UP PAITON – JAWATIMUR
Disusun oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
PT.PEMBANGKITAN JAWA-BALI UNIT PEMBANGKITAN PAITON,
PROBOLINGGO
Disusun oleh :
Menyetujui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN BAGIAN
Judul Laporan :
Laporan Magang
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, atas berkah dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Magang ini. Magang dilaksanakan pada
tanggal 03 Juli – 04 Agustus 2017 di PT. PEMBANGKITAN JAWA BALI UP PAITON.
Laporan magang ini dapat terselesaikan karena dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis sampaikan terimakasih kepada:
1. Hanifa M Denny, SKM, MPH, PHD selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Dr. drg. Henry Setiawan S, M.Sc selaku Wakil Dekan I Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bina Kurniawan, SKM, M.Kes, selaku Ketua Bagian Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
Semarang.
4. Ekawati, SKM, M.Sc selaku dosen penanggung jawab / koordinator Magang.
5. dr. Siswi Jayanti, M. Sc selaku dosen pembimbing Magang.
6. dr. Daru lestantyo, M.Si selaku dosen penguji Magang.
7. Bapak Munasir, Bapak Drajat, Mas Azky, Mas Bagas, Mas Ksatrya, Bapak Wahid,
Bapak Zaini, Bapak Musdar, Bapak Nurdi, Bapak Inam, Bapak Subariyanto dan
Bapak Syaifudin selaku pembimbing lapangan di PT. PEMBANGKITAN JAWA
BALI UP PAITON.
Mahasiswa Magang
iv
DAFTAR ISI
B. Tujuan ...................................................................................................................... 3
C. Manfaat .................................................................................................................... 4
D. Metode ..................................................................................................................... 5
E. Ergonomi .............................................................................................................. 11
v
K. Permit To Work (Izin Kerja) .............................................................................. 24
B. Lokasi Perusahaan............................................................................................. 30
F. Logo Perusahaan................................................................................................ 31
vi
G. Pengenalan Sistem Proteksi Kebakaran ...................................................... 72
B. Saran ...................................................................................................................... 93
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 94
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 96
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3 1 Program K3 di PT. PJB UP Paiton ............. Error! Bookmark not defined.
Tabel 4 1Pengukuran antropometri karyawan ......................................................... 83
Tabel 4 2 Pengukuran kursi karyawan .................................................................... 84
Tabel 4 3 Pengukuran meja karyawan .................................................................... 84
ix
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, Pendidikan dan
Pengajaran Tinggi merupakan penanggung jawab bagi terbentuknya manusia
yang memiliki kecakapan dalam ilmu pengetahuan, mengabdi pada
masyarakat sehingga dapat berperan serta dalam mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur.
Dalam rangka mewujudkan harapan tersebut, berbagai bentuk usaha
atau kegiatan ilmiah dilakukan oleh Perguruan Tinggi baik di dalam lingkungan
pendidikan tinggi maupun di masyarakat. Salah satu bentuk kegiatan ilmiah
yang dimiliki Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro adalah
Magang atau Praktik Kerja Lapangan di Industri, kantor maupun perusahaan
yang sesuai dengan bidang keilmuan yang diberikan.
Kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi oleh pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses produksi serta
derajat kesehatan dan perilaku tenaga kerja sangat erat hubungannya dengan
terselenggaranya keselamatan kerja di perusahaan atau industri. Bagi
peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja hal tersebut sangat penting
karena pengalaman menunjukkan bahwa penyebab utama pada setiap
peristiwa atau kejadian kecelakaan kerja adalah kelalaian manusia, baik
secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam pekerjaan.
Berdasarkan data International Labour Organization tahun 2013, satu
pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160
pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat
angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK)
sebanyak dua juta kasus setiap tahun.
Para praktisi dan profesional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
menitikberatkan perhatian dan bersepakat bahwa sumber yang paling penting
dan berperan mengurangi kecelakaan kerja adalah manusia. Perkembangan
1
mutakhir menunjukkan bahwa di era globalisasi diperlukan upaya untuk dapat
dipenuhinya standarisasi khususnya standar Internasional (ISO seri 9000 :
Tentang Standar Mutu, ISO 14000 : Tentang Standar Lingkungan dan OHSAS
18000 : Tentang Sistem Manajemen K3) terhadap kualitas produksi suatu
perusahaan/Industri agar dapat bersaing dalam perdagangan Internasional.
Magang bagi mahasiswa FKM Undip peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) mempunyai arti yang sangat penting karena
memberikan kesempatan belajar dan menambah pengetahuan serta
ketrampilan di bidang K3. Ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah dapat
diaplikasikan melalu pengalaman langsung di lingkungan kerja.
PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Paiton adalah unit
kerja yang dikelola oleh PLN (persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa
Timur dan Bali Sektor Paiton. Perusahaan ini bergerak disektor pembangkit
listrik tenaga uap dengan bahan bakar batubara. Bahan bakar yang digunakan
mencapai 237.600 ton setiap bulannya dengan kapasitas pembangkit
mencapai 800 MW. Dengan menggunakan mesin yang bertekanan dan
tegangan tinggi, serta peralatan proses produksi lain seperti halnya dalam
penggunaan radiasi nuklir, perusahaan ini memiliki tingkat risiko bahaya yang
tinggi. Oleh karena itu perusahaan ini memiliki komitmen tinggi untuk
mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan berbagai kebijakan
dan program K3 yang terintegerasi dalam setiap proses produksi. Hal ini
dibuktikan dengan diraihnya penghargaan bendera emas dari Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia atas pelaksanaan sistem
manajemen K3 yang baik.
PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkitan Paiton menjadi salah
satu aset ataupun objek vital bagi Indonesia. Hal ini diperkuat oleh Keputusan
Menteri ESDM Nomor 1762 K / 07 / MEM / 2007 yang menetapkan PT. PJB
UP Paiton sebagai salah satu objek vital nasional.
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan kemampuan identifikasi, rekognisi, analisis,
evaluasi dan pengendalian di bidang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta pengelolaan dan
pengendalian bahaya lingkungan kerja.
b. Meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
mengkomunikasikan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3).
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami struktur organisasi perusahaan khususnya
organisasi bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Mampu mengenali alat/mesin dan bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi beserta potensi bahaya yang ada.
c. Mampu menggambarkan alur produksi pada perusahaan.
d. Mampu mengidentifikasi bahaya faktor fisik, biologi, kimia,
psikologi dan fisiologi di lingkungan perusahaan.
e. Mampu melaksanakan evaluasi/penelitian faktor bahaya yang
dapat terjadi di tempat kerja.
f. Mampu menentukan alternatif pengendalian bahaya.
g. Mampu menganalisis data statistik bidang keselamatan dan
kesehatan kerja untuk bahan evaluasi dan perencanaan program
K3.
h. Mampu menganalisis aspek ergonomi, beban kerja dan stress
kerja PT. PJB UP Paiton.
3
C. Manfaat
Kegiatan Magang / praktek kerja lapangan ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait.
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh wawasan tentang ruang lingkup dan kemampuan praktik
yang diperlukan oleh Sarjana Kesehatan Masyarakat, peminatan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
b. Memperoleh pemahaman, penghayatan dan sikap kerja profesional
di bidang K3.
c. Memahami faktor bahaya yang dihadapi tenaga kerja pada proses
produksi dan lingkungan kerja.
d. Memperoleh keterampilan di bidang pengendalian faktor resiko bagi
pekerja.
e. Memperoleh pengetahuan tentang pelaksanaan K3 di perusahaan.
2. Bagi Fakultas
a. Sebagai jembatan penghubung antara dunia pendidikan tinggi
dengan dunia kerja.
b. Mendapatkan masukan tentang perkembangan bidang keilmuan dan
teknologi yang diterapkan dalam praktik kerja di industri.
3. Bagi Perusahaan
a. Memperoleh informasi tentang sikap dan kemampuan profesional
Sarjana Kesehatan Masyarakat khususnya Peminatan K3.
b. Sebagai jembatan penghubung antara lingkungan kerja perusahaan
dengan lingkungan pendidikan tinggi.
c. Melakukan need assessment program pengendalian faktor bahaya
lingkungan kerja yang terpapar pada pekerja.
d. Apabila diperlukan mahasiswa dapat membantu program
keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.
4
D. Metode
Metode yang digunakan dalam magang di PT. Semen Padangini adalah :
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memahami dan mempelajari ilmu
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta memahami proses produksi di
PT. PJB UP Paiton.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari arsip yang dimiliki perusahaan, seperti
profil umum perusahaan, data hasil pengukuran lingkungan kerja, instruksi
kerja, data kecelakaan kerja, data kesehatan, dan lain sebagainya.
3. Metode Survey
Metode ini digunakan untuk mengetahui dan mempelajari proses kerja
yang ada di masing – masing area kerja PT. PJB UP Paiton.Pengumpulan
informasi menggunakan :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara (interview) yaitu suatu model data dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau tanya jawab seputar proses
kerja, bahaya yang timbul, serta permasalahan dan kendala lain yang
ada di area kerja PT. PJB UP Paiton.
b. Observasi
Metode observasi atau pengamatan merupakan salah satu
metode pengumpulan data / fakta yang cukup efektif. Observasi
merupakan pengamatan langsung yaitu suatu kegiatan yang bertujuan
untuk memperoleh informasi yang diperlukan dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan dengan peninjauan langsung ke masing
– masing area kerja di PT. PJB UP Paiton.
c. Partisipatif
Metode partisipatif merupakan suatu metode yang digunakan
selama kegiatan magang dengan melakukan praktik secara langsung
pada beberapa kegiatan sehingga mahasiswa magang dapat
5
meningkatkan kompetensinya dalam bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
d. Pengukuran
Merupakan seuatu metode yang digunakan selama kegiatan
magang dengan melakukan pengukuran secara langsung dengan
objek atau sasaran yang akan diukur sehingga mahasiswa magang
dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan
serta hasilnya dapat sebagai masukan bagi perusahaan.
E. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan magang dilakukan di PT. PJB UP Paiton yang berlokasi
di berlokasi di Jl. Raya Surabaya –Situbondo Km 142, Paiton, Probolinggo,
terhitung selama kurun waktu 25 hari kerja, pada tanggal 3 Juli – 4 Agustus
2017. Dengan 5 hari kerja dalam seminggu, dengan 8 jam kerja perhari dimulai
pada pukul 07.30 – 16.00 WIB.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
7
B. Potensi Bahaya (Hazard)
Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang
berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja
(OHSAS 18001, 2007). Potensi bahaya adalah suatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau
bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja. Setiap proses produksi, peralatan atau mesin dan tempat kerja yang
digunakan untuk menghasilkan suatu produk selalu mengandung potensi bahaya
tertentu, yang apabila tidak mendapatkan perhatian secara khusus dapat
menyebabkan kecelakaan kerja. Potensi bahaya ini berasal dari berbagai
kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi pekerjaan atau berasal dari
luar proses kerja.
8
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)
C. Kecelakaan Kerja
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak
dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Menurut
Ramli (2010) sebab-sebab kecelakaan adalah :
1. Kondisi yang berbahaya (unsafe condition) yaitu faktor-faktor lingkungan
fisik yang dapat menimbulkan kecelakaan seperti mesin tanpa
pengaman, penerangan yang tidak sesuai, Alat Pelindung Diri (APD)
tidak efektif, dan lain-lain
9
2. gangguan kesehatan,gangguan penglihatan, penyakit, cemas serta
kurangnya pengetahuan dalam proses kerja, cara kerja, dan lain-lain.
10
oleh UU No. 1 Tahun 1970 Pasal 2 ayat 1 huruf q dan pasal 3 ayat 1 huruf q
menyebutkan setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan, dibagi-
bagikan, disalurkan dan digunakan. Dan dengan peraturan perundangan
dtetapkan syarat keselamatan kerja untuk mencegah terkena aliran listrik
berbahaya.
F. Ergonomi
Menurut Health and Safety Executive United Kingdom (HSE UK)
ergonomi merupakan ilmu mengenai penyesuaian antara manusia dengan
pekerjaannya (tugas-tugasnya, peralatan yang digunakan, informasi yang
digunakan serta lingkungan fisik dan sosialnya), dimana manusia merupakan
pusat dari ilmu ergonomi berdasarkan kemampuan dan keterbatasannya.
Tujuan utama adanya ergonomi adalah dengan mengadaptasi tugas–tugas,
waktu istirahat, perkakas, dan peralatan yang sesuai dengan pekerjaan dapat
membantu mengurangi tekanan secara fisik dan mengurangi atau
menghilangkan potensi serius, seperti kelumpuhan atau gangguan otot akibat
pekerjaan (Musculoskeletal disorders).
11
a. Getaran (Vibration)
Getaran yang ditimbulkan oleh mesin atau lingkungan pekerjaan
dapat menyebabkan terjadinya perubahan terjadinya perubahan fungsi
aliran darah pada ekstremitas yang terpapar bahaya vibrasi.
b. Lingkungan kerja
G. Stres Kerja
1. Pengertian Stres Kerja
Menurut Anoraga (2001) Stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan
seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan
lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam.
Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa stres kerja adalah perasaan
yang menekan atau merasa tertekan yang dialami karyawan dalam
menghadapi pekerjaan. Stres kerja ini dapat menimbulkan emosi tidak stabil,
perasaan tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok berlebihan, tidak
bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat dan mengalami
gangguan pencernaan.
12
disebutkan bahwa penyebab dari stres kerja yaitu waktu kerja yang mendesak,
beban kerja yang dirasa melebihi dari kemampuan individu, iklim kerja yang
tidak baik, konflik kerja, kualitas dari pengawasan yang rendah, otoritas kerja
yang tidak memadai yang berhubungan dengan tanggung jawab.
Selain itu, Handoko (1998) berpendapat lain yang menyatakan bahwa
terdapat beberapa faktor yang bisa menyebabkan stres pada pekerja, yaitu
beban kerja yang berlebihan, tekanan, kualitas supervisor yang buruk, konflik
antar pribadi dan antar kelompok, umpan balik tentang pelaksanaankerja yang
tidak memadai.
Sedangkan menurut Luthans (1992) menyebutkan bahwa stresor atau
penyebab stres kerja ada 4 faktor
a. Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan sosial/teknologi,
keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan
keadaan komunitas/tempat tinggal.
b. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur
organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam
organisasi.
c. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup,
kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu,
interpersonal, dan intergrup.
d. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan
peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol
personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis
Pendapat lain dikemukakan oleh Cooper, yang menyatakan bahwa stres kerja
disebabkan oleh 5 faktor, yaitu
a. Kondisi Pekerjaan
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan
mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan menurunnya
motivasi kerja yang berakibat kepada produktivitas kerja. Bayangkan saja,
jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai,
13
ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu
besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan. Selain itu, faktor
yang mempengaruhi kondisi kerja (hal-hal yang mungkin terjadi di
lapangan) salah satunya adalah beban kerja yang berlebihan, jadwal
bekerja, dan bahaya fisik.
b. Stres Karena Peran
Ada sebuah penelitian tentang stress kerja bahwa sebagian besar
karyawan yang bekerja di perusahaan yang sangat besar, atau yang
kurang memiliki struktur yang jelas, mengalami stress Karena konflik
peran. Mereka stress karena ketidakjelasan peran dalam bekerja dan
tidak tahu apa yang diharapkan oleh manajemen. Kenyataan seperti ini
mungkin banyak dialami oleh pekerja di Indonesia, dimana perusahaan
atau organisasi tidak punya garis-garis haluan yang jelas, aturan main,
visi dan misi yang sering kali tidak dikomunikasikan pada seluruh
karyawannya., akibatnya sering muncul rasa ketidakpuasan kerja,
ketegangan, menurunnya prestasi hingga akhirnya timbul keinginan
untuk meninggalkan pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi stress
karena peran (ketidakjelasan) peran, adanya bias dalam membedakan
gender dan stereotype peran gender, dan pelecehan seksual.
c. Faktor Interpersonal
Stress ditentukan oleh individunya sendiri, sejauh mana ia melihat
situasinya sebagai penuh stress. Faktor yang mempengaruhi faktor
interpersonal yaitu hasil kerja dan system dukungan social yang buruk,
persaingan politik, kecemburuan dan kemarahan, kurangnya perhatian
manajemen terhadap karyawan.
d. Perkembangan Karir
Setiap orang tentu punya harapan-harapan ketika mulai bekerja di
sebuah perusahaan atau organisasi. Bayangan akan kesuksesan karir,
menjadi fokus perhatian dan penantian dari hari ke hari. Namun pada
kenyataannya, impian dan cita-cita mereka untuk mencapai prestasi dan
karir yang baik seringkali tidak terlaksana. Alasannya bisa bermacam-
14
macam seperti ketidakjelasan system pengembangan karir dan penilaian
prestasi kerja, budaya nepotisme dalam manajemen perusahaan, atau
karena sudah “mentok” yaitu tidak ada kesempatan lagi untuk naik
jabatan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan karir yaitu promosi
ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya, promosi ke jabatan
yang lebih tinggi dari kemampuannya, ambisi yang berlebihan sehingga
mengakibatkan frustasi.
e. Struktur Organisasi
Gambaran perusahaan Asia dewasa ini diwarnai oleh kurangnya struktur
organisasi yang jelas. Salah satu sebabnya karena perusahaan di Asia
termasuk Indonesia, masih banyak yang berbentuk family business.
Kebanyakan family business dan bisnis-bisnis lain di Indonesia yang
masih sangat konvensional dan penuh dengan budaya nepotisme, minim
akan kejelasan struktur yang menjelaskan jabatan, peran, wewenang dan
tanggung jawab.tidak hanya itu, aturan main yang terlalu kaku atau malah
tidak jelas, pengawasan dan pelatihan yang tidak seimbang, kurangnya
partisipasi dalam pengambilan keputusan berhubungan dengan suasana
hati dan perilaku negatif. Peningkatan taraf dari kesehatan mental dan
fisik.
15
a. Eustress adalah jenis dari stres kerja yang bersifat positif dan
membangun, seperti lebih berusaha dalam memecahkan masalah, dll.
b. Distress merupakan jenis stres kerja yang meiliki sifat negatif dan
merusak yaitu seperti meninggalkan masalah tanpa solusi, menjadi
depresi, dll.
Terry Beehr & John Newman (1999) menyebutkan bahwa terdapat 3
gejala yang diakibatkan dari stres pada individu, yaitu
a. Gejala Psikologis
b. Gejala fisiologis
c. Gejala Perilaku
H. Beban Kerja
Beban kerja merupakan beban yang dialami oleh tenaga kerja sebagai
akibat pekerjaan yang dilakukannya. Beban kerja sangatlah berpengaruh
terhadap produktifitas dan efisiensi tenaga kerja, beban kerja juga merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keselamatan dan kesehatan
para pekerja. Setiap manusia tidak akan terlepas dari aktifitas. Setiap aktifitas
memiliki beban kerjanya baik beban kerja fisik maupun beban kerja mental.
Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara pengertian beban kerja
adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu
unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu (Dhania,
2010).
16
Beban kerja dapat diukur menggunakan berbagai macam metode yaitu :
Menurut jenisnya Beban kerja di bagi menjadi dua yaitu Beban kerja
mental dan Beban kerja fisik.
17
I. Inspeksi Keselamatan Kerja
1. Pengertian
2. Tujuan Inspeksi
a. Menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang aman serta yang bebas
dari bahaya.
b. Menemukan perilaku kerja orang supaya mempunyai sikap kerja selamat.
c. Memelihara kualitas produksi dan operasional yang menguntungkan.
d. Mengamati penerapan atau pelaksanaan norma-norma keselamatan
kerja.
e. Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.
3. Manfaat Inspeksi
a. Untuk mengecek apakah sesuatu bertentangan atau menyimpang dari
program sebelumnya.
b. Untuk meningkatkan kembali kepedulian keselamatan dilingkungan
karyawan karena dengan inspeksi, karyawan merasa bahwa
keselamatannya diperhatikan.
c. Mengetahui semua standart keselamatan kerja yang telah ditentukan.
18
d. Sebagai bahan utama pengumpulan data guna mengadakan pertemuan
keselamatan kerja atau sidang P2K3.
e. Untuk menilai kesadaran keselamatan kerja dilingkungan karyawan
perusahaan.
f. Untuk mengukur dan mengkaji usaha serta peranan para supervisor
terhadap keselamatan kerja (Alkon,1998).
4. Macam Inspeksi
19
a) Inspektor dapat mencurahkan segala perhatiannya untuk
melakukan inspeksi.
b) Inspektor dapat melakukan observasi menyeluruh tentang
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja.
c) Checklist yang akan digunakan untuk inspeksi telah dipersiapkan
dengan baik.
d) Laporan temuan dan rekomendasi segera dapat dibuat untuk
meningkatkan kesadaran tentang adanya bahaya di tempat kerja.
