Makalah-Pengaturan Posisi Motor Servo DC Dengan Kontroler P, PI, PID PDF
Makalah-Pengaturan Posisi Motor Servo DC Dengan Kontroler P, PI, PID PDF
Abstrak— Motor DC merupakan salah satu jenis aktuator akan dipasang mekanik sedemikian rupa dengan gear
yang cukup banyak digunakan dalam bidang industri atau pembanding agar putarannya tidak berputar dengan cepat dan
robotika. Pada mobile robot line tracer misalnya dapat diatur. Dan pada pemasangan motor DC juga dipasang
menggunakan motor DC sebagai aktuatornya. potensiometer sebagai sensornya. Motor DC yang digunakan
Pada proyek akhir ini akan dibuat motor servo DC sendiri adalah motor DC dengan tegangan 12 volt. Dengan
dengan menggunakan motor DC yang telah dipasang menggunakan metode kontrol P, PI, dan PID akan
mekanik sedemikian rupa dengan gear pembanding agar dibandingkan masing-masing responsenya dan dianalisa
putarannya tidak berputar dengan cepat dan dapat diatur. mengapa terjadi demikian.
Dan pada pemasangan motor DC juga dipasang .
potensiometer sebagai sensornya. 1.2 Tujuan
Untuk komunikasi antara PC dengan modul proyek akhir Proyek akhir dengan judul “Sistem Pengaturan Posisi
ini digunakan PCI 1712 yang dimanfatkan adalah bagian Motor Servo Dc Dengan kontroler P, PI dan PID” ini
analog input, analog output dan digital output.Untuk bertujuan untuk membuat suatu modul pembelajaran
menggerakkan motornya dibuat rangkaian PWM analog pengaturan posisi motor servo dc. Dengan adanya proyek
dan rangkaian pendukung lainnya dalam modul ini. Output akhir ini diharapkan dapat membantu memudahkan
respon sistem pada proyek akhir ini antara lain mahasiswa dalam memahami Kontroler P, PI dan PID pada
membandingkan penggunaan plant saat menggunakan praktikum kontrol cerdas.
kontroler P, PI, PID dan menggunakan PID yang sudah
diberi pembebanan. Rata-rata error pembacaan pada busur 1.3 Permasalahan
derajat yang didapat didapat pada proyek akhir ini sebesar Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai
0,58330. berikut :
1. Bagaimana cara merancang rangkaian PWM analog
Kata kunci : motor DC,P, PI, PID, rangkaian PWM analog, dengan benar.
PCI 1712 2. Bagaimana cara mengkomunikasikan antara PC dengan
modul yang dibuat.
I. PENDAHULUAN 3. Bagaimana merancang mekanik motor dc yang
dijadikan motor servo dc sendiri.
1.1 Latar Belakang 4. Bagaimana cara penggunaan visual basic dalam
Motor DC merupakan salah satu jenis aktuator yang pengaturan posisi motor.
cukup banyak digunakan dalam bidang industri atau robot. .
Pada mobile robot line tracer misalnya menggunakan motor 1.4 Batasan Masalah
DC sebagai aktuatornya. Selain harganya murah juga cukup Adapun batasan-batasan masalah yang dibuat agar
handal penggunaannya. Pada bidang industri juga banyak dalam pengerjaan proyek akhir ini dapat berjalan dengan baik
seperti pada conveyor menggunakan motor DC juga. adalah sebagai berikut :
Dalam TA ini akan dibahas bagaimana cara mengatur 1. Motor servo yang akan dibuat dalam proyek akhir ini
posisi motor servo DC dengan menggunakan kontroler P, PI, adalah motor servo standart.
dan PID. Mungkin dalam Penggunaan metode PID dalam 2. Sudut masukkan yang diberikan berada pada kuadran 1
kontrol motor sudah banyak sekali digunakan. Terutama dan 2 (0- 1800).
kontrol motor DC yang banyak sekali aplikasinya di dunia
3. Sudut masukan terkecil dari sistem adalah 10.
industri. Biasanya dalam kontol kecepatan motor. Dalam TA
ini akan dibuat aktuator motor DC servo sendiri. Motor DC 4. Menggunakan potensio meter sebagai umpan balik dari
sistem.
1
5. Menggunakan PCI 1712 sebagai konversi data dan 𝜃 𝐾
= ................................................ (2.9)
𝑉 𝑠( 𝐽𝑠 +𝑏 𝐿𝑠+𝑅 + 𝐾 2 )
komunikasi antara PC dengan motor.
Dimana :
6. Menggunakan software visual basic sebagai masukan
R = Resistansi jangkar
dan tampilan grafik respon waktu. L = Induktansi jangkar
i = Arus jangkar
II. TINJAUAN PUSTAKA e = back emf (tegangan yang dihasilkan ketika jangkar
berputar dalam medan magnet arus searah)
2.1 Permodelan posisi motor dc T = Torsi motor
Θ = Perpindahan sudut dari poros rotor
J = Momen Inersia motor
b= Koefisien gesekan viskos motor
e = Kb ʘ ....................................................................(2.2)
Sedangkan besarnya tegangan V menurut hukum kirchoff Sedangkan untuk mencari nilai ζ dan ωn menggunakan
adalah persamaan sebagai berikut :
𝑑𝑖 − ln (%𝑂𝑆/100 )
V = Ri + L + e .......................................................(2.5) ζ= ....................................................... (2.11)
𝑑𝑡 𝜋 2 + 𝑙𝑛 2 (%𝑂𝑆/100 )
𝑑𝑖
V = = Ri + L + Kb ʘ ............................................(2.6)
𝑑𝑡 𝜋
Tp = ................................................................... (2.12)
𝜔 𝑛 1−𝜁 2
Dengan me-laplace-kan persamaan (2.4) dan (2.6)
kemudian mensubstitusikannya, maka diperoleh fungsi 2.3 Kontroler P, PI, dan PID
transfer antara posisi sudut motor θ terhadap tegangan
armature V dimana Ka = Kb Kontrol proporsional berfungsi untuk memperkuat sinyal
kesalahan penggerak (sinyal error), sehingga akan
s(Js + b) θ(s) = K i(s) ................................................(2.7) mempercepat keluaran sistem mencapai titik referensi.
(Ls + R) i(s) = V – Ks θ(s) ........................................(2.8) Hubungan antara input kontroler u(t) dengan sinyal error e(t)
terlihat pada persamaan 2.13.
2
u(t) = Kp e(t) ....................................................................(2.13) Sehingga persamaan untuk kontrol PID adalah
𝑡 𝑑𝑒 (𝑡)
u(t) = Kp e(t) + Ki 0 𝑒 𝑡 𝑑(𝑡)+ Kd ........................ (2.16)
Kp adalah konstanta proporsional. Diagram blok kontrol 𝑑𝑡
Dengan:
proporsional ditunjukkan pada gambar dibawah ini
u(t) = sinyal output pengendali PID
Kp = konstanta proporsional
Ki = konstanta integral
Kd = konstanta derivatif
e(t) = sinyal error
Gambar 2.3 kontrol proporsional
2.4 KONTROLER DIGITAL
Kontrol integral pada prinsipnya bertujuan untuk Pada persamaan 2.13 sampai 2.16 merupakan
menghilangkan kesalahan keadaan tunak (offset) yang persamaan- persamaan dalam domain waktu continuous
biasanya dihasilkan oleh kontrol proporsional. Hubungan (analog). Sedangkan agar persamaan persamaan tersebut dapat
antara output kontrol integral u(t) dengan sinyal error e(t) direalisasikan dalam bentuk pemrograman pada komputer atau
terlihat pada persamaan 2.14. mikrokontroler, maka persamaan dalam domain waktu
continuous tersebut harus didiskretisasi terlebih dahulu
𝑡 (digital)[2].
u(t) = Ki 0
𝑒 𝑡 𝑑(𝑡) .......................................................(2.14)
Kontroler Proporsional
Output dari kontroler proporsional adalah perkalian
antara error dan konstanta proporsional (Kp). Dari persamaan
2.13 jika didiskritkan menjadi
Gambar 2.4 kontrol integral u(k) = Kp e(k) .................................................................. (2.17)
𝑑𝑒 (𝑡) 𝑘
u(t) = Kd ...................................................................(2.15) u(k) = Ki T 𝑖=0 e(i) ...................................................... (2.18)
𝑑𝑡
Dimana : u(k) = output kontroler ke-k
Blok kontrol derivatif ditunjukkan pada Gambar 2.5. T = Time sampling
Kontrol derivatif tidak akan pernah digunakan sendirian, Σ = jumlah total error mulai i=0 sampai dengan i=k
karena kontroler ini hanya akan aktif pada periode peralihan.
Pada periode peralihan, kontrol derivatif menyebabkan adanya Kontroler Derivatif
redaman pada sistem sehingga lebih memperkecil lonjakan. Output kontroler derivatif ditentukan oleh koefisien
Seperti pada kontrol proporsional, kontrol derivatif juga tidak derivatif dan selisih antara error sekarang dengan error
dapat menghilangkan offset. sebelumnya.
𝑒 𝑘 − 𝑒(𝑘−1)
u(k) = Kd ...................................................... (2.19)
𝑇
3
maksimum sebesar 25%. Gambar 2.7 dibawah ini Tabel 2.1 Penalaan paramater PID dengan metode kurva
menunjukkan kurva dengan lonjakan 25%.[3]. reaksi
Tipe Kp Ti Td
kontroler
P T/L ~ 0
Gambar 2.8 Respon tangga satuan sistem Nilai penguatan proportional pada saat sistem mencapai
kondisi sustain oscillation disebut ultimate gain Ku. Periode
dari sustained oscillation disebut ultimate period Tu Gambar
2.11 menggambarkan kurva reaksi untaian terttutup ketika
berosilasi.
Kurva berbentuk-s mempunyai dua konstanta, waktu mati Gambar 2.11 Kurva respon sustain oscillation
(dead time) L dan waktu tunda T. Dari gambar 2.9 terlihat
bahwa kurva reaksi berubah naik, setelah selang waktu L. Penalaan parameter PID didasarkan terhadap kedua
Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva konstanta hasil eksperimen, Ku dan Pu. Ziegler dan Nichols
setelah mencapai 66% dari keadaan mantapnya. Pada kurva menyarankan penyetelan nilai parameter Kp, Ti, dan Td
dibuat suatu garis yang bersinggungan dengan garis kurva. berdasarkan rumus yang diperlihatkan pada Tabel 2.2.
Garis singgung itu akan memotong dengan sumbu absis dan
garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu Tabel 2.2 Penalaan paramater PID dengan metode osilasi
absis merupakan ukuran waktu mati, dan perpotongan dengan Tipe Kp Ti Td
garis maksimum merupakan waktu tunda yang diukur dari Kontroler
titik waktu L. P 0,5
Ku
PI 0,45 ½
Ku Pu
PID 0,6 0,5 0,125
Ku Pu Pu
4
III. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM CATU DAYA
3.2 Perancangan Perangkat Keras Gambar 3.3 blok diagram close loop
Dengan menggunakan komponen-komponen di atas,
maka rancangan sistem pada proyek akhir dapat dilihat
sebagai berikut:
5
Pada blok diagram diatas kita set nilai K=1 sedangkan
G(s) merupakan plant yang telah dibuat. Nantinya akan
didapatkan respon sistem dari blok tersebut.
Sedangkan untuk mencari nilai ζ dan ωn menggunakan 3.3.3 Program kontroler PID
persamaan Program kontroler PID yang akan dibuat nantinya
bertujuan untuk mengatur besarnya analog output dengan
− ln (%𝑂𝑆/100 ) masukan(3.4)
dari analog input. Berikut blok diagram proses
ζ=
𝜋 2 + 𝑙𝑛 2 (%𝑂𝑆/100 ) kontroler PIDnya.
− ln (3,33/100 ) Analog
=
𝜋 2 + 𝑙𝑛 2 (3,33/100 ) Input Output
3,40112 Kontroler
= sudut
4.63 PID
= 0,734599 Analog input
𝜋 Motor
Tp = (3.5) potensiometer
𝜔 𝑛 1−𝜁 2
𝜋
𝜔𝑛 = Gambar 3.6 blok diagram system pengaturan posisi
𝑇𝑝 1−𝜁 2
𝜋
=
1,2 1−0,734599 2 Pada proyek akhir pengaturan posisi motor servo DC ini
𝜋
= yang menggunakan kontroler PID, dipergunakan metode
1,2 0,4604
= 4.209 untuk mendapat nilai masing-masing parameter Kp, Ki dan
Kd nya dengan metode osilasi. Langkah-langkah metode
𝜔 𝑛2 osilasi sebagai berikut :
Jadi G(s) = 2
𝑠 2 + 2𝜁𝜔 𝑛 𝑠 +𝜔 𝑛 1. Buat suatu sistem loop tertutup dengan kontroler P dan
2
4,209 plant di dalamnya.
=
𝑠 2 + 2∗0,734599 ∗4,209𝑠 +4,209 2 2. Tambahkan nilai Kp sampai sistem berosilasi
17,7165
= berkesinambungan
𝑠 2 + 5,6687 𝑠 +17,7165
3. Dapatkan responnya, tentukan nilai Ku dan Pu
Kemudian persamaan diatas didapat kemudian 4. Tentukan nilai Kp, Ki, dan Kd berdasar tabel 3.1 berikut.
dibandingkan hasilnya dengan menggunakan matlab.
Tabel 3.1 penalaan dengan metode osilasi
Tipe Kp Ti Td
Kontroler
P 0,5 Ku - -
PI 0,45 Ku 0,5 Pu -
PID 0,6 Ku 0,5 Pu 0,125 Pu
6
dan tidak bisa steady state pada setpoint. Karena sistem diatas
dalam keadaan close loop tanpa adanya kontroler apapun.
7
4. Dengan kontroler PID Pada tabel 4.4 diatas merupakan tabel dengan pemberian
Tabel 4.3 tabel pengujian dengan menggunakan kontroler PID beban pada masing-masing kontroler. Pada uji pembebanan
Sudut target Pembacaan Keterangan dengan menggunakan kontroler P saat uji pembebanan dengan
mulai pada busur 1 timbal, 2 timbal dan 3 timbal terlihat saat dengan 3 timbal
derajat responnya lebih bagus. Dengan rise time 1,5 detik dan steady
00 500 490 Sistem berosilasi tetapi statenya 1,6 detik. Hal ini disebabkan saat pembebanan 3
mencapai steady state timbal busur derajat yang tadinya berjalan cukup cepat
sekitar 3.4 detik terbebani oleh timbal sehingga membuat busur derajat
500 900 900 Sistem berosilasi tetapi berputar melambat dan mencapai setpoint dengan baik.
mencapai steady state Pada uji pembebanan dengan menggunakan kontroler PI
sekitar 4.2 detik saat uji pembebanan dengan 1 timbal, 2 timbal dan 3 timbal
900 1200 1200 Sistem berosilasi tetapi terlihat saat dengan 3 timbal responnya lebih bagus
mencapai steady state dibandingkan dengan saat diuji dengan 1 timbal dan 2 timbal.
sekitar 1.9 detik Dengan steady statenya 1,6 detik. Hal ini disebabkan saat
1200 1500 150.50 Rise time = 0.5 detik, pembebanan 3 timbal busur derajat yang tadinya berjalan
steady state = 0.6 detik cukup cepat terbebani oleh timbal sehingga membuat busur
1500 1800 1800 Rise time = 0.8 detik, derajat berputar melambat dan mencapai setpoint meskipun
steady state = 0.9 detik masih terlihat adanya osilasi.
