Anda di halaman 1dari 37

ANALISA

URINALISA
DITA LESTARI
TUJUAN QUALITY
CONTROL

Mengetahui apakah proses analisis yang


dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang ada, dilihat dari metode, alat
analisis, reagensia yang digunakan
JENIS PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan
makroskopis
 Pemeriksaan kimia
 Pemeriksaan
mikroskopis
TUJUAN URINALISIS

 Membantumenegakkan diagnosis
 Memberi informasimengenaifaal organ &
metabolismetubuh
 Mengikutiperjalananpenyakit &
hasilpengobatan
 Mendeteksikelainan yang asimptomatik.
reliabilitas dan validitas
Ketelitian dan
ketepatan

Teliti + - + -
Tepat + + - -
SENSITIFITAS DAN SPESIFISITAS
 SENSITIFITAS : positif sejati diantara
pasien yang berpenyakit
rumus : pos sejati x 100%
pos sejati +
neg palsu
 SPESIFISITAS : negatif sejati diantara
yang sehat
rumus : neg sejati X 100% neg
sejati + positif palsu
BAGAIMANA MENDAPATKAN HASIL
YANG VALID ?

MENJALANKAN SEMUA TAHAPAN


PEMERIKSAAN DENGAN BENAR
TAHAPAN PEMERIKSAAN URINALISA
PRA ANALITIK : ANALITIK : PASCA ANALITIK :
1. Persiapan pasien 1. Pemeriksa 1. Format hasil
2. Penampungan urin 2. Alat 2. Pelaporan
3. Pengambilan urin 3. Reagensia 3. Arsip
4. Penundaan 4. Bahan kontrol 4. Dokumentasi hasil QC
pemeriksaan
5. Pengawet

Sampel urin yang baik Hasil pemeriksaan valid Pelayanan lab yang baik
PRA ANALITIK
Pengambilan sampel urine :
* Bahan urine yang ideal adalah urine pagi dan
diambil dengan cara porsi tengah bersih ( Tempelkan
label pada badan botol )
* Pasien dipesan untuk tidak berkemih minimal
-2 jam sebelum ke laboratorium
* Segera kirim/bawa urin ke laboratorium
PRA ANALITIK
Penundaan pemeriksaan menyebabkan :
1. Perubahan fisik urin :
a. Warna : ok oksidasi/reduksi
bilirubin--€ biliverdin,
Hb--€ metHb
urobilinogen---€ urobilin
b. Kejernihan : keruh ok proliferasi
bakteri,
presipitasi kristal,
amorf
c. Bau : peningkatan bau ok proliferasi bakteri
(Pseudomonas) atau dekomposisi urea
PRA ANALITIK
Penundaan pemeriksaan menyebabkan :
2. Penurunan :
a. Bilirubin + € hidrolisis/oksidasi € bilirubin –
b. Urobilinogen --€ oksidasi -€ urobilin
c. Keton + € keton menurun
d. Lisis eritrosit, esterase meningkat
e. Glukosa + € glukosa menurun (glikolisis)
3. Pembentukan NH4 + CO2 -€ pH urin alkali :
a. Silinder rusak
b. Pengendapan ca fosfat, Mg fosfat
REAGENSIA

