Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

TOPIK : Heat Treatment


Kelompok : 14A Tanggal : 23 April 2019
No. Nama NIM
1 Zulaikha 18/423955/KG/110295
2 Aisyah Najmi L S 18/427219/KG/11313
3 Amelia Roosanty 18/427221/KG/11315
4 Andika Hafidh D 18/427223/KG/11317

PEMBIMBING : Dr. drg. Siti Sunarintyas, M.Kes.

I. HASIL PRAKTIKUM

Kawat tanpa pemanasan 7 kali pembengkokan

Kawat dengan pemanasan, kemudian 19 kali pembengkokan


didiamkan dalam suhu ruang
Kawat dengan pemanasan, kemudian 5 kali pembengkokan
didiamkan dalam air

II. PEMBAHASAN
Stainless steel merupakan paduan utama yang digunakan dalam
orthodonsi, dan memiliki banyak aplikasi lain dalam bidang kedokteran gigi terutama
dalam bentuk kawat (Anusavice, 2013). Stainless steel terbentuk apabila kromium
sebanyak 12-30% ditambahkan ke dalam besi yang terdiri atas kurang dari 1,2%
unsur karbon (Manappalil, 2013). Proses heat treatment pada stainless steel dapat
menyebabkan kawat menjadi lebih keras, dan dapat meningkatkan sifat durability,
flexibility dan ductility. Kawat bersifat lebih keras agar tidak mudah untuk
dipatahkan dan mencegah terjadinya abrasi (Nasir, 2015).
Perlakuan panas (heat treatment) merupakan kombinasi operasi pemanasan
dan pendinginan yang terkontrol dalam keadaan padat di bawah titik leleh untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu pada baja/logam atau paduan (Murtiono, 2012).
Pendinginan cepat (quenching) pada logam atau alloy dapat memperhalus struktur
butir (grain) sehingga sifatnya menjadi lebih keras. Sedangkan pendinginan yang
lambat menyebabkan ukuran grain lebih besar sehingga sifatnya kurang keras. Heat
treatment mempunyai tujuan untuk meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan
internal (internal stress), menghaluskan ukuran butir kristal dan meningkatkan
kekerasan atau tegangan tarik logam. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perlakuan panas, yaitu suhu pemanasan, waktu yang diperlukan pada suhu
pemanasan, laju pendinginan dan lingkungan atmosfir (Murtiono, 2012).
Hasil akhir heat treatment juga dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan dan
batas temperature. Proses pendinginan dapat dilakukan dalam berbagai media, seperti
air dan udara. Kecepatan proses pendinginan pun berbeda antara pendinginan dalam
air maupun udara. Daya pendinginan dalam air sangat cepat sehingga dapat
dikatakan tidak ada kecepatan pendinginan. Sedangkan pendinginan dalam udara
tergolong lambat. Hal itu diakibatkan karena udara sebagai pendingin tersebut akan
memberikan kesempatan pada logam untuk membentuk kristal-kristal dan
memungkinkan mengikat unsur-unsur lain dalam udara (Murtiono, 2012).
Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan beban-
beban yang dikenakan padanya. Uji heat treatment akan menguji beberapa sifat
mekanik dari logam, diantaranya Kekuatan, yaitu kemampuan bahan untuk
menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan tersebut menjadi patah. Selain itu
sifat kekerasan (hardness), yaitu kemampuan bahan untuk bertahan terhadap
goresen, abrasi, dan penetrasi, serta kelenturan (elasticity), yaitu kemampuan bahan
untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang
permanen setelah tegangan dihilangkan (Murtiono, 2012).
Pada percobaan pertama, dilakukan pembengkokan kawat dengan sudut 90𝑜
tanpa adanya pemanasan dan didapatkan hasil kawat patah pada pembengkokan ke 7.
Hasil dari percobaan pertama lebih sedikit jika dibandingkan dengan percobaan
dengan perlakuan pemanasan. Hal tersebut disebabkan karena archwire yang
merupakan kawat untuk orthodontic treatment adalah bahan yang mudah dibentuk
dan dikeraskan karena adanya perlakuan panas. Perlakuan panas dapat meningkatkan
kekuatan kawat archwire (Proffit dkk., 2014). Sehingga dapat dikatakan bahwa
kawat tanpa perlakuan panas akan lebih mudah patah.
Pada percobaan kedua, dilakukan pembengkokan kawat dengan jenis yang
sama dengan percobaan pertama dengan dilakukan perlakuan pemanasan selama 5
menit dilanjutkan dengan perlakuan pendinginan dengan suhu ruangan selama 5
menit. Hasil dari percobaan didapatkan kawat patah pada pembengkokan ke 19
dengan keadaan terdapat kesalahan berupa dua titik tumpu pada kawat. Hal ini sesuai
dengan teori Murtiono (2012) yang mengatakan bahwa heat treatment dapat
meningkatkan tegangan tarik pada logam dan menghilangkan stress internal serta
meningkatkan keuletan, sehingga akan lebih sulit untuk dibengkokan.
Pada percobaan ketiga, dilakukan pembengkokan kawat dengan jenis yang
sama seperti percobaan sebelumnya dengan diberi perlakuan pemanasan selama 5
menit kemudian pendinginan dengan direndam dalam air selama 5 menit. Hasil
percobaan ini menunjukkan kawat putus pada pembengkokan ke 5 dengan kesalahan
adanya dua titik tumpu pada kawat. Pada perlakuan ini mendapatkan hasil yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan perlakuan kawat dengan pemanasan dan
pendinginan suhu ruang. Hal ini disebabkan karena laju pendinginan dengan media
air dapat mengakibatkan timbulnya internal stress pada logam dikarenakan perbedaan
temperature yang berpengaruh pada keretakan batas butir-butir logam, sehingga lebih
mudah untuk patah (Gunawan, 2017).

III. KESIMPULAN
1. Heat treatment akan meningkatkan sifat durability, flexibility dan ductility dari
kawat stainless steel.
2. Kawat stainless steel yang tidak dilakukan pemanasan akan lebih mudah patah.
3. Kawat stainless steel yang dilakukan pemanasan dan pendinginan akan memiliki
sifat yang lebih kuat sehingga membutuhkan jumlah pembengkokkan yang lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, KJ., Shen, C., and Rawls, H.R., 2013, Phillips’ Science of Dental Materials, 12th
Edition, Elseiver, China, page 406.
Gunawan, E., 2017, Pengaruh Temperatur Pada Proses Perlakuan Panas Baja Tahan Karat
Martensitik Aisi 431 Terhadap Laju Korosi dan Struktur Mikro, Teknika :
Engineering and Sains Journal, 1(1) : 55-66.
Manappallil, J.J., 2010, Basic Dental Materials, 3rd ed, Jaypee Brothers Medical Publisher,
New Delhi, page 357.

Murtiono, A., 2012, Pengaruh Quenching dan Tempering terhadap Kekerasan dan Kekuatan
Tarik serta Struktur Mikro Baja Karbon Sedang untuk Mata Pisau Permanen Sawit,
Jurnal e-Dinamis, II(2):60.

Nasir, N.I., 2015, The Effect of Heat Treatment on the Mechanical Properties of Stainless
Steel Type 304, International Journal of Scientific Engineering and Research
(IJSER), 3(8) : 87
Proffit, W.R., Fields, H.W., Sarver, D.M., 2014, Contemporary Orthodontic, 5th Edition,
Elsevier Mosby, Missouri, page 74.

Anda mungkin juga menyukai