DEFORMITAS Muskosketetel TULANG
DEFORMITAS Muskosketetel TULANG
BAB II
KONSEP DASAR DEFORMITAS
A. DEFINISI DEFORMITAS
Deformitas musculoskeletal adalah kelainan dan trauma pada sistem muskuloskeletal yang
bermanifestasi dari bentuk yang abnormal dari ekstremitas atau batang tubuh.
Deformitas/malformasi bawaan adalah: kelainan atau defek yang bias terjadi, ketika didalam
kandungan dan terlihat pada waktu lahir dan dapat pula terjadi dalam perkembangan anak di
kemudian hari. Kadang kadang kelainan yang ada tidak terlihat secara fisik, tetapi terdapat
kelainan biokimiawi atau histologik yang dapat berkembang di kemudian hari.
Berdasarkan beberapa definisi deformitas seperti yang telah tercantum diatas, kami
menyimpulkan bahwa deformitas merupakan kelainan bawaan pada sistem muskuloskeletal yang
tidak terlihat pada usia dini namun dapat berkembang di kemudian hari.
B. KLASIFIKASI DEFORMITAS
1. Deformitas pada sendi
a. Macam-macam deformitas sendi
1) Bergesernya sendi
Permukaan sendi dapat bergeser terhadap permukaan lainnya dan bila hanya sebagian yang
bergeser disebut sublukasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
2) Mobilitas sendi yang berlebihan ( excessive mobility of the joint )
Kapsul dan ligament sendi meruakan jaringan fibrosa yang berfungsi mengamankan sendi dari
gerakan yang abnormal. Apabila terdapat kelemahan (laxity) kapsul/ ligament karena suatu
sebab, akan terjadi kecenderungan hpermobilitas sendi.
3) Mobilitas sendi yang berkurang ( restricted mobility of the joint )
Pada keadaan ini terjadi gangguan gerakan sendi karena salah satu sebab sehingga kemampuan
pergerakan sendi kurang dari normal.
b. Penyebab deformitas pada sendi
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada sendi
Gangguan stabilitas sendi dapat terjadi sejak lahir, misalnya pada dislokasi panggul bawaan (
congenital dislocation of the hip ) atau fibrosis pada jaringan sekitar sendi (mis, pada
arthrogriposis multiple congenital).
2) Dislokasi akuisita
Dislokasi sendi dapat pula terjadi secara akuisita (didapat) baik karena trauma (yang
mengakibatkan robekan pada ligament), infeksi tulang, atau karena instabilitas sendi.
3) Hambatan mekanis
Pada osteoarthritis atau fraktur intra-artikuler, permukaan sendi menjadi ireguler sehingga terjadi
ketidakseimbangan ( incongruous ) permukaan sendi dan dapat menimbulkan gangguan gerakan
sendi akibat adanya blok yang bersifat mekanis.
4) Adhesi sendi
Pada suatu infeksi, misalnya penyakit arthritis septic atau arthritis rheumatoid dapat terjadi
adhesi pada sendi yang bersangkutan.
5) Kontraktur otot
Deformitas sendi dapt pula disebabkan oleh kontraktur otot, misalnya akibat spasme otot yang
berkepanjangan atau pada iskemia Volkmann.
6) Ketidakseimbangan otot
Ketidakseimbangan otot dapat menyebabkan deformitas sendi, misalnya pada penyakit
poliomyelitis, paralisis yang bersifat flaksid/ spastic dan paralisis serebral.
7) Kontraktur fibrosa dan fasia dan kulit ( fibrous contractures of fascia and skin )
Deformitas sendi dapat pula terjadi akibat kontraktur fasia dan kulit, baik kontraktur akibat
adanya jaringan parut pada kulit/ fasia karena suatu sebab ( mis, luka bakar ) ataupun kontraktur
Dupuytern.
8) Tekanan eksternal
Tekanan yang terus-menerus pada sendi di suatu sisi tertentu akan menyebabkan trauma pada
sisis tersebut dan akan mengakibatkan gangguan sendi.
9) Deformitas sendi yang tidak jelas kausanya
Dalam kelompok ini dimasukkan deformitas sendi yang kausanya tidak diketahui ( mis,
skoliosis).
2. Deformitas Muskuloskeletal
a. Deformitas yang dapat terjadi pada tulang
1) Ketidaksejajaran tulang ( loss of alignment )
Tulang panjang dapat mengalami gangguan dalam
kesejajaran ( alignment ) karena terjadi deformitas
torsional atau deformitas angulasi.
2) Abnormalitas panjang tulang ( abnormal length )
Kelainan panjang pada tulang dapat berupa
tulang memendek/ menghilang sama sekali
atau panjangnya melebihi normal.
3) Pertumbuhan abnormal tulang ( bony outgrowth )
Abnormalitas pertumbuhan tulang dapat terjadi akibat adanya kelainan pada tulang, misalnya
osteoma atau ostekondroma.
b. Penyebab deformitas tulang
1) Pertumbuhan abnormal bawaan pada tulang ( Kongenital )
Kelainan bawaan pada tulang dapat berupa aplasia, dysplasia, duplikasi atau pseudoartrosis.
2) Fraktur
Deformitas juga dapat terjadi akibat kelainan penyembuhan fraktur berupa mal-union atau non-
union. Kelainan lain, yaitu fraktur patologis yang terjadi karena sebelumnya sudah ada kelainan
patologis pada tulang.
3) Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis
Gangguan pertumbuhan lempeng epifisis, baik karena trauma maupun kelainan bawaan, dapat
menyebabkan derfomitas tulang.
4) Pembengkokan abnormal tulang ( bending of abnormally soft bone )
Pada keadaan tertentu, dapat terjadi pembengkokan tulang, misalnya pada penyakit metabolic
tulang yang bersifat umum, rakitis atau osteomalasia.
5) Pertumbuhan berlebih pada tulang matur ( overgrowth of adult bone )
Pada kelainan yang disebut penyakit Paget ( osteitis deformans ), terjadi penebalan tulang.
Kelainan ini dapat pula terjadi pada osteokondroma karena terjadi pertumbuhan local.
3) Rotasi pinggul
Rotasi pinggul pada ekstensi dinilai pada saat anak tengkurap; paha dirapatkan dan lutut fleksi 90
derajat. Pada posisi ini pada pinggul terdapat persekutian netral. Ketika kaki bawah dirotasikan
keluar, gerakan ini menghasilkan rotasi eksterna. Hal ini terjadi karena bentuk anatomi femur
proksimal. Kolum femoris secara normal pmempunyai sudut 135 derajat dengan batang femur.
Biasanya, terdapat sudut 15 derajat kearah anterior anatara sumbu yang menggambarkan kolum
femoris dengan sumbu transkondilur femur distal. Pembengkokan ini juga dikenal sebagai versi
femoris. Pada umur satu tahun terdapat sekitar 45 derajat rotasi interna dan eksterna. Rotasi
pinggul seharusnya sietris. Rotasi asimetri dpat merupakan petunjuk adanya ganggan pinggul,
dan diperlukan pemeriksaan radiografi.
4) Sudut paha kaki
Pada anak dengan posisi tengkurap, untuk melakukan penilain rotasi pinggul, sumbu panjang
kaki yang diberi beban dibandingkan dengan sumbu panjang paha. Rotasi kedalam diberi nilai
negative, sedangkan rotasi keluar diberi nilai positif. Rotasi kedalam merupakan petunjuk torsi
tibia interna, sedangkan rotasi keluar menggambarkan rotasi tibia eksterna. Banyi mempunyai
sudut rata-rata -5 derajat ( denga saran -35 samapai 40 derajat) sebagai akibat posisi normal
dalam uterus. Pada pertengahan masa anak samapai kekehidupan dewasa, rata-rata sudut paha-
kaki adalah 10 derajat ( dengan kisran -5 sampai 30 derajat ).
5) Bentuk kaki
Pada anak yang masih dalam posisi tengkurap, bentuk kaki dengan mudah dinilai. Posisi ini amat
membantu dalam penilaian metatarsus adduktus atau kaki kalkaneovalgus. Mobillitas
pergelangan kaki dan subtalus dpat juga dievaluasi pada anak dalam posisi ini.
6) Gaya berjalan jari ke dalam
Tungkai bawah yang menyebabkan gaya berjalan dengan jari kaki ke dalam umumnya terdiri
dari torsi femoris interna dan torsi tibia interna.
2. DEFORMITAS TORSI
a. Torsi femoralis interna
Torsi femoralis interna adalah penyebab jari kaki ke dalam yang paling sering terjadi pada
anak umur 2 tahun atau lebih tua. Kelainan ini lebih sering terjadi pada anak perempuan daripada
anak laik-laki. Sebagian besar anak dengan keadaan ini mempunyai kelemahan ligamentum
secara menyeluruh. Penyebab torsi femoralis masih kontroversial. Beberapa pakar percaya
bahwa kelinan ini kongenital sebagai akibat anteversi femur infantile menetap, sedangkan
lainnya menganggap kelainan ini didapat akibat kebiasaan duduk yang abnormal.
Torsi femoral interna tidak ditemukan pada bayi baru lahir. Pada beberapa anak, terdapat
kebiasaan duduk dengan posisi televise (lutut di deapan, femur berputar ke dalam dan kaki
menghadap keluar) yang dapat mengakibatkan rotasi femoral interna yang progesif sampai anak
berusia 5 tahun. Pada pemeriksaan anggota gerak bawah diputar kedalam rotasi interior sehingga
o
terjadi rotasi interna lutut 90 , sedangkan bila dilakukan rotasi eksternal lutut hanya dapat
bergerak sedikit dari posisi netral.
1) Manifestasi klinis :
Tanda-tanda klinis torsi femur interna adalah seluruh kaki bawah terotasi ke dalam selama gaya
berjalan. Secara khas, terdapat 80-90derajat rotasi interna pinggul pada posisi tengkurap( profil
torsi). Rotasi eksterna, sebagai akibatnya, terbatas sampai 0-10 derajat. Akan ada tanda-tanda
kelemahan ligamentum menyeluruh, termasuk hiperekstensi siku dan jari, hiperabduksi ibu jari
kaki, pembengkokan lutut ke belakang, dan hipermobil pesplanus. Anak yang terkena biasanya
duduk dalam posisi gaya “ televise “ atau “ W”. diduga bahwa posisi ini memungkinkan kaki
bawah bekerja sebagai pengungkit, dengan demikian menghasilkan perubahan torsi pada femur “
plastik secara biologis “. Keadaan ini disebut sebagai anteversi femur, menunjukan kelainan
femur proksimal. Namun, torsi sebenarnya terjadi diseluruh badan femur dan mengakibatkan
perubahan pertemuan normal antara pinggul dan lutut.
2) Klasifikasi
a) Penyakit Paget
Penyakit paget pada anak merupakan kelainan congenital yang menjadi penyakit progresif
kelaianan berupa penebalan tulang dan perubahan spongeosa tulang disertai kecendrungan tulang
untuk
membengkok. Penyakit paget adalah kelainan
peningkatan premodiling tulang local kebanyakan
mengenai tengkorak premur tibia tulang dan vertebra
terjadi foliferasi primer osteoklas yang menyebabkan
reabsorpsi tulang kemudian diikuti oleh peningkatan kompensatori aktifitas osteblastik yang
akan memperbaiki tulang sepanjang pergantian tulang berlangsung tedapat pola mozait klasik
perkembangan matriks tulang. Tulang yang baru membentuk mineral tinggi tetapi konstruksinya
tidak baik secara struktur tuklang menjadi lemah dan terdapat fraktur patologis dengan ditandai
penebalan dan pembesaran tulang kerapuhan tulang dan struktur dalam tulang yang tidak
normalpenyakit ini sering ditemukan di Amerika Utara, Inggris, Jerman, Australia dan jarang
ditemukan di Asia ,Afrika dan Timur Tengah. Penyakit paget terutama mengenai tibia, femur,
pelpis, vertebra dan tulang tengkorak dan terdapat 3% dari populasi penduduk usia diatas 40
tahun .
Riwayat keluarga telah diketahui, yaitu saudara sekandung yang menderita kelainan serupa.
Penyebab pasti penyakit ini tidak diketaui tetapi diduga oleh infeksi virus karena ditemukan
adanya badan inklusi pada osteoklas
Penyakit ini mengenai satu beberapa tubulus tulang, berkembang secara lambat menuju
diafisi dan memberikan gambaran yang menyerupai rel. kelainan sitologis ditandai dengan
peningkatan aktivitas osteklas dan osteoblas. Siklus perttumbuhan tulang dipercepat. Kadar
fosffatase alkali meningkat (karena peningkatan aktivas osteoblas), terjadi peningkatan ekresi
hidrokssiprolin pada urine(karena peningkatan osteoklas.) pada stadium osteolitik akan terjadi
resorpsi tulang oleh osteoklas, lubang-lubang yang terjadi kemudian di isi dengan jaringan fibro
vascular
Di sekitar daerah osteoblas terbentuk tulang imatur dan matur yang pertumbuhannya dibatasi
oleh osteoklas. Keadaan ini juga terjadi hingga ke permukaan endosteal dan periosteal sehingga
tulang menjadi lebih tebal. Tetapi tulang struktur tulang lemah dan rapuh. Aktivitas osteoklas
akan berkurang secara perlahan dan erosi tulang yang ada akan diisi dengan tulang matur yang
baru , memberikan gambaran garis yang ireguler yang menandakan batas resorpsi. Secara
mikrospik, keadaan ini memberikan gambaran seperti marmer/mozaik.
Pada tahap selanjutnya terjadi penebalan tulang oleh sel sel osteoblastik yang menyebabkan
tulang menjadi lebih rapuh dan sklerotik.
Penyakit ini terutama ditemukan pada usia diatas 50 tahun dengan perbandingan yang sama
antara pria dan wanita. Kelainan ini dapat mengenai sebagian atau sleuruh tulang terutama pada
tutlang pelvis tibia, femur, tengkorak, veterbra dan klavikula. Penyakit ini umumnya bersifat
asimtomatik dan ditemukan secara kebutlan pada pemeriksaan radiologi untuk kepentingan yang
yang lain akan tetapi pada bebebrapa klien dapat ditemulkan berupa nyeri atau deformitas tulang.
Nyeri yang terjadi adalah nyeri tumpul yang konstan terutama bila klien bangun tidur dan nyeri
akan bertambah hebat bila terjadi fraktur deformitas terutama terjadi pada angggota gerak
bawah, mengenai tulang panjang yang menanggung tekanan mekanis, yaitu pada daerah tibia
anterior dan femur aterolateral.
Sering terjadi lengkungan tungkai yang menyebabkan ketidaksejajaran sendi panggul, lutu
dan pergelangan kai yang berperan dalam terjadinya atritis dan nyeri. Kulit terasa hangat yang
merupakan tanda osteitis deformans. Jika tulang tengkorak terkena, dasar tengkorak mungkin
terlihat mendatar (platibasia) sehingga leher terlihat memendek. Bila terjadi penekanan saraf
cranial akan menyebabkan gangguan penglihatan, paralisis, fasialis, neuralgia, trgeminus dan
ketulian. Ketulian dapat disebabkan oleh sklerosis tulang tulang telinga (ostosklerosis) penebalan
veterbra meneybabkan penekanan medulla spinalis dan radisk saraf. Ditemukan pula sindrom
steal yaitu aliran darah yang menyebabkan iskemia serebral dan medulla spinalis. Jika stenosis
saraf spinal terjadi , akan terlihat gambaran yang khas yaitu klaudikasi spinal dan kelemahan
anggota gerak bawah selain itu pula terjadi kifosis sehingga tubuh klien terlihat memendek dan
kaki bengkok tangan menggantung yang menyerupai kera. Nyeri dan nyeri tekan dapat terlihat
pada tulang . nyeri bersifat ringan sampai sedang, dalam, linu, dan bertamabah dengan
pembebanan berat badan bila ekstrimitas bawah terlibat. Nyeri dan ketidaknyamanan terjadi
mendhului perubaha skelet penyakit paget selama bebebrapa tahun dan sering disalah artikan
oleh klien sebagai akibat usia tua/atritis.
Terjadi peningkatan suhu kulit diatas tulang yang terkena karena peningkatan vaskularasi
tulang. Klien dengan lesi vascular hebat dapat mengalami gagal jantung curah tinggi akibat
peningkatan pembuluh vaskulara dan kebutuhan metabolisme. Degenarasi malgina osteosarkoma
dapat terjadi penyakit paget
3) Evaluasi radiografi :
Evaluasi radiologi torsi femur interna tidak secara rutin diperlukan, walaupun telah diuraikan
berbagai teknik radiografi untuk mengukur torsi femur. Tomografi komputasi dan utrasonografi
dapat menilai hubungan antara femur proksimal dan distal. Penilaian ini jarang terindikasi karena
pengukuran klinis sama akuratnya.
4) Penanganan :
Penanganan torsi femur interna terutama adalah dengan observasi. Koreksi kelainan
kebiasaan duduk biasanya akan memungkinkan torsi menyembuh seiring dengan perteumbuhan
dan perkembangan normal. Namun, diperlukan waktu 1-3 tahun agar terjadi koreksi sempurna,
tergantung umur anak ketika kebiasaan duduk dikoreksi. Mengoreksi kebiasaan duduk dapat
amat sukar apda anak usia prasekolah dan biasanya tidak terjasi sampai mereka mencapai umur
sekolah. Penggunaan ortosis di malam hari atau kabel belit di siang hari tidak bermanfaat dan
dapat menimbulkan torsi tibia eksterna kompensatoir. Kombinasi torsi femur interna dan tibia
eksterna kompensatoir menghasilkan deformitas genu valgum patologis. Ini dapat
mengakibatkan salah persekutuan patelofemoral disertai subluksasio atau dislokasin patella dan
nyeri.
Anak umur 10 tahun atau lebih tua mungkin tidak mengalami pertumbuhan muskuluskeleton
sisi agar memungkinkan terjadinya koreksi spontan, dan mungkin perlu tindakan pembedahan.
Prosedur yang dianjurkan adalah osteotomy derotasi varus femur proksimal dan osteotomy
derotasi sederhana femur proksimal atau distal. Derotasi cukup dilakukan untuk memungkinkan
penyamanan rotasi pinggul interna dan eksterna pasca bedah.
b. Torsi tibia interna
Torsi tibia interna merupakan penyebab jari kaki kedalam yang
paling lazim pada anka sebelum umur 2 tahun dan merupakan
keadaan normal akibat posisi dalam uterus. Keadaan ini biasanya
ditemukan saat umur ke 2 dan dapat terkait dengan metatarsus adduktus.
1) Manifestasia klinis :
Derajat rotasi tibia dapat diukur pada sudut paha-kaki saat tengkurap ( profil torsi ).
2) Evaluasi radiografi :
Penilain radiografi tidak bermanfaat pada gangguan yang terutama bersifat klinis ini.
3) Penanganan :
Penanganan torsi tibia interna juga dilakukan dengan observasi. Hal ini merupakan keadaan
fisiologis, dan penyembuhan secara spontan dapat terjadi seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan normal. Namun, perbaikan yang bermakna biasanya tidak terjadi sampai anak
mulai berdiri dan berjalan secara bebas. Sesudahnya, ia memerlukan 6-12 bulan, dan kadang-
kadang lebih lama, untuk mencapai koreksi sempurna. Bidai malam hari tidak bermanfaat dan
harus dihindari. Torsi tibia interna yang menetap pada anak yang lebih tua atau remaja mungkin
memerlukan pembedahan derotasi; namun, ini amat jarang.
4) Gaya berjalan jari kaki ke luar
Penyebab tungkai bawah yang lazim untuk jari kaki ke luar adalah torsi femur eksterna dan torsi
tibia eksterna.
c. Torsi femur eksterna
Torsi femur eksterna, juga dikenal sebagai retrovasi femur,
merupakan gangguan yang jarang terjadi, kecuali kalu dihubungkan
denagn epifisit kaput femoris tergelincir ( slipped capital femoral
epiphysis [SCFE] ).
