Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

Propeller adalah alat/kitiran untuk menjalankan kapal. Propeller


juga bisa diibaratkan roda pada sebuah kendaraan di darat. Kecepatan
sebuah kapal juga dipengaruhi oleh putaran propeller. Kecepatan putaran
sebuah propeller juga akan berpengaruh pada kekuatan propeller itu
sendiri. Missal pada propeller yang melebihi kecepatan putar yang sudah
ditentukan akan menyebabkan terjadinya kavitasi. Kavitasi adalah
pembentukan gelembung gas pada propeller karena tekanan sangat rendah
dibawah tekanan uap sehingga air menguap karena tekanan yang sangat
rendah. Kemudian gelembung gas itu akan meresap melalui pori pori
propeller dan gelembung akan meledak yang akan merusak struktur
material propeller. Seperti pada khasus yang terjadi pada propeller kapal
nelayan di daerah Lekok, Pasuruan. Propeller kapal mereka sering patah
karena disebabkan kavitasi. Ditambah lagi kondisi laut yang kurang begitu
bagus karena masih banyak sampah yang juga bisa menyebabkan propeller
patah.
Teknik pengerasaan permukaan, merupakan suatu proses untuk
meningkatkan sifat keras dari sebuah material terutama untuk baja.
Peningkatan kekerasan pada permukaan baja bisa dilakukan
dengan beberapa metode heat treatment, diantaranya adalah karburasi dan
nitridasi. Tujuannya adalah untuk memberikan sifat keras dan tahan
terhadap keausan. Kerusakan suatu permukaan baja biasanya dimulai dari
kerusakan yang diakibatkan karena adanya interaksi dengan material lain
atau dapat diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, seperti korosi
yang terjadi akibat adanya reaksi antara besi dengan oksigen yang
membentuk oksidasi pada permukaan. Dalam dunia industri, teknik
pengerasan permukaan sangatlah berguna untuk menghasilkan komponen
yang tahan terhadap keausan akibat bergesekan antar komponen, serta
tahan terhadap faktor lingkungan seperti korosi.
Kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan ini untuk berupaya
mengurangi peristiwa propeller yang patah akibat terbentur dengan
sampah dilaut dengan cara pelapisan material propeller tersebut melalui
proses nitriding. Nitriding adalah proses pengerasan permukaan dengan
cara mendifusikan unsur nitrogen ke permukaan larutan logam/baja dan
besi cor feritik. Yang akan menghasilkan baja dengan permukaan yang
keras tetapi ulet pada inti.

II. PERUMUSAN MASALAH

apa yang menyebabkan propeller bisa patah ?


apakah material propeller kurang kuat ? jika memang karena material
propeller kurang kuat. Bagaimana cara agar bisa memperkuat material
propeller tanpa harus mengganti material propeller tersebut ?

III. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa proses nitriding pada


sebuah propeller berbahan baja pada kapal nelayan akan memperkuat
struktur bahan propeller tersebut. Karena adanya pelapisan pada
permukaan propeller yang akan membuat bahan baja menjadi keras, tetapi
ulet pada inti baja tersebut. Proses tersebut akan mengurangi resiko
patahnya sebuah propeller.

IV. BATASAN MASALAH

1. Tidak membahas nilai ekonomi.


2. Penelitian dilakukan di wilayah lekok pasuruan.
3. Bahan yang diteliti adalah baja.
4. Perlakuan yang digunanakan adalah perlakuan panas (nitriding)
menggunakan nitrogen.

V. TINJAUAN PUSTAKA

Pada permulaan perkembangan teori yang mempelajari bekerjanya baling


– baling ulir, baling- baling dijelaskan secara sederhana. Azas yang
dipergunakan menerangkan hal tersebut adalah azas mur yang berputar
pada suatu baut. Dalam satu kisaran baling-baling harus bergerak ke depan
sejauh jarak yang sama dengan langkah ulirnya P ( pitch). Jadi, kalau roda
baling-baling berputar n kali putaran permenit maka dalam satu menit
roda baling – baling akan bergerak sejauh n kali P.

Propeller kapal tersebut dalam satu kisaran sebenarnya hanya hanya


bergerak maju sejauh jarak kurang dari n kali P. Hal ini air disebabkan
karena air dipercepat kebelakang.

Perbedaan jarak tersebut disebut Slip. Slip diperhitungkan dalam hal


propeller mediumnya adalah air bukannya benda padat seperti keadaan
mur dan baut. (Ilmi, Jihadin 2017)
Sifat mekanik tidak hanya tergantung pada komposisi kimia suatu bahan,
tetapi juga tergantung pada struktur mikronya. Suatu bahan dengan
komposisi kimia yang sama dapat memiliki struktur mikro yang berbeda,
dan sifat mekaniknya akan berbeda. Struktur mikro tergantung pada proses
pengerjaan yang dialami, terutama proses heat treatment yang diterima
selama proses pengerjaan (Callister, 2000).

Heat treatment (perlakuan panas) adalah proses pemanasan dan


pendinginan yang terkontrol dengan maksud mengubah sifat fisik dari
logam. Prosedur dari perlakuan panas tersebut adalah berbeda-beda
tergantung tujuan dari pemberian proses perlakuan tersebut, yang biasanya
mengacu pada sifat-sifat mekanik dari pada material benda kerja. Langkah
pertama dalam proses heat treatment adalah pemanasan logam atau paduan
dalam temperatur yang berbeda-beda dan dengan atau tanpa memberikan
waktu penahanan (holding time), yang kemudian dilanjutkan dengan
mendinginkannya dengan laju pendinginan yang diinginkan. Temperatur
pengerasan sangat tergantung pada kadar karbon, dan temperatur
pengerasan turun jika kadar karbon naik. Ada beberapa proses heat
treatment, diantaranya adalah annealing, normalizing, hardening, dan
tempering (Callister, 2000 ; Surdia dan Saito, 2000).

Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran


meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut
pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu
penghentian yang memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan
(pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis.
Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu
keadaan paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh
karena itu maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut. Karena
logam menjadi keras melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan
panas ini disebut juga pengerasan alih wujud. Kekerasan yang dicapai
pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diringi kerapuhan yang
besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya dilakukan
pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
Kekerasan tertinggi (66-68 HRC) yang dapat dicapai dengan pengerasan
kejut suatu baja, pertama bergantung pada kandungan zat arang, kedua
tebal benda kerja mempunya pengaruh terhadap kekerasan karena dampak
kejutan membutuhkan beberapa waktu untuk menembus ke sebelah dalam,
dengan demikian maka kekerasan menurun kearah int (Ismail, 2012)

Nitridasi Gas, pada proses nitridasi ini menggunakan gas amonia (NH3),
nitridasi dilakukan di dalam tanur (furnace) pada suhu antara 460 ̊C-600
̊ . Pada suhu ini, amonia akan berdesosiasi sehingga menghasilkan atom
C
hidrogen dan nitrogen dengan reaksi sebagai berikut:

NH₃ ͢ 3/2 H₂ + N

Dari desosiasi ini selanjutnya atom nitrogen larut pada permukaan benda
yang dinitridasi sehingga membentuk nitrida. Proses nitridasi pada
umumnya diterapkan untuk pengerasan peralatan (komponen mesin) yang
terbuat dari baja karbon medium dan baja paduan yang mengandung
unsurunsur :Al, Cr, Mo, Mn dan unsur lain yang memungkinkan bereaksi
dengan unsur nitrogen. Unsur-unsur baja tersebut akan bereaksi dengan
nitrogen yang larut secara interstisi sehingga membentuk nitrida-nitrida
seperti: Fe2N, Fe3N, Fe4N, Cr2N, Mo2N maupun AlN. (Jurnal Konversi
Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit II – April 2014)

(RAHARDJO, Teguh 2017) Mengemukakan bahwa metode nitriding yang


dilakukan adalah gas nitriding dalam Fluidised bed dengan media gas
oksigen (O 2 ), Nitrogen (N 2 ) dan Amonia (NH 3 ).
VI. METODOLOGI PENELITIAN

Proses pengerjaan tugas akhir dapat digambarkan pada flow chart sebagai
berikut :

MULAI

PROPELLER

NITRIDING

GAGAL UJI MATERIAL

BERHASIL

SELESAI
Study Pustaka atau study literature adalah proses untuk
mendapatkanbahan referensi atau informasi yang relevan sebagai
penunjang bagi penulis baik berupa jurnal, paper, artikel, buku,diskusi,
pengamatan lapangan maupun dari media elektronik atau internet. Dari
study literature bisa didapat data propeller.

gumpulan data, tahap selanjutnya adalah proses pengolahan data. Pada


tahap ini data akan menjadi benda yang kemudian dilakukan proses heat
treatment, yaitu nitriding.

Penentuan hasil uji coba paling baik dapat dilihat dari hasil nilai uji coba
material. Dengan memberikan nilai pada masing-masing batasan, maka
akan ditemukan hasil yang optimal, apabila belum menemukan hasil uji
coba paling baik maka kembali ke pengolahan data awal.

VII. DAFTAR PUSTAKA

ASM, Metals Handbook Volume 4, 2001, Heat Treating, The Material


Information Society.
Tuffride, 1998, Liquid Salt Bath Nitriding, Noncyanide Salt
Processing.

Anda mungkin juga menyukai