Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini

Volume 1 No 1 Juni 2018

APLIKASI MONTESSORI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA, MENULIS DAN


BERHITUNG TINGKAT PERMULAAN BAGI ANAK USIA DINI

Syefriani Darnis
Universitas Trilogi Jakarta
ipung@trilogi.ac.id

ABSTRAK

Makalah ini dibuat untuk melihat model pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan literasi dan
berhitung pada anak usia dini. Banyak guru yang merasa terkurung dan serba salah dalam proses
pembelajaran membaca, menulis, dan menghitung karena sistem pendidikan yang berlaku tidak
mengizinkan anak-anak usia dini belajar membaca, menulis dan berhitung di sekolah.
Berdasarkan Dr. Maria Montessori, yang merupakan perintis dalam mengajar membaca, menulis dan
menghitung untuk anak usia dini , persiapan untuk membaca dan menulis dimulai jauh sebelum sekolah
formal dimulai . Pada saat guru memulainya di sekolah para orang tua juga dapat membantu proses
pembelajarannya di rumah. Kemampuan untuk membaca, menulis, dan menghitung ini bukanlah ambisi
yang harus di penuhi tetapi lebih kepada menumbuhkan minat anak kepada kegiatan membaca, menulis
dan berhitung itu sendiri.
Dalam tulisan ini kita akan melihat kegiatan kegiatan dalam Montessori yang merupakan keterampilan
awal untuk membangun kemampuan literasi dan berhitung. Kegiatan ini disajikan dengan menggunakan
alat Montessori yang dirancang dengan baik, di evaluasi dan sesuai usia dengan usia anak.

Kata Kunci: Literasi dan Berhitung, Montessori, Kegiatan Montessori, alat-alat peraga Montessori,
Usia yang Tepat

ABSTRACT

This paper was conducted to produce an effective learning model for developing literacy and numeracy
in early childhood. Many teachers get locked out of the process of helping their students especially young
learners to read , write and count because our education system is not allowed the young children is
learned to do those activities at school. This really should not be so.

Based on Dr.Maria Montessori who was a pioneer in teaching reading, writing and counting for young
learners, the preparation for reading and writing begins long before formal school and teachers can do
that at school as well as parents at home. The ability to read, write and count is not, in itself, a sufficient
ambition. What is of supreme importance is bringing about, in a child, a desire to read , write, and count.

In this paper we will find Montessori Activities which are the building literacy and numeracy skills. This
activities is presented by using the well designed Montessori apparatus, reviewed and age appropriate for
children.

Key Word : Literacy and Numeracy, Montessori, Montessori Activities, Montessori Apparatus, Age
Appropriate.

1
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

beristirahat, berkreasi dan belajar dalam


A. Pendahuluan suatu proses pendidikan. Sehingga belajar
adalah bagian dari hak mereka, bukan
Melahirkan generasi cerdas bukanlah
kewajiban. Orang tua dan pemerintah wajib
dengan memaksakan kehendak orangtua
menyediakan sarana dan prasarana
pada anak. Memberikan kebebasan berpikir
pendidikan untuk anak dalam rangka
dan berkreasi pada anak menjadi awal
program belajar. Maimunah (2010)
sebuah perbaikan bagi generasi.
mengatakan, belajar merupakan hak anak –
Menyediakan alam dan lingkungan hidup
anak , maka belajar harus menyenangkan,
yang lebih sehat, akan menjadi media
kondusif dan memungkinkan mereka
belajar yang baik bagi mereka. Lalu,
menjadi termotivasi dan antusias. Pengajar
mengapa masih terjadi penyimpangan dalam
di Taman Kanak-Kanak menggunakan
pelaksanaannya? Karena saat ini terdapat
beragam metode dalam mengenalkan dan
“ambisi” dari orangtua, yang sangat
melakukan pembelajaran membaca, menulis
dipengaruhi oleh lingkungannya, agar
dan berhitung, yaitu dengan metode
menjadikan anak memiliki kemampuan yang
bermain, demonstrasi, bercerita dan bermain
diinginkan orangtua. Banyak anak-anak
peran, dan yang lainnya, sehingga anak –
yang berada dalam kendali orangtua, tanpa
anak tidak menyadari sedang mengikuti
pernah berani untuk mengungkapkan
pembelajaran calistung. Bagaimanapun
keinginan dan harapannya. Sementara,
metode mengajar anak usia dini untuk
negara masih abai untuk memastikan
membaca, menulis dan berhitung harus
kesejahteraan lembaga pendidikan formal.
benar-benar diperhatikan. Mengajar bagi
Salah satu ambisi tersebut adalah
anak usia dini harus dilakukan dengan
mengharuskan anak untuk bisa membaca,
suasana gembira, tidak formal atau serius
menulis dan berhitung pada saat mereka
seperti mengajar anak yang sudah usia SD,
masih berusia dini. Apakah hal ini salah?
karena ini akan menimbulkan kejenuhan
Berkeinginan agar anak bisa membaca,
atau rasa bosan pada anak. Mengingat
menulis dan berhitung tidak salah, yang
konsentrasi pada anak usia dini untuk satu
salah adalah cara mengajarkannya.
topik bahasan saja masih sangat terbatas. Oleh
Terkadang orang dewasa menginginkan
karena itu, materi pelajaran yang diberikan
kemampuan anak tersebut terjadi secara
jangan terlalu banyak dan durasi belajar
instan dan cepat, akhirnya dipakailah cara –
jangan terlalu lama. Belajar dilakukan
cara pengajaran yang tidak sesuai dengan
dengan pendekatan yang menyenangkan
kondisi perkembangan anak, sehingga
anak, bukan dipaksakan sehingga si anak
timbullah hal yang dinamakan pemaksaan
akan merasa terbebani. Belajar sambil
belajar pada anak di usia mereka yang masih
bermain sehingga aktivitas dominan anak
dini.
pada usia tersebut, yaitu dunia bermainnya
Menurut Undang – Undang mereka tidak hilang, lengkapi aktifitas belajar
Perlindungan Anak, anak memiliki hak sambil bermain mereka dengan media
untuk tumbuh dan berkembang, bermain, pembelajaran yang

2
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

sesuai dengan tahap perkembangan usia dan akan belajar membaca dan menulis dengan
materi pembelajaran yang diberikan. Salah sangat antusias, karena mereka masih berada
satu metode pembelajaran anak usia dini di dalam periode kepekaan umum terhadap
dalam membaca , menulis dan berhitung ini bahasa. Mereka baru saja menguasai bahasa
adalah Metode Montessori. secara tidak sadar, dan ingin belajar semua hal
pada tingkatan yang lebih sadar dan aktifitas
B. Membaca, Menulis dan Berhitung membaca dan menulis mengizinkan mereka
Pada Anak Usia Dini melakukan hal ini. Pandangan Dr.
1. Membaca , Menulis Dan Berhitung Montessori dalam Montessori Phylosophy
Dalam Metode Montessori (1998) mengatakan , anak dapat difahami
Dr. Maria Montessori menjadi pelopor melalui konsep-konsepnya. Anak
dalam pengembangan metode belajar mengkonstruksi sendiri perkembangan
membaca, menulis dan menghitung bagi jiwanya (Child's Self construction) , Masa-
anak-anak usia dini. Maria Montessori masa sensitif (Sensitive Periods), Jiwa
adalah seorang Doktor Kesehatan (Doctor Penyerap (Absorben mind) , Hukum-hukum
of Medicine) wanita pertama dari Italia, dan perkembangan (The natural laws governing
telah mempraktikan pembelajaran the child's psychic growth). Seperti telah
multiindrawi pada anak – anak yang diungkapkan di atas bahwa Montessori
memiliki keterbatasan fisik pada saat dia meyakini bahwa anak secara bawaan telah
memulai mendirikan Sekolah taman Kanak- memiliki suatu pola perkembang psikis.
Kanak pertamanya yang bernama Casa De Selain itu, anak juga memiliki motif yang
Bambini. Lewat kegiatan-kegiatan sederhana kuat ke arah pembentukan sendiri jiwanya
yang di ulang setiap hari ,sebagian besar (self construction).
anak-anak mengalami kemajuan pesat. Selanjutnya Dr Maria Montessori (1964)
Mereka bahkan bisa membaca dan menulis mengemukakan teori perkembangan anak,
pada usia yang relatif muda,sekitar 4 dan 5 dimana ada 5 masa perode sensitive menurut
tahun tanpa harus terbebani. Belajar dari Montessori:
benda-benda yang akrab di sekeliling kita,
Montessori membuat alat belajar seperti
perlengkapan bermain.Untuk mengajar
anak-anak membaca ,Montessori membuat
berbagai macam kartu huruf dari papan kayu No Periode Sensitif Perkembanngan
atau kertas tebal ,setiap huruf di cetak. Pada Anak
Sekolah kedua yang didirikannya, Dr. Maria 1 Periode Masa penyerapan
Montessori menempatkan anak – anak sensitive/peka total (absorbent
normal tanpa keterbatasan fisik, dan kembali untuk mind) perkenalan
terbukti system pembelajarannya bisa keteraturan (0-3 dan pengalaman
diserap dengan baik oleh anak-anak tersebut. tahun) sensoris dan panca
Menurut Montessori pada saat anak – indera . Anak mulai
anak mulai memasuki usia 4 tahun, mereka

3
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

belajar keteraturan. gerakan dan indera


2 Periode Anak dapat sentuhan mereka.
sensitive untuk mendeteksi adanya 4 Peride sensitive Periode kepekaan
hal yang serangga yang kecil untuk yang paling mudah
details/ yang tidak movement/gerak dibaca adalah
memusatkan diperhatikan oleh an (1,5 -4 tahun) berjalan. Koordinasi
perhatian pada orang dewasa. dan perkembangan
hal-hal yang Misalnya, Apabila otot, minat pada
kecil (1-2 tahun) mereka melihat benda-benda kecil.
suatu gambar, Peneguhan gerakan
mereka akan minat pada
mengabaikan obyek kebenaran dan
utama gambar dan realitas menyadari
akan beralih urutan dalam waktu
memperhatikan hal- dan ruang seperti
hal kecil yang ada Anak-anak didorong
dilatar belakang oleh implus yang
obyek utama tidak bisa dilawan
gambar. dalam upaya mereka
3 Peride sensitive Anak-anak untuk berjalan, dan
dalam hal menyukai aktivitas mereka berjalan
menggunakan membuka dan dengan bangga
tangan / menutup benda- seolah-olah mereka
konsisten benda (dengan telah menemukan
menggenggam seluruh telapak caranya.
benda-benda tangannya). 5 Periode Anak-anak
yang Misalnya, sensitive untuk menyerap bunyi-
disentuhnya (18 Memasukan benda- belajar bahasa bunyi, kata-kata,
bulan – 3 tahun) benda ke dalam a. Secara tidak dan tata bahasa dari
suatu wadah, sadar (3 bln - 3 lingkungannya.
menuangkannya thn). Anak-anak akan
keluar dan b. Secara sadar memulai dengan
memasukkannya (3 - 6 tahun) mengoceh terlebih
kembali (dengan dahulu sebelum ia
seluruh telapak mulai berbicara
tangannya). Selama dengan kata-kata
dua tahun bermakna. Setelah
berikutnya atau itu anak akan
lebih mereka memasuku tahapan
memperbaiki “kalimat dua kata,”
4
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

untuk kemudian sementara dalam membaca teks dibentuk


menguasai melalui menginterpretasikan makna . Oleh
pembuatan kalimat karena itu, ketika anak diajarkan membaca
dengan struktur sekaligus dia diajarkan menulis.
yang lebih
Nurbiana Dhieni,dkk (2008) mengatakan
kompleks. Dengan
berdasarkan beberapa penelitian (Goodman,
tidak kehilangan
Harse et al., Smith, Taylor, Teale and
masa peka-nya,
Sulzby, dalam Raines dan Canad, 1990),
anak mempelajari
perkembangan membaca awal merupakan
bentuk- bentuk tata
proses interaktif di mana anak adalah peserta
bahasa baru dengan
aktif.
penuh kesadaran.
Anak peka terhadap Perkembangan membaca anak
pengaruh orang berlangsung dalam beberapa tahapan
dewasa. Anak mulai
mencorat coret . sebagai berikut:
indra peraba mulai
1. Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada
berkembang dan
tahap ini anak mulai belajar
minat membaca
menggunakan buku, melihat dan
mulai tumbuh
membalik lembaran buku ataupun
6 Peride sensitive Periode kepekaan
membawa buku kesukaannya.
untuk Aspek di tandai dengan
2. Tahap Pembentukan Konsep diri
Kehidupan anak yang mulai
(Self Concept Stage). Pada tahap ini
Sosial (3 – 6 ‘aware’ dengan
anak mulai memandang dirinya
tahun) teman satu grup.
sebagai “pembaca” dimana terlihat
Saat mereka
keterlibatan anak dalam kegiatan
menyadari itu
membaca, berpura-pura membaca
mereka mulai
buku, memaknai gambar berdasarkan
belajar kooperatif
pengalaman yang diperoleh
dengan yang lain.
sebelumnya, dan
menggunakan bahasa baku yang
tidak sesuai dengan tulisan.
Steinberg (1982) juga 3. Tahap membaca gambar (Bridging
mengemukakan bahwa anak- anak yang Reading Stage). Pada tahap ini pada
mendapatkan pelajaran membaca dini diri anak mulai tumbuh kesadaran
umumnya lebih maju di sekolah. akan tulisan dalam buku dan
Selanjutnya Morrow, dalam (Spodek dan menemukan kata yang pernah
Saracho, 1994: 325), mengatakan, bahwa ditemui sebelumnya, dapat
membaca berhubungan dengan menulis. mengungkapkan kata-kata yang
Dalam menulis, makna dibentuk teks, bermakna dan berhubungan dengan
5
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

dirinya, sudah mengenal tulisan kata-


kata puisi, lagu, dan sudah mengenal
abjad.
4. Tahap pengenalan bacaan (Take Off
Reader Stage). Anak mulai
menggunakan tiga sistem isyarat
(graphoponik, semantik, dan
sintaksis). Anak mulai tertarik pada
bacaan, dapat mengingat tulisan
dalam konteks tertentu, berusaha
mengenal tanda-tanda pada
lingkungan, serta membaca berbagai
c. Anak dikenalkan dari hal konkrit ke
tanda seperti pada papan iklan, kotak
abstrak.
susu, pasta gigi dan lainnya.
5. Tahap membaca lancar (independent
reader stage). Pada tahap ini anak d. Anak dikenalkan dengan phonic
dapat membaca berbagai jenis buku. sebagai dasar menyusun kata.
Misalnya, bunyi huruf ‘b’ adalah
Adapun dalam metode Montessori ‘beh’ sehingga saat anak menyusun
sendiri memiliki beberapa perbedaan dari sebuah kata ia tidak akan rancu.
metode membaca pada umumnya,
diantaranya: 2. Tahapan Kegiatan Membaca dan
Menulis dalam Metode Montessori
a. Anak tidak serta-merta diberikan alat
tulis untuk langsung menulis di
buku, namun dikenalkan dengan 2.1. Kegiatan prewriting dan
kemampuan pre-writing dan pre- prereading melalui aneka permainan
reading terlebih dahulu, seperti , mendengar dan menyanyikan
permainan I spy, mendengar dan phonic songs, ulang kalimat,
menyanyikan phonic songs, sambung mendefinisikan benda, dan lain – lain
kata, ulang kalimat, mendefinisikan .
benda, dan lain-lain .
2.2. Menggunakan material metal
b. Pembelajaran dalam membangun inset design (10 bentuk geometris
kata menggunakan kata-kata yang dilengkapi dengan pensil warna)
bermakna, seperti ‘mata’ ‘kaki’ dan untuk mengembangkan kontrol dan
lain – lain , bukan ‘ba-bi-bu’ ‘ta-ti- gerakang gerakan tangan anak saat
tu’. menulis, memberi pengalaman
gerakan berlawanan arah jarum jam
(hal ini berkaitan dengan banyaknya
huruf yang ditulis dengan arah

6
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

berlawanan jarum jam), membuat 2.4. Menggunakan material Large


garis dan warna, dan lain – lain . Moveable Alfabet untuk anak
berlatih menyusun sebuah kata dari
pengalaman sebelumnya. Setelah
anak mengenal seluruh huruf melalui
sandpaper letter maka anak dapat
menggunakan LMA ini sebagai
sarana untuk membangun kata.
Dalam membangun sebuah kata,
anak diberikan benda-benda konkrit
terlebih dahulu baru kemudian
melalui kartu gambar.

2.5. Pink Box Series :


2.5.1. Menggunakan kartu gambar
2.3. Menggunakan material untuk membangun kata.
sandpaper letter . Untuk Penggunaan kartu baca ini
mengenalkan anak pada (lambang) sebagai ‘jembatan’ bagi anak dari
huruf a-z. Dikenalkan pelan-pelan hal yang konkrit kepada sesuatu
dan secara bertahap melalui tahap 3 yang abstrak. Sehingga, anak
periods lesson. Huruf yang mampu mengetahui bahwa
dikenalkan boleh secara acak tetapi ‘objek’ sapi sama dengan
sebaiknya di pilih yang model ‘gambar’ sapi dan tulisannya
penulisannya sama. Sandpaper ini adalah ‘sapi’.
bermanfaat untuk membangun kesan
otot jari-jari tangan terhadap bentuk 2.5.2. Menggunakan kartu gambar dan
huruf, mengasosiasikan suara phonic tulisan. Jika pada tahap
dengan huruf, membangun kesan sebelumnya merupakan tahapan
visual, mengingat bentuk huruf, juga membangun kata, maka pada
mempelajari arah penulisan huruf. tahap ini anak mencocokkan kata
dengan gambar

7
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

2.5.3. Setelah anak mampu menggambar bentuk angka di bak


membangun kata maka orangtua pasir atau menggunakan tangga
dapat melanjutkannya dengan manik-manik pendek untuk
membaca frasa , lalu kalimat menyusun jumlah yang kongkrit.
dengan cara yang sama Matematika diajarkan secara
(menggunakan kartu gambar). bertahap: ulangi langkah 1 dan 2
dengan alat peraga lain. Missal, anak
2.5.4. Membaca buku sederhana yang menggambar bentuk angka di bak
kalimatnya pendek-pendek. pasir atau menggunakan tangga
manik-manik pendek untuk
3. Tahapan Pembelajaran Matematika menyusun jumlah yang kongkrit.
Pada kurikulum Montessori, Matematika 3.4. Anak menghubungkan setiap
diajarkan secara bertahap: symbol angka dengan jumlah terkait.
3.1. Anak belajar konsep Dengan kotak kumparan, anak
penjumlahan secara konkrit. Dengan menyatakan beberapa ikatan
konsep pengenalan angka, anak kumparan dan meletakkan setiap
mengalami bagaimana satu, dua atau ikatan di kotak terpisah yang dilabeli
sepuluh batang dapat dilihat dan symbol angka terkait.
dirasakan.

3.5. Anak mengulangi langkah 1


sampai 4. Kali ini memfokuskan
3.2. Anak belajar nama angka
system decimal, menggunakan
satu sampai sepuluh. Angka dari
manik-manik emas. Anak belajar
kertas pasir memungkinkan anak
menghitung 1 sampai 1000
melihat dan merasakan bentuk
berdasarkan pemahaman angka 1
symbol angka 1 sampai 10 selagi
sampai 10. Anak memakai papan
guru mengucapkan nama angka yang
sequin untuk mengasosiasikan angka
dipegang anak.
yang besar dengan jumlahnya.
3.3. Anak menyempurnakan
3.6. Anak mulai menulis angka
kemampuan mengenali symbol
.jika belum bisa memegang pensil,
numeric dan jumlah dengan
anak terus menyempurnakan
mengulangi langkah 1 dan 2 dengan
pemahamannya tentang decimal
alat peraga lain. Misal, anak
dengan memindahkan potongan

8
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

kertas symbol angka ke gambar yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
jumlahnya sesuai. Aktivitas perseorangan didukung karena
3.7. Hanya setelah memahami setiap anak belajar dalam tingkat yang
konsep angka, anak mulai belajar berbeda-beda dan dilengkapi dengan media
penjumlahan, pengurangan, pembelajaran yang sesuai dengan tingkat
perkalian, dan pembagian. Anak perkembangan usia mereka.
beralih belajar dari konkrit ke
symbol. Papan dan matematika C. KESIMPULAN
memudahkan anak mengerjakan 1. Pembelajaran membaca, menulis dan
operasi matematika di otak. berhitung pada anak usia dini
3.8. Anak belajar konsep sebaiknya dilakukan dengan
matematika lain seperti pecahan, pendekatan yang menyenangkan
aljabar, geometri dan satuan ukuran. anak, bukan dipaksakan sehingga si
4. Peran Guru anak akan merasa terbebani. Namun,
Peran guru di sekolah Montessori adalah lakukan sambil bermain sehingga
menyediakan secara seksama lingkungan aktivitas dominan anak pada usia
yang bernuansa ilmiah dan memberi anak- tersebut, yaitu dunia bermainnya
anak arahan dan bimbingan dalam lingkungan mereka tidak hilang.
tersebut. Guru berperan sebagai observer ,
2. Maria Montessori yang terkenal
pengamat yang selalu siap membimbing dan
dengan teori perkembangan “Periode
mengarahkan jika diperlukan anak.
Sensitive” , masa peka digambarkan
Guru selalu memantau perkembangan
sebagai suatu situasi dimana potensi
anak dan catatan kemajuannya secara ilmiah
seorang anak siap berkembang. Di
sehingga mereka dapat merencanakan
mana pada saat tersebut seorang
aktivitas bagi anak-anak tersebut untuk
anak sudah dalam kondisi “sadar’
menyiapkan pertumbuhan selanjutnya,
untuk menerima pelajaran dan
setahap demi setahap.
memahami dengan akal sehatnya.
Guru-guru Montessori menghargai anak-
Potensi ini akan mati atau tidak
anak sebagai individu dan menghormati hak
berkembang dengan optimal apabila
diri mereka, dan mereka tidak menggunakan
tidak di berikan kesempatan untuk
hukuman atau caci maki ketika mendapati
berkembang sebagaimana mestinya.
anak yang melakukan kesalahan. Yang
Termasuk didalamnya periode
paling penting peran guru disitu adalah
sensitive untuk membaca, menulis
memberikan keteladanan pada anak.
dan berhitung.
5. Peran Anak
Anak-anak adalah pelajar yang aktif. 3. Montessori berpendapat bahwa alat
Anak-anak di Sekolah Montessori memilih indera adalah pintu gerbang anak.
sendiri aktivitas mereka dan guru Untuk mengoptimalkan
memutuskan jika aktivitas yang dipilih itu perkembangan alat indera tersebut
maka diperlukan media

9
Jurnal Caksana - Pendidikan Anak Usia Dini
Volume 1 No 1 Juni 2018

pembelajaran dalam mengaktualisasi Hasan , Maimunah (2010). Pendidikan Anak


potensi yang muncul pada anak. Usia Dini . Diva Press.Yogyakarta.
Seperti contohnya untuk Lawrence , Lynne (1998). Montessori Read
mengenalkan pelajaran membaca and Write . Ebury Press.London.
dan menulis, Montessori tidak London Montessori Center Text Book
langsung mengajarkan anak dengan (1998). Module 1 ; Montessori
membaca dan menulis tetapi di mulai Philosophy . LMC Press .London.
dengan tahap pre writing dan pre London Montessori Center Text Book
reading yang didalam (1998). Module 3 ; Montessori
pembelajarannya dilakukan dengan Language . LMC Press .London.
memakai media-media yang tepat Montessori , Maria (1964). The Montessori
dan sesuai dengan perkembangan Method. Schoken Books. New York
anak serta tidak hanya mengajarkan USA
anak untuk tahu saja (knowing) tetapi Steinberg, Danny D. (1982).
memahami dengan baik Psycholinguistic ; Language, mind
(recognizing). Begitupun dalam and World . Longman . New York
pembelajaran berhitung. Anak di USA
ajarkan konsep abstrak lewat media Spodek, Bernard & Saracho,Olivia N.
pembelajaran yang di desain sesuai (1994). Right from the Start .
usia dan perkembangan anak Boston.Allyn and Bacon.USA
sehingga konsep yang tidak terlihat
sulit bagi anak menjadi lebih
menyenangkan dan mudah dipahami
oleh anak.

Daftar Pustaka

Britton,Lesley (1992). Montessori Play and


Learn . Crown Publishers,Inc.New
York. USA.
Dhieni, Nurbiana,dkk (2008). Metode
Pengembangan Bahasa . Universitas
Terbuka. Jakarta.

10

Anda mungkin juga menyukai