1) Manifestasi klinis :
Pemeriksaan klinis torsi femur eksterna akan menunjukan rotasi eksterna pinggul yang
berlebihan dan keterbatasan rotasi interna. Khas, pinggul akan berotasi eksterna 70-90 derajat,
sedangkan rotasi interna hanya 0-20 derajat. Biasnya ada gangguan bilateral bila terjadi secara
idiopatik. Jika deformitas unilateral, terutama pada anak yang lebih tua atau remaja muda yang
gemuk, adanya SCFE harus dikesampingkan .
2) Evaluasi radiografi :
Radiografi anteroposterior dan Lauenstein ( Katak ) laterl pelvis diperlukan pada setiap anak atau
remaja yang dating dengan torsi femur eksterna, terutama mereka yang gemuk atau yang
menderita nyari paha atau lutut anterior non traumatis ( nyeri terarah ) atau bila deformitas
unilateral untuk menilai kemingkinan SCFE.
3) Penanganan :
Penanganan torsi femur eksternaidiopatik biasanya observasi karena torsi ini biasanya tidak
menyebabkan gangguan fungsi yang berarti. Retroversi femur yang merupakan akibat SCFE
ditangani secara bedah.
Kadang-kadang, retroversi femur yang menetap sesudah SCFE dapat menyebabkan gangguan
fungsi seperti gaya berjalan jari kaki ke luar dan kesukaran merapatkan lututnya sendiri dalam
posisi duduk. Yang kedua ini dapat amat menggangu wanita remaja. Seandainya hal ini terjadi,
osteotomi derotasi akan bermanfaat.
d. Torsi Tibia Eksterna
Torsi tibia eksterna relative lazim dan selalu disertai dengan kaki kalkaneovalgus. Torsi ini
adalah akibat variasi normal posisi dalam Rahim.
1) Manifestasi klinis:
Torsi tibia eksterna ditunjukan oleh kelainan sudut paha-kaki positif ( profil torsi ). Sudut ini
adalah khas 30-50 derajat. Akan terdapat kaki kalkaneovalgus.
2) Evaluasi radiografi :
Penilaian radiografi untuk torsi tibia eksterna tidak diperlukan karena tidak ada kelainan
radiografi yang dapat dilihat.
3) Penanganan :
Penangan torsi tibia eksterna adalah observasi. Keadaan ini menyertai perjalanan klinis yang
sama seperti torsi tibia interna. Perbaikan bermakna tidak terjadi selama umur tahun pertama.
Namun, dengan mulainya anak berjalan, perbaikan spontan akan terjadi dan biasnya sempurna
pada umur 2-3 tahun.
3. DEFORMITAS ANGULAR
a. Genu varum ( kaki Bengkok )
Genu valgum atau kaki berbentuk X dan genu varium atau kaki berbentuk O sering dijumpai
pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh adanya kekenduran pada ligamen sendi yang
merupakan salah satu manifestasi kekenduran ligamen pada seluruh sendi badan.
Tindakan pengobatan pada kelainan ini bertujuan mencegah
kekenduran pada ligamentum kolateral medial menjadi lebih
berat. Genu valgum biasanya terdapat pada anak-anak
yang mempunyai kebiasaan menonton televisi dengan kedua
kaki diletakkan dibelakang badan. Keadaan fisiologis ini harus dibedakan dengan kelainan
bawaan abnormal yang diakibatkan oleh kelainan metabolik atau trauma.
Klasifikasi genu varum disajikan pada tabel dibawah. Genu varum fisiologis dan tibia vara (
penyakit Blount ) adalah gangguan yang paling lazim terjadi.
1. Fisiologis
a. Pertumbuhan asimetris
1) Tibia vara ( penyakit Blout )
2) Infantil
3) Juvenil
4) Remaja
5) Fibrokartilaginosa setempat
b. Displasia
1) Luka Fisea
a) Trauma
b) Infeksi
c) Tumor
c. Gangguan metabolic
1) Defisiensi vitamin D ( riketsia gizi )
2) Riketsia resisten – viatamin D
3) Hipofosfatasia
d. Displasia Skeleton
1) Displasia metafisis
2) Akondroflasia
3) Enkondromatosis
1) Genum varum fisiologis
Kaki bengkok fisiologis merupakan torsi yang lazim yang merupakan akibat posisi normal
dalam Rahim. Kapsul pinggul posterior yang ketat mengakibatkan kontraktur rotasi eksterna.
Bila dikombinasi dengan torsi tibia interna, akan memberikan gambaran klinis deformitas kaki
bengkok. Karena kelainan ini adalah fisiologis, penyembuhan spontan pada pertumbuhan dan
perkembangan normal dapat diharapkan. Perbaikan yang bermakna terjadi selama umur tahun
pertama. Pada umur 2 tahun, sebagian besar anak mempunyai tungkai bawah yang menyatu lurus
atau netral.
2) Tibia vara
Tibia vara idiopatik, atau penyakit Blount, adalah gangguan yang jarang terjadi yang ditandai
oleh kelainan pertumbuhan sisi media epifisis tibia
proksimal, mengakibatkan angulasi varus progressif dibawah
lutut. Tibia vara dapat terjadi pada setiap kelompok umur
pada anak yang sedang tumbuh dan diklasifikasikan sebagai
infantile ( 1-3 tahun ), juventil ( 4-10 tahun), dan remaja ( 11 tahun atau lebih tua ). Bentuk
juventil dan remaja biasanya digabung sebagai tibia vara mulai lambat. Ketiga kelompok ini
sama-sama memiliki karakteristik klinis yang relative lazim, sedang perubahan radiografi pada
kelompok mulai lambat kurang menonjol dari pada bentuk infantile. Walaupun penyebab tibia
vara yang pasti tetap belum diketahui, kelainan ini tampaknya akibat supresi pertumbuhan dari
kenaikan gaya kompresif di sisi media lutut.
a) Manifestasi klinis :
Bentuk infantile tibia vara paling lazim, terutama mengenai anak perempuan dan kulit hitam,
terdapat obesitas yang nyata, sekita 80 % terjadi bilateral, tonjolan metafisis media hebat, torsi
tibia interna, dan ketidak sesuaian panjang kaki. Yang khas pada bentuk juventil dan remaja (
mulai-lama ) didominasi laki-laki dan kulit hitam, obesitas yang nyata, tinggi normal dan diatas
normal, sekitar 50% keterlibatan bilateral, deformitas genu venum progresif lambat, nyeri yang
lebih merupakan keluhan utama awal , tidak teraba tonjolan metafisis medila proksimal, tosi tibia
internaminimal, kelemahan ligamentum kolaterale mediale ringan, dan ketidaksesuaian panjang
tungkai bawah yang ringan. Perbedaan antara tiga kelompok tampak terutama karena umur
mulainya, besarnya sisa pertumbuhan , dan besar gaya kompresi medial. Kelompok infantile
mepunyai potensi terbesar untuk terjadinya deformotas, dan kelompok remaja mempunyai
potensi yang terkecil.
b) Evaluasi radiografi :
Pada anak dengan tibia vara biasanya dilakukan foto rontgen AP pada kedua ekstremitas
bawah dan posisi lateral pada ekstremitas yang terkena. Posisi anak berdiri dengan pembebenan
memungkinkan terlihatnya deformitas klinis maksimal. Fragmentasi dengan deformitas tahap
penonjolan dan penonjolan metafisis tibia medial medial proksimal merupakan tanda-tanda
utama kelompok infantif. Perubahan dalam metafisis tibiale medialis kurang mencolok pada
bentuk-bentuk mulai awal, yang ditandai oleh adanya baji bagian medial epifisis, depresi
artikuler posteromedial ringan, fisis lengkung kea rah kepala serpiginosa, dan dan tidak ada
fragmentasi atau ringan atau tonjolan metafisis medial proksimal.
Kadang-kadang,artrografi, foto resonansi magnetic atau tomografi mungkin perlu untuk
menilai meniskus, permukaan artikuler tibia proksimal, atau integritas fisis tibia proksimal.
c) Penanganan :
Penatalaksanaan tibia vara dapat nonoperatif maupaun operatif pada bentuk infantilnya. Tibia
vara mulai lambat ditangani secara operatif.
Nonopertif
Penatalkasanaan ortitik dapat dipertimbangkan pada anak dengan tibia vara infantile yanaga
berumur 3 tahun atau lebih muda dengan deformitas ringan. Pada sekitar 50% anak yang
memenuhi kriteria ini, deformitas dapat terkoreksi secara memadai. Orthosis lutut-pergelangan
kaki-kaki harus digunakan dengan satu medial tegak, tampa lutut bergantung. Orthosis harus
dipasang 22-23 jam per hari. Trial maksimum 1 tahun menejemen orthotic sekarang dianjurkan.
Jika koreksi tidak dicapai sesudah 1 tahun atau jika penjelekan terjadi selama waktu ini,
kemudian terindikasi osteotomi korrektif.
Operatif
Indikasi penanganan bedah tibia vara infantile adalah usia 4 tahun atau lebiha, kegagalan
penatalaksanaan ortotik dan deformitas lebih berat. Osteotomy valgus tibia progsimal dan
osteotomi diafisis fibula terkait biasanya merupakan prosedur pilihan . Pada tibia vara yang
mulai lambat, koreksi juga diperlukan untuk memperbaiki sumbu mekanik lutut. Osteotomi
valgus tibia progsimal dan osteotomi diafisis fibula merupakan prosedur yang paling lazim.
b. Genu valgum ( kaki pengkor ke dalam )
Untungnya penyebab potologis, kecuali gangguan pasca trauma, relative tidak lazim. Karena
koreksi spontan kaki bengkok fisiologis akan berlanjut, biasanya ada koreksi berlebihan dari
berbagai tingkat menjadi genu valgum ringan, atau kaki pengkor ke dalam. Variasi angular
fisiologi ini, atau genu valgum, biasanya terjadi antara 3 dan 5 tahun. Adalah benar bahwa
deformitas angular sembuh secara spontan, dengan persekutuan lutut normal dicapai antara 5
dan 8 tahun. Jarang ortosis terindikasi untuk kaki pengkor ke dalam. Pembedahan mungkin di
perlukan pada remaja yang menderita deformitas menetap. Pilihannya meliputi bahab fisea
medial, hemiepifisiodesis medial, dan osteotomy korektif.
1. Fisiologis
a. Pertumbuhan asimetris
1) Tibia valga
2) Luka fisea
3) Trauma pasca fratkur metafisis tibia progsimal
4) Infeksi
5) Tumor
b. Gangguan metabolisme
1) Osteodistrofi ginjal
2) Dysplasia skeleton
3) Sindrom kniest
c. Deformic. Kelainan kongenital
tas 1) Dislokasi kongenital patella
Angular2) Gangguan neuromuskuler
Tibia 3) Palsi serebral
dan 4) Mielodisplasia
Fibula
Kongenital
Diagnosis banding deformitas angular kongenital kaki bawah meliputi pembengkokan
posteromedial yang merupakan proses benigna dan pembengkokan anterolateral yang adalah
proses patologis.
1) Angulasi ( pembengkokan ) tibia posteromedial kongenital
Ini adalah deformitas angular yang tidak lazim yang melibatkan sepertiga distal tibia dan
fibula. Terdapat pembengkokan posteromedial bersamaan dengan kaki kalkaneovalgus.
Penyebab pembengkokan posteromedial kongenital belum diketahui. Riwayat alamiah ditandai
oleh penyembuhan spontan pada umur 3-5 tahun. Namun, aka nada pemendekan sisa pada tibia
dan fibula. Fibula biasanya agak lebih pendek daripada tibia.rata-rata hambatan pertumbuhan
adalah 12-13% ( denga kisaran 5-27%). Rata-rata ketidakcocokan panjang kaki pada maturitas
adalah 4 cm ( 3-7cm ).
Penanganan pembengkokan posteromedial kongenital tibia dan fibula adalah observasi.
Pada anak harus dilakukan pemgukuran radiografi secara periodic untuk menentukan tingkat
ketidaksesuaian dan untuk meramalkan ketidakseimbangan maksimun saat dewasa. Osteotomi
korektif mungkin diperlukan pada penderita dengan deformitas berat yang tidak membaik seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan. Penderita dengan ketidaksesuaian yang lebih besar dari
5 cm dapat dilakukan pemajanan.
2) Pembengkokan ( angulasi ) tibia anterolateral kongenital
Tipe pembengkokan ini disertai dengan gangguan patologi . diagnosis dibuat secara
radiografi. Hemimelia fibula kongenital menggambarkan tidak adanya fibula dan biasanya
bagian lateral kaki kongenital terutama jari keempat dan kelima. Hemimilia tibia kongenital
menggambarkan tidak adanya tibia kongenital, sebagian atau total. Pseudoartrosis kongenital
tibia biasnya disertai dengan neurofibromatosis. Gambarannya berupa defek pada tibia sehingga
mudah terjadi fraktur patologis yang tidak akan sembuh. Berbagai tehnik pembedahan , termasuk
pemberian balok intramedular, stimulus listrik dan transplan fibula tervaskularisasi, telah
digunakan dengan berbagai tingkat kberhasilan pada masalah yang amat kompleks ini.
Diagnosis banding deformitas angular tibia dan fibula
1. Pembengkokan posteromedial
2. Pembengkokan anterolateral
a. Pseudoartrosis tibia congenital
b. Defisiensi tibia longitudinal kongental ( hemimelia tibia paraksia )
c. Defisiensi fibula longitudinal congenital ( hemimelia fibula paraksia )
5. HIPERMOBILITAS SENDI
Tingkat morbilitas sendi pada anak-anak sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya
kekenduran pada ligamen. Hipermobilitas sendi sangat sering ditemukan pada bayi, berkurang
pada anak, dan jarang pada remaja. Meskipun kekenduran ligamen akan berkurang setelah
dewasa, ada dua kelainan yang dapat menetap.
a. Kaki Ceper
Kaki ceper merupakan salah satu kelainan kongenital akibat kekenduran ligamen termasuk
ligamen pada jari-jari tangan dan kaki. Kekenduran pada ligamen kaki akan menyebabkan kaki
bentuk ceper terutama pada saat menapakkan kaki. Kelainan ini tidak membutuhkan pengobatan
atau koreksi khusus. Peran perawat lebih banyak memberikan dukungan psikologis dan
penjelasan yang memadai kepada orang tua klien.
g. Amputasi kongenital
Amputasi kongenital dapat terjadi mulai dari jari-jari tangan ke proksimal menuju
pergelangan tangan serta lengan dan dapat terjadi pula pada bagian distal kaki. Pelaksanaan
tindakan sebaiknya adalah dilakukan pemasangan prostesis yang sederhana pada anak yang
mulai merangkak. Pada waktu anak mulai sekolah, diperlukan pemakain prostesis seperti pada
orang dewasa.
C. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada anak dengan koreksi non-bedah sama dengan perawatan anak
dengan penggunaan gips. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini sehingga
perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan
sirkulasi merupakan bagian penting pada penggunaan gips. Orang tua juga harus mendapatkan
informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama, dan pentingnya pengantian gips
secara teratur untuk menunjang penyembuhan. Tugas perawat anatra lain meminta pada dokter
bedah untuk memberikan penjelasan dan instruksi yang adekuat pada orang tua, memberikan
dukungan emosional, mengajarkan orang tua tentang perawatan gips ( termasuk observasi
terhadap komplikasi ), dan menganjurkan kepada orang tua untuk memfalisitasi tumbuh
kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformasi atau terapi yang lama.
ANALISA DATA
DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
DS:
Orang tua klien mengatakan anaknya berjalan
pincang sejak kecil.
Orangtua klien mengeluh adanya kelainan pada Gangguan Kelainan bentuk
anggota gerak bawah anaknya. mobilitas fisik tubuh
Do:
Keadaan umum: CM
Pada pemeriksaan local test Galeazzi +
DS: Gangguan citra Deformitas
Di usia keempat ini, cica terlihat bejalan tubuh
semakin pincang dan tungkai sebelah kanan
semakin pendek dibanding yang kiri
cica pincang sejakl mulai pandai berjalan dan
tidak pernah mengalami kecelakaan.
DO:
Klien tampak murung
Klien tampak menundukkan kepala
DS:
Keluarga merasa khawatir
Kelaurga pernah membawa Cica ke dukun
Kurang Prognosis
Keluarga mengaku tidak mengetahui tentang
pengetahuan penyakit
penyakit Cica
DO
Klien tampak cemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kelainan bentuk tubuh.
b) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas
c) Kurang pengetahuan berhubungan dengan Prognosis penyakit.
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
KEPERAWATAN/ MASALAH TUJUAN DAN
INTERVENSI
KOLABORASI KRITERIA HASIL
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :
Exercise therapy :
Berhubungan dengan : Joint Movement : Active
ambulation
- Gangguan metabolisme sel Mobility Level Monitoring vital sign
- Keterlembatan perkembangan Self care : ADLs sebelm/sesudah latihan dan
- Pengobatan Transfer performance lihat respon pasien saat
- Kurang support lingkungan Setelah dilakukan latihan
- Keterbatasan ketahan tindakan keperawatan Konsultasikan dengan terapi
kardiovaskuler selama….gangguan fisik tentang rencana
- Kehilangan integritas struktur mobilitas fisik teratasi ambulasi sesuai dengan
tulang dengan kriteria hasil: kebutuhan
- Terapi pembatasan gerak Klien meningkat dalam Bantu klien untuk
- Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik menggunakan tongkat saat
kegunaan pergerakan fisik Mengerti tujuan dari berjalan dan cegah terhadap
- Indeks massa tubuh diatas 75 peningkatan mobilitas cedera
tahun percentil sesuai dengan usia Memverbalisasikan Ajarkan pasien atau tenaga
- Kerusakan persepsi sensori perasaan dalam kesehatan lain tentang
- Tidak nyaman, nyeri meningkatkan kekuatan teknik ambulasi
- Kerusakan muskuloskeletal dan dan kemampuan Kaji kemampuan pasien
neuromuskuler berpindah dalam mobilisasi
- Intoleransi aktivitas/penurunan Memperagakan Latih pasien dalam
kekuatan dan stamina penggunaan alat Bantu pemenuhan kebutuhan
- Depresi mood atau cemas untuk mobilisasi ADLs secara mandiri sesuai
- Kerusakan kognitif (walker) kemampuan
- Penurunan kekuatan otot, kontrol Dampingi dan Bantu pasien
dan atau masa saat mobilisasi dan bantu
- Keengganan untuk memulai penuhi kebutuhan ADLs ps.
gerak Berikan alat Bantu jika klien
- Gaya hidup yang menetap, tidak memerlukan.
digunakan, deconditioning Ajarkan pasien bagaimana
- Malnutrisi selektif atau umum merubah posisi dan berikan
DO: bantuan jika diperlukan
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan (penurunan
untuk berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai langkah
pendek)
- Keterbatasan motorik kasar dan
halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas pendek
atau tremor
- Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat dan tidak
terkoordinasi
Gangguan body image NOC: NIC :
Body image enhancement
berhubungan dengan: Body image
- Kaji secara verbal dan
Biofisika (penyakit kronis), Self esteem
nonverbal respon klien
kognitif/persepsi (nyeri kronis), Setelah dilakukan
terhadap tubuhnya
kultural/spiritual, penyakit, krisis tindakan keperawatan
- Monitor frekuensi
situasional, trauma/injury, selama …. gangguan
mengkritik dirinya
pengobatan (pembedahan, body image
- Jelaskan tentang
kemoterapi, radiasi) pasien teratasi dengan
pengobatan, perawatan,
DS: kriteria hasil:
kemajuan dan prognosis
- Depersonalisasi bagian tubuh Body image positif
penyakit
- Perasaan negatif tentang tubuh Mampu
- Dorong klien
- Secara verbal menyatakan mengidentifikasi
mengungkapkan
perubahan gaya hidup kekuatan personal
perasaannya
DO : Mendiskripsikan secara
- Identifikasi arti
- Perubahan aktual struktur dan faktual perubahan
pengurangan melalui
fungsi tubuh fungsi tubuh
- Kehilangan bagian tubuh Mempertahankan pemakaian alat bantu
- Bagian tubuh tidak berfungsi interaksi sosial - Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil
DAFTAR PUSTAKA