Anda di halaman 1dari 47

Laporan Ekskursi Petrologi 2019

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ekskursi Petrologi tahun 2019 yang dilaksanakan di daerah Kulonporogo,


karena Kulonprogo merupakan salah satu daerah yang memiliki litologi batuan
yang cukup lengkap, dari jenis batuan beku, batuan sediment dan batuan
piroklastik. Daerah Kulonprogo dulunya diperkirakan merupakan daerah dengan
aktifitas gunung api purba, atau aktifitas magma yang dapat diketahui dari batuan-
batuan yang terdapat di sekitar daerah tersebut yang masih dapat dilihat sampai
sekarang. Kegiatan ekskursi lapangan Petrologi ke daerah Kulon Progo merupakan
suatu rangkaian acara Praktikum Petrologi dalam rangka melihat langsung
kenampakkan batuan secara megaskopis di lapangan. Dalam hal ini, dimaksudkan
agar dapat mengetahui apa saja tahapan yang benar dalam pendeskripsian batuan
serta petrogenesa daerah yang diamati baik secara geologinya, stratigrafinya, serta
fenomena geologi apa saja yang terjadi dan berkembang di KulonProgo. Karena hal
tersebut maka kami melakukan ekskursi atau penelitian untuk mengetahui hal-hal
di atas. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah ilmu dan wawasan tentang ilmu
geologi terutama bidang petrologi.

Kegiatan ekskursi Petrologi tahun ajaran 2018/2019 dilaksanakan pada hari


Minggu, 5 Mei 2019 di Kulon Progo, Yogyakarta. Kegiatan ekskursi merupakan
kegiatan akhir dari Praktikum Petrologi. Kegiatan dilaksanakan di Kulon Progo
karena terdapat beragam jenis batuan yang dapat ditemukan seperti batuan beku,
batuan sedimen, batuan piroklastik.

I.2 Maksud Dan Tujuan

Adaun maksud dilakukannya penelitian :


1. Praktikan Teknik Geologi dan Teknik Geofisika tahun ajaran 2018/2019
UPN “Veteran” Yogyakarta dapat mempraktikan ilmu yang sudah diberikan
atau didapatkan selama praktikum petrologi.

Kelompok : 24 1
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

2. Praktikan dapat mengembangkan kemampuan dalam mendiskripsikan


batuan.
3. Praktikan dapat melihat langsung singkapan di lapangan.

Tujuan :

1. Melatih praktikan dalam mengambil data secara langsung.


2. Melatih praktikan membedakkan jenis batuan dan cara pendiskripsiannya.
3. Melatih praktikan bekerja sama dalam kelompok.
4. Melatih tanggung jawab antar anggota kelompok dalam mengerjakan tugas
yang sudah ditentukkan oleh kelompok.

I.3 Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan


Pelaksanaan Ekskursi Petrologi dilaksanakan pada hari Minggu, 5 Mei
2019. Berangkat dari UPN “Veteran” pukul 7.16 WIB dan sampai dilokasi stopsite
1 sekitar pukul 8.30 WIB. Lokasi Ekskursi bertempat di sebelah barat Kota
Yogyakarta. Dalam pelaksanaan ekskursi di Kulon Progo terdapat stopsite
berjumlah 2. Pada stopsite 1 LP 1 berlokasi di Sungai Tretes, Dusun Karanganyar,
Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Stopsite 1 LP 2 berlokasi di Sungai Tretes, Dusun Karanganyar, Desa
Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa
Yogyakarta, Indonesia. Stopsite 2 LP 1 berlokasi di Dusun Kalisonggo, Nanggulan,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan stopsite 2 LP 2
berlokasi di Dusun Kalisonggo, Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Untuk mencapai lokasi menggunakan transportasi
bus dengan rute dan jalur melalui ringroad barat, kemudian menuju arah godean
lalu menuju lokasi ekskursi yaitu di daerah Kulon Progo tepatnya di Dusun
Karanganyar dan Dusun Kalisonggo. Letak stopsite 1 LP 1 sekitar 100 m dari
tempat parkir bus, sedangkan stopsite 1 LP 2 terletak 200 m ke arah selatan dari
stopsite 1 LP 1. Kemudian kami melanjutkan ke stopsite 2 LP 1 sejauh 200 m ke
arah barat laut dari stopsite 1 LP 2 . Lalu lanjut menuju stopsite 2 LP 2 berjarak 200
m dari stopsite 2 LP 1.

Kelompok : 24 2
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

I.4 Denah Lokasi

B
A

Gambar I.4.1 Denah Lokasi Ekskursi.

Kelompok : 24 3
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Keterangan :

A
: UPN ”Veteran” Yogyakarta

B
: Lokasi stopsite 1 LP 1 dan stopsite 1 LP 2

C
: Lokasi stopsite 2 LP 1 dan stopsite 2 LP 2

Kelompok : 24 4
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

BAB II
DASAR TEORI

II.1 Fisiografi Regional


Van Bemmelen, 1949 membagi Jawa Tengah menjadi enam zona fisiografi,
yaitu Gunung Api Kuarter, Dataran Aluvial Utara Jawa, Antiklinorium Serayu
Utara, Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah, Zona Depresi Tengah
dan Pegunungan Selatan. Berdasarkan pembagian tersebut maka daerah Kulon
Progo termasuk bagian dari Zona Depresi Tengah.

Daerah Yogyakarta terutama bagian baratdaya - Pegunungan Kulon Progo


merupakan daerah tinggian yang terletak dalam zona poros pematang menurut
pembagian Sujanto dan Roskamil, (1977). Sejumlah tinggian dan rendahan dapat
dibedakan pada poros ini yaitu : Tinggian Kulon Progo, Tinggian Kebumen,
Tinggian Karangbolong, Tinggian Gabon dan Tinggian Besuki. Tinggian dan
rendahan tersebut pada umumnya dibatasi oleh sesar-sesar bongkah dengan throw
relatif besar.

II.2. Stratigrafi Regional


Kulonprogo merupakan batas barat dari dataran rendah Yogyakarta, sebuah
daerah pegunungan dan perbukitan yang tersusun atas batuan volkanik dan batuan
sedimen yang memiliki rekaman struktur geologi yang panjang. Kehadiran batuan
sediman tua berumur Eosen, batuan volkanik berumur Oligosen-Miosen.

Daerah Kulon Progo menurut Sujanto dan Ruskamil (1975) merupakan


sebuah tinggian yang dibatasi oleh tinggian dan rendahan yaitu kebumen di Bagian
barat dan Yogyakarta dibagian timur. Daerah ini dicirikan oleh banyaknya gunung
api purba yang muncul di atas batuan paleogen yang ditutupi oleh batuan karbonat,
lempung, dan napal pada kala neogen.

Kelompok : 24 5
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Gambar II.2.1Stratigrafi Daerah Kulon Progo ( Van Bemmelen, 1949)

Menurut Van Bemmelen, pegunungan Kulon Progo tersusun dari bebrapa


Formasi berdasarkan jenis batuan penyusunnya. Secara regional satuan
Litostratigrafi dari umur tua ke muda adalah :

a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan merupakan Formasi tertua di daerah Kulon
Progo. Dimana Formasi ini terletak di desa Nanggulan yang berada di kaki
sebelah timur pegunungan Kulonprogo. Martin, (1916) menamakan sebagai
Nanggulan beds (diambil dari Purnamaningsih dan Pringgoprawiro, 1981).
Hartono, (1969) mengatakan sebagai Globigerina marl untuk lapisan teratas
Formasi Nanggulan yang kemudian dijadikan satu satuan stratigrafi yaitu
Anggota Seputih oleh (Purnamaningsih dan Pringgoprawiro, 1981).

Kelompok : 24 6
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Formasi Nanggulan dicirikan oleh batupasir sisipan lignit, batulempung


dengan konkresi limonit, napal, batupasir dan tufa. Sedangkan Anggota
Seputih terdiri dari napal yang berwarna putih dengan sisipan batupasir dan
batulempung. Berdasarkan analisis foraminifera plangton umur Formasi
Nanggulan adalah Eosen Tengah sampai Oligosen Awal (Hartono, 1969).

b. Formasi Andesit Tua ( Old Andesite Formation/ OAF)


Formasi ini diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Nanggulan. Litologinya berupa breksi volkanik dengan fragmen andesit,
lapilli tuf, tuf, lapili breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta
batupasir volkanik yang tersingkap di banyak lokasi di daerah Kulonprogo.
Formasi ini tersingkap baik di bagian tengah, utara, dan barat daya daerah
Pegunungan Kulonprogo yang membentuk morfologi pegunungan
bergelombang sedang hingga terjal. Formasi ini dibagi lagi menjadi dua
formasi baru yaitu formasi Kaligesing yang mencirikan lingkungan
pengendapan di darat dan formasi dukuh yang mencerminkan lingkungan
pengendapan di laut. Formasi Kaligesing dicirikan oleh breksi monomik,
dengan fragmen andesit, sisipan batupasir dan lava andesit. Rahardjo,
dkk,(1995) menamakan Formasi ini sebagai Formasi Kebobutak.
Sedangkan Formasi Dukuh terdiri dari breksi polimik dengan fragmen
andesit, batupasir, batugamping. Ketebalan formasi ini kira-kira mencapai
600 m. Berdasarkan fosil Foraminifera planktonik yang dijumpai dalam
napal dapat ditentukan umur Formasi Andesit Tua yaitu Oligosen Atas.

c. Formasi Jonggrangan
Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan
secara tidak selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri dari
konglomerat, napal tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan
moluska serta batulempung dengan sisipan lignit. Di bagian atas, komposisi
formasi ini berupa batugamping berlapis dan batugamping koral.Formasi
Jonggrangan juga dicirikan oleh napal tufaan dan batupasir gampingan
dengan sisipan lignit. Morfologi yang terbentuk dari batuan penyusun
formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan tersebar di

Kelompok : 24 7
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

bagian tengah dan utara Pegunungan Kulonprogo. Ketebalan batuan


penyusun formasi ini 250- 400 meter dan berumur Miosen BawahMiosen
Tengah. Formasi ini di bagian bawah menjemari dengan bagian bawah
Formasi Sentolo.
d. Formasi Sentolo
Di atas Formasi Andesit Tua, selain Formasi Jonggrangan,
diendapkan juga secara tidak selaras Formasi Sentolo. Hubungan Formasi
Sentolo dengan Formasi Jonggrangan adalah menjari. Foramasi Sentolo
terdiri dari batugamping dan batupasir napalan. Bagian bawah terdiri atas
konglomerat yang ditumpuki oleh napal tufan dengan sisipan tuf. Batuan ini
ke arah atas berangsur-angsur berubah menjadi batugamping berlapis bagus
yang kaya akan foraminifera. Ketebalan formasi ini sekitar 950 m.

Di atas Formasi Sentolo diendapkan secara tidak selaras endapan


volkanik Kuarter yaitu endapan hasil letusan gunung Merapi yang terdiri
dari tuf, tuf lapilli, breksi, aglomerat dan lava andesit . Aktivitas
magmatisme di daerah Kulon Progo terjadi pada Oligosen – Miosen
(Bemmelen, 1949) dengan penyebaran batuan volkanik barat – timur.
Selama jaman Tersier daerah Kulon Progo diperkirakan telah mengalami
deformasi paling sedikit dua kali periode fase tektonik (Sopaheluwakan,
1994 dan Soeria Atmadja,dkk, 1991) yaitu pertama terjadi pada Oligosen
Akhir – Miosen Awal dan kedua terjadi pada Miosen Tengah – Miosen
Akhir yang menghasilkan busur magmatik.

Adanya sesar-sesar yang berpola regangan, sesar-sesar naik dan


pergeseran busur magmatik dari utara ke selatan kemudian berubah dari
selatan ke utara menunjukkan adanya perkembangan tatanan tektonik.
Dalam hal ini gaya yang bersifat regangan berubah menjadi gaya kompresi.
Gejala ini berkaitan pula dengan perubahan kecepatan lempeng samudera
Hindia-Australia terhadap lempeng Eurasia. Evolusi tektonik Jawa selama
Tersier menunjukkan jalur subduksi yang menerus dari lempeng Hindia-
Australia menyusup ke bawah Jawa (Hamilton, 1979 dan Katili, 1971).
Sedangkan busur magmatik Tersier sedikit bergeser ke arah utara dan busur

Kelompok : 24 8
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

magmatik Kuarter berimpit dengan busur magmatik Miosen Tengah (Soeria


Atmadja dkk, 1991) dengan jalur subduksinya bergeser ke selatan.

Perkembangan tektonik yang lain adalah lajur subduksi


Karangsambung-Meratus menjadi tidak aktif karena tersumbat oleh
hadirnya material kontinen. Sribudiyani,dkk, (2003) mengatakan bahwa
berdasarkan data seismik dan pemboran baru di Jawa Timur menafsirkan
terdapatnya fragmen kontinen (yang disebut lempeng mikro Jawa Timur)
sebagai penyebab berubahnya lajur subduksi arah barat daya-timur laut
(pola Meratus) menjadi arah barat-timur (pola Jawa).

Penelitian ini hanya dikaukan pada dua Formasi yaitu Formasi


Andesit Tua (OAF) dan Formasi Nanggulan, yang masing-masing terdiri
dari dua singkapan. Formasi Andesit Tua terbagi menjadi Formasi
Kaligesing yang mencirikan endapan lingkungan darat, dan Formasi
Nanggulan yang mencirikan endapan lingkungan laut dangkal. Sedangkan
formasi Nanggulan yang terletak di kalisonggo merupakan endapan penciri
lingkungan transisi (rawa) yang dicirikan adanya sisipan serpih kaya akan
karbonan.

II.3 Struktur Geologi Regional


Kabupaten Kulon Progo secara geografis terletak antara 7 038’42”-
7059’3” LS dan 11001’37”- Kulon Progo merupakan bagian dari zona Jawa
Tengah bagian selatan, yaitu zona plato. Bagian utara dan timur Kulon Progo
ini dibatasi oleh dataran pantai Samudera Indonesia dan bagian barat laut
berhubungan dengan Pegunungan Serayu 1100 16’26” BT. Struktur geologi
kawasan Kulonprogo sendiri secara mayor diinterpretasikan tidak
terdapat sesar besar yang mengontrol. Namun pada beberapa daerah
menunjukkan struktur lokal. Pada Formasi Nanggulan, secara meso
menunjukkan struktur - struktur geologi seperti sesar naik, sesar turun, sesar
mendatar, lipatan dan kekar, serta beberapa struktur penyerta. Sedangkan
pada Formasi Kebobutak, Formasi Dukuh, dan Formasi Sentolo, pada
beberapa daerah lainnya menunjukkan sesar turun, bahkan pada Fasies
Proksimal daerah Gunung Api PurbaIjo, memiliki sesar turun dan mendatar
bersifat radial menuju Fasies Sentral Gunung Api Purba Ijo. Sementara
Kelompok : 24 9
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

struktur antiklin dan sinklin pada Formasi Sentolo yang diperkirakan pada
Fasies Distal dari Gunung Api Purba Ijo diinterpretasikan terbentuk dari gaya
isostasi material piroklastik dan sesar turun pada Gunung Ijo

Menurut Van Bemmelen (1949), urutan stratigrafi Kulon Progo dari


yang berumur paling tua hingga yang paling muda yaitu Eosen of Nanggulan
atau Formasi Nanggulan, Old Andesite Formation (OAF) atau yang biasa
disebut dengan Formais Andesit Tua yang dicirikan dengan endapan material
volkanik baik didarat maupun di laut, Djonggrangan Beds atau Formasi
Jonggrangan yang diendapakan secara tidak selaras di atas formasi andesit
tua, dan Sentolo Beds atau formasi Sentolo pada kala miosen akhir.

Secara umum struktur geologi yang bekerja adalah sebagai berikut :


1. Struktur Dome
Menurut Van Bemellen (1949), pegunungan Kulon Progo secara
keseluruhan merupakan kubah lonjong yang mempunyai diameter 32 km
mengarah NE – SW dan 20 km mengarah SE – NW. Puncak kubah lonjong
ini berupa satu dataran yang luas disebut jonggrangan plateu. Kubah ini
memanjang dari utara ke selatan dan terpotong dibagian utaranya oleh sesar
yang berarah tenggara – barat laut dan tertimbun oleh dataran magelang,
sehingga sering disebut oblong dome.
2. Unconformity
Di daerah Kulon Progo terdapat kenampakan
ketidakselarasan (disconformity) antarformasi penyusun Kulon Progo.
Kenampakan telah dijelaskan dalam stratigrafi regional berupa formasi
andesit tua yang diendapkan secara tidak selaras di atas formasi
Nanggulan, formasi Jonggrangan diendapkan secara tidak selaras diatas
formasi Andesit Tua, dan formasi Sentolo yang diendapkan secara tidak
selaras diatas formasi Jonggrangan.

II.4 Sejarah Geologi Regional


Van Bemmelen (1949) berpendapat bahwa dahulu daerah Kulon
Progo dilukiskan sebagai sebuah kubah yang besar dan memanjang dari

Kelompok : 24 10
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

arah barat daya-timur laut yang memiliki puncak relatif datar dan sayap
yang curam dan disebut dengan “Oblong Dome”.

Disekeliling kubah banyak dijumpai sesar-sesar yang membentuk


pola radial. Peristiwa ini dimulai sejak kala Oligosen Akhir - Miosen Awal
ditunjukkan oleh kegiatan magma andesitik yang menghasilkan endapan
lahar, lava dan intrusi andesit pada lingkungan laut. Kemudian diikuti oleh
proses tektonik Miosen yang menghasilkan struktur sesar, dan kekar pada
lingkungan daratan. Pada lingkungan daratan ini terjadi alterasi dan
mineralisasi yang berupa urat - urat kuarsa dan ubahan batuan. Kala
Pleistosen terjadi perlipatan pada batugamping berlapis dengan ditunjukkan
oleh kemiringan satuan batuan tersebut. Pada kala Holosen terjadi
pelapukan, erosi, transportasi dan deposisi endapan alluvial disepanjang
sungai dan dataran banjir.

II.5 Menghitung Tebal Lapisan


Tebal lapisan adalah jarak terpendek antara bidang alas (bottom) dan
bidang atas (top). Dengan demikian perhitungan tebal lapisan yang tepat
harus dilakukan dalam bidang yang tegak lurus jurus lapisan. Bila
pengukuran di lapangan tidak dilakukan dalam bidang yang tegak lurus
tersebut makajarak terukur yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu
dengan rumus:

d = dt x cosinus ß ( ß = sudut antara arah kemiringan dan arah pengukuran).

Didalam menghitung tebal lapisan, sudut lereng yang dipergunakan


adalah sudut yang terukur pada arah pengukuran yang tegak lurus jurus
perlapisan. Apabila arah sudut lereng yang terukur tidak tegak lurus dengan
jurus perlapisan, maka perlu dilakukan koreksi untuk mengembalikan
kebesaran sudut lereng yang tegak lurus jurus lapisan. Biasanya koreksi
dapat dilakuan dengan menggunakan tabel “koreksi dip” untuk pembuatan
penampang.

1. Pengukuran pada daerah datar (lereng 0o)

Kelompok : 24 11
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak


tegak lurus jurus, ketebalan langsung di dapat dengan menggunakan rumus
: T = d sin ∂ (dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan ∂ adalah sudut
kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka
jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.

Gambar II.5.1 Posisi pengukuran pada daerah datar.

2. Pengukuran pada Lereng


Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti
diperlihatkan pada gambar 8.5 dan gambar 8.6. { Catatan: sudut lereng (s)
dan kemiringan lapisan (∂) adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan
jurus atau disebut “true dip” dan “true slope” }.

a. Kemiringan lapisan searah dengan lereng


Bila kemiringan lapisan (∂ ) lebih besar daripada sudut lereng (s)
dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah :
T = d sin (∂ - s ) (Gambar II.5.2b)

Kelompok : 24 12
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudutlereng dan arah lintasan tegak
lurus jurus, maka perhitungan ketebalan adalah:

T = d sin (s - ∂ ) (Gambar II.5.2c)

Gambar II.5.2 Posisi pengukuran pada lereng yang searah dengan kemiringan lapisan.

b. Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng


Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng
dan arah lintasan tegak lurus jurus maka:
T = d sin ( ∂ + s ) (Gambar II.5.3 b)

Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah


900 (lereng berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak
lurus jurus maka:
T = d (Gambar II.5.3 c)
Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng
dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka :
T = d sin (1800 - ∂ - s) (Gambar II.5.3 d )

Kelompok : 24 13
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Bila lapisannya mendatar, maka :


T = d sin (s)

Gambar II.5.3 Posisi pengukuran pada lereng yang berlawanan dengan kemiringan
lapisan.

Kelompok : 24 14
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Diagram Aliran Pengolahan Data

STUDI PUSTAKA GEOLOGI REGIONAL DAERAH KULON PROGO

PENGARAHAN DAN PENJELASAN DARI DOSEN

PENELITIAN DI LAPANGAN

STOPSITE 1 STOPSITE 2 STOPSITE 3 STOPSITE 4

Deskripsi Lapangan Deskripsi Lapangan Deskripsi Lapangan Deskripsi Lapangan

Deskripsi Deskripsi Singkapan Deskripsi Singkapan Deskripsi


Singkapan Deskripsi Lithologi Singkapan
Deskripsi Lithologi
Deskripsi Lithologi Petrogenesa Petrogenesa Deskripsi Lithologi

Petrogenesa Sketsa Lapangan Petrogenesa


Sketsa Lapangan
Foto Parameter
Sketsa Lapangan Foto Parameter Sketsa Lapangan
Deskripsi Perlapisan
Foto Parameter Deskripsi Perlapisan Foto Parameter
Kedudukan perlapisan
Kedudukan perlapisan

Profil Halus dan Sketsa Profil Kasar


Lintasan Profil Kasar

DESKRIPSI LAPORAN PROFIL POSTER


Profil Kasar
PROFIL PROFIL

Kelompok : 24 15
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

III.2 Langkah Kerja


 Stopsite 1 LP 1
1. Mendengarkan penjelasan dari dosen
2. Mendeskripsi bentang alam dan singkapan yang akan diteliti
3. Membuat sketsa lapangan dan singkapan
4. Mengambil foto bentang alam, singkapan dan parameter
5. Menghitung azimuth foto dan bentang alam
6. Mengambil sampel
7. Mendiskripsikan sampel batuan yang diambil
 Stopsite 1 LP 2
1. Mendengarkan penjelasan dari dosen
2. Mendeskripsi singkapan yang akan diteliti
3. Membuat sketsa lapangan
4. Mengambil foto bentang alam, singkapan dan parameter
5. Membentangkan meteran sepanjang perlapisan yang diukur
untuk menentukan lapisan yang akan dideskripsikan
6. Mengukur kedudukan tiap lapisan, azimuth, slope, strike
dan dip
7. Mengambil sampel dan mendeskripsikan
8. Membuat profile dan peta lintasan sementara

 Stopsite 2 LP 1
1. Mendengarkan penjelasan dari dosen
2. Mendeskripsi singkapan yang diteliti
3. Membuat sketsa lapangan dan singkapan
4. Membuat deskripsi bentang alam, litologi, dan singkapan
5. Mengambil foto bentang alam, singkapan dan parameter
6. Membentangkan meteran sepanjang perlapisan yang diukur
untuk menentukan lapisan yang akan dideskripsikan
7. Mengukur kedudukan tiap lapisan, azimuth, slope, strike
dan dip

Kelompok : 24 16
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

8. Mengambil sampel dan mendeskripsikan

 Stopsite 2 LP 2
1. Mendengarkan penjelasan dari dosen
2. Mendeskripsi singkapan yang akan diteliti
3. Membuat sketsa lapangan dan singkapan
4. Mengambil foto bentang alam, singkapan dan parameter
5. Menghitung azimuth
6. Mengambil sampel kemudian mendeskripsikan
7. Membuat resume keseluruhan hasil kegiatan ekskursi

III.3 Alat Dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan :

 Palu Geologi
 Kompas Geologi
 Lup
 Meteran
 Komparator
 Kamera
 Clipboard
 Plastik sampel
 Alat tulis
 HVS
 Lembar tabulasi data
 Larutan HCl

Kelompok : 24 17
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 STOPSITE 1

IV.1.1 LP 1

IV.1.1.1 Deskripsi Lapangan

Perjalanan dimulai dari Kampus 1 UPN “Veteran” Yogyakarta


menggunakan bus. Jarak yang ditempuh yaitu kurang lebih 34 km, dengan
lama perjalanan sekitar 1,5 jam dari pukul 07.16-08.45, keadaan jalan ramai
lancar. Kami melewati ringroad ke arah barat, melewati sungai progo dan
perumahan warga. Stopsite ini berada setelah tanjakan tepatnya setelah
melewati sungai progo.

IV.1.1.2 Foto Singkapan

Foto IV.1.1.2.1 Singkapan Formasi Kaligesing dengan azimuth N 230 ° E

Kelompok : 24 18
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Gambar oleh Oscarino


Keterangan:
 Lokasi : Kali Tretes, Kulon Progo
 Waktu : 09.45 WIB
 Cuaca : Cerah
 Azimuth : N 230° E
 Formasi : Kaligesing

IV.1.1.3 Deskripsi Singkapan

Stopsite ini berada pada formasi OAF khususnya formasi kaligesing


terletak di Sungai Tretes, Dusun Karanganyar, Desa Giripurwo, Kecamatan
Girimulyo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Pada
singkapan tersebut ditemukan litologi batuan breksi yang memiliki fragmen
batuan andesit.

IV.1.1.4 Deskripsi Litologi

Gambar IV.1.1.4.1 Foto Litologi Breksi Monomik

Kelompok : 24 19
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Jenis Batuan : Batuan Sedimen vulkanik klastik

Warna : Fresh : Hitam keabu-abuan Lapuk : Kuning

Struktur : Masif

Tekstur : Ukuran butir :Block (>64mm)

Derajat pembundaran : Angular

Derajat pemilahan : Terpilah buruk

Kemas : Terbuka

Komposisi : Fragmen : Andesit

Matriks :Tuff kasar

Semen : Silika

Nama Batuan : Breksi Piroklastik Monomik

Kelompok : 24 20
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Fragmen

Gambar IV.1.1.1.4.2 Foto Fragmen Batuan Beku Andesit

Jenis Batuan : Batuan Beku Intermediet Vulkanik

Warna : Fresh : abu-abu Lapuk : Kuning

Struktur : Masif

Tekstur : Derajat Kristalisasi : Hipokristalin

Derajat granulitas : Afanitik-Fanerik Sedang (1-5mm)

Kemas : Bentuk Kristal : Subhedral

Relasi: Equigranular (Hipidiomorfik)

Komposisi Mineral : Kuarsa : 8% Amfibol : 22%

Massa dasar gelas : 70%

Kelompok : 24 21
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Nama Batuan : Andesit (Williams, 1954)

IV.1.1.5 Petrogenesa Regional

Singkapan ini termasuk kedalam formasi kaligesing yang masih


termasuk kedalam formasi OAF (Old Andesite Formation). Pringgoprawiro
membagi OAF menjadi 2 formasi berdasarkan lingkungan
pengendapannya. Formasi Kaligesing ini merupakan formasi yang
lingkungan pengendapannya darat.

IV.1.1.6 Foto Bentang Alam

Gambar IV.1.1.6.1. Foto Bentang Alam ST 1 LP 1

Keterangan:

Azimuth: N 2400E

Cuaca : Cerah Berawan

Kelompok : 24 22
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.1.1.7 Sketsa Singkapan

Gambar IV.1.1.7.1 Sketsa Singkapan Stopsite 1 LP 1

IV.1.2 LP 2

IV.1.2.1 Deskripsi Lapangan


Stopsite ini terletak pada Sungai Tretes, Dusun Karanganyar, Desa
Giripurwo, Kecamatan Girimulyo Kulon Progo DIY yang ditempuh selama 7
menit. Jalan yang ditempuh untuk ke stopsite ini menyebrangi jalan lalu turun
kebawah jembatan melewati tangga semen dibelakang rumah warga menuju sungai.

Kelompok : 24 23
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.1.2.2 Foto Singkapan

Gambar IV.2.2.1 Singkapan Formasi Dukuh dengan azimuth N 1000E


Gambar oleh Oscarino
Keterangan :
 Lokasi : Kali tretes
 Waktu : 10.30 WIB
 Cuaca : Cerah
 Azimuth :N0E
 Formasi : Dukuh

Kelompok : 24 24
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV 1.2.3 Deskripsi Singkapan


Stopsite ini berada pada Formasi Dukuh terletak di Sungai Tretes, Dusun
Karanganyar, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Singkapan ini berada diselatan bawah jembatan.
Singkapan ini masih dalam satu jalur sungai dengan stopsite 1. Singkapan ini
membentang dari utara ke selatan. Pada singkapan tersebut ditemukan litologi
batuan sedimen dan piroklastik. Merupakan lingkungan laut, terdapat vegetasi
rumput dan pohon.

IV 1.2.4 Deskripsi Litologi

Foto IV.2.4.1 Foto Lapisan 1 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 1
Jenis batuan : Batuan Sedimen silisiklastik
Warna : Fresh : Abu-abu Lapuk : Kuning
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Pasir kasar (1mm-2 mm)
Kelompok : 24 25
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Derajat pembundaran : Rounded


Derajat pemilahan : Well Sorted
Kemas : Grain supported
Komposisi : Fragmen : Lithik
Matriks : Material berukuran lanau
Semen : Silika
Nama batuan : Batupasir Tuffan Karbonat (Wentworth, 1922)

Foto IV.2.4.2 Foto Lapisan 2 Stopsite 1 LP 2

Lapisan 2
Jenis batuan : Batuan Sedimen Silisiklastik
Warna : Fresh : Abu-abu Lapuk : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Pasir halus (0,125mm-0,25mm)
Derajat pembundaran : Rounded
Derajat pemilahan : Well Sorted
Kemas : Grain Supported
Kelompok : 24 26
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Komposisi : Fragmen : Lithik


Matriks : Material berukuran lanau
Semen : Silika
Nama batuan : Batupasir (Wentworth, 1922)

Foto IV.2.4.3 Foto Lapisan 3 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 3
Jenis batuan : Batuan Piroklastik
Warna : Fresh : Putih Lapuk : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Debu Kasar
Derajat pembundaran : -
Derajat pemilahan :-
Kemas : Tertutup
Komposisi : Mineral Sialis : Kuarsa
Mineral Ferromagnesian: -

Kelompok : 24 27
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Mineral Tambahan: Lithik


Nama batuan : Tuff (Fisher, 1984)

Foto IV.2.4.4 Foto Lapisan 4 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 4
Jenis batuan : Batuan Piroklastik
Warna : Fresh : Putih Lapuk : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Debu
Derajat pembundaran : -
Derajat pemilahan :-
Kemas : Tertutup
Komposisi : Mineral Sialis : Kuarsa
Mineral Ferromagnesian : -
Mineral Tambahan : -
Nama batuan : Tuff (Fisher, 1984)

Kelompok : 24 28
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Foto IV.2.4.5 Foto Lapisan 5 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 5
Jenis batuan : Batuan Piroklastik
Warna : Fresh : Putih Lapuk : Coklat
Struktur : Laminasi
Tekstur : Ukuran butir : Lapillus (2mm-64mm)
Derajat pembundaran : Subrounded
Derajat pemilahan : Well Sorted
Kemas : Tertutup
Komposisi : Mineral Sialis : Kuarsa
Mineral Ferromagnesin : -
Mineral Tambahan : -
Nama batuan : Batulapili (Fisher,1984)

Kelompok : 24 29
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Foto IV.2.4.6 Foto Lapisan 6 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 6
Jenis batuan : Batuan Piroklastik
Warna : Fresh : Krem Lapuk : Kuning
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Lapillus (2-64 mm)
Derajat pembundaran : Subrounded
Derajat pemilahan : Poorly Sorted
Kemas : Terbuka
Komposisi : Mineral Sialis : Kuarsa
Mineral Ferromagnesin : -
Mineral Tambahan : -
Nama batuan : Batulapili (Fisher, 1984)

IV 1.2.5 Petrogenesa Regional


Singkapan ini masih lanjutan dari formasi Kaligesing, yaitu Formasi Dukuh
yang juga termasuk ke dalam formasi OAF (Old Andesite Formation) dengan
lingkungan pengendapannya laut. Lingkungan pengendapan lautnya bisa

Kelompok : 24 30
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

dibuktikan dengan adanya pecahan fosil foraminifera dan adanya lapisan yangs
mengandung karbonatan. Kontak antara Formasi Kaligesing dan Formasi Dukuh
berada tepat dibawah jembatan.

Foto IV.2.4.7 Foto Lapisan 7 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 7
Jenis batuan : Batuan Piroklastik
Warna : Fresh : Abu-abu Lapuk : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Lapillus (2-64 mm)
Derajat pembundaran : Rounded
Derajat pemilahan : Well Sorted
Kemas : Tertutup
Komposisi : Mineral Sialis : Kuarsa
Mineral Ferromagnesin : -
Mineral Tambahan : -
Nama batuan : Batulapili (Fisher, 1984)

Kelompok : 24 31
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Foto IV.2.4.8 Foto Lapisan 8 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 8
Jenis batuan : Batuan Sedimen Karbonatan Silisiklastik
Warna : Fresh : Krem Lapuk : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Pasir Sangat Kasar (1-2 mm)
Derajat pembundaran : Angular
Derajat pemilahan : Poorly Sorted
Kemas : Grain Supported
Komposisi : Fragmen : Lithik
Matriks : Material berukuran lanau
Semen : Silika
Nama batuan : Batupasir karbonat (Wentworth, 1922 )

Kelompok : 24 32
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Foto IV.2.4.9 Foto Lapisan 9 Stopsite 1 LP 2.

Lapisan 9
Jenis batuan : Batuan Piroklastik
Warna : Fresh : Krem Lapuk : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Debu kasar
Derajat pembundaran : -
Derajat pemilahan :-
Kemas : Tertutup
Komposisi : Mineral Sialis : Kuarsa
Mineral Ferromagnesin : Hornblende
Mineral Tambahan : -
Nama batuan : Tuff (Fisher, 1984)

Kelompok : 24 33
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.2.6 Foto Bentang Alam

Foto IV.2.6 Bentang Alam Stopsite 1 LP 2 oleh Oscarino.

Keterangan:
Azimuth : N 1050E
Cuaca : Cerah Berawan

IV.1.7 Sketsa Singkapan

Gambar IV.1.7.1 Sketsa Singkapan Stopsite 1 LP 2.


Kelompok : 24 34
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.3 STOPSITE 2
IV.3.1 LP 1

IV.3.1.1 Deskripsi Lapangan


Stopsite cukup jauh dari stopsite 2, ditempuh selama kurang lebih 15 menit
menggunakan bus menuju parkiran stopsite 3. Dari stopsite 3 ke arah barat laut dan
berlokasi di Dusun Kalisonggo. Perjalanan yang ditempuh melewati pemukiman
warga dan persawahan,

IV.3.2 Foto Singkapan

Gambar IV.3.2.1 Singkapan Formasi Nanggulan dengan azimuth N 108 ° E


Gambar oleh Oscarino
Keterangan :
 Lokasi : Kalisonggo, Kulonprogo
 Waktu : 12.30 WIB
 Cuaca : Cerah

Kelompok : 24 35
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

 Azimuth :N°E
 Formasi : Nanggulan

IV.3.1.2 Deskripsi Singkapan

Perjalanan yang ditempuh dari parkiran menuju singkapan selama 10 menit


dengan berjalan kaki. Akses menuju singkapan dari parkiran bus melewati jalan
kecil yang dikelilingi persawahan kemudian turun menuju sungai. Singkapan ini
berada di Sungai Kalisonggo, Formasi Nanggulan. Formasi ini merupakan formasi
tertua yang ada di Kulon Progo. Singkapan ini terdapat lempung karbonan, lignit,
dan batu bara muda. Singkapan ini dikelilingi oleh banyak vegetasi dibagian
atasnya.

IV.3.1.3 Deskripsi Litologi

Gambar IV.3.4.1 Foto Lapisan 1 dan 3 Stopsite 2 LP1.

Lapisan 1 dan 3
Jenis batuan :
Batuan Sedimen Silisiklastik
Kelompok : 24 36
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Warna : Fresh : Hitam Coklat Lapuk : Kuning


Struktur : Laminasi
Tekstur : Ukuran butir : Pasir sangat halus (0,06-0,125mm)
Derajat pembundaran : -
Derajat pemilahan :-
Kemas : Grain Supported
Komposisi : Fragmen : Lithik
Matriks : Material berukuran lanau
Semen : Silika
Nama batuan : Batupasir (Wentworth, 1922)

Foto IV.3.4.2 Foto Lapisan 2 dan 4 Stopsite 2 LP 1.


Lapisan 2 dan 4
Jenis batuan : Batuan Sedimen Silisiklastik
Warna : Fresh : - Lapuk : Kuning
Struktur : Perlapisan
Tekstur : Ukuran butir : Pasir sangat halus (0,06-0,125 mm)
Derajat pembundaran : -
Derajat pemilahan :-
Kelompok : 24 37
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Kemas : Grain supported


Komposisi : Fragmen : Lithik
Matriks : Material berukuran lanau
Semen : Silika
Nama batuan : Batupasir (Wentworth, 1922)

Foto IV.3.4.3 Foto Lapisan 5 Stopsite 2 LP 1.


Lapisan 5
Jenis batuan : Batuan Sedimen Silisiklastik
Warna : Fresh : Hitaman Lapuk : Coklat
Struktur : Laminasi pengulangan batulempung dengan serpih
Tekstur : Ukuran butir : Lanau (0,004mm-0,0625mm)
Derajat pembundaran : Lempung
Derajat pemilahan :-
Kemas : Grain Supported
Komposisi : Fragmen : Material berukuran lempung
Matriks :-
Semen :-
Kelompok : 24 38
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Nama batuan : Batulempung (Wentworth, 1922)

IV.3.1.4 Petrogenesa Regional


Singkapan ini berada di Formasi Nanggulan yang merupakan formasi tertua.
Karena tertua, maka formasi ini berada dipaling bawah dan telah tertimpa oleh
formasi-formasi ditasanya sehingga mendapatkan beban yang besar, hal ini bisa
dilihat dari lapisan batuan sedimen yang berstruktur serpih. Kemudian singkapan
ini mengalami pengangkatan karena adanya gaya tektonik sehingga dapat muncul
diatas permukaan bumi. Lingkungan pengendapan dari formasi ini yaitu merupakan
transisi antara darat dan laut (rawa), bisa terlihat dari adanya sisipan batuserpih kaya
akan karbonat yang ada diantara batuan sedimen silisiklastik.

IV.3.1.5 Foto Bentang Alam

Foto 3.4.4 Foto Bentang Alam Stopsite 2 LP 1 oleh Oscarino


Keterangan
Azimuth : N1800E
Cuaca : Cerah Berawan

Kelompok : 24 39
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.3.1.6 Sketa Singkapan

Gambar IV.3.7.1 Sketsa Lapangan Stopsite 2 LP 1

Kelompok : 24 40
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.3.1.7 Profil Lapisan

Gambar IV.3.1 Profil Kasar ST 2 LP 1

Kelompok : 24 41
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.4 STOPSITE 2
IV.4.1 LP 2

IV.4.1.1 Deskripsi Lapangan


Stopsite 2 LP 2 ditempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih 15
menit sejauh kurang lebih 200 m. Perjalanan melewati persawahan, menyebrangi
jembatan, berlokasi di Dusun Kalisonggo.

IV.4.1.2 Foto Singkapan

Gambar IV.4.2.1 Singkapan Columnar Joint dengan azimuth N 284° E


Gambar oleh Oscarino
Keterangan :
 Lokasi :Kalisonggo,Nanggulan,
Kulonprogo
 Waktu :
 Cuaca : Cerah
 Azimuth : N284 ° E
 Formasi : Nanggulan

Kelompok : 24 42
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.4.1.3 Deskripsi Singkapan

Singkapan ini berada di sungai dibawah jembatan, sungai membentang


dari arah utara ke selatan. Singkapan ini berupa intrusi magma dan memiliki point
of interest yaitu berupa columnar joint yang horizontal dan terdapat vegetasi
pohon.

IV.4.1.4 Deskripsi Litologi

Gambar IV.4.1.4. 1 Foto lithologi batu Andesit

Jenis Batuan : Batuan Beku Vulkanik Intermediet

Warna : Fresh : Hitam Lapuk : Kuning

Kelompok : 24 43
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

Struktur : Masif

Tekstur : Derajat Kristalisasi : Hipokristalin

Derajat granulitas : Afanitik-Fanerik sedang

Kemas : Bentuk Kristal : Subhedral

Relasi : Inequigranular Vitroverik

Komposisi Mineral : Kuarsa : 5% Hornblende : 5%

Massa dasar gelas : 90%

Nama Batuan : Andesit (Williams, 1954)

IV.4.1.5 Petrogenesa Regional


Singkapan ini terbentuk dari hasil pembekuan intrusi magma yang bersifat
intermediet yang konkordan (sill) di atau dekat permukaan sehingga membentuk
columnar joint yang horizontal.

IV.4.1.6 Foto Bentang Alam

Gambar IV.4.1.6.1 Foto Bentang Alam ST 2 LP 2

Keterangan
Azimuth : N 200E
Cuaca : Cerah Berawan

Kelompok : 24 44
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

IV.4.1.7 Sketsa Singkapan

Gambar IV.4.1.7.1 Sketsa Singkapan Stopsite 2 LP 2

Kelompok : 24 45
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

BAB V
PENUTUP

V.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang kami peroleh dari penelitian tersebut antara lain:

1. Stopsite 1 LP 1 yaitu Formasi Kaligesing merupakan formasi yang termasuk ke


dalam OAF (Old Andesite Formation) yang lingkungan pengendapannya darat.
Pada singkapan ini ditemukan breksi yang mengandung fragmen batuan beku.

2. Stopsite 1 LP 2 yaitu Formasi Dukuh merupakan formasi yang termasuk ke


dalam OAF (Old Andesite Formation) yang lingkungan pengendapannya laut dan
masih berada dalam satu jalur sungai dengan formasi Kaligesing. Pada singkapan
ini ditemukan pecahan fosil dan lapisannya mengandung karbonatan.

3. Stopsite 2 LP 1 yaitu Formasi Nanggulan merupakan formasi tertua yang


berada di Kulonprogo. Lingkungan pengendapannya yaitu transisi (rawa). Pada
singkapan ini ditemukan lapisan sedimen yang menyerpih dikarenakan adanya
beban besar pada singkapan ini.

4. Stopsite 2 LP 2 yaitu Columnar Joint yang terbentuk horizontal, terbentuk di


Sill.

V.2 KRITIK DAN SARAN

Dalam ekskursi selanjutnya sebaiknya waktu setiap stopsite diberi waktu lebih
banyak dan penjelasan dosen lebih lama agar informasi yang diberikan dapat
diterima dengan jelas dan baik dan agar pengambilan data bisa diambil selengkap
mungkin. Selain itu, batas waktu pengumpulan tugas diberikan waktu yang cukup,
mengingat waktu yang diberikan untuk pengumpulan semua tugas hanya 4 hari.

Kelompok : 24 46
Laporan Ekskursi Petrologi 2019

DAFTAR PUSTAKA

Harjanto, Agus. 2011. Vulkanostratigrafi di Daerah Kulon Progo dan Sekitarnya,


Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta; Jurnal Ilmiah MTG

Bemmelen, Van. 1948. The Geology of Indonesia, Batavia

Anonim. 2016. Geologi Kulonprogo dan Sejarah Geologi Kulonprogo. Semarang:


Teknik Geologi Universitas Diponegoro

Kelompok : 24 47

Anda mungkin juga menyukai