Anda di halaman 1dari 4

PROSEDUR KHUSUS

PEMASANGAN OROPHARYNGEAL TUBE (OPA)

DI RSUD UNGARAN

Oleh :

NOVEMA ASHAR NURAHMAN

P.1337420618109

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
A. Identitas Pasien

1. Nama : Tn. X

2. Umur : 65 tahun

3. Alamat : Ungaran

B. Pengkajian Gawat Darurat

1. Airway :tidak terdapat adanya sumbatan secret ataupun darah,

pangkal lidah jatuh ke belakang, terdapat suara nafas tambahan snooring

2. Breathing : RR 25 x/menit, terlihat pengembangan dada

3. Circulation : akral dingin, tidak terdapat sianosis, TD 180/100 mmHg,

CRT <2 detik. Nadi 58 kali permenit.

4. Disability : pasien tidak sadarkan diri GCS 5

5. Eksposure : tidak terdapat luka di leher dan tulang belakang,

ekstremitas atas dan bawah.

6. Alasan datang ke rumah sakit : pasien tiba-tiba diketahui tidak sadarkan

diri dirumah.

C. Prosedur Tindakan

1. Definisi OPA

Oropharyngeal Airway (OPA) adalah suatu alat biasanya terbuat dari

plastik yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam rongga faring posterior

di sepanjang lidah. Pemasangan alat ini bertujuan untuk membebaskan

jalan napas, ketika teknik head tilt chin lift dan jaw thrust belum mampu

membuka jalan napas secara adekuat. Selain itu, alat ini juga dapat

mencegah lidah jatuh kebelakang atau tertelan.


2. Indikasi Pemasangan OPA

Oropharyngeal Airway (OPA) digunakan pada pasien tidak sadar untuk

mencegah lidah supaya tidak jatuh ke belakang faring yang dapat

menutupi jalan napas dengan GCS <8 dan tidak ada muntah.

Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat mencegah gigitan korban yang

dilakukan pemasangan intubasi. Oropharyngeal Airway (OPA) juga dapat

digunakan pada korban yang mendapatkan oksigenasi melalui bag mask

untuk memudahkan ventilasi dan mencegah insuflasi gastric.

3. Komplikasi Pemasangan OPA

a. Trauma mulut, gigi, lidah dan mukosa mulut

b. Muntah atau aspirasi

c. Obstruksi jalan napas

4. Teknik Pemasangan OPA

a. Langkah pertama yaitu, cuci tangan kemudian gunakan hand scoon

(sarung tangan).

b. Pilihlah ukuran airway yang sesuai dengan pasien. Hal ini mungkin

dilakukan dengan menempatkan jalan napas di pipi pasien dengan

bagian datar di bibir. Ujung dari jalan napas harus ada di dagu

pasien.

c. Masukkan alat ke jalan napas dengan mengikuti salah satu cara :

balik alat (OPA) sehingga bagian atasnya menghadap kemuka.


Mulai untuk memasukkan jalan napas ke mulut. Sebagaimana jalan

napas mendekati dinding posterior Faring dekat lidah belakang.

d. Putar jalan napas pada posisi yang seharusnya (180 º) Gunakan

penekan lidah (tongue spatel), gerakkan lidah keluar untuk

menghindari terdorong ke belakangmasuk faring posterior. Masukkan

jalan napas oral ke dalam posisiyang seharusnya dengan bagian atas

masuk kebawah dan tidak perlu diputar.

e. Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut jalan nafas dengan segera

dan masukkan kembali Jika reflek cegukan pasien terangsang, cabut

jalan nafas dengan segera dan masukkan kembal

f. Fiksasi jalan napas dengan plester dan letakkan di pipi dan melintasi

bagian datar dari jalan napas, pada bibir pasien. Jangan menutupi

bagian terbuka dari jalan napas. Harus berhati- hati untuk menjamin

pasien tidak cegukan terhadap jalan napas ketika direkatkan pada

tempatnya. Perekatan dapat mencegah pasien dari dislokasi jalan napas

dan karena itu pasien muntah segera setelah ia sadar kembali.

Anda mungkin juga menyukai