Anda di halaman 1dari 46

PUISI

Abdul Wachid B.S.


SEMBAH HYANG

duh gusti allah


menyembah panjenengan
bukan sebab keterbatasan
justru cinta tahu semesta tak terhingga

untuk apa membutuhkan tempat


sidratul muntaha kanjeng nabi
mendapatkan dhawuh shalat
bila bukan sebab lambang maha terhormat

shalat itu pasujudan


dari kemuliaan manusia
shalat itu pasujudan
dari pengetahuan manusia

hamba hanyalah setitik hitam


dari umatnya kanjeng nabi
hamba hanya merasa
cinta dan kasihsayang panjenengan

bila kanjeng nabi lewat mi'raj


berhadaphadapan dengan panjenengan
bila hamba lewat kanjeng nabi
lewat shalat merasakan ada panjenengan

duh gusti allah


menyembah panjenengan
bukan sebab keterbatasan
justru cinta tahu semesta tak terhingga

maka
hamba angkat tangan
ke arah kiblat panjenengan
allaahu akbar.....

yogyakarta, 20 juli 2014


DENGAN HATI

ketika kau berkatakata


dengan dirimu sendiri
apakah ada dua dirimu yang
saling bertanya?

apakah dirimu yang


satu terlahir dari dirimu yang
lain? tetapi siapakah yang
kau sebut diri itu?

ketika kau berkatakata


dengan pikiranmu sendiri
sungguh dirimu tidak ada
seperti ruang tak ada penghuninya

pikiran hanyalah bayangbayang yang


ada karena sinar lampu nyala
tetapi ketika minyaknya habis
apakah bayangbayang masih ada?

tetapi ketika kau menyaksikan


kehancuran tubuhmu
dirimu tetap berjaga
dari musim ke lain musim

dari ruang ke waktu


hingga malaikat peniup sangkakala
meniupkan ruh
kembalilah tubuh

dirimu tetap berjaga yang


kau kenali tidak lagi pikiran
tersebab otakmu telah terbanting
kembali menjadi tanah

ketika hatimu berkatakata


tidak ada lagi siasat kebohongan
tersebab tubuhmu pada penciptaan yang
kemudian berkatakata dengan hatimu

dengan hatimulah
jembatan itu terus berjaga
kau aku melaluinya
dengan hatihati

yogyakarta, 20 juli 2014


AIRMATA

airmata itu bersumber


dari hati lalu mengalir
dari hati ke hati
melewati celah batubatu

melarung dendam
ataukah rindu
mengusung kesumat
ataukah keramat

kelak ketika otak tak


mampu lagi berontak
lantaran tubuh
telah rubuh

airmata itulah yang


akan menjadi saksi
kembalinya ruh
ke dalam tubuh

di tepian muara
di sebuah taman yang
mahaluas batas antara
mataair dan airmata

kau
aku
saling
berkaca

yogyakarta, 19 juli 2014


KUBACA BISA

menerkanerka cuaca
pada wajahmu yang
diam

merekareka makna
pada wajahmu yang
temaram

membukabuka ingatan
pada wajahmu yang
malam

tidak ada bintanggemintang


tidak ada rembulan
cahaya kemana tenggelam
di lautan hatimukah karam?

tidak ada angin


tidak ada hujan
tidak ada ingin
tidak ada hutan

tetapi iblis serupa ular itu


membuat liukan tanda tanya
cahaya di mana tidak tenggelam
di langit hatimukah salam

bisa kubaca
sinar meteor terjatuh
aku masih bersimpuh
kubaca bisa

yogyakarta, 19 juli 2014


ANAK-ANAK WADAS KELIR
- Heru Kurniawan

biarkan kami menjadi


anak-anak wadas kelir
biarkan kami memiliki
masa kanak-kanak, mahir

menggambar dunia
dengan kata-kata
dengan warna-warna
memandang cakrawala

kami bermain layangan


cita-cita mengangkasa
kami bermain drama
hidup tidaklah berpura-pura

(anak-anak wadas kelir


keras dalam belajar
kelir dalam bersyair
biarkan mereka merdeka

belajar bermain
bermain belajar

agar kelak mereka


tidak jadi orangtua
yang kekanak-kanakan)

rumah kreatif wadas kelir,

purwokerto, 16 juli 2014


CINTA MONYET

hutan jati di belakang rumahmu yang


semasa kecilmu melebat

pohon jambu hutan yang


sering kau panjati
ketika kau mengadu lantaran
diwajibkan tidur siang oleh ibumu

lajurlajur rel keretaapi yang


saban datang dan perginya
senantiasa gemuruh

suarasuara musik lesung yang


mengudara di tengah siang yang
jika didengarkan sungguh suarasuara
berpindahpindah dari sudut ke sudut desamu

rontokan daundaun jati yang


terlipat di dalamnya ada kepompong
kamu dan sekawananmu memungutinya
menjadi lauk yang lain yang
lezatnya melebihi rasa udang

sendