PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Smetlzer and Bare Luka gigitan atau vulnus biasanya ditimbulkan
akibat binatang seperti kucing, anjing, ular dan lain- lain.
Definisi lainnya luka gigitan adalah cedera yang disebabkan oleh mulut dan gigi
hewan. Hewan mungkin menggigit untuk mempertahankan dirinya, dan pada
kesempatan khusus untuk mencari makanan
Gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan yang diakibatkan karena
serangga atau binatang yang menyengat atau menggigit seseorang.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan gigitan dan sengatan serangga
adalah gigitan atau sengatan dari binatang atau serangga yang dapat menyebabkan
luka gigitan atau vulnus dimana binatang ataupun serangga yang menggigit tersebut
menggigit untuk mempertahankan dirinya.
Penyebab Rabies:
Adapun vektor dalam penularan penyakit ini adalah anjing, kucing dan
binatang-binatang liar seperti kera, kelelawar, rakun, serta rubah.
Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada air liur hewan yang
menderita rabies. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama
melalui :
1
- Luka gigitan
- Jilatan pada luka / kulit yang tidak utuh
- Jilatan pada selaput mukosa yang utuh
- Menghirup udara yang tercemar virus rabies ( meskipun sangat jarang terjadi
namun telah dilaporkan 2 kasus yang menimpa penjelajah yang menghirup udara
di dalam goa yang terdapat banyak kelelawar )
Masa Inkubasi:
- Lokasi gigitan, biasanya paling pendek pada orang yang digigit di daerah
kepala, tempat yang tertutup celana pendek
- Bila gigitan terdapat di banyak tempat
- Virulensi (banyaknya virus yang masuk melalui gigitan / jilatan)
Gejala Rabies:
- Air liur menetes berlebihan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan hewan
tidak dapat mengunyah dan menelan makanan.
- Tidak ada keinginan pada hewan untuk menyerang atau menggigit
- Seluruh bagian tubuh mengalami kelumpuhan
- Hewan akan mati dalam beberapa jam
2
- Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya.
- Pada anak anjing akan menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan
menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam beberapa jam
- Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun,
badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah
sekitar gigitan (rasa panas, nyeri berdenyut)
- Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara
- Air liur dan air mata keluar berlebihan
- Pupil mata membesar
- Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
- Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal
dunia
Penatalaksaan :
b. Gigitan lintah
Ludah lintah mengandung zat anti pembekuan darah. Darah akan terus
mengalir ke luar dan masuk ke perut lintah. Pada orang yang peka terhadap zat
tersebut, gigitan lintah akan menyebabkan reaksi yang berupa pembengkakan,
gatal dan kemerahan.
3
Penatalaksaan :
c. Gigitan ular
Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan ular yang berbisa
ataupun gigitan ular yang tida berbisa.Pada umumnya ular menggigit pada saat ia
sangat aktif, yaitu pada senja hari atau fajar.ebagai akibat dari 1 jenis toksin saja.
Bisa ular ( venom ) terduiri dari 20 atau lebih komponen sehingga pengaruhnya
tidak dapat diinterpretasikan. Untuk menduga jenis ular yang menggigit adalah
ular yang berbisa atau tidak dapat dipakai rambu – rambu bertolak dari bentuk
kepala dan luka bekas gigitan sebagai berikut :
- Ciri – ciri ular berbisa = bentuk kepala segi empat panjang, gigi taring kecil,
bekas gigitan ular halus berbentuk lengkungan
- Ciri – ciri ular tidak berbisa = kepala segitiga, terdapatt 2 gigi taring besar di
atas rahang, 2 luka gigitan utama akibat gigi taring
Tetapi untuk identifikasi yang lebih pasti, lebih baik apabila ularnya dapat
dibunuh. Identifikasi ini penting untuk mengenali jenis bisa yang telah
dimasukkannya bersama bisa. Bisa ular ada yang dapat merusak dinding
pembuluh darah, dan ada yang bersifat merusak jaringan saraf.
1. Gejala lokal : edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis ( dalam 30 menit
– 24 jam )
2. Gejala sistemik : hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi, muntah, nyeri kepala dan pandangan kabur.
3. Gejala khusus gigitan ular berbisa antara lain :
4
Hematotoksik : pendarahan di tempat gigitan, paru, jantung, ginjal,
peritonium, otak, gusi, hematemesis dan melena, pendarahan kulit ( petekie
dan ekimosis ), hematuria.
Neurotoksik : hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis pernafasan,
oftalmoplegi, paralisis otot laring, reflek abnormal, kejang dan koma (
akibatnya pada saraf tepi dan saraf pusat )
Kardiotoksik : hipotensi, henti jantung, koma ( kerusakan otot jantung )
Haematotoksin : akibatnya pada sistem peredaran darah
Cytotoksin : gangguan pada jantung dan pembuluh darah
Cytolytik : peradangan serta kematian jaringan
Sindrom kompartment : edema tungkai dengan tanda – tanda 5 P ( Pain,
pallor, paresthesia, paralysis, pulselesness )
Menurut Schwartz ( Depkes, 2001 ), gigitan ular dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
3-12 cm / 12
I +/- + – 0
jam
+
>12-25cm/ 12
II + + +++
jam
Neurotoksik, mual, pusing, syok
++
III + + +++ >25 cm / 12 jam
Ptekhieae, syok, ekimosis
++
5
Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan :
Anamnase lengkap : identitas, waktu dan tempat kejadian, jenis dan ukuran ular,
riwayat penyakit sebelumnya.
Pemeriksaan fisik : status umum dan lokal serta perkembangannya setiap 12 jam.
Penatalaksaan :
Tindakan penatalaksanaan :
1. Sebelum penderita di bawa ke pusat pengobatan beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
6
Apus tempat gigitan dengan venom detection
Beri SABU ( serum anti bisa ular ) yaitu serum kuda yang dikebalkan.
Indikasi SABU adalah gejala venerasi sistemik dan edema hebat pada bagian luka.
Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way yaitu ;
Derajat 0 - tidak diperlukan SABU. Dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat meningkat
1 maka diberika SABU
I Minimal + 2 – 15 – 5
II Sedang + 15 – 30 + 10
1. Jika koagulasi tidak membaik ( fibrinogen tdk meningkat dan waktu pembekuan
darah memanjang ), ulangi pemberian SABU. Ulangi pemeriksaan darah pada 1 dan 3
jam berikutnya.
2. Jika koagulasi membaikmaka monitoring ketat diteruskan dan ulangi pemeriksaan
darah untuk monitoring perbaikannya. Monitoring dilanjutkan sampai 2 x 24 jam
untuk mendeteksi kemungkinan joagulasi berulang.
7
Terapi supportif lainnya pada keadaan :
1. Pendarahan
2. Hipotensi
3. Gangguan neurotoksik
Trigoid atau bulu babi biasanya terdapat diperairan laut dangkal. Biasanya
penderita terkena sengatan trigoid disebabkan karena tidak sengaja menginjak
atau bersentuhan dengan bagian tubuh binatang tersebut.
Penatalaksaan :
8
Pembengkakan
Mual, muntah dan diare
Kejang – kejang bahkan disertai kelumpuhan otot
Penatalaksaan :
Penatalaksaan :
9
Nilai status ABC klien
Tenangkan penderita
Bersihkan / cuci luka bekas gigitan dengan air hangat
Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cedera
Monitot tanda – tanda vital
Lakukan RJP jika diperlukan
Segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
Sengatan laba – laba dapat menimbulkan rasa sakit bahkan dapat meninbulkan
nekrosis kulit dan keracunan sistemik. Cairan jernih dari laba – laba berisi esterase,
fosfatase, alkalin protease dan enzim lain yang menyebabkan nekrosis jaringan dan
hemolisis. Mulanya gigitan laba – laba ini tidak nyeri atau terasa panas,. Setelah
beberapa jam terasa nyeri dan gatal dengan indurasi di sekitar gigitanserta daerah
pucat iskemik atau kemerahan pada bekas gigitan. Pada kasus tanpa terapi akan
sembuh dalam waktu 2- 3 hari. Pada kasus yang berat, kemerahan merata dan di
bagian tengah ada pendarahan atau nekrosisdisertai timbulnya bula. Timbul jaringan
kehitaman dan terkelupas yang beberapa minggu kemudian meinggalkan ulkus yang
diameternya bisa mencapai 25 cm dan kadang – kadang membuat jaringan cekung.
Proses penyembuhan bisa 3 – 6 bulan. Bila mengenai jaringan lemak, penyembuhan
dapat mencapai 3 tahun. Komplikasi lokal dapat berupa infeksi sekunder, melukai
jaringan saraf, demam, nyeri, lemah, mual, muntah.
Penatalaksaan :
10
Amankan lingkungan
Nilai keadaan airway, breathing, circulation
Tenangkan penderita
Bersihkan gigitan dengan menggunakan menggunakan air sabun atau alkohol 70
% atau antiseptik lainnya , balut dengan balutan dan diusahakan balutan steril dan
beri kompres dingin, angkat dan lakukan imobilisasi bagian yang terkena gigitan.
Bila ada indikasi, berikan analgesik, anthisitamin, antibiotik
Rujuk segera ke rumah sakit
Pasien dimonitor terhadap tanda – tanda hemolisis dan komplikasi sistemik
lainnya.
Sengatan kelabang dapat meninggalkan bekas luka berupa sepang luka, dan
menyebabkan pembengkakan, rasa sakit dan kemerahandi sekitar tempat luka. Rasa
terbakar, pegal dan sakit biasanya akan hilang dengan sendirnya setelah 4-5 jam
kemudian. Gigitan kelabang walaupun tidak selalu membahayakan jiwa, dapat
menimbulkan reaksi alergi yang gawat dan kadang – kadang dapat berakibat fatal
Penatalaksaan :
11
Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.
Imobilisasikan daerah yang tergigit
Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin
Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.
Sengatan tawon
Tanda dan gejala serta penatalaksaan pada kasus dengan gigitan tawon pada
umumnya hampir sama dengan tandan dan gejala serta penatalaksaan pada kasus
gigitan lipan / kelabang
Penatalaksaan :
Semut merah coklat atau semut coklat hitam menyengat kulit manusia dengan
kekuatan rahang ketika menyemprotkan racun.
12
Penatalaksaan :
Pada kasus yang berat dapat terjadi penekanan saraf dan pembuluh darah. Jika
keadaan seperti di atas maka tempat sengatan diberi es batu, glukokortikoid topikal
dan antihistamin oral. Pustula ditutup dengan verban dan diberi antibiotik bila ada
indikasi. Efineprin diberikan jika ada reaksi anafilaktik.
Sengatan kalajengking
Umunya ditemukan pada anak – anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Gejala
yang timbul antara lain gelisah, keluar keringat berlebihan, diplopia, nistagmus,
fasikuli, opistotonus, salivasi, hipertensi, takikardi dan kadang – kadang kejang,
paralisis otot pernafasan
Gejala – gejala tersebut dapat pula disertai dengan edema paru, syok,
koagulopati, pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, ikterus, hipertermia.
Penatalaksaan :
Bila sengatan berasal dari spesies yang tidak mematikan, Daerah sengatan
dikompres dengan menggunakan kompres dingin atau es batu, analgesik atau
antihistamin.
13
Umumnya sengatan hanya menimbulkan nyeri lokal dapat ditangani di rumah
dengan instruksi kembali ke bagian gawat darurat bila terjadi perkembangan
penyakit menjadi gangguan saraf dan otot atau saraf kranial.
Perlakukan pasien dengan tenang, berikan tekanan dengan kompres dingin pada
sengatan agar mengurangi absorpsi racun. Berikan infus intravena midazolam
untuk mengontrol agitasi, gerakan otot yang tidak beraturan akibat sengatan
tersebut.
Pemantauan selama pengobatan dapat diberi dan sedatif atau narkotik jika perlu
terutama pasien yang mengalami gejala – gejala neuromuskular untuk mencegah
terjadinya henti nafas.
1. Terapi supportif
a. Stabilisasi :
- Penatalaksaan jalan nafas
- Penatalaksaan fungsi nafas : ventilasi dan oksigenasi
- Penatalaksaan sirkulasi : pasang infus kristaloid
b. Dekontaminasi
- Cuci luka dan berikan tetanus profilaksis jika diperlukan
- Jangan melakukan pengisapan dan insisi lokal pada area sengatan
2. Terapi spesifik
Terapi ini dilakukan untuk mengatasi gejala sistemik akibat keracunan sengatan
kalajengking seperti hipertensi, edema paru, bradiritmia, gelisah dan syok
14
– Pemberian antivenim harus dilakukan hati – hati sebab dapat memberikan reaksi
analilaksis.
– Reaksi syok anafilaksis dapat dijumpai pada penderita yang sensitif terhadap
racun kalajengking.
Kelompok hewan laut ini menimbulkan cederabdengan sengatan dari sel – sel
penyengat dari alat – alat penangkap ( tentakel ) yang dapat menyebabkan rasa panas
terbakar dan sedkit pendarahan pada kulit.
Penatalaksaan :
15
A. Definisi
Gigitan ular adalah suatu keadan yang disebabkan oleh gigitan ular berbisa. Bisa ular
adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau
bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama neurologik,
kardiovaskuler, dan sistem pernapasan. (Suzanne Smaltzer dan Brenda G. Bare, 2001:
2490)
1. Neurotoksik
2. Hemolitik
Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan
sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah
yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan
bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian
bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi
tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki
aktivitas enzimatik.
B. Macam-Macam Ular
Ular yang tergolong berbisa neurotoksik ialah keluarga Epiladae yaitu: ular kobra, ular
kraits, dan ular karang.
1. Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan kelemahan seluruh badan dan berakhir
dengan syok
2. Sakit kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran terganggu sehingga tidak sadar
16
3. Otot tidak terkordinasi, sehingga tidak dapat mengambil atau memindahkan benda
kecil
Ular jenis hemolitik termasuk dalam keluarga Krotaluidae, sering disebut juga
keluarga pit viper yaitu Rattelesnaker (crotalus), ular Copperhead (Angkis-Trodon)
1. Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak hebat dan terjadi
ganggren. Hal ini disebabkan ular itu selalu mengeluarkan racun dan enzim
proteolitik.
5. Terjadinya perdarahan dalam usus dan ginjal sehingga terjadi melena dan hematuria.
2. Mempunyai 2 taring.
3. Pupil lonjong.
17
4. Dibawah ekornya terdapat sebaris lempengan.
1. pupilnya bundar.
C. Etiologi
Ø Elapidae (King cobra, Blue coral snake, Sumatran spitting cobra, dll)
Ø Viperidae (Borneo green pit viper, Sumatran pit viper , dan lain-lain).
Bisa ular dapat menyebabkan perubahan local, seperti edema dan pendarahan.
Banyak bisa yang menimbulkan perubahan local, tetapi tetap dilokasi pada anggota
badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi
gigitan dalam waktu 8 jam . Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada 2 macam :
Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang menyerang dan
merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan jalan menghancurkan stroma
lecethine ( dinding sel darah merah), sehingga sel darah menjadi hancur dan larut
(hemolysin) dan keluar menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan
timbulnya perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung, tenggorokan, dan
lain-lain.
Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan- jaringan sel saraf sekitar
luka gigitan yang menyebabkan jaringan- jaringan sel saraf tersebut mati dengan tanda-
tanda kulit sekitar luka gigitan tampak kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran
18
dan peracunan selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan
melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan jantung. Penyebaran
bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh limphe.
D. Patofisiologi
Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
Ø Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena
paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler
yang terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
Ø Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya
atau menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri
sebagai akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis: luka bekas
gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis,
hematemesis, gagal ginjal.
Ø Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat patukan
19
E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang umum ditemukan pada pasien bekas gigitan ular adalah :
ü Demam
ü Keringat dingin
¡ Kardiovaskuler terganggu
Bisa Haemolytik :
¡ Haematuria
¡ Haemoptisis/haematemesis
¡ Kegagalan ginjal
1. Efek lokal
Beberapa spesies seperti coral snakes, krait akan memberikan efek yang agak sulit di
deteksi dan hanya bersifat minor tetapi beberapa spesies, gigitannyadapat menghasilkan
efek yang cukup besar seperti: bengkak, melepuh, perdarahan, memar sampai dengan
20
nekrosis. Yang mesti diwaspadai adalahterjadinya syok hipovolemik sekunder yang
diakibatkan oleh berpindahnyacairan vaskuler ke jaringan akibat efek sistemik bisa ular
tersebut.
2. Efek sistemik
Gigitan ular ini akan menghasilkan efek yang non-spesifik seperti: nyeri kepala,mual
dan muntah, nyeri perut, diare sampai pasien menjadi kolaps. Gejalayang ditemukan
seperti ini sebagai tanda bahaya bagi petugas kesehatan untuk memberi petolongan
segera.
Ø Koagulopati
Beberapa spesies ular dapat menyebabkan terjadinya koagulopati. Tanda tanda klinis
yang dapat ditemukan adalah keluarnya darah terus menerusdari tempat gigitan,
venipuncture dari gusi dan bila berkembang akan menimbulkan hematuria,
haematomesis, melena dan batuk darah.
Ø Neurotoksik
Gigitan ular ini dapat menyebabkan terjadinya flaccid paralysis. Ini biasanya
berbahaya bila terjadi paralisis pada pernafasan. Biasanya tanda-tandayang pertama
kali dijumpai adalah pada saraf kranial seperti ptosis,oftalmoplegia progresif bila tidak
mendapat anti venom akan terjadikelemahan anggota tubuh dan paralisis pernafasan.
Biasanya full paralysis akan memakan waktu + 12 jam, pada beberapa kasus biasanya
menjadilebih cepat, 3 jam setelah gigitan.
Ø Miotoksisitas
Miotoksisitas hanya akan ditemukan bila seseorang diserang atau digigitoleh ular laut.
Ular yang berada didaratan biasanya tidak ada yang menyebabkan terjadinya
miotoksisitas berat. Gejala dan tanda adalah :nyeri otot, tenderness, mioglobinuria dan
berpotensi untuk terjadinya gagalginjal, hiperkalemia dan kardiotoksisitas
21
G. Derajat Gigitan Ular
Menurut Schwartz
I ++ + 3 – 12 cm/12 jam -
Prinsip Pengelolaan :
2. Membuang toksin
3. Menetralkan bisa
4. Mengobati komplikasi
Penatalaksanaan:
1. Pertama kali yang ditangani adalah kondisi gawat yang mengancam nyawa ( prinsip
ABC) kesulitan bernafas memerlukan ETT (endo tracheal tube) dan ventilator.
Gangguan sirkulasi darah memerlukan cairan intra vena dan mungkin berbagai obat
untuk menanggulangi gejala yang timbul : nyeri, kesemutan, pembengkakan.
22
3. Siapkan ICU /ventilator bila sewaktu – waktu terjadi gangguan pernafasan.
4. Pasang intra venous line dengan jarum besar, berikan SABU 2 ampul / dalam 500 cc
Dextrose 5% / NaCL fisiologis, minimal 2000 cc per 24 jam. Maksimum pemberian
SABU 20 ampul per 24 jam. Bila jenis ular yang mengigit diketahui dan ada SABU
yang sesuai berarti SABU monovalen diberikan, atau alternatif bila ular penggigit tidak
diketahui dapat diberikan bisa polivalen.
5. Rawat /tutup luka dengan balutan steril dan salep / kasa antibiotic /antiseptic.
Pertolongan pertama
Pastikan daerah sekitar aman dan ular telah pergi segera cari pertolongan medis
jangan tinggalkan korban. selanjutnya lakukan prinsip :
R = Reassure
I = Immobilisation
Jangan menggerakan korban, perintahkan korban untuk tidak berjalan atau lari. Jika
dalam waktu 30 menit pertolongan medis tidak datang: lakukan tehnik balut tekan (
pressure-immoblisation ) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat prosedur
pressure immobilization (balut tekan)
G = Get
23
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Primary survey
C (circulation): nilai denyut nadi dan perdarahan pada bekas patukan, Hematuria,
Hematemesis /hemoptisis
Intervensi primer
Kontrol perdarahan, toniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah bening (Pita
dilepaskan bila anti bisa telah diberikan). Bila tidak ada anti bisa, transportasi secepatnya
ke tempat diberikannya anti bisa. Catatan : tidak dianjurkan memasang tourniquet untuk
arteriel dan insisi luka
Pasang infus
24
Bila ragu, observasi 24 jam. Kalau gejala keracunan bisa nyata, perlu pemberian anti
bisa
Kolaborasi pemberian serum antibisa. Karena bisa ular sebagian besar terdiri atas
protein, maka sifatnya adalah antigenik sehingga dapat dibuat dari serum kuda. Di
Indonesia, antibisa bersifat polivalen, yang mengandung antibodi terhadap beberapa bisa
ular. Serum antibisa ini hanya diindikasikan bila terdapat kerusakan jaringan lokal yang
luas.
- ABU IV pelan-pelan
Anti bisa diulang pemberiannya bila gejala-gejala tak menghilang atau berkurang.
Jangan terlambat dalam pemberian ABU, karena manfaat akan berkurang.
B. Diagnosa Keperawatan
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi :
25
Ø Auskultasi bunyi nafas
Ø Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
Intervensi :
26
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam, karena alkohol dapat membuat kulit
kering.
Ø Beri antipiretik
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi :
Ø Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi
dari kontak langsung dengan ekskresi atau sekresi
27
4. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di rumah
sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman kematian atau kecacatan.
Intervensi:
Ø Tunjukkan keinginan untuk mendengar dan berbicara pada pasien bila prosedur
bebas dari nyeri.
Rasional: Pada awal, pasien dapat menggunakan penyangkalan dan represi untuk
menurunkan dan menyaring informasi keseluruhan. Beberapa pasien menunjukkan
tenang dan status mental waspada, menunjukkan disosiasi kenyataan, yang juga
merupakan mekanisme perlindungan.
Rasional: Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat
beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
Ø Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan
berikan jawaban terbuka/jujur.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan
tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya,
kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
28
a. Menunjukan GDA dan frekuensi dalam batas normal dengan bunyi nafas vesikuler
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit,
menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh
tubuh sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada beberapa tahun yang lalu penggunaan
torniket dianjurkan. Seiring berkembangannya ilmu pengetahuan kini dikembangkan
metode penanganan yang lebih baik yakni metode pembalut dengan penyangga. Idealnya
digunakan pembalut dari kain tebal, akan tetapi jika tidak ada dapat juga digunakan
sobekan pakaian atau baju yang disobek menyerupai pembalut. Metode ini dikembangkan
setelah dipahami bahwa bisa menyebar melalui pembuluh limfa dari korban. Diharapkan
dengan membalut bagian yang tergigit maka produksi getah bening dapat berkurang
sehingga menghambat penyebaran bisa sebelum korban mendapat ditangani secara lebih
baik di rumah sakit
30
DAFTAR PUSTAKA
Hugh A. F. Dudley (Ed), Hamilto Bailey, Ilmu Bedah, Edisi XI, Gajah Mada University
Press, 1992
Susan Martin Tucker, at al., Standar Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi V, Volume 2, EGC, Jakarta, 1998.
Soeparman, Sarwono Waspadji, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 1990
31