Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masihdapat
hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela kehidupan, tanpa
mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya.Oleh karena itu
pemeliharaan mata sangatlah penting.
Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapa tmengakibatkan
seseorang kehilangan penglihatannya adalah selulitis orbita.

Selulitis Orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lembut
di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetap ilebih sering terjadi
pada anak-anak, organisme penyebab yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus pyogenes dan Haemophilus influenzae.

Selulitis Orbita memiliki berbagai penyebab dan mungkin terkait dengan


komplikasi yang serius. Sebanyak 11% dari kasus-kasus Selulitis Orbita hilangnya
penglihatan. Diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk
menyembuhkan pasien dengan selulitis orbita.
BAB II

A. ANATOMI
Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, sertamengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.Palpebra merupakan
alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mataterhadap trauma, paparan
sinar, dan pengeringan bola mata.

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan pada bagian
belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtivatarsa
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
-Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll ataukelenjar keringat, kelenjar Zeis
pada pangkal rambut,dan kelenjar Meibom padatarsus.
-Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut M. Rioland. M.orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. fasial. M.levator palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita
dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularisokuli menuju
kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebra terlihat sebagai
sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk mengangkat
kelopak mataatau membuka mata.
-Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
-Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
-Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak
bawah).
-Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
-Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n. V,sedangkan
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang berada di antara
fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran sekitar 40 mm pada
ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita dibentuk oleh 7 buah tulang:
- Os. Frontalis
- Os. Maxillaris
- Os. Zygomaticum
- Os. Sphenoid
- Os. Palatinum
- Os. Ethmoid
- Os. Lacrimalis

Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:


1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid. Dinding
medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma. Os ethmoid yang
menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial merupakan salah satu lokasi
terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan salah satu penyebab tersering selulitis
orbita.
2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal. Defek pada
sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.
4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian posteromedial dari
tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam fraktur blowout.
5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita

Vaskularisasi Orbita
Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :
1.Arteri retina sentralismemperdarahi nervus optikus
2.Arteri lakrimalismemperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mataatas
3.Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita
4. Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagiannervus optikus
5.Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare
6.Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus,konjungtiva
7.Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata
8.Arteri supraorbitais
9.Arteri supratrokhlearis

Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang lain serta
dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.
Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior.
Vena Oftalmika Superior dibentuk dari :
Vena supraorbitalis
Vena supratrokhlearis  mengalirkan darah dari kulit
Satucabang vena angularis di daerah periorbita

Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinuskavernosus
sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang potensialfatal akibat
infeksi superfisial di kulit periorbita

Anatomi Bola Mata


Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan diameter anteroposterior
sekitar 24,5 mm.
Konjungtiva :
Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior
kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera(konjungtiva
bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus

1.Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan posterior kelopak matadan melekat erat


ke tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior ( pada
fornices superior daninferior ) dan membungkus jaringanepisklera dan menjadi
konjungtiva bulbaris.
2.Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di fornices danmelipat berkali-
kali. Pelipatan inimemungkinkan bola mata bergerak danmemperbesar permukaan
konjungtivasekretorik.

Sklera dan Episklera


Sklera : pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.Jaringan ini padat dan
berwarna putih serta bersambungandengan kornea di sebelah anterior dan duramater
nervusoptikus di belakang.
Episklera : lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang membungkus permukaan luar
sklera anterior, mengandung banyak pembuluh darah yang memasok sklera.
Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar
pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang di lalui berkas
cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena strukturnya uniform,
avaskuler, dan deturgesens. Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan olehfungsi sawar epitel dan
endotel.
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan,sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada
saatepitel sudah beregenerasi.

Uvea
Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.
1.Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior.
Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan
kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi humor aquaeus. Iris
mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalammata.
2.Korpus siliaris: secara kasar berbentuk segitiga pada potonganmelintang, membentang
ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris ( + 6 mm ).
Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal,sirkuler, dan radial.
Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula.
Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai
fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauhdalam lapangan
pandang.
3.Koroid: segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.
Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar,sedang, dan kecil.
Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid,semakin lebar lumennya. Bagian dalam
pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris.
Lensa :
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir transparan sempurna.
Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan
korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus;di sebelah posteriornya,
vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenalsebagai zonula (zonula
Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke
dalam ekuator lensa.