Reagensia strip carik celup


• Perhatikan tanggal :
1. Pembuatan
2. Kadaluarsa
3. Pembelian
4. penggunaan
• Simpan dalam botol asli pada suhu kamar
yang sejuk, tidak terkena cahaya matahari,
tidak lembab dan tidak di dalam lemari es
• Silica gel jangan dibuang
a. Botol reagen tertutup rapat, disimpan pada suhu
kamar
b. Keluarkan carik celup secukupnya, jangan
mencampur reagensia dengan lot yang berbeda
c. Jangan memegang reagen pita pada tempat
reaksi
d. Dipakai dalam waktu 6 bulan setelah botol
MACAM PEMERIKSAAN URINALISA
MAKROSKOPIS : KIMIAWI :
MIKROSKOPIS :
1. Warna 1. Bj
1. Eritrosit
2. busa 2. pH
2. Leukosit
3. kejernihan 3. Darah samar
3. Epitel
4. bau 4. Esterase leukosit
4. Silinder
5. Konsentrasi 5. Nitrit
5. Kristal
6. BJ 6. Protein
6. Sedimen lainnya
7. Volume 7. Glukose
8. Keton
9. Bilirubin
10. Urobilinogen
11. Asam askorbat
MAKROSKOPIS
1. Warna urin : kuning muda – kuning
perhatikan perubahan warna urin ok obat-obatan
2. Busa : normal warna putih
penyebab busa : protein, bilirubin
3. Kejernihan : normal urin jernih
perhatikan adanya kontaminasi feses
Kriteria : jernih, agak berawan,
berawan, keruh
4. Bau : aromatic odor (bukan hal yang
dilaporkan rutin). Perhatikan adanya bau dari
makanan
5. Konsentrasi : 94% air + 6 % bahan terlarut
bahan terlarut tergantung : diet, aktivitas,
kesehatan
MAKROSKOPIS
6. BJ : 1000-1030
a. diukur dengan : urinometer, refraktometer, carik
celup
b. Dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
pemekatan ginjal
c.Urin sewaktu BJ > 1025 fx pemekatan baik
7. Volume : 600-1800 mL
d. Dipengaruhi diet, aktivitas, kesehatan
e. Volume > 500 mL pada malam hari ;
nokturia
f. Poliuria : > 3000 mL/ hari
g. Oligouria : < 400 mL/hari
KIMIAWI URIN
BERAT JENIS
 Prinsip : Adanya kation dalam urine menyebabkan
pelepasan proton oleh complexing agent dan akan
menghasilkan perubahan warna pada indikator.
 Rendah palsu : glukosa, urea > 1 g/dL
pH > 6,5
• Tinggi palsu : protein 100-500 mg/dL
asam laktat, keton
• BJ < 1000 : cek ulang apakah urin
BJ > 1040 : kontras radiologi, manitol
( periksa BJ dengan osmometri)
KIMIAWI URIN
pH :
1. Prinsip :
carik celup untuk pemeriksaan pH
mengandung indikator methyl red dan
bromthymol blue
2. Normal : 4,5 - 8,5
bila pH < 4,5 atau > 8,5 cari penyebab
< 4,5 : urin terdilusi
> 8,5 : urin lama, obat
3. PH alkali ; batu fosfat, CaCO3
asam : batu urat, sistein, ca oksalat
sumber kesalahan :
urine yang disimpan terlalu lama akan
berubah menjadi alkalis.
Kimiawi urin : DARAH SAMAR

 Prinsip :
pemeriksaan berdasarkan adanya hemoglobin dan
myoglobin yang mengkatalisis oksida dari indikator
warna sehingga terjadi perubahan warna. Eritrosit yang
utuh terhemolisis pada carik celup dan hemoglobin
yang timbul akan bereaksi dengan reagen membentuk
titik-titik hijau ....
 Mikroskopis : eritrosit 5 –15 eri / uL
 Kimia (carik celup) : Hb, eritrosit, mioglobin
 Positif palsu : peroksidase bakteri, hipoklorit,
Menstruasi,,
 Negatif palsu : adanya asam karbonat, vitamin C,
tetrasiklin, bj tinggi, captopril
ESTERASE LEUKOSIT
 Prinsip :
didasari pada penguraian ester
yang tidak berwarna oleh
esterase-granulosit menjadi zat
yang tidak stabil dan mudah
teroksidasi menjadi zat berwarna
 Hasil : negatif tidak meniadakan adanya leukosit
biru.
 Perlu urin segar
 Mendeteksi hanya granulosit
 Positif : peradangan saluran kemih
 + palsu : warna urin ok obat, bit, kontaminasi
leukosit,Kontaminasi cairan vagina
- palsu : terdeteksi limfosit, glukosa> 3g/dL, protein >
500 mg/dL BJ tinggi, detegen, sabun, gentamisin
* Perlu konfirmasi mikroskopis
KIMIAWI
 Prinsip :
URIN :
NITRIT
nitrit dalam urine bereaksi dengan indikator warna
menghasilkan zat warna azo
 Positif : bakteriuria > 105 / mL urin,
 Kuman : Escherichia
Enterobacter / Klebsiella
Proteus
Pseudomonas
Staphylococcus
NITRIT
 Negatif : belum tentu tidak ada bakteriuria

1. urin harus dalam buli-buli 4 jam


2. Bakteri tidak membentuk reduktase
3. Tidak terdapat nitrat dalam urin
 Hasil
 Positif palsu : Beberapa obat yang menyebabkan
warna merah (phenozopyridine), penyimpanan panan
yang tidak tepat sehingga terjadi proliferasi bakteri
 Negatif palsu : - Asam askorbat ( >25 mg/dl),
- Bermacam-macam faktor
yang menghambat
atau mencegah
pembentukan nitrit meskipun ada
bakteriuria
KIMIAWI URIN : PROTEIN
 Prinsip : Dalam suatu sistem bufer yang
mempertahankan pH konstan, carik celup
yang mengandung indikator warna dapat
bereaksi dengan albumin sehingga warna
kuning menjadi hijau

 Normal : < 150 mg / 24 jam



 -
Positif + : mengandung
palsu ++ +++ ++++NH4, urin alkali
senyawa
<30 30 100 urin 300
warna ok obat,>spesimen
1000 yang
diawetkan tidak benar, kontaminasi
dengan senyawa amonium kuartener
* Negatif palsu : adanya protein selain albumin,perlu
konfirmasi tes asam sulfosalisil
KIMIAWI URIN : GLUKOSA
 Prinsip :
reaksi dari pemeriksaan glukosa berdasarkan
pada reaksi glukosa oksidase-peroksidase
yang spesifik
 Negatif palsu :

- vitamin C > 50 mg/dL


- tetrasiklin (antioksidan)
- Benda keton > 4 mmol /L
- BJ urin meningkat
- urin lama
KIMIAWI URIN : GLUKOSA

 Positif palsu :
- sisa detergen / peroksida
- bahan-bahan oksidatif
- dipyrone
-Levodopa
-glutathione
• glukosa urin belum tentu berkorelasi dengan darah
( hiperglikemia tanpa glukosuria )
• Asam askorbat (>50 mg/dl)
• penyimpanan yg tidak tepat (Glikolisis)
KIMIAWI URIN : KETON
 Benda keton : aseton, as aseto asetat, beta OH
butirat
 Prinsip :
asam asetoasetat dan aseton bereaksi
dengan natrium nitroprusside dan glisin dalam suasana
alkalis menjadi suatu kompleks warna ungu
 Positif palsu : levodopa, captopril, phtalein
high pigmented urin
 Negatif palsu : urin BJ meningkat, pH rendah, urin lama
penyimpanan yang tidak tepat menyebabkan mudah
menguap
 Positif : kelaparan
hiperemesis gravidarum
demam
muntah
ketoasidosis
KIMIAWI URIN : UROBILINOGEN
 Prinsip :
urobilinogen pH asam kuat merah muda
+
reagen ehrlich
(coklat
 muda)
Normal: positif < 1 EU /dL
 Perlu urin segar
 Positif palsu : p-amino salicylic acid, warna urin
 Negatif palsu : formalin > 200 mg/dL, urin lama
 Negatif : sumbatan saluran empedu
 Ekskresi terbanyak : 14 - 16
KIMIAWI URIN : BILIRUBIN
 Prinsip : carik celup untuk pemeriksaan bilirubin
mengandung garam diazonium dan asam yang bereaksi
dengan bilirubin dalam urine menyebabkan perubahan
warna merah menjadi ungu
 Sensitivitas : 0,4 – 0,8 mg/dL bilirubin
 Perlu konfirmasi dengan tes Harrison
 Positif : penyakit jaringan hati
+ palsu : piridium, indikan, Obat-obatan yang menyebabkan
perubahan warna (phenozopyridine), Metabolit chlorpromazine
dalam jumlah besar
- palsu : vitamin C > 25 mg/dL
nitrit tinggi
urin lama
Asam Askorbat
1. Penyebab interferensi ok reduktor kuat
2. Reagen yang memakai garam
diazonium/hidrogen
peroksida
1. tes
Blood kadar as askorbat
> 9 mg/dL H2O2
2. Bilirubin reaksi dengan
> 25 mg/dL garam diazonium
3. Nitrit > 25 mg/dL garam diazonium
4. Glukose > 50 mg/dL H2O2
MIKROSKOPIS
1. Eritrosit :
a. Diperiksa dengan pembesaran obyektif 40X
b. sulit membedakan asal penyakit
c. Adanya eritrosit dismorfik (glomerulus)
d. Adanya silinder eritrosit : tubulus/glomerulus
e. Dibedakan dengan jamur dengan as asetat 6 %
h. Korelasi dengan makroskopis dan kimiawi :
Kimiawi +/sedimen - : lisis, false +
Kimiawi - / sedimen + : Vit C, salah lihat
( jamur, ca oksalat
monohidrat)
Sedimen eritrosit +/ proteinuri - :
- darah berasal dari daerah
sesudah ginjal
/ kontaminasi
- blood > 3 dapat
memengaruhi hasil
proteinuria
- blood < 3 tidak
memengaruhi hasil
MIKROSKOPIS
2. Leukosit :
a. Diperiksa dengan obyektif 40X
b. Bisa bersamaan dengan bakteriuria maupun tidak
c. Infeksi bakteri : leukosit + bakteri
d. Infeksi trikomonas, jamur, chlamydia, mycoplasma
virus, TBC : leukosituria tanpa bakteri
e. Korelasi sedimen dan kimiawi :
Esterase +/ sedimen leukosit - : lisis, false +
Esterase - / sedimen leukosit + : non granulosit
sedimen leukosit + bisa disertai/tidak proteinuria
MIKROSKOPIS
3. Epitel :
a. Diperiksa dengan LPK / obyektif 10 X
b. Lebih banyak pada wanita
c. Dibedakan macam-macam epitel :
- squamosa : uretra, vagina, perineal
- transisional : kaliks ginjal, ureter, bladder
- epitel tubulus : tubulus ginjal
d. Oval fat bodies : epitel tubulus yang
mengalami degenerasi lemak
MIKROSKOPIS
4. Silinder :
a. Dibaca dengan LPK
b. Syarat terbentuknya silinder :
pH urin asam, proteinuria, aliran urin lambat
c. Adanya silinder menunjukkan kelainan berasal dari ginjal
d. Normal : silinder hialin 0-1 / LPK
e. Banyaknya silinder menunjukkan beratnya penyakit
f. Peningkatan silinder tetapi tidak patologis ;
atlit maraton, terapi diuretik.
g.Korelasi dengan kimiawi/makroskopis urin :
silinder + / proteinuria +
proeinuria +/ silinder -
MIKROSKOPIS
5. Kristal :
a. Urin asam : urat amorf
asam urat
monosodium urat
kalsium oksalat
bilirubin, sistin,
cholesterol
b. Urin alkali : amorf fosfat,
tripel fosfat
kalsium fosfat,
amonium biurat
Perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi pada sampel urin
isebabkan pertumbuhan kuman,
 bahan kimia vitamin C,
 tempat penampungan tidak bersih,
 bekas detergen,
 suhu,
 radiasi cahaya,
 proses kimia oksidasi,
 hidrolisis dan
 lamanya dilakukan pemeriksaan
KESIMPULAN
1. Pemantapan mutu urinalisa memerlukan
semua tahapan pemeriksaan dengan benar
mulai praanalitik, analitik dan pasca analitik
2. Memerlukan pengetahuan mengenai
linearitas, range pembacaan, ketelitian,
ketepatan, sensitivitas, spesifisitas semua
alat, reagensia yang diperlukan
3. Memerlukan pengetahuan mengenai
pemeriksaan urinalisa itu sendiri,
keterbatasan pemeriksaan, penyebab positif
palsu, negatif palsu.

Anda mungkin juga menyukai