Anda di halaman 1dari 33

VALIDASI

HASIL PEMERIKSAAN
URINALISA
Pusparini
Disajikan dalam Seminar Nasional
Patelki 2010
Validasi hasil pemeriksaan
Definisi : upaya memantapkan kualitas
hasil pemeriksaan yang telah diperoleh
Tujuan :
1. Hasil pemeriksaan menggambarkan
kondisi yang sebenarnya
2. Mencegah keragu-
keragu-raguan atas hasil
laboratorium yang dikeluarkan
Apa saja yang divalidasi?
n Linearitas
n Range (rentang)
n Presisi (ketelitian)
n Akurasi (ketepatan)
n Spesifisitas
n Sensitifitas
LINEARITAS dan RENTANG
n LINEARITAS : Kemampuan metode
analisis memberikan respon proporsional
terhadap konsentrasi analit dalam sampel

n RENTANG : pernyataan batas terendah


dan batas tertinggi analit
reliabilitas dan validitas
Ketelitian dan ketepatan

Teliti + - + -
Tepat + + - -
SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS
n SENSITIFITAS : positif sejati diantara
pasien yang berpenyakit
rumus : pos sejati x 100
100%%
pos sejati + neg palsu
n SPESIFISITAS : negatif sejati diantara
yang sehat
rumus : neg sejati X 100
100%%
neg sejati + positif palsu
BAGAIMANA MENDAPATKAN HASIL
YANG VALID ?

MENJALANKAN SEMUA TAHAPAN


PEMERIKSAAN DENGAN BENAR
TAHAPAN PEMERIKSAAN URINALISA
PRA ANALITIK : ANALITIK : PASCA ANALITIK :
1. Persiapan pasien 1. Pemeriksa 1. Format hasil
2. Penampungan urin 2. Alat 2. Pelaporan
3. Pengambilan urin 3. Reagensia 3. Arsip
4. Penundaan 4. Bahan kontrol 4. Dokumentasi hasil QC
pemeriksaan
5. Pengawet

Sampel urin yang baik Hasil pemeriksaan valid Pelayanan lab yang baik
PRA ANALITIK
Penundaan pemeriksaan menyebabkan :
1. Perubahan fisik urin :
a. Warna : ok oksidasi/reduksi
bilirubin--
bilirubin --à
à biliverdin,
Hb--
Hb --à
à metHb
urobilinogen---
urobilinogen ---à
à urobilin
b. Kejernihan : keruh ok proliferasi bakteri,
presipitasi kristal, amorf
c. Bau : peningkatan bau ok proliferasi bakteri
(Pseudomonas) atau dekomposisi urea
PRA ANALITIK
Penundaan pemeriksaan menyebabkan :
2. Penurunan :
a. Bilirubin + à hidrolisis/oksidasi à bilirubin –
b. Urobilinogen -- --à
à oksidasi -à urobilin
c. Keton + à keton menurun
d. Lisis eritrosit, esterase meningkat
e. Glukosa + à glukosa menurun (glikolisis
(glikolisis))
3. Pembentukan NH4 NH4 + CO2
CO2 -à pH urin alkali :
a. Silinder rusak
b. Pengendapan ca fosfat, Mg fosfat
MACAM PEMERIKSAAN URINALISA
MAKROSKOPIS : KIMIAWI : MIKROSKOPIS :
1. Warna 1. Bj 1. Eritrosit
2. busa 2. pH 2. Leukosit
3. kejernihan 3. Darah samar 3. Epitel
4. bau 4. Esterase leukosit 4. Silinder
5. Konsentrasi 5. Nitrit 5. Kristal
6. BJ 6. Protein 6. Sedimen lainnya
7. Volume 7. Glukose
8. Keton
9. Bilirubin
10. Urobilinogen
11. Asam askorbat
MAKROSKOPIS
1. Warna urin : kuning muda – kuning
perhatikan perubahan warna urin ok obat-
obat-obatan
2. Busa : normal warna putih
penyebab busa : protein, bilirubin
3. Kejernihan : normal urin jernih
perhatikan adanya kontaminasi feses
Kriteria : jernih, agak berawan, berawan, keruh
4. Bau : aromatic odor (bukan hal yang dilaporkan
rutin). Perhatikan adanya bau dari makanan
5. Konsentrasi : 94% air + 6 % bahan terlarut
bahan terlarut tergantung : diet, aktivitas,
kesehatan
MAKROSKOPIS
6. BJ : 1000-
1000-1030
a. diukur dengan : urinometer, refraktometer, carik
celup
b. Dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
pemekatan ginjal
c. Urin sewaktu BJ > 1025 fx pemekatan baik
7. Volume : 600-
600-1800 mL
a. Dipengaruhi diet, aktivitas, kesehatan
b. Volume > 500 mL pada malam hari ; nokturia
c. Poliuria : > 3000 mL/ hari
d. Oligouria : < 400 mL/hari
KIMIAWI URIN
BERAT JENIS
v Prinsip : perubahan pKa-
pKa-à ion H+
v Rendah palsu : glukosa, urea > 1 g/dL
pH > 6,5
• Tinggi palsu : protein 100-
100-500 mg/dL
asam laktat, keton
• BJ < 1000 : cek ulang apakah urin
BJ > 1040 : kontras radiologi, manitol
( periksa BJ dengan osmometri)
KIMIAWI URIN
pH :
1. Prinsip :
methyl red
brom thymol blue + urin hijau - biru
pH 5 – 8,5
2. Normal : 4,5 - 8,5
bila pH < 4,5 atau > 8,5 cari penyebab
< 4,5 : urin terdilusi
> 8,5 : urin lama, obat
3. PH alkali ; batu fosfat, CaCO3
asam : batu urat, sistein, ca oksalat
Kimiawi urin : DARAH SAMAR
v Prinsip :
H2O2 peroksidase H2O + On
H2
Hb peroksidase
On + tetra methyl benzidine biru tua
(hijau))

v Mikroskopis : eritrosit 5 –15 eri / uL


v Kimia (carik celup) : Hb, eritrosit, mioglobin
v Positif palsu : peroksidase bakteri, hipoklorit
v Negatif palsu : vitamin C, tetrasiklin, bj tinggi, captopril
v Eritrosit lisis pada urin yang BJ rendah, urin alkali
v Hasil perlu konfirmasi dengan sedimen, plasma pasien
ESTERASE LEUKOSIT
v Prinsip :
Naphtyl ester esterase napthyl
+ diazonium
ungu
v Hasil : negatif tidak meniadakan adanya leukosit
v Perlu urin segar
v Mendeteksi hanya granulosit
v Positif : peradangan saluran kemih
v + palsu : warna urin ok obat, bit, kontaminasi leukosit
v - palsu : limfosit, glukosa> 3g/dL, protein > 500 mg/dL
BJ tinggi, detegen, sabun, gentamisin
* Perlu konfirmasi mikroskopis
KIMIAWI URIN : NITRIT
v Prinsip :
nitrat reduktase nitrit + as p - arsanilat

garam diaonium
quinolon
ungu
v Positif : bakteriuria > 105 / mL urin
v Kuman : Escherichia
Enterobacter / Klebsiella
Proteus
Pseudomonas
Staphylococcus
NITRIT
v Negatif : belum tentu tidak ada bakteriuria

1. urin harus dalam buli-


buli-buli 4 jam
2. Bakteri tidak membentuk reduktase
3. Tidak terdapat nitrat dalam urin
v Hasil - +
v Positif palsu : warna urin ok obat fenazopiridin, bit, urin
lama
v Negatif palsu : vitamin C > 25 mg/dL
KIMIAWI URIN : PROTEIN
v Prinsip : tetrabromphenol blue (pH 3,0)
+
protein (albumin)

hijau kebiruan
v Normal : < 150 mg / 24 jam
v - + ++ +++ ++++
<30 30 100 300 > 1000
v Positif palsu : mengandung senyawa NH4 NH4, urin alkali
warna urin ok obat
* Negatif palsu : adanya protein selain albumin,perlu
konfirmasi tes asam sulfosalisil
KIMIAWI URIN : GLUKOSA
v Prinsip : glukosa
glukosa + O2 asam glukonat + H2O2
oksidase
H2O2 + kromogen POX oxidized + H2O
(KJ) iodine
biru coklat
v Negatif palsu :
- vitamin C > 50 mg/dL
- tetrasiklin (antioksidan)
- Benda keton > 4 mmol /L
- BJ urin meningkat
- urin lama
KIMIAWI URIN : GLUKOSA

v Positif palsu :
- sisa detergen / peroksida
- bahan
bahan--bahan oksidatif
- dipyrone
- Levodopa
- glutathione
• glukosa urin belum tentu berkorelasi dengan darah
( hiperglikemia tanpa glukosuria)
KIMIAWI URIN : KETON
v Benda keton : aseton, as aseto asetat, beta OH butirat
v Prinsip :
Na nitropruside + asetoasetat pH alkalis ungu

- + + ++ +++
v Positif palsu : levodopa, captopril, phtalein
high pigmented urin
v Negatif palsu : urin BJ meningkat, pH rendah, urin lama
v Positif : kelaparan
hiperemesis gravidarum
demam
muntah
ketoasidosis ( konfirmasi klinis, glukosa darah)
KIMIAWI URIN : UROBILINOGEN
v Prinsip :
urobilinogen pH asam kuat merah muda
+
reagen ehrlich
(coklat muda)
v Normal: positif < 1 EU /dL
v Perlu urin segar
v Positif palsu : p-
p-amino salicylic acid, warna urin
v Negatif palsu : formalin > 200 mg/dL, urin lama
v Negatif : sumbatan saluran empedu
v Ekskresi terbanyak : 14 - 16
KIMIAWI URIN : BILIRUBIN
v Prinsip :
diazotized 2,4 dichloroanaline as kuat coklat
+ bilirubin
v Sensitivitas : 0,4 – 0,8 mg/dL bilirubin
v Perlu konfirmasi dengan tes Harrison
v Positif : penyakit jaringan hati
+ palsu : piridium, indikan, klorpromasin
- palsu : vitamin C > 25 mg/dL
nitrit tinggi
urin lama
Asam Askorbat
1. Penyebab interferensi ok reduktor kuat
2. Reagen yang memakai garam
diazonium/hidrogen peroksida
tes kadar as askorbat reaksi dengan
1. Blood > 9 mg/dL H2O2
2. Bilirubin > 25 mg/dL garam diazonium
3. Nitrit > 25 mg/dL garam diazonium
4. Glukose > 50 mg/dL H2O2
MIKROSKOPIS
1. Eritrosit :
a. Diperiksa dengan pembesaran obyektif 40X
b. sulit membedakan asal penyakit
c. Adanya eritrosit dismorfik (glomerulus)
d. Adanya silinder eritrosit : tubulus/glomerulus
e. Dibedakan dengan jamur dengan as asetat 6 %
h. Korelasi dengan makroskopis dan kimiawi :
Kimiawi +/sedimen - : lisis, false +
Kimiawi - / sedimen + : Vit C, salah lihat ( jamur, ca oksalat
monohidrat)
Sedimen eritrosit +/ proteinuri - :
- darah berasal dari daerah sesudah ginjal / kontaminasi
- blood > 3 dapat mempengaruhi hasil proteinuria
- blood < 3 tidak mempengaruhi hasil proteinuria
i. Benda-benda yang mirip : yeast, kristal ca oksalat, droplet oil, udara,
Benda-
leukosit pada urin yang hipertonik ( pakai as asetat 2 % / toluidin biru)
MIKROSKOPIS
2. Leukosit :
a. Diperiksa dengan obyektif 40 40X
X
b. Bisa bersamaan dengan bakteriuria maupun tidak
c. Infeksi bakteri : leukosit + bakteri
d. Infeksi trikomonas, jamur, chlamydia, mycoplasma
virus, TBC : leukosituria tanpa bakteri
e. Korelasi sedimen dan kimiawi :
Esterase +/ sedimen leukosit - : lisis, false +
Esterase - / sedimen leukosit + : non granulosit
sedimen leukosit + bisa disertai/tidak proteinuria
MIKROSKOPIS
3. Epitel :
a. Diperiksa dengan LPK / obyektif 10 X
b. Lebih banyak pada wanita
c. Dibedakan macam-
macam-macam epitel :
- squamosa : uretra, vagina, perineal
- transisional : kaliks ginjal, ureter, bladder
- epitel tubulus : tubulus ginjal
d. Oval fat bodies : epitel tubulus yang
mengalami degenerasi lemak
MIKROSKOPIS
4. Silinder :
a. Dibaca dengan LPK
b. Syarat terbentuknya silinder :
pH urin asam, proteinuria, aliran urin lambat
c. Adanya silinder menunjukkan kelainan berasal dari ginjal
d. Normal : silinder hialin 0-
0-1 / LPK
e. Banyaknya silinder menunjukkan beratnya penyakit
f. Peningkatan silinder tetapi tidak patologis ;
atlit maraton, terapi diuretik.
g. Korelasi dengan kimiawi/makroskopis urin :
silinder + / proteinuria +
proeinuria +/ silinder -
MIKROSKOPIS
5. Kristal :
a. Urin asam : urat amorf
asam urat
monosodium urat
kalsium oksalat
bilirubin, sistin, cholesterol
b. Urin alkali : amorf fosfat, tripel fosfat
kalsium fosfat, amonium biurat
KESIMPULAN
1. Validasi pemeriksaan urinalisa memerlukan
semua tahapan pemeriksaan dengan benar
mulai praanalitik, analitik dan pasca analitik
2. Memerlukan pengetahuan mengenai
linearitas, range pembacaan, ketelitian,
ketepatan, sensitivitas, spesifisitas semua
alat, reagensia yang diperlukan
3. Memerlukan pengetahuan mengenai
pemeriksaan urinalisa itu sendiri,
keterbatasan pemeriksaan, penyebab positif
palsu, negatif palsu.

Anda mungkin juga menyukai