Humor Aquaeus
Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki kamera posterior,
humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior dan kemudian ke perifer
menuju ke sudut kamera anterior.

Sudut Kamera Anterior


Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar iris.

Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, dan multil apis yang
melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.. Di tengah-tengah retina posterior
terdapat makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi
kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil).
Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea yangmerupakan
suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea
merupakan zona avaskular di retina pada angiografi fluoresens.

Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk 2/3 dari
volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus
optikus

B. Selulitis Orbita
Definisi
Adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di belakangseptum orbita.
Keadaan ini merupakan infeksi preseptal utama dari jaringan adneksa dan orbital
okular.(emedicine).

Patofisiologi dan etiologi


Selulitis Orbita terjadi dalam 3 situasi berikut:
(1) perluasan infeksi daristruktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal, tetapi juga
dariwajah, dan kantung lacrimalis
(2) inokulasi langsung orbita setelah adanya trauma, operasi,dan ifeksi kulit
(3) penyebaran hematogen dari bacteremia, misalnya dari fokus- fokus seperti otitis media
danpneumonia.

Dinding medial orbital tipis dan berlubang tidak hanya oleh banyak pembuluh darah
tanpa katup dan saraf tetapi juga oleh berbagai defek lainnya (dehiscences Zuckerkandl).
Kombinasi tulang yang tipis, adanya foramen untuk jalur neurovaskular, dan defek alami
yang terjadi padatulang memungkinkan jalur yang mudah bagi bahan infeksius antara sel-
sel udara ethmoidal dan ruang subperiorbital dalam bagian medial orbita.Lokasi yang
paling umum dari abses subperiorbital adalah sepanjang dinding medial orbital. Periorbita
adalah relatif longgar melekat pada tulang dinding medial orbita, yang memungkinkan
material abses untuk dengan mudahnya berpindah ke lateral, superior, dan inferior dalam
ruangsubperiorbital.

Selain itu, ekstensi lateral selubung dari otot-otot luar mata, septaintermuskularis,
memperpanjang otot rektus dari satu ke yang berikutnya.Bagian posterior orbita, fasia
antara otot rektus adalah tipis dan seringsecara tidak lengkap memungkinkan perluasan
mudah antara ruang orbitextraconal dan intraconal.

Drainase vena dari sepertiga tengah wajah, termasuk sinusparanasal, terutama melalui
vena orbita, yang tanpa katup, yangmemungkinkan alur infeksi baik anterograde dan
retrograde. Bahaninfeksius dapat masuk ke dalam orbit secara langsung dari
traumakecelakaan atau trauma operasi melalui kulit atau sinus paranasalis.

Sinusitis ethmoid adalah penyebab paling umum dari orbitalselulitis pada semua
kelompok usia dan bakteri aerobik non-spora adalahorganisme yang paling sering
bertanggung jawab.

Organisme yang sering menjadi penyebab adalah organisme yang sering ditemukan di
dalam sinus: Haemophilus Influenzae type B, Streptococcus Pneumonia,Staphylococcus
aureus
yang resisten methicillin, streptokokus lainnya danstafilokokus lainnya. Jamur penyebab
selulitis yang paling sering adalahMucor dan Aspergillus.

Mucormycosis tersebar luas dalam distribusi yangsangat luas, sementara aspergilosis


lebih sering terlihat di iklim lembabhangat. Mucormycosis memiliki onset yang cepat (1-7
hari), sedangkanaspergilosis jauh lebih lambat (bulan sampai tahun). Aspergillosis
awalnyamemberikan proptosis kronis dan visi menurun, sementara
mucormycosismemberikan sindrom apeks orbital (melibatkan saraf kranial II, III, IV, V-1,
dan VI, dan sympathetics orbital), dan, lebih umum, disertai dengannyeri, edema palpebra ,
proptosis, dan hilangnya penglihatan. Sementarakeduanya dapat mengakibatkan hidung
dan langit-langit nekrosis,mucormycosis juga dapat mengakibatkan arteritis thrombosis
dan nekrosisiskemik, sedangkan aspergilosis mengakibatkan fibrosis kronis dan
prosesgranulomatosa nonnekrosis.

Adapun beberapa bakteri penyebab, diantaranya :


a.Haemophilus influenzae
Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga Pasteuracella.
Haemophilus influenzae yang tidak berkapsulbanyak diisolasi dari cairan serebrospinalis,
dan morfologinya sepertiBordetella pertussis penyebab batuk rejan, namun bakteri yang
didapatdari dahak besifat pleomorfik dan sering berbentuk benang panjang danfilamen

Gambar 4.
Haemophilus influenzae
yang diperoleh dari dahak.
Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media “heme” oleh
karena media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak prekursor-
prekursor pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan faktorV ( NAD dan NADP ). Di
laboratorium di tanam dalam agar darah cokelatyang sebelumnya media tanam tersebut
dipanaskan dalam suhu 80o Cuntuk melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. Bakteri
dapat tumbuhdengan baik pada suhu 35 oC- 38oC dengan PH optimal sebesar 7,6.Bakteri ini
dapat tumbuh pada kondisi aerobik ( sedikit CO2). Bakteri inisekarang sudah jarang untuk
menyebabkan selulitis akibat banyaknya tipevaksinasi untuk strain ini.

b.Staphylococcus aureus
Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggurdan merupakan bakteri
normal yang ada di kulit manusia terutama hidungdan kulit. S aureus dapat menyebabkan
berbagai penyakit kulit ringankhususnya selulitis, impetigo, furunkel, karbunkel dan
penyakit kulitlainnya. S aureus ini sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh
olehrespirasi aerobik atau melalui fermentasi asam laktat. Bakteri ini memilikisifat
katalase (+), dan oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius
pada konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh karenabakteri ini memiliki enzim koagulase
yang dapat menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini
memiki sifat patogenyang sangat potensial sekali.

Gambar 5.
Staphylococcus aureus
gram negatif

c.Streptococcus pneumoniae
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yangsecara khas hidup
berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakangtisap sel berbentuk tombak (
runcing tumpul ), tidak membentuk spora,dan tidak bergerak, namun yang galur ganas
memiliki kapsul, bersifatalpha hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam
empedu.Streptococcus pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normalpada saluran
napas bagian atas manusia yang sering menyebabkansinusitis. Bakteri inilah yang paling
sering menyebabkan selulitis orbitamelalui jalur sinusitis terlebih dahulu.Kuman ini
merupakan yang paling sering menyebabkan selulitispada anak-anak usia < 3 tahun yang
lebih cenderung menyebar secarabakteremia.

Gambar 6.
Streptococus pneumoniae

d.Streptococcus pyogenes
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai,tidak bergerak, bersifat
katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangatmembutuhkan media untuk hidupnya
berupa medium yang mengandungdarah.Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah
kapsul yang terdiridari asam hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah.
Gambar 7.
Streptococcus pyogenes

pada pewarnaan gram danhemolisis beta.Diperkirakan terdapat 5-15 % di saluran


pernapasan pada tiapindividu, dan tanpa menimbulkan tanda-tanda penyakit. Seperti
floranormal, S. pyogenes dapat menjadi patogen pada saat pertahanan tubuh

erganggu sehingga infeksi supuratif bisa terjadi. Selulitis yang disebabkanoleh bakteri ini
sering bersifat lokal, bukan melalui suatu penyebaran.Selulitis orbita merupakan infeksi
yang sering terjadi melalui fokusinfeksi sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis.
Penyebarannyadisebabkan oleh karena tipisnya tulang untuk menghalangi
tersebarnyafokus infeksi dan penyebaran masuk melalui pembuluh darah kecil
yangmenuju jaringan ikat di sekitar bola mata.

Epidemiologi
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasionalmaupun
internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Adapeningkatan frekuensi
selulitis orbita pada masyarakat disebabkan oleh infeksiStaphylococcus aureus yang
resisten methicillin dan beberapa factor lainnya :
a.Mortalitas / Morbiditas.
Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbitamemiliki angka
kematian dari 17%, dan 20% dari korban yangselamat buta di mata yang terkena. Namun, dengan
diagnosis yangcepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurangsecara
signifikan; kebutaan terjadi dalam 11% kasus. Selulitis orbitaakibat S. aureus yang resisten
terhadap methicillin dapatmenyebabkan kebutaan meskipun telah diobati antibiotik.
b.Ras
Selulitis orbita tidak dipengaruhi oleh rasial.
c.Sex
Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orangdewasa, kecuali
untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadapmethicillin, yang lebih sering terjadi
pada wanita daripada laki-lakidengan rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, selulitis orbita
telahdilaporkan dua kali lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.

D.Usia
Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada di
dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat dirumah sakit dengan selulitis orbita
adalah 7-12 tahun.

Gambaran klinis
Gambaran klinis selulitis orbita yaitu:
gejala subjektif berupa demam, nyeri pergerakan bola mata, penurunan penglihatan .Gejala
objektif berupa mata merah, kelopak sangat edema, proptosis,kemosis, restriksi motilitas
bola mata, exophtalmus, peningkatan tekananintraokular, rinore. Proptosis dan
oftalmoplegi adalah tanda kardinal dariselulitis orbita.

Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi pada pemeriksaan penunjang mencakup sebagai berikut :
a.Leukositosis lebih besar dari 15.000
b.Pemeriksaan kultur darah
c.Usap sekret hidung
d.Pap smear untuk Gram stain
e.CT Scan
Pandangan aksial untuk menyingkirkan kemungkinan pembentukanabses otak dan
abses peridural parenkim.Pandangan koronal sangat membantu dalam menentukan
keberadaandan batas dari setiap abses subperiorbital. Namun, pandangan koronal,yang
membutuhkan hiperfleksi atau hiperekstensi leher, mungkin sulitpada anak-anak tidak
kooperatif dan pada pasien yang akut.
f.MRI
membantu dalam mendefinisikan abses orbita dan dalam
mengevaluasikemungkinan penyakit sinus kavernosa. Dan juga bermanfaat
untuk memutuskan kapan dan dimana melakukan drainase pada abses orbita

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada selulitis orbita adalah

a)OkularKomplikasi meliputi keratopathy, tekanan intraokular meningkat,oklusi dari arteri


atau vena retina sentral, dan neuropati optik endophthalmitis

b)IntrakranialKomplikasi yang jarang terjadi, termasuk meningitis, abses otak dan


trombosis sinus kavernosus. Yang terakhir adalah komplikasiyang jarang namun sangat
serius yang harus dicurigai bila adabukti-bukti keterlibatan bilateral, perkembangan
proptosis yangsangat cepat dan sumbatan pembuluh darah wajah, konjungtiva danretina.

c)Abses SubperiostealAdalah yang paling sering terletak di sepanjang dinding


medialorbital. Merupakan masalah serius karena potensi perkembanganyang cepat dan
perluasan intrakranial.

d)Abses orbitaRelatif langka di selulitis orbital terkait sinusitis, tetapi mungkinterjadi pada
kasus paska-trauma atau paska operasi.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap selulitis orbita meliputi :
1)Rawat inap rumah sakit

Pengawasan dan penilaian oleh ahli mata dan otolaryngologicalsangat diperlukan.


Pembentukan abses intrakranial mungkinmemerlukan drainase.

2) Terapi antimikroba

- Melibatkan ceftazidime 1g intramuskular setiap 8 jam dan oralmetronidazole 500mg


setiap 8 jam untuk bakteri anaerob.
- Antibiotik intravena dosis tinggi 1.5g oksasilin dikombinasikandengan satu juta unit
penicillin G setiap 4 jam
- Vankomisin intravena adalah alternatif yang berguna jika alergipenisilin
- Anak-anak usia sekolah dapat diterapi dengan oksasillinkombinasi dengan cefuroxime,
atau antibiotik ampisilin-sulbaktam.Bayi sebaiknya diterapi dengan ceftriakson.

3) Dekongestan hidung dan vasokonstriktorDapat membantu drainase sinus paranasalis.

4)Pemantauan fungsi saraf optik.

Setiap 4 jam dipantau dengan pengujian reaksi pupil, ketajamanvisual, penglihatan warna
dan apresiasi cahaya.

5)Intervensi bedah

Tidak respon terhadap antibiotik, penurunan penglihatan, orbitalatau subperiosteal abses.

Beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan dalam terapi selulitisorbita yaitu :

a. Vankomisin (Vancocin)
Trisiklik glycopeptide antibiotik untuk pemberian intravena. Diindikasikanuntuk
pengobatan strain staphylococcus methicillin-resistant (tahan beta-laktam)pasien yang
alergi penisilin.

b. Klindamisin (Cleocin)
Menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom bakteri tuas, mengikatdengan
preferensi 50S subunit ribosom dan mempengaruhi proses inisiasi rantaipeptide

c. Sefotaksim (Claforan)
Semisintetik antibiotik spektrum luas untuk penggunaan parenteral.Efektif terhadap gram
positif aerob, seperti Staphylococcus aureus (tidak mencakup methicillin-resistant strain),
termasuk penisilinase dan non-penisilinasestrain, dan Staphylococcus pyogenes , gram
negatif aerob (misalnya, Hinfluenzae), dan anaerob (misalnya , spesies Bacteroides).

d. Nafcillin (Unipen
Efektif terhadap spektrum gram-positif yang luas, termasuk Staphylococcus, pneumococci,
dan grup A beta-hemolitik streptokokussemisintetik penisilin.

e.Ceftazidime (Fortaz, Ceptaz)


Semisintetik, spektrum luas, beta-laktam antibiotik untuk injeksiparenteral. Memiliki
spektrum yang luas dari efektivitas terhadap gram negatif aerob seperti H. influenzae,
gram positif aerob seperti Staphylococcus aureus(termasuk penisilinase dan non-penghasil
penisilinase strain) dan S. pyogenes ,dan anaerob, termasuk Bacteroides spesies

f. Kloramfenikol (Chloromycetin)
Efek bakteriostatik terhadap berbagai bakteri gram negatif dan gram-positif dan sangat
efektif terhadap H influenzae.

g. Tikarsilin (Ticar)
Penisilin semisintetik suntik yang bakterisida terhadap kedua organismegram positif dan
gram negatif, termasuk H influenzae, Staphylococcus S (non-penghasil penisilinase), beta-
hemolitik streptokokus (kelompok A), S.pneumoniae, dan organisme anaerob, termasuk
Bacteroides dan Clostridiumspesies.

h. Cefazolin (Ancef, Kefzol, Zolicef)Sefalosporin IM atau IV semisintetik. Memiliki efek


bakterisidal terhadapStaphylococcus S (termasuk strain yang memproduksi penisilinase-),
kelompok Astreptokokus beta-hemolitik, dan H influenza

BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapatmengakibatkan seseorang
kehilangan penglihatannya adalah selulitis orbital.(emedicine). Selulitis orbita bakteri
adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lembut di belakang septum orbital.
Hal ini dapat terjadi pada segala usiatetapi lebih sering terjadi pada anak-anak, organisme
penyebab yang paling umumadalah Streptococcus Pneumonia, Staphylococcus Aureus,
Staphylococcuspyogenes dan Haemophilus influenza.
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasionalmaupun
internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam kondisi cuaca.Ada peningkatan
frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan olehinfeksi Staphylococcus aureus
yang resisten methicillin.
Penegakan diagnosis selulitis orbita dengan gejala klinis yaitu gejalasubjektif berupa
demam, nyeri pergerakan bola mata, penurunan penglihatan .Gejala objektif berupa mata
merah, kelopak sangat edema, proptosis, kemosis,restriksi motilitas bola mata,
exophtalmus, peningkatan tekanan intraokular,rinore. Proptosis dan oftalmoplegi adalah
tanda cardinal dari selulitis orbita.
Penatalaksanaan pada selulitis orbita adalah rawat inap rumah sakit, terapiantimikroba,
dekongestan hidung dan vasokonstriktor, pemantauan fungsi saraf optic, dan intervensi
bedah.

B. SARAN
Pada pasien selulitis orbita sebaiknya segera mungkin diberikan terapiantibiotik untuk
mencegah perkembangan kuman dan penyulit atau komplikasi.Jika komplikasi sudah
terjadi maka harus segera dilakukan intervensi bedah agartidak terjadi thrombosis vena
kevernosus yang dapat mengancam jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Rundaneva, Paul. Vaughan, Daniel P.Oftalmologi Umum.Jakarta :


Widya Medika. Hal. 1-5, 265-266.

2. Ilyas, S.Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.


Jakarta.2004. Hal. 1-13, 101-102.

3. Kanski J.Clinical Ophtalmology a Systemic Approach.Philadelphia :Butterworth


Heinemann Elsevier. Page : 175-176.

Anda mungkin juga menyukai