Anda di halaman 1dari 18

DIAGNOSA MALARIA

Apa itu malaria ?

PENYAKIT
Perbedaan Plasmodium

PLASMODIUM FALCIPARUM = MALARIA


TROFIKA (1-3 HARI)

PLASMODIUM VIVAX = MALARIA TERTINA


(GEJALA DEMAM SELAMA 3 HARI

PLASMODIUM MALARIA E= MALARIA


QUARTANA (DEMAM 4 HARI) TRANSFUSI

PLASMODIUM OVALE = MALARIA OVALE


Gejala malaria

Gejala malaria timbul setidaknya 10-15


hari setelah digigit nyamuk.
Munculnya gejala melalui tiga tahap
selama 6-12 jam, yaitu menggigil, demam
dan sakit kepala, lalu mengeluarkan
banyak keringat dan lemas sebelum suhu
tubuh kembali normal. Tahapan gejala
malaria dapat timbul mengikuti siklus
tertentu, yaitu 3 hari sekali (tertiana)
atau 4 hari sekali (kuartana).
Diagnosis malaria dapat ditegakkan melalui :
Diagnosis klinis
Malaria blood smear :  hapusan darah tipis (thin blood film)  tetes tebal
Antigen detection menggunakan metode imunokromatografi (ICT) → Rapid
Diagnostic Test (RDT)
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Intraleucocytic malaria pigment (hemozoin) → flowcytometry
PEMERIKSAAN LABORATORIUM MALARIA

Secara garis besar diagnosis laboratoris demam malaria:


 Pemeriksaan mikroskopik (Malaria Blood Smear)

 Uji imunoserologis (Ag spesifik/ Ab spesifik thd Plasmodium) RDT

 Terkini: sidik DNA (mendeteksi potongan DNA Plasmodium)  PCR (Polymerase Chain Reaction),

DNA lengkap (entire genome probe) 


 Gold Standar  mikroskopis (menemukan Plasmodium di DT) 

 Uji imunoserologis  pelengkap pemeriksaan mikroskopis


PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA

Pemeriksaan mikroskopis 1x dg hasil negatif tidak menyingkirkan


diagnosis malaria
Diperlukan pemeriksaan serial dg interval antar pemeriksaan 1 hari
Syarat pemeriksaan:
1. Pengambilan sampel pd akhir periode demam memasuki periode
berkeringat (∑ trofozoit max & matur)
2. Vol darah finger prick 1-1,5µL (sediaan tipis), 3,0-4,0 µL (tebal)
3. Kualitas preparat baik
4. Identifikasi spesies baik
sediaan darah tipis Sediaan darah tebal

bidang sediaan luas Bidang sediaan lebih sempit

kemungkinan adanya parasit lebih kemungkinan adanya parasit menjadi


sedikit lebih besar

waktu pemeriksaannya lebih lama pemeriksaan lebih cepat.

menentukan spesies parasit malaria menegakkan diagnosis malaria


QBC (SEMI QUANTITATIVE BUFFY COAT)

Prinsip dasar: Tes fluoresensi, yaitu adanya protein pada Plasmodium


yang dapat mengikat acridine orange, akan mengidentifikasi eritrosit
terinfeksi Plasmodium • Eritrosit yang terinfeksi terlihat berflourosensi
QBC  teknik pemeriksaan cepat tapi tidak dapat membedakan spesies
Plasmodium
PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGIS

Mendeteksi Ab spesifik terhadap Plasmodium atau Ag spesifik Plasmodium/


eritrosit yang terinfeksi plasmodium
Metode: RIA, ELISA (low detection limit 50 parasil/ µL darah) RIA lebih
sensitif, kurang praktis
ELISA lebih praktis. Modifikasi: Imunokromatografi
Hasil (+) terbentuk garis merah pada fase padat disamping band kontrol
• Kelemahan tes imunoserologik utk mendeteksi Ag adalah bahwa tes tidak dapat memberikan informasi
derajat parasitemia, tidak memberi makna klinis terutama pada malaria berat
• Selain itu tak dapat digunakan utk mengevaluasi hasil pengobatan karena intensitas warna band tidak
mempunyai korelasi dg jumlah parasit di sirkulasi
PEMERIKSAAN BIOMOLEKULER

Digunakan utk mendeteksi DNA spesifik Plasmodium dalam darah penderita


malaria.
Metode: PCR, DNA lengkap
Kelemahan: tak mempunyai korelasi dengan derajat parasitemia bukan pilihan
terbaik utk diagnosis malaria di daerah endemis
PCR sangat mahal, butuh waktu s.d 48 jam
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Pemeriksaan Hematologi

Hb  anemia (ringan s.d berat)

∑ leukosit  N/ ↓ (pd fase akut infeksi  leukositosis)

LED ↑

∑ trombosit N

∑ retikulosit ↑

• Pemeriksaan mikroskopis

Hitung parasit pada tetes tebal dihitung berdasar leukosit (per 200 leukosit). Jika hasil 1.500 parasit/ 200 leuko, jk ∑
leuko 8.000/µL mk ∑ parasit 60.000/µL

Penilaian:

100.000/ µL, mortalitas >1%


500.000/ µL, mortalitas >50%
• Secara kasar pelaporan pd tetes tebal:
 + : 1-10 parasit/ 100 lap pandang
 ++ : 11-100 parasit/ 100 lap pandang
 +++ : 1-10 parasit/ lap pandang
 ++++ : > 10 parasit/ lap pandang
• Pada parasitemia yang tinggi dapat melakukan hitung parasit berdasar jumlah
eritrosit (per 1.000 atau 10.000 eritrosit)
• Pemeriksaan imunoserologis
PENCEGAHAN

Anda mungkin juga menyukai