Pada uji pembebanan dengan menggunakan kontroler
Pada tabel diatas merupakan tabel pengujian dengan PID saat uji pembebanan dengan 1 timbal, 2 timbal dan 3
menggunakan kontroler proportional-integral. Dengan timbal terlihat saat dengan 3 timbal responnya lebih bagus
menggunakan nilai Kp = 0,09, Ki = 0,09 dan Kd = 0,03. dibandingkan dengan saat diuji dengan 1 timbal dan 2 timbal.
Secara umum saat menggunakan kontroler PID respon bisa Sama saat seperti pengujian dengan kntroler P dan PI , pada
mencapai setpoint. Meskipun dalam tabel diatas ada sistem saat pembebanan 3 timbal responnya bagus. Dengan Rise time
yang masih berosilasi. 1,6 detik steady state 1,7 detik. Hal ini disebabkan saat
Dari pengujian beberapa kontroler didapatkan pembebanan 3 timbal busur derajat yang tadinya berjalan
penggunaan kontroler PID lebih bagus dibanding dengan yang cepat terbebani oleh timbal sehingga membuat busur derajat
lain. Meskipun respon ada yang berosilasi namun waktu berputar melambat dan mencapai setpoint dengan hasil yang
steady state nya lebih cepat dibandingkan dengan kontroler P bagus.
dan PI.
BAB V
5. Dengan kontroler PID yang ditambah beban PENUTUP
Tabel 4.4 pengujian dengan pembebanan
Jenis Sudut 1 timbal 2 timbal 3 timbal 5.1 KESIMPULAN
kontro awal- Setelah melakukan tahap perencanaan dan pengujian
ler sudut sistem, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
target 1. Sensor posisi potensiometer didapatkan nilai selisih
P 00-900 Respon Respon Rise time 1.5 terbesar pada sudut tertentu(sudut 00 dan 1800).
berosilasi sedikit detik dan 2. Pada plant yang saya buat putaran motor saat
mencapai mengalami steady state berputar searah jarum jam dan berlawanan jarum
steady overshoot 1.6 detik jam berbeda.
state 4.2 rise time 3. Pada plant ini penggunaan kontroler PI lebih bagus
detik 1.2 detik dibandingkan dengan yang lainnya.
dan steady 4. Error pembacaan sudut pada busur derajat berkisar
state 1.3 antara 00 sampai 1.50
detik 5. Penempatan pembebanan berpengaruh pada
PI 00-900 respon Respon Respon errornya sudut pembacaan pada busur derajat.
berosilasi berosilasi berosilasi
mencapai steady state 5.2 SARAN
steady 5.1 detik
state 9 1. Perlunya penggunaan potensiometer yang benar-
detik benar linear dan presisi sebagai sensor posisinya
PID 00-900 Respon Respon Rise time 1.6
berosilasi berosilasi detik steady
state 1.7
detik
8
DAFTAR PUSTAKA
[1].http://learncontrol.files.wordpress.com/2009/07/kendali-
posisi-motor-dc.pdf
[2].http://elektro-kontrol.blogspot.com/2011/06/realisasi-
kontrol-pid-proporsional.html
[3].Ogata, Katsuhiko. 1991.Teknik Kontrol Automatik –
terjemahan: Ir. Edi Laksono, Jakarta:Erlangga
[4].Gunterus, Frans.1994. Falsafah Dasar: Sistem
Pengendalian Proses, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo