sel), rekombinasi kromosom
saat terjadi translokasi, sebagai konsekuensi dari inversi heterosigot, dan sebagai
konsekuensi dari perlakuan bahan mutagen. Beberapa kejadian duplikasi telah
dilaporkan dapat miningkatkan viabilitas tanaman.

Duplikasi adalah aberasi kromosom yang terjadi karena keberadaan suatu


segmen kromosom yang lebih dari satu kali pada kromosom yang sama. Jika segmen
yang mengalami duplikasi itu berurutan maka disebut duplikasi tandem. Jika
sebaliknya disebut reverse tandem, dan jika duplikasi terletak di ujung
kromosom maka disebut duplikasi terminal.

Keterangan :

(a) Kromosom normal


(b) Patah di dua tempat
(c) Replikasi
(d) Duplikasi c-e
(e) Defi siensi c-e
Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada struktur kromosom.
Mutasi kromosom ini bisa terjadi secara spontan ataupun tidak spontan. Salah satu
penyebab mutasi kromosom misalnya adalah radiasi pada kromosom. Akibat dari
mutasi kromosom misalnya berbagai kelainan genetik seperti sindrom Wolf-
Hirschhorn, sindrom Turner, sindrom Klinefelter, dan lainnya.

Berdasarkan faktor penyebabnya, mutasi dapat dibedakan menjadi dua macam


sebagai berikut.

a. Mutasi alamiah (spontan). Mutasi alam adalah mutasi yang terjadi dengan
sendirinya atau penyebabnya tidak diketahui secara pasti sehingga mutasi ini terjadi
secara spontan. Mutasi alam ini diduga disebabkan oleh sinar kosmis (proton,
positron, photon), sinar radioaktif (uranium), sinar ultraviolet, dan radiasi ionisasi
internal, yaitu bahan radioaktif dalam suatu jaringan tubuh yang berpindah masuk ke
jaringan lainnya.

b. Mutasi induksi (buatan). Mutasi buatan adalah mutasi yang terjadi akibat campur
tangan manusia. Mutasi buatan ini memang sengaja dibuat oleh manusia untuk suatu
kepentingan tertentu dan diambil manfaatnya. Mutasi buatan ini merupakan awal dari
lahirnya rekayasa genetika dalam bidang bioteknologi.

Mutasi buatan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pemakaian
bahan radioaktif untuk memperoleh bibit unggul, penggunaan radiasi peng-ion,
pemakaian bahan kolkisin, dan penggunaan sinar X. Mutasi dapat berasal dari:

1. Bahan fisika, misalnya radiasi yang dipancarkan oleh bahan radioaktif.


2. Bahan kimia, misalnya fenol, benz pyrene, metil cholauthrene, metil Hg, pestisida,
formaldehid, colchicine.
3. Bahan biologi, misalnya virus penyebab kerusakan kromosom. Virus hepatitis
menimbulkan aberasi pada darah dan tulang.
Mutasi yang terjadi di dalam tubuh dapat berupa perubahan somatis (mutasi
autosom), dan perubahan generatif atau gametis (mutasi kromosom seks). Perubahan
somatis (mutasi autosm) terjadi pada jaringan tubuh, misal epitel, otot, tulang,
dan saraf. Adapun perubahan generatif atau gametis (mutasi kromosom seks) terjadi
pada gonade (kelamin).

Kolkisin Menginduksi Poliploidi

Kolkisin (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang


diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae)
(Suminah, et al., 2002), sedangkan menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin
(C22H25O6N) merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan mikrotubula,
sehingga salah satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom
tanaman (terbentuk tanaman poliploid).

Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman poliploidi. Menurut


Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis tertentu akan menghalangi
penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle yang mengakibatkan
ketidakteraturan pada mitosis. Suminah (2005) juga menjelaskan bahwa kolkisin ini
dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada pembelahan sel
sehingga menyebabkan terbentuknya individu poliploidi. Mansyurdin, et al. (2002)
memaparkan bahwa semakin tingi konsentrasi kolkisin makin tinggi persentase sel
yang tetraploid, tetapi persentase kematian kecambah makin tinggi pula.

Contoh Kasus

Tanaman bawang putih (Allium sativum L.) atau kesuna Bali dari Bali.
Perbaikan sifat genetik ‘Kesuna Bali’ tidak dapat dilakukan dengan persilangan
karena sebagian besar genus Allium tidak memiliki bunga. Sehingga dilakukan
dengan cara mutasi. Perendaman umbi pada kolkisin 20% selama 12 jam
mengahsilkan bawang triploid (2n-3x). (Pharmawati dkk. 2015).

Anda mungkin juga menyukai