2) Inspeksi Khusus
20
J. Sistem Proteksi Kebakaran
21
metode/cara mengendalikan asap, panas maupun gas berbahaya apabila
terjadi kebakaran. Di antara sarana proteksi kebakaran pasif antara lain :
K. Safety Induction
Safety induction sangat diperlukan bagi para pekerja baru karena banyak
penelitian menyebutkan bahwa tingkat kecelakaan lebih besar pada pekerja baru,
Menurut penelitian dari Health and Safety Executive dan institute for work and
health:
22
perubahan signifikan terkait dengan fasilitas kerja atau minimal safety induction
diberikan setahun sekali sehingga para pekerja dapat terus me-refresh ilmunya
terkait dengan perkembangan bahaya dan pengendalian keselamatan kerja yang
ada di tempat kerja.
Isi dari safety induction tersebut minimal harus menjawab dari pertanyaan berikut:
Safety induction tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari
setiap tempat kerja. Safety induction pun dapat dibuat tidak hanya dengan
metode ceramah, melainkan juga dapat dengan menggunakan layar, alat bantu
K3 ataupun melalui video.
Setelah selesai safety induction, para pekerja atau tamu dapat menjalankan
aktifitasnya masing-masing. Khusus untuk kontraktor, harus diberikan kertu
pengenal khusus/emblem yang menandakan bahwasannya mereka telah
mendapatkan induction. Hal ini dikarenakan kontraktor biasanya memiliki angka
turnover (angka keluar masuk pekerja) yang tinggi sehingga butuh kontrol yang
lebih ketat.
23
L. Permit To Work (Izin Kerja)
P.T.W, permit (izin) atau work permit (izin kerja) berhubungan dengan
sertifikat atau form yang digunakan sebagai bagian dari keseluruhan sistem kerja
dan dimana perusahaan memikirkan kesesuaian sebagai kebutuhan spesifik.
Sistem PTW bertujuan untuk menyakinkan bahwa perencanaan yang tepat dan
mempertimbangkan risiko yang ada pada pekerjaan tertentu. Permit (izin)
merupakan dokumen tertulis dimana wewenang tertentu pada orang yang
menyelenggarakan kerja, pada waktu dan tempat tertentu dan mengutamakan
tindakan pencegahan untuk melengkapi pekerjaan lebih aman.
a. Menjamin bahwa wewenang menunjuk pada pekerjaan yang tepat. Hal Ini
termasuk tipe pekerjaan tertentu atau yang didalamnya menunjukkan area
yang lain dari pengoperasian normal.
b. Menjamin kepada orang-orang yang mengerjakan pekerjaan dengan
identitas terperinci, dasar, dan luasan dalam pekerjaan termasuk bahaya
24
(hazard) dan memiliki keterbatasan dalam jangkauan bekerja dan waktu
yang diselenggarakan.
c. Menetapkan tindakan pencegahan yang diambil termasuk isolasi yang
aman dari risiko potensial seperti substansi berbahaya dan sumber energi.
d. Menjamin bahwa orang-orang bertanggung jawab pada unit, plant atau
instalasi sadar akan semua pekerjaan yang dilakukan disana.
e. Menyediakan display permit yang sesuai
f. Menyediakan prosedur ketika pekerjaan tertunda, hal ini karena pekerjaan
dihentikan selama period sebelum semuanya lengkap.
g. Menyediakan beberapa prosedur atau peraturan untuk aktivitas kerja yang
saling mempengaruhi atau saling berinteraksi dengan beberapa aktivitas.
Ada beberapa macam jenis dari work permit atau ijin kerja yang digunakan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan :
a. Surat ijin pekerjaan panas (hot wok permit) diperlukan apabila akan
melaksanakan pekerjaan panas yang antara lain : pengelasan,
pemotongan dengan api dan sandblasting.
b. Surat ijin pekerjaan dingin (cold work permit), pekerjaan yang akan
dilakukan antara lain adalah : pengecatan, pekerjaan sipil, pekerjaan
bangunan.
c. Surat ijin pekerjaan listrik (electric work permit), diperlukan apabila akan
melakukan pekerjaan yang antara lain untuk isolasi tenaga listrirk,
perbaikan dan penggantian breaker atau pemasangan sistem tenaga
listrik baru
25
d. Surat ijin pekerjaan penggalian (excavation work permit) adalah suatu
pekerjaan yang meliputi semua pekerjaan penggalian di daerah yang
memerlukan pemeriksaan dan persetujuan dari berbagai departemen
terkait seperti, produksi, electric, communication, pipeline maintenance.
e. Surat ijin memasuki bejana tertutup (vessel entry permit) suatu pekerjaan
atau kegiatan yang memasuki ruang tertutup sepert bejana, tanki,
tongkang.
M. Keadaan Darurat
1. Pengertian Keadaan Darurat
Menurut FEMA (Federal Emergency Management Agency) Keadaan
darurat adalah kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan yang
bisa mengakibatkan kematian atau luka serius pada pegawai, pelanggan, atau
bahkan masyarakat, mematikan/mengganggu proses pekerjaan,
menyebabkan kerusakan fisik atau lingkungan, atau mengancam kerusakan
fasilitas bangunan, atau merusak citra publik.
Keadaan darurat menurut David A. Colling adalah segala situasi yang
memerlukan respon dengan segera dikarenakan bencana yang tidak dapat
diduga, tidak diharapkan dan tidak memuaskan yang dapat menyebabkan
kerusakan yang besar dan kerusakan lainnya. Beberapa keadaan bisa
digolongkan sebagai keadaan darurat, seperti kebakaran, kecelakaan material
berbahaya, banjir, badai, gempa bumi, kegagalan komunikasi, kecelakaan
radiasi, gangguan masyarakat/huru-hara, kehilangan pemasok/pelanggan
utama, ledakan, dan lain-lain.
26
sekitar, dan penanggulangannya diperlukan pengerahan tenaga yang
banyak dan besar.
b. Keadaan darurat kecil
Apabila keadaan darurat yang terjadi dapat diatasi sendiri oleh petugas
setempat dan tidak membutuhkan tenaga banyak.
27
a. Administrasi (Administration).
b. Analisis respon keadaan darurat (emergency response analysis).
c. Rencana keadaan darurat (emergency plan).
d. Persiapan keadaan darurat diluar perusahaan (off-site emergency).
e. Pengawasan terhadap sumber energi (sources of energy control).
f. Sistem perlindungan dan penyelamatan (protective and rescue system).
g. Tim tanggap darurat (emergency teams).
h. Sistem pengkajian (lesson learned systems).
i. Pertolongan pertama (first aid).
j. Bantuan dari luar yang terorganisasi (organized outside help and mutual
aid).
k. Perencanaan pasca kejadian (post even planning).
l. Komunikasi kondisi darurat (emergency communication).
m. Komunikasi kepada masyarakat (communications with the community)
28
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Profil Perusahaan
6. Email : upptn@ptpjb.com
15. Kebutuhan Bahan Bakar : 237.600 ton perbulan untuk beban maksimum
29
B. Lokasi Perusahaan
PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton berlokasi di Jl. Raya Surabaya –
Situbondo Km 142, Paiton, Probolinggo. Pembangunan PLTU batubara berada
didesa Binor, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Lokasitersebut terletak kurang lebih 52 Km dari Probolinggo atau 142 Km dari
Surabayakearah timur. Total area proyek Paiton adalah 400 Ha termasuk 200 Ha
untuk ashdisposal (area pembuangan abu) dan 32 Ha untukkompleks
perumahan.
C. Penghargaan Perusahaan
30
8. Meraih Peringkat Gold Reward pada GKPM awards 2013 CSR Best
Practice For MDG’s oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat Republik Indonesia.
9. Meraih peringkat PROPER HIJAU pada tahun 2016
10. Meraih SMK3 pada tahun 2016
11. Meraih sertifikasi Laboratorium pada tahun 2016
12. Meraih Standart 5S bidang bengkel pada tahun 2016
13. Meraih penghargaan juara II simulasi tanggap darurat, juara I cerdas
cermat, juara I 5S bidang bengkel, juara I pertolongan pertama pada
gawat darurat antar PJB pada perlombaan bulan K3 tahun 2017.
F. Logo Perusahaan
31
G. Struktur Organisasi PT PJB UP Pait
General Manager UP Paiton
SPV Senior
Sarana
SPV Senior
Lingkungan
SPV Senior K3
Pada gambar struktur organisasi PT. PJB UP Paiton dapat diketahui bahwa
departemen K3 berada dibawah bagian pemeliharaan, hal tersebut menunjukkan
bahwa departemen K3 bertugas dalam pemeliharaan peralatan-peralatan pada
PT. PJB UP Paiton, seperti dalam melakukan pelaporan apabila terdapat
peralatan yang mengalami kerusakan sehingga dapat dilakukan perencanaan
untuk perbaikan, melakukan inspeksi-inspeksi terhadap peralatan. Selain itu,
32
departemen K3 mempunyai tugas dalam melakukan identifikasi pada peralatan-
peralatan yang memiliki potensi bahaya yang tinggi sehingga dapat dilakukan
pengendaliannya, seperti halnya dalam melakukan HIRARCI Pengendalian
potensi bahaya.
a. Ahli K3 Listrik
b. Ahli K3 Umum
c. Auditor SMK3
d. Ahli K3 Kimia
e. Tenaga Ahli Radiasi
f. Tenaga Ahli Pengelasan
g. Operator Angkat Angkut
h. Operator Pesawat Uap
2. Sosialisasi K3
Sosialiasasi K3 dilakukan oleh PT PJB untuk memberikan
pemahaman kepada karyawan, tenaga kerja, kontraktor, dan lain-lain
mengenai bahaya yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat
33
bekerja, serta pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman
tersebut bertujuan untuk mengenali dan mencegah tindakan yang
mengarah terjadinya insiden. Sosialisasi dilakukan dengan kegiatan
promosi K3 dan safety induction.
3. Pelatihan dan Kompetensi Kerja
PT PJB melakukan pelatihan dan kompetensi pekerja pada calon
karyawan baru. Hal ini bertujuan agar sebelum mereka bekerja sebagai
karyawan mereka sudah paham bentuk keselamatan di area kerja mereka
dan meminimalisir tanggap darurat yang terjadi dengan diberikannya
pelatihan. Pelatihan terhadap calon karyawan diberikan dalam bentuk
seminar keselamatan dan kesehetan kerja pada masing bidang kerja dan
diberikan penjelasan kemungkinan potensi bahaya yang ditimbulkan dari
pekerjaan di area tersebut.
34
Ketua
(General Manager)
Sekretaris
Wakil Ketua
(Manager
Pemeliharaan)
Anggota
35
22. Supervisor SDM
P2K3 di PT. PJB UP Paiton memiliki kedudukan sebagai panitia pembina dalam
pelaksanaan K3 di PT. PJB UP Paiton. P2K3 ini bertugas untuk memastikan
keberjalan program K3 di tempat kerja sehingga dapat meminimalisir hal-hal yang
dapat menghambat kegiatan produksi. Ruang lingkup P2K3 di PT. PJB UP Paiton
ini meliputi
40
J. Komitmen K3 PT. PJB UP Paiton
39
K. Kebijakan K3 PT. PJB UP Paiton
40
L. Bahan Produksi PT. PJB UP Paiton
Batu bara adalah bahan bakar yang digunakan PT. PJB UP Paiton dalam
pemanasan boiler. Proses pengambilan batu bara dilakukan dari Pulau
Kalimantan yang kemudian diangkut dengan kapal kargo yang kapasitasnya 8-12
ribu ton yang selanjutnya diletakkan di tongkang. Dari tongkang batu bara
diangkut dengan menggunakan crane (coal jetty) yang kemudian disalurkan lewat
conveyor melewati transfer house 1-5 yang akhirnya dipanaskan dalam boiler.
Jenis batu bara yang digunakan di PT. PJB UP Paiton adalah batu bara yang
teksturnya berongga sehingga sering terjadi kebakaran dalam penumpukan batu
bara apabila musim kemarau. Oleh sebab itu, pengendalian yang dilakukan
dengan penyiraman setiap proses pengerukan dan pemindahan batu bara.
Proses pengolahan batu bara ini disebut Coal Handling. Kemudian terdapat air
tawar. Air tawar merupakan bahan baku yang digunakan di PT. PJB UP Paiton
Unit 1 dan 2 sebagai pengisi boiler untuk dipanaskan, hingga menghasilkan uap
boiler. Air tawar yang diperoleh berasal dari sumber air Klontong dan Bendungan.
Sumber air tersebut dikirim dengan menggunakan pipa bertekanan menuju plant
PT. PJB UP Paiton Unit 1 dan 2. Air tersebut diolah di Water Treatment Plant
(WTP) untuk dilakukan penghilangan mineral atau proses demineralisasi, untuk
dikirim ke boiler.
41
kecuali Ship Unloader. Sebelum dimasukkan ke dalam ruang bakar ketel uap,
batu bara digiling halus dengan alat penggiling Mill / Pulverizer (Alat untuk
mengiling batu bara). Masing- masing ketel uap dilengkapi dengan 5 unit
penggiling dan 4 unit yang beroperasi dan 1 unit sebagai cadangan. Air pengisi
ketel dan pemakaian sendiri (service water) lainnya diambil dari mata air
Kelontong dan dimurnikan melalui beberapa proses seperti Flitrasi (kemampuan
untuk menyaring), Anion Exchanger(menukar ion negatif dalam air), Cation
Exchanger (menukar ion positif dalam air), Mixed Bed Exchanger (alat menukar
resin / bahan kimia).
Air murni sebelum digunakan ditampung di tangki air atau Demineralizer
Tank (DT). Air murni tersebut disalurkan melalui sistem air pengisi kedalam Boiler
(ruang bakar) dan pemanasan air menjadi uap, uap yang dihasilkan adalah uap
panas lanjut dengan tekanan 16 kg/cm2 dan temperatur 538 °C, yang akan
digunakan untuk menggerakkan turbin uap dan Generator sehingga dihasilkan
energi listrik. Uap panas lanjut tersebut setelah melalui turbin tekanan tinggi
dikembalikan lagi kedalam ketel untuk dipanaskan kembali dan selanjutnya
digunakan untuk memutar bagian tekanan menengah dan tekanan rendah dari
turbin tersebut. Uap bekas dari turbin uap sebagian digunakan untuk
memanaskan air pengisi ketel dan sisanya mengalir menuju alat pengembun
(Condenser) dimana uap tersebut diembunkan dengan media pendingin air laut.
Uap yang telah mengembun tersebut (condensate) dipompakan kembali untuk
mengisi ketel uap.
Generator menghasilkan listrik pada putaran 3000 rpm sebesar 473 MVA,
50 Hz, 18 kV. Daya listrik tersebut dialirkan melalui Trafo Generator untuk
menaikkan tegangan menjadi 500 KV sebelum masuk melalui sistem kelistrikan
yang ada dan selanjutnya ditransmisikan ke pusat beban melalui transmisi 150
kV ke Gardu Induk Probolinggo dan Situbondo serta Gardu Induk Krian melalui
transmisi 500 kV.
Abu batu bara yang dihasilkan dari hasil pembakaran dalam ketel dan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Abu Terbang (Fly Ash) dan Abu Berat
(Bottom Ash). Abu terbang yang keluar dari ketel uap bersama gas buang
42
mengalir melalui alat penangkap abu terbang (fly ash silo) sedangkan abu berat
dari ruang bakar ketel uap akan jatuh ke bawah dan di kumpulkan dengan alat
pengumpul yang disebut Submerged Scraper Conveyor dan selanjutnya dengan
ban berjalan dikumpulkan ke dalam alat penampung abu berat (bottom ash silo).
Gambar 3abu
Selanjutnya 4 Alur Proses
terbang Produksi
akan di PT. PJB UP
ditransportasikan ke Paiton
daerah penimbunan
abu (ash disposal area) melalui sistem pipa dengan hembusan udara bertekanan,
sedangkan abu beratnya akan diangkut dengan truck. Abu terbang dan abu berat
tersebut akan diratakan dan dipadatkan secara berlapis-lapis dan pada lapisan
teratas ditanami rumput untuk menjaga keserasian hidup.
43
Manufact. : Combustion Engineering, United States of America
ton/hour
b. Turbine
Manufact. : Toshiba
c. Generator
Manufact. : Toshiba
Cooler : Stator Spool direct water cooling, core and rotor speed
by hydrogen (H2) gas cooling
44
sampai digunakan sebagai bahan bakar pada proses pembakaran
dalam boiler ditunjukkan pada gambar diagram alir di bawah:
45
Gambar 3 6 Diagram Alir Water Treatment Plant
1) Pre-treatment process
Untuk menghilangkan endapan dan kotoran, air tawar yang
dikirim dari sumber air di Klontong harus menjalani proses pre-
treatment. Sumber air di Klontong dipompa dengan transfer pump
46
menuju well water tank. Kemudian dari well water tank, air dipompa
menggunakan wall water transfer pump menuju service water tank
yang terletak di dalam kompleks WTP area, dengan kapasitas hingga
5.000 KL. Sebelum air menuju clarifier, terlebih dahulu diinjeksikan
dengan zat-zat kimia berikut :
a) Ferik klorit;
b) Alum / tawas;
c) Lime / kapur.
47
b) Untuk anion exchanger resin menggunakan NaOH (soda api).
a) Hydrogen Plant
Hidrogen (H2) berfungsi sebagai pendingin generator.
Generator mengalami peningkatan panas disebabkan karena
adanya arus pembebanan yang mengalir melalui penghantar
tembaga stator dan rotor, juga disebabkan adanya arus pusar
atau disebut Eddy Current, yang terjadi pada inti statormaupun
rotor. Selain panas yang disebabkan oleh dua hal di atas, juga
terjadi panas yang disebabkan dari gesekan dan angin. Panas
yang berlebihan diakibatkan dari seperti yang diuraikan diatas
pada generator perlu dicegah,hal ini dapat mengakibatkan
kerusakan isolasi penghantar atau terbakar, olehsebab itu perlu
adanya pendinginan generator. Untuk menyerap dan membuang
panas (disipasi) yang timbul di dalam alternator yang sedang
beroperasi dapat menggunakan beberapa media pendingin.
Adapun jenis media pendingin generator yang biasa digunakan
48
meliputi udara, gas hydrogen ataupun air. Untuk pendingin
generator, PT PJB UP Paiton menggunakan gas hidrogen.
b) Chlorination Plant
Gudang klorin seperti pada gambar 4.8 di bawah, terletak
di dalamWTP area, memiliki peran untuk menghasilkan
senyawa natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan untuk
memabukkan atau melemahkan mikroorganisme laut pada area
water intake. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya
pengerakkan (scaling) pada pipa-pipa kondensor maupun unit
desal akibat perkembangbiakan mikroorganisme laut tersebut,
setelah air laut menjalani proses klorinasi, air kemudian
dialirkan ke dalam pembangkit dan disirkulasikan melalui pipa –
pipa di dalam kondensor, yang digunakan untuk mendinginkan
uap yang berasal dari turbin. Air pendinginyang bisa diambil dari
air laut akan mendinginkan uap panas sehingga berubah
menjadi air murni kembali dan disirkulasikan kembali ke boiler
untukdipanaskan menjadi uap dan memutar turbin.
49
d) Chemical Feed System
Tahap ini juga disebut dengan internal treatment, dengan cara
injeksi kimia pada siklus PLTU, bertujuan untuk :
Pencegahan korosi di dalam boiler,baik pada sistem uap
dan sistem airpengisi
Pencegahan pembentukan kerak dan endapan pada
permukaan yangpanas
Menjaga kemurnian uap tetap tinggi.
Bahan kimia yang diinjeksikan ke siklus PLTU adalah:
Ammonia (NH3);
Hydrazine (N2H4);
Sodium Phosphat (Na3PO4)
Caustic Soda (NaOH).
Sebelum air masuk ke pipa–pipa boiler, terlebih dahulu
pada deaerator diinjeksikan bahan kimia hidrazin (N2H4)
gunanya untuk menaikkan pH dan untuk mengikat oksigen
yang terlarut dalam air. Di boiler juga diinjeksikan bahan kimia,
yaitu natrium fosfat (Na3PO4), di mana natrium fosfat ini
digunakan untukmelapisi pipa – pipa boiler (boiler drum) dan
melumpurkan semua endapan yangterjadi seperti silika,
disamping itu untuk menaikkan pH dan membentuk endapan
garam. Hidrazin, digunakan untuk mengikat oksigen yang
terlarut dalam air.Hidrazin adalah oxygen scavenger, untuk
mengontrol konsentrasi pada oksigen yang terlarut dalam air.
Jumlah oksigen dalam feedwater harus dibuat sangat minimal
untuk mencegah terjadinya korosi. Sedangkan amonia,
digunakan untukmenstabilkan derajatkeasaman (pH) air agar
netral (pH 6,2 – 7,2).Sebelum air masuk ke pipa–pipa boiler,
terlebih dahulu pada deaerator diinjeksikan bahan kimia
hidrazin (N2H4) gunanya untuk menaikkan pH danuntuk
mengikat oksigen yang terlarut dalam air. Di boiler juga
50
diinjeksikan bahan kimia, yaitu natrium fosfat (Na3PO4), di
mana natrium fosfat ini digunakan untuk melapisi pipa – pipa
boiler (boiler drum) dan melumpurkan semua endapan yang
terjadi seperti silika, disamping itu untuk menaikkan pH dan
membentuk endapan garam. Hidrazin, digunakan untuk
mengikat oksigen yang terlarut dalam air.Hidrazin adalah
oxygen scavenger, untuk mengontrol konsentrasi pada oksigen
yang terlarut dalam air. Jumlah oksigen dalam feedwater harus
dibuat sangat minimal untuk mencegah terjadinya korosi.
Sedangkan amonia, digunakan untuk menstabilkan derajat
keasaman (pH) air agar netral (pH 6,2 – 7,2).
51
tidak dapat dimanfaatkan, sehingga bottom ash dibuang di ash
disposal.
4) Ash Disposal
Ash Disposal merupakan tempat pembuangan limbah industri
berupaabu hasil sisa pembakaran abu batubara selama proses
produksi. Lokasi pembuangan limbah ini berada di seberang jalan
dari area PLTU Paiton dan berdekatan dengan tempat pembuangan
limbah cair industri.Produksi abu batubara dibuang di landfill atau
ditumpuk begitu saja diarea ash disposal. Penumpukan abu terbang
batubara ini menimbulkan masalah bagi lingkungan PLTU Paiton
dan penduduk di sekitar.Penanganan abu batubara masih terbatas
pada penimbunan di lahan kosong. Hal ini berpotensi bahaya bagi
lingkungan dan masyarakat sekitarseperti logam-logam dalam abu
52
terbang terekstrak dan terbawa ke perairan,abu terbang tertiup
angin dan mengganggu pernafasan. Berikut dapat dilihat area Ash
Disposal dan pembuangannya
53
O. Program di PT. PJB UP Paiton
JANGKA WAKTU
URAIAN KERJA
BULA TRIWU SEMES TAHU
NAN LAN TER NAN
Laporan kinerja k3 V
Laporan P2K3 V
Laporan K3 umum V
Pemeriksaan APAR V V V
Pemeriksaan APAT V V
54
Mengelola Fasilitas dan evaluasi
Tanggap Darurat
Pemeriksaan ambulance V V V
55
Membuat usulan penghargaan zero
accident V
Usulan sertifikasi V
pendistribusian APD
Mengelola Kompetensi K3
56
Mengelola Emergency drill / latihan tanggap
darurat
57
BAB IV HASIL PELAKSANAAN MAGANG
58
5. Menjalin kerjasama dengan Instansi/Institusi Pemerintah dalam hal
penerapan peraturan Keselamatan & Kesehatan Kerja.
6. Bersama bidang lingkungan Merencanakan dan menentukan garis
kebijakan program PROPER, SMK3, dan AMDAL sebagai bahan untuk
pengambil keputusan oleh Top Manajemen.
7. Mengkoordinir tindakan penyelidikan kejadian yang berakibat fatal /
lost time accident bersama dengan bidang / fungsi terkait.
59
bahaya yang dapat terjadi, area larangan, fasilitas pemadam kebakaran dan
mengetahui assembly point yang terdapat di sekitar di PT. PJB.
2. Ruang Lingkup
Peserta Safety Induction adalah seluruh pihak yang akan beraktivitas
di area produksi perusahaan yaitu calon karyawan, mahasiswa, peserta
penelitian, dan lain-lain. Dalam kegiatan ini materi yang disampaikan dan
didiskusikan terkait tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. PJB UP Paiton.
3. Prosedur Kegiatan
Safety Induction dimulai dengan melakukan pemutaran video
mengenai materi yang akan disampaikan, hingga diberikan pertanyaan Post-
Test ini adalah pilihan ganda dan pilihan Benar-Salah. Video safety induction
yang disampaikan yaitu materi tentang profil perusahaan kemudian
dilanjutkan dengan pembahasaan peraturan-peraturan tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja yang harus ditaati. Setiap peserta safety induction
boleh bertanya kapan saja jika ada pertanyaan seputar materi yang
disampaikan selama pemaparan materi berlangsung. Setelah sesi materi
tersebut selesai, kemudian dilanjutkan dengan post-test untuk mengukur
pemahaman materi yang telah disampaikan.
4. Hasil
Dari kegiatan Safety Induction ini peserta akan menjadi lebih
mengetahui tentang profil perusahaan dan proses produksinya serta
memahami potensi bahaya yang ada dan peraturan-peraturan yang harus
ditaati. PT. PJB UP Paiton memiliki Sistem Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) yang memadukan ketentuan-ketentuan hukum nasional dan
60
standart dan praktek-praktek internasional dengan menggunakan panduan
dari OHSAS 18001:2007 (Occupational Health Safety Assessment Series)
dalam implementasi strategi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
yang berorientasi terhadap pencegahan insiden yang berisko fatal dan serius
dalam bentuk Fatality Prevention Element.
5. Analisis
Pemberian materi Safety Induction yang dilakukan bagian training di
PT. PJB UP Paiton sudah baik, hal ini dilihat dari penyampaian peraturan-
peraturan pokok yang cukup lengkap dan ringkas. Pemberian materi juga di
berikan sangat menarik sehingga peserta magang dapat memahami materi
yang disampaikan. Kegiatan safety induction juga di lanjutkan dengan
pemaparan keadaan lingkungan dan kesehatan yang ada di PT. PJB UP
PAITON, ini bertujuan untuk memberitahu keadaan di PT. PJB UP PAITON.
6. Rekomendasi
Safety Induction dapat menggunakan cara yang lebih variatif dalam
penyampaian materi yaitu dengan metode presentasi dan secara urut sesuai
dengan form safety induction agar mempermudah untuk dipahami. Selain itu,
akan lebih baik lagi apabila disediakan modul atau poster safety induction
61
C. Daily Meeting
1. Tujuan
Memberikan informasi kepada peserta meeting terkait kegiatan yang
akan dilaksanakan hari tersebut, serta sebagai serah terima (hand over)
kegiatan dengan setiap peserta melaporkan segala aktifitas yang telah di
laksanakan pada pekerjaan (shift kerja) malam kepada pekerjaan (shift kerja)
pagi.
2. Ruang lingkup
Daily Meeting adalah kegiatan yang rutin dilakukan pada awal shift
sebelum memulai pekerjaan sebagai upaya mencegah kecelakaan kerja.
Kegiatan ini dipimpin oleh Supervisor K3 atau pengganti harian apabila
supervisor berhalangan hadir. Hal ini dilakukansebagai upaya mengingatkan
staff K3 untuk selalu mengutamakan keselamatan dan kesehatan serta
memantau dalam setiap pekerjaan. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi pada
pukul 08.00 – selesai.
3. Prosedur kegiatan
Kegiatan ini dilakukan dengan cara melakukan
a. Seluruh peserta meeting berkumpul di ruang K3.
b. Supervisor K3 membuka dan memandu pelaksanaan meeting.
c. Pekerjaan (shift kerja) malam menyampaikan segala aktifitas yang telah
dilakukan di malam hari.
d. Pekerjaan (shift kerja) pagi menyampaikan rencana kegiatan yang akan
di laksanakan selama shift yang akan dijalani.
e. Supervisor K3 memberi kesempatan apabila terdapat laporan atau
tambahan informasi, peserta dapat memberikan informasi tambahan
atau rencana kegiatan.
f. Supervisor K3 memberikan arahan untuk peserta magang mengenai
kegiatan yang dapat diikuti.
g. Supervisor K3 menutup meeting
65
4. Hasil
Penyampaian pelaksanaan kegiatan yang telah di lakukan pada malam
hari dan rencana kegiatan yang akan dilakukan selama 8 jam berikutnya
(pagi-sore), serta pemberian saran terkait dengan laporan dan rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan ini dipimpin oleh Supervisor K3
atau pengganti harian setiap harinya, hasil dari Daily meeting yang dilakukan
dicatat ke dalam lembar harian pelaksanaan Supervisordan peserta meeting
menandatangani daftar hadir daily meeting.
5. Analisis
Pelaksanaan Daily meeting di ruang K3 sudah baik karena seluruh
pekerja yang bekerja pada shift malam, shift pagi baik staff K3, Helper K3
maupun petugas pemadam kebakaran yang siaga, hadir dalam Daily meeting
dan berperan aktif dalam menyampaikan informasi. Konten yang
disampaikan dalam Daily meeting sudah sesuai dengan form safety meeting
yang berisi waktu dan tanggal pelaksanaan, daftar peserta, kegiatan
sebelumnya, dan rencana kegiatan.
Namun waktu pelaksanaan Daily meeting perlu di benahi karena masih
belum tepat waktu, menunggu peserta lengkap dan hal lainnya adalah
pengganti harian yang ditunjuk apabila Supervisor K3 berhalangan hadir
terkadang tidak memberikan Daily meeting, sehinggapekerjaan pada hari
tersebut kurang terstruktur.
6. Rekomendasi
a. Penegasan dan pengingatan kedisplinan dalam pelaksanaan daily
meeting oleh Supervisor K3 agar pelaksanaanya tepat waktu.
b. Tempat duduk untuk Daily meeting perlu ditambah agar semua pekerja
yang terdaftar dalam daily meeting dan peserta magang dapat dengan
nyaman mengikuti daily meeting.
c. Saling menghargai saat orang lain sedang berbicara
d. Safety Meeting dapat diselingi materi – materi dan bahasan khusus
terkait berita update tentang K3 (sharing knowledge) atau materi ringan
yang memotivasi.
66
e. Pengucapan jargon di akhir meeting agar para pekerja semakin
semangat.
67
5. Analisis
Hidrogen adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan tidak
berasa serta tergolong gas diatomik yang mudah terbakar. Hidrogen atau
H2 mempunyai kandungan energi per satuan berat tertinggi, dibandingkan
dengan bahan bakar manapun. Oleh karena itu dilakukan pengecekan
secara rutin karena keborcoran gas yang kecil sekalipun bisa menyebabkan
ledakan di tempat kerja sehingga bisa mengganggu proses produksi
perusahaan.
6. Rekomendasi
Pemeliharaan dan pengecekan rutin serta penggunaan teknologi untuk
memantau kebocoran gas melalui monitor.
68
ditugaskan secara bergantian setiap harinya.
3. Prosedur Kegiatan
a. Staff K3 menyiapkan jadwal bulanan Hydrant disetiap lokasi perusahaan.
b. Menyiapkan gadget dengan software khusus yaitu IZAT (Aplikasi Zero
Accident) yang terintegerasi dengan seluruh PT. PJB di Indonesia.
c. Inspektor melihat jadwal lokasi yang sudah tertera di gadget.
d. Inspector memindai code yang terpasang dalam setiap hydrant
e. Memeriksa dan klik kondisi seluruh bagian Hydrant dan Fire hose box
(Kondisi fisik Box, Cat Hose Box, Handle Hose Box, Selang, Nozzle,
Kunci Hydrantdan tekanan air )
f. Dokumentasi setiap pemeriksaan perbagian.
g. Klik kirim ke server.
4. Hasil
Hydrant adalah suatu sistem pamadam kebakaran yang menggunakan
air bertekanan, yang letaknya diluar maupun didalam Fire hose boxKotak
yang berisi peralatan pelengkap hydrant seperti Nozzle, Fire Hose. Hasil
inspeksi Hydrant dan Fire hose box, Hydrant banyak yang bermasalah
dengan kebocoran yang diakibatkan oleh rusaknya valve dan hilangnya
peralatan pelengkap lainnya.
69
5. Analisis
IZAT di lakukan rutin setiap sebulan sekali. Kegiatan ini sudah berjalan
dengan baik dan sesuai dengan indicator yang tertera dalam aplikasi.
Kegiatan ini dilakukan dalam satu hari tergantung jadwal IZAT hari tersebut.
Saat melakukan IZAThydrant terdapat beberapa temuan yaitu tekanan air
yang rendah pada beberapa hydrant yang mengakibatkan daya semprot
hydrant tidak kuat. Selain itu inspector terkadang klik indicator dengan cepat
dan memilih opsi “baik” tanpa melihat kondisi yang sebenarnya, hal tersebut
dapat berdampak pada data yang tidak valid saat dikirimkan dan
ketidaksiapan alat saat terjadi keadaan darurat.
6. Rekomendasi
a. Sebaiknya Hydrant yang mengalami kebocoran untuk segera diganti,
karena ketika dipakai tidak akan bekerja secara maksimal.
b. Melakukan penggantian peralatan yang hilang segera mungkin.
c. Pembinaan helper K3 selaku inspector agar lebih taat dan tertib dalam
melakukan pengisian IZAT.
70
b. Menyiapkan gadget dengan software khusus yaitu IZAT (Aplikasi Zero
Accident) yang terintegerasi dengan seluruh PT. PJB di Indonesia.
c. Inspektor melihat jadwal lokasi yang sudah tertera di gadget.
d. Inspector memindai code yang terpasang dalam setiap APAR.
e. Memeriksa dan klik kondisi seluruh bagian APAR (nozzle, pressure
gauge, segel, pin, handle, kebersihan APAR, dan lingkungan sekitar
apakah terdapat hambatan yang memungkinkan menghalangi APAR).
f. Mengocok APAR agar tidak terjadi penggumpalan powder.
g. Dokumentasi setiap pemeriksaan perbagian.
h. Klik kirim ke server.
4. Hasil
PT PJB UP PAITON sudah melakukan pengecekan APAR sesuai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No:
Per.04/Men/1980 Tentang Syarat-Syarat Pemasangan Dan Pemeliharan
Alat Pemadam Api Ringan, pengecekan APAR dilakukan minimal setahun
sebanyak 2 kali. Dan perusahaan ini melaksanakan satu bulan sekali.
71
Saat inspeksi dilapangan tedapat beberapa APAR yang pin dan
segelnya hilang, pressure turun, tidak memiliki code APAR, serta temuan
APAR yang tidak terdapat pada tempat seharusnya sehingga ketika kondisi
darurat terjadi akan kesulitan mencari APAR.
5. Analisis
IZAT di lakukan rutin setiap sebulan sekali. Kegiatan ini sudah berjalan
dengan baik dan sesuai dengan indicator yang tertera dalam aplikasi.
Kegiatan ini dilakukan dalam satu hari tergantung jadwal IZAT hari tersebut.
Saat melakukan IZAT terdapat pressure yang turun hal tersebu dapat
diakibatkan oleh bocornya tabung atau penggunaan APAR yang dilaukan.
Selain itu inspector terkadang klik indicator dengan cepat dan memilih opsi
“baik” tanpa melihat kondisi yang sebenarnya, hal tersebut dapat berdampak
pada data yang tidak valid saat dikirimkan dan ketidaksiapan alat saat terjadi
keadaan darurat.
6. Rekomendasi
a. Sebaiknya APAR yang pressure nya turun segera diganti agar ketika
terjadi keadaan darurat dapat digunakan dengan baik.
b. Pembinaan helper K3 selaku inspector agar lebih taat dan tertib dalam
melakukan pengisian IZAT.
G. Pengenalan Sistem Proteksi Kebakaran
1. Tujuan
Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang
terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk
tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara
pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap
bahaya kebakaran. Sistem proteksi kebakaran ini terdapat dua macam, yaitu
terdapat sistem proteksi kebakaran aktif dan sistem proteksi kebakaran pasif.
Tujuan dari mempelajari sistem proteksi kebakaran untuk peserta magang
adalah untuk menambah wawasan mengenai apa saja sistem proteksi
kebakaran, baik akti maupun aktif.
72
2. Ruang lingkup
Ruang lingkup dari Fire protection ini adalah di semua site yang
terdapat sistem proteksi kebakarannya.
3. Prosedur Kegiatan
Melakukan kunjungan pada semua site di area PJB untuk mengetahui
apa saja sistem proteksi kebakaran yang terdapat di PT. PJB UP Paiton
tersebut.
4. Hasil
Berdasarkan hasil yang didapat selama kegiatan magang di PT. PJB
UP Paiton didapat bahwa pada PT. PJB UP Paiton memiliki sistem proteksi
kebakaran aktif maupun pasif. Sistem proteksi kebakaran aktif yaitu antara lain
terdapatnya sprinkler, APAR, APAT, smoke detector, hydrant, sea water fire
pump, fresh water pump. Sedangkan sistem proteksi kebakaran pasif yang
terdapat pada PJB yaitu antara lain sarana evakuasi maupun alat bantu
evakuasi. Untuk sea water pump sendiri digunakan apabila semua sistem
proteksi kebakaran lainnya tidak mampu mengatasi terjadinya kebakaran pada
suatu area, namun dampak dari penggunaan sea water pump yaitu dapat
merusak peralatan-peralatan yang terkena air laut tersebut. APAT yang
tersedia di PT. PJB UP Paiton yaitu seperti pasir maupun karung goni.
5. Analisis
Berdasarkan hasil yang kami peroleh selama melakukan kegiatan
magang diperoleh bahwa untuk APAR, hydrant, APAT sudah tersedia dengan
cukup baik. Terdapat pula alat kontrol dari alarm-alarm yang terpasang
sebagai pengontrol dari kebakaran. Namun, untuk tempat hydrant sendiri
sudah banyak yang tidak layak, terdapat karat dibagian kotak hydrant, sering
juga kaca dari tempat penyimpanan tersebut pecah, sehingga terdapat bagian
yang hilang dari selang maupun hydrant itu sendiri. Alat kontrol dari alarm-
alarm kebakaran juga terkadang mengalami masalah / error sehingga
menyebabkan alarm tersebut berbunyi sendiri meskipun tidak ada kebakaran
yang terjadi. Sistem kontrol ini terpantau atau terhubung dengan bagian CCR
73
(Central Control Room). Selebihnya sistem proteksi kebakaran yang terdapat
pada PJB sudah baik.
6. Rekomendasi
Sebaiknya, pihak PJB memperbaiki sistem kontrol dari alarm-alarm
tesebut sehingga bisa berfungsi dengan lebih baik lagi. Memodifikasi tempat
penyimpanan hydrant agar bagian dari pipa maupun hydrant itu aman tidak
ada yang mecuri bagian-bagiannya sehingga apabila akan digunakan nanti
dapat berfungsi dengan baik.
H. Rapat P2K3
1. Tujuan
Tujuan diadakannya rapat P2K3 adalah untuk mengetahui dan
mengevaluasi perkembangan dari kegiatan ataupun program K3 yang
terdapat di PT. PJB UP Paiton.
2. Ruang lingkup
Kegiatan rapat P2K3 dilaksanakan minimal 1 bulan sekali dan
maksimal 1,5 bulan sekali. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang rapat bersama
seluruh jajaran manajer, supervisor, serta ahli K3 perusahan.
3. Prosedur kegiatan
a. Staf K3 mempersiapkan materi atau bahan yang akan dibawa kedalam
rapat rutin P2K3.
b. Seluruh peserta meeting berkumpul di ruang rapat P2K3.
c. Supervisor K3 membuka dan memandu pelaksanaan meeting.
d. Supervisor dan staf K3 menyampaikan hasil pelaksanaan dari kegiatan
K3.
e. Seluruh supervisor menyampaikan segala aktifitas yang telah dilakukan
selama sebulan terakhir.
f. Supervisor K3 memberi kesempatan apabila terdapat laporan atau
tambahan informasi, peserta dapat memberikan informasi tambahan atau
rencana kegiatan.
74
4. Hasil
Kegiatan P2K3 yang telah kami ikuti selama berlangsungnya magang
di PT. PJB UP Paiton didapat bahwa pada saat rapat tersebut disampaikan
segala perkembangan dan kendala dari kegiatan atau proses yang dijalankan
oleh seluruh bagian, baik dari bagian K3, bagian perencanaan, serta bagian
lainnya. Dimana hasil dari pertemuan P2K3 ini akan dilaporkan kepada Menteri
melalui Kantor Departemen Tenaga Kerja setempat.
5. Analisis
Dari hasil tersebut didapat bahwa jajaran manajer sangat mendukung
kegiatan K3, baik dari pengadaan peralatan, pemeliharaan peralatan ataupun
perbaikan peralatan-peralatan yang rusak sehingga proses produksi di PT.
PJB UP Paiton tidak terganggu.
6. Rekomendasi
Keberjalanan dari kegiatan pertemuan P2K3 sudah baik, karena
dilakukan hampir setiap bulan dan sudah sesuai dengan Permenaker No 4
Tahun 1987.
75
c. Memasukkan Powder pada APAR jenis powder.
d. Mengisi tekanan pada APAR sesuai standart gauge.
e. Memasang segel dan nozzle.
4. Hasil
Kegiatan pengisian ulang APAR tersebut di dapatkan bahwa tabung
APAR yang telah habis / tekanan udara sudah berkurang dan akan dilakukan
pengsisian hingga pressure tabung terisi penuh.
5. Analisis
Pengisian ulang tabung dilakukan pada APAR yang sudah kadaluarsa
atau terpakai sehingga tekanan berkurang, hal tersebut apabila tidak segera
dilakukan pengisian ulang akan berdampak pada kesiapan peralatan.
6. Rekomendasi
a. Sebaiknya petugas pengisian apar menggunakan masker saat pengisian
powder karena dapat berpengaruh pada kesehatan paru.
b. APAR yang telah di isi sebaiknya segera didistribusikan menuju lokasi.
76
a. Supervisor K3 beserta staf K3 menyiapkan peralatan-peralatan yang
dibutuhkan selama kegiatan berlungsung seperti apar, karung, baju anti
api, helm, sarung tangan, dll.
b. Kemudian seluruh peserta diberangkatkan menuju tempat
berlangsungnya pelatihan.
c. Selama kegiatan pelatihan dilakukan, peserta diawasi oleh petugas
pemadam kebakaran PT PJB. UP Paiton serta safety officer.
4. Hasil
Fire rescue training adalah pelatihan pemadaman kebakaran kepada
pekerja agar pekerja mengetahui apa yang harus dilakukan ketika sewaktu –
waktu terjadi kebakaran di tempat kerja. Bagaimana menggunakan sistem
proteksi kebakaran di PT. PJB UP Paiton yang terdapat APAT (alat pemadam
api tradisional), APAR (Alat Pemadam Api Ringan), APAB (Alat Pemadam
Api Berat) dan hydrant. APAR yang digunakan hanya jenis dry powder.
Pengenalan dan cara penggunaan nozzle jet spray. Penggunaan nozzle jet
spray harus hati – hati dengan memperhatikan posisi tangan yang benar.
77
Dengan diadakannya simulasi atau pelatihan terkait fire rescue ini
semua pihak tidak hanya pemadam kebakaran atau safety officer yang dapat
melakukan pemadaman api. Semua pihak mengerti cara penggunaannya
dari alat alat pemadam api seperti alat pemadam api ringan (APAR), alat
pemadam api tradisional (APAT), cara menggunakan hydrant yang baik.
6. Rekomendasi
Pelaksanaan pelatihan fire rescue sudah baik.
78
f. Pelepaasan energi yang tersimpan
g. Pemastian isolasi
h. Pencabutan LOTO
4. Hasil
Kegiatan ini untuk memastikan pekerja bekerja dalam kondisi aman,
dimana alat yang sedang di maintenance sedang dalam keadaan tidak aktif,
sehingga menghindari pekerja dari kecelakaan kerja. Observasi
penggunaan LOTO ini juga memberikan kompetensi kepada peserta
magang bagaimana sistem dan penggunaan LOTO di tempat kerja.
Gambar 4 3 LOTO
5. Analisis
Proses Penguncian dan Pelabelan (selanjutnya disebut LOTO)
bertujuan untuk melindungi orang yang sedang bekerja atau berada
disekitar mesin, instalasi listrik atau fasilitas proses produksi yang sedang
diperbaiki dan dalam perawatan. Perlindungan itu dilakukan dengan
mengisolasi energi berbahaya atau penguncian, pemasangan pengaman
dan label pada sumber-sumber energi yang dapat mencederai seseorang.
Proses LOTO ini merupakan persyaratan minimum yang harus
diterapkan pada seluruh fasilitas apabila pegawai atau mitra kerjanya
melakukan pekerjaan pada tempat kerja di mana pelepasan energi
berbahaya sangat mungkin dapat terjadi, seperti pada situasi berikut:
79
a. Mesin/peralatan proses baru yang hendak dibeli dan dipasang
b. Peralatan yang ada sedang dimodifikasi, diperbaiki, direnovasi atau
diganti
c. Alat pengisolasi energi sedang diperbaiki atau sedang
dibuatkan/ditambahkan pada suatu peralatan.
6. Rekomendasi
Penggunaan LOTO pada PT. PJB UP Paiton sudah baik, karena sudah
sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ada mengenai penggunaan LOTO.
80
Pada pengukuran antropometri menggunakan dimensi tubuh yaitu :
a. Tinggi Duduk
b. Tinggi mata duduk
c. Tinggi bahu duduk
d. Tinggi siku duduk
e. Jarak dari pinggul hingga tangan
f. Jarak lipat pinggul
g. Tinggi lipat lutut
h. Lebar bahu
i. Lebar pinggul
Secara statistik, terlihat bahwa ukuran tubuh manusia pada suatu
populasi tertentu akan terkonsentrasi pada suatu nilai tengah, dan suatu
bagian kecil dari harga ekstrim akan berada dikedua sisi kurva distribusi.
Karena tidaklah praktis untuk mendesain bagi seluruh bagian populasi.
81
Maka dilakukanlah pemilihan pada bagian tengah dari distribusi, dimana
sebagian besar nilai terkonsentrasi. Sebagian besar data anthropometri
dinyatakan dalam bentuk persentil dari suatu populasi. Persentil ini dibagi
dalam seratus kategori presentase, diurutkan dari nilai terkecil sampai nilai
terbesar, pada suatu ukuran tubuh tertentu. Persentil satu ukuran tinggi
tubuh, sebagai contoh menunjukkan bahwa 99% dari populasi yang
diamati mempunyai tinggi diatas ukuran itu. Demikian juga nilai persentil
95% dari ukuran tinggi tubuh menunjukkan bahwa terdapat 5% bagian
populasi yang memiliki ukuran lebih dari nilai tersebut dan 95% sisanya
memiliki tinggi yang sama atau lebih rendah
3. Prosedur Kegiatan
a. List pekerjaan yang memiliki risiko terhadap gangguan otot terutama pada
pekerjaan statis
b. Melakukan survey pekerjaan terpilih
c. Melakukan pengukuran antropometri stasiun kerja
f. Memberikan solusi yang tepat buat pekerja akan posisi kerja yang aman
dan nyaman.
g. Merancang desain kursi ergonomi karyawan RENDAL OP.
4. Hasil
Setelah melakukan pengukuran antropometri pekerja didapatkan data
yang diperlukan sebagai dasar dalam menentukan dimensi meja dan kursi
kerja. Berikut adalah data antropometri pekerja RENDAL OP
PT.Pembangkitan Jawa Bali (PJB) Unit Pembangkitan Paiton.
82
Tinggi Tinggi Tinggi Jarak Jarak Tinggi
Tinggi
Mata Bahu Siku dari Lipat Lipat
Duduk
Duduk Duduk Duduk pinggul Pinggul Lutut Lebar Lebar
No Nama
hingga Bahu Pinggul
6 7 8 9 tangan 12 14
(11)
1 A 97 88 69.5 24.5 45 53 40 43 31
2 B 83.2 72 50.6 15.9 56 44 43 35.3 26.5
3 C 93.5 83.5 65 32 58 42 43 41 28.5
4 D 87.5 76.5 62.5 26.5 50 63 39 43.7 34.1
5 E 82 70.4 52.1 20 51 45 41.4 36 31.5
6 F 87 75 58 21 55 47 41.6 43.5 31.5
7 G 88.6 70.7 60.9 26.8 44 43 38 37 31.5
8 H 95 78.1 66 27.1 46.3 46.3 41.5 39.7 28.4
9 I 85.2 72.8 57.6 13 45 35 48 34 30
10 J 91.5 81 63 26.5 47 46 42 40 27.5
Percentile
5 82.54 70.535 51.275 14.305 44.45 38.15 38.45 34.585 26.95
Percentile
95 96.1 85.975 67.925 29.795 57.1 58.5 45.75 43.61 32.93
Rata-rata 89.05 76.8 60.52 23.33 49.73 46.43 41.75 39.32 30.05
Tabel 4 1Pengukuran antropometri karyawan
Ukuran Kursi
Tinggi kursi 45 cm
Panjang kursi 52 cm
Lebar kursi 53 cm
83
Sandaran punggung 60 cm
Ketebalan kursi 7 cm
Tinggi meja 76 cm
5. Analisis
Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan hasil pengukuran
antropometri duduk karyawan dengan hasil pengukuran meja dan kursi untuk
mengetahui apakah stasiun kerja tersebut sudah termasuk ergonomis.
a. Objek Pertama : Meja komputer
Tinggi : 76 cm
1) Tinggi Meja
Perbandingan tinggi meja komputer dengan tinggi siku duduk
menggunakan persentil 5 memiliki hasil;
Tinggi meja : (Tinggi siku duduk + tinggi kursi)
76 cm : 59.3 cm
Kesimpulan : Tinggi meja komputer tergolong tidak
ergonomis, karena persentil 5 (tinggi siku terkecil
dari seluruh responden) tidak dapat
menjangkaunya.
84
b. Objek kedua : Komputer
Tinggi : 110 cm
1) Tinggi-kursi
Perbandingan hasil tinggi kursi dengan tinggi lipat lutut dengan
menggunakan persentil 5 memiliki hasil:
Tinggi kursi : Tinggi lipat lutut
45 cm : 38,45 cm
Kesimpulan : Tinggi kursi tidak ergonomis, karena dengan persentil
5 (tinggi siku duduk terkecil II responden) tidak dapat
menjangkaunya.
2) Panjang kursi
Perbandingan panjang kursi dengan jarak lipat pinggul menggunakan
Persentil 95 memiliki hasil ;
85
Panjang kursi : Jarak lipat pinggul
52 cm : 58.5 cm
Kesimpulan : Panjang kursi tergolong ergonomis, karena dari
persentil 95 (jarak lipat pinggul terbesar) dapat
meletakkan kakinya dengan nyaman saat duduk di
kursi.
3) Lebar kursi
Perbandingan lebar kursi dengan lebar pinggul menggunakan persentil
95 didapatkan hasil:
Lebar kursi : Lebar pinggul
53 cm : 32.93 cm
Kesimpulan : Lebar kursi sudah ergonomis, karena dari panjang
pinggul terbesar dari seluruh responden dapat
menjangkaunya.
6. Rekomendasi
a. Melakukan sosialisasi terhadap karyawan mengenai ergonomi, terutama
karyawan dengan durasi duduk lebih dari 4 jam.
b. Melakukan tips istirahat 20-20-20, yaitu setiap 20 menit bekerja didepan
komputer setidaknya istirahat selama 20 detik dengan melihat objek atau
benda yang jaraknya sekitar 20 kaki atau 6 meter.
c. Menggunakan kursi yang dapat dinaik-turunkan untuk mengatur tinggi
kaki agar tidak menggantung
d. Rancangan kursi sesuai antropometri karyawan.
86
Gambar 4 5Rancangan Kursi Kerja
87
3. Prosedur Kegiatan
Penilaian ini dilakukan dengan menyebar angket kepada pekerja di
bagian CCR selama dua hari kerja. Angket ini disebar kepada seluruh shift
yang ada di bagian CCR.
4. Hasil
Berdasarkan hasil olahan menggunakan SPSS dari angket yang telah
disebar kepada 30 orang pekerja didapatkan bahwa lingkungan kerja dari PT.
PJB UP Paiton berpotensi menyebabkan stres kerja terhadap pegawai.
Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan stres kerja pada pekerja antara
lain adalah suara bising, suhu yang tidak nyaman. Selain itu didapatkan
penyebab stres kerja lainnya seperti shift kerja, beban kerja yang terlalu
berat.
Hasil ini diperkuat dengan perilaku pekerja PT. PJB UP Paiton yang
telat datang ke tempat kerja, angka turn over yang tinggi pada PT. PJB UP
Paiton. Selain itu, pekerja juga terkadang mengalami sulit untuk tidur, kurang
puas terhadap rekan kerja, mudah bosan terhadap suatu pekerjaan.
5. Analisis
Berdasarkan pengamatan, suara bising yang dihasilkan dari mesin-
mesin dapat mencapai 95 dB dimana frekuensi tersebut telah melebihi NAB
yang telah ditentukan. Suara bising akibat mesin-mesin yang hidup tersebut
masih dapat terdengar didalam ruangan pekerja. Untuk menanggulangi stres
akibat kerja PT. PJB juga mempunyai program rekreasi kepada pekerja,
mengadakan lomba antar bidang untuk mempererat hubungan antar pekerja.
6. Rekomendasi
Diperlukannya pengendalian terhadap suara-suara bising yang
diakibatkan dari mesin yang beroperasi dengan melakukan rekayasa
peralatan seperti menambahkan peredam untuk mengurangi suara bising
tersebut. Dapat pula memberikan peredam suara pada ruangan-ruangan
88
pekerja sehingga bisa lebih meminimalisir kebisingan. Penggunaan ear plug
pada pekerja dapat mengurangi intensitas kebisingan sebesar 15 dB hingga
25 db, sedangkan penggunaan ear muff dapat mengurangi intensitas
kebisingan sebesar 25 dB hingga 40 dB. Selain pemberian APD, perusahaan
juga dapat memberikan pelatihan memberikan pelatihan mengenai stres
kerja kepada seluruh karyawan sehingga para karyawan dapat mengetahui
apa saja yang dapat menyebabkan stres kerja, dampak dari stres kerja
tersebut, cara mengatasi stres kerja. PT. PJB UP Paiton juga bisa
menyediakan suatu ruangan khusus untuk pekerja agar pekerja dapat
menenangkan diri setelah bekerja. Rekomendasi selanjutnya yang bisa
disampaikan yaitu menyediakan sarana konseling bagi pekerja yang
dilakukan oleh psikiater.
89
3. Prosedur kegiatan
Dalam kegiatan ini dimulai dari Mengamati setiap aktifitas responden
(jenis pekerjaan dan posisi badan). Lalu menghitung dan mencatat waktu
aktifitas responden tersebut. Setelah itu menilai beban kerja setiap aktifitas
dari responden, selanjutnya menghitung tingkat kebutuhan kalori dengan
rerata beban kerja, perhitungan beban kerja fisik ini menggunakan tabel SNI
7269:2009. Jika beban kerja masuk dalam kategori berat, maka di perlukan
treatment khusus untuk menurunkan beban kerja fisik tersebut.
4. Hasil
Pengukuran Beban Kerja Fisik pada Pekerja Cleaning Bagian
Submarge Scrapper Conveyor PT.PJB UP Paiton Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, diperoleh hasil pengukuran beban fisik sebesar
439,075 Kkal/jam. Berdasarkan SNI Penilaian Beban Kerja Berdasarkan
Tingkat Kebutuhan Kalori menurut Pengeluaran Energi, beban kerja tersebut
tergolong sebagai pekerjaan dengan beban fisik berat. Yaitu aktivitas yang
dilakukan dengan beban kerja terbesar adalah menyekop dengan
menggunakan kedua tangan dalam posisi berdiri. Karyawan yang akan
melakukan pekerjaan Cleaning pada Submarge Scrapper Conveyor
mengetahui tentang pengeluaran energi serta bahaya yang ada. Dengan
mengetahui bahaya yang ada, diharapkan karyawan dapat lebih
memperhatikan lingkungan dalam bekerja. Mahasiswa peserta magang juga
memahami bagaimana kalori yang dikeluarkan untuk melakukan pekerjaan
tersebut kepada karyawan untuk bekerja.
5. Analisis
Beban Kerja fisik akan mengakibatkan pengeluaran energi yang
berhubungan dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada saat kerja
biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan pengukuran
kecepatan denyut jantung atau konsumsi oksigen. Denyut jantung atau
denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang
sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar aktifitas otot maka
akan semakin besar fluktuasi dari gerakan denyut jantung yang ada,
90
demikian pula sebaliknya. Beban Kerja Fisik: Perkerjaan yang dilakukan
dengan mengandalkan kegiatan fisik semata akan mengakibatkan
perubahan pada fungsi alat-alat tubuh yang dapat dideteksi melalui
perubahan pada Konsumsi oksigen, Denyut jantung, Peredaran darah dalam
paru-paru, Temperatur tubuh, Konsentrasi asam laktat dalam darah,
Komposisi kimia dalam darah dan air seni, Tingkat penguapan, dan faktor
lainnya. Apabila pekerjaan terlalu berat dan asupan kalori tidak seimbang
lama kelamaan akan mempengaruhi kesehatan karyawan dan terdapat
resiko yang besar untuk terjadinya kecelakaan. Untuk itu dilakukan kegiatan
pengukuran beban kerja fisik untuk mengukur pengeluaran kalori pekerja
pada bagian Submarge Scrapper Conveyor. Dan hasilnya dari pengukuran
tersebut didapatkan bahwa hasil pengukuran beban fisik sebesar 439,075
Kkal/jam menunjukan pekerjaan pada Submarge Scrapper Conveyor adalah
termasuk pekerjaan kategori berat
6. Rekomendasi
Perlu adanya penambahan alat bantu atau mesin angkut untuk
mengurangi beban pekerja untuk melakukan pekerjaan di bagian cleaning
submarge scrapper conveyor. Dapat juga Menambah jumlah pekerja di
bagian submarge scrapper convenyor untuk mengurangi beban kerja pada
pekerja serta agar pekerjaan lebih efektif untuk menurunkan beban kerja
berat menjadi beban kerja sedang maupun ringan yaitu dengan cara
Mengganti prosedur kerja dan Memenuhi kebutuhan asupan kalori pekerja
serta Menambah pekerja.
91
92
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Potensi bahaya terbesar yang terdapat pada PT. PJB UP Paiton yaitu
terjadinya kebakaran. Selain kebakaran, potensi bahaya lainnya yaitu
kebisingan yang berasal dari kegiatan produksi yang nilainya melebihi NAB,
paparan debu dari batubara yang dapat menyebabkan penyakit antrakosis,
potensi bahaya gelombang air laut karena lokasi PT. PJB UP Paiton berada di
tepi laut.
2. Untuk mengatasi potensi bahaya serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
PT. PJB UP Paiton memberikan APD kepada seluruh karyawan, baik berupa
safety shoes, ear plug, kacamata safety, masker, safety helmet. Selain itu
adanya safety sign, prosedur ijin kerja.Selain itu guna meminimalisir terjadinya
kebakaran, PT. PJB UP Paiton menempatkan APAR, APAT, hydrant, di
tempat-tempat yang berpotensi tinggi terhadap kejadian kebakaran selain itu
terdapat juga sea water pum dan fresh water pump guna menanggulangi
kebakaran yang besar.
B. Saran
Pekerjaan dengan posisi duduk dengan waktu lebih dari 4 jam yaitu dibidang
RENDAL OP dan Operator sebaiknya diberikan informasi mengenai ergonomi,
dan peregangan atau istirahat dengan metode 20-20-20 yaitu setiap 20 menit
bekerja didepan komputer setidaknya istirahat selama 20 detik dengan melihat
objek atau benda yang jaraknya sekitar 20 kaki atau 6 meter. Menggunakan
rancangan desain kursi ergonomi sesuai hasil pengukuran karyawan agar dapat
bekerja dengan produktif.
Pihak PJB memperbaiki sistem kontrol dari alarm-alarm tesebut sehingga bisa
berfungsi dengan lebih baik lagi. Memodifikasi tempat penyimpanan hydrant agar
bagian dari pipa maupun hydrant itu aman tidak ada yang mecuri bagian-
bagiannya sehingga apabila akan digunakan nanti dapat berfungsi dengan baik.
Perlu adanya penambahan alat bantu atau mesin angkut untuk mengurangi
beban pekerja untuk melakukan pekerjaan di bagian cleaning submarge scrapper
conveyor. Dapat juga Menambah jumlah pekerja di bagian submarge scrapper
convenyor untuk mengurangi beban kerja pada pekerja.
93
Daftar Pustaka
Ardinal, Yong. 2012. Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety / Hazard Analysis).
Malang: Bayumedia.
Silvia Kristanti Tri Febriana, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja, Jurnal
Ecopsy, Volume 1, Nomor 1, Desember 2013
Chadek Novi Charisma Dewi, dkk. 2014, Pengaruh Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Bagian Tenaga Penjualan Ud Surya Raditya
Negara, e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen,
Volume 2 Tahun 2014
94
Hendrik, P. Simbolon, (2009), Perancangan Fasilitas Berdasarkan Prinsip-Prinsip
Ergonomi Pada Bagian Sortasi Udang Di PT. Central Windu Sejati. TS, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
www.academia.edu/.../PENGERTIAN_LOTTO_LOCK_OUT_AND_TAG_OUT,
diakses pada tanggal 12 November 2017
http://www.iwh.on.ca/at-work/69/study-finds-persistence-of-higher-injury-risk-for-new-
workers, diakses pada tanggal 12 November 2017
95
LAMPIRAN
96
Dokumentasi sertifikat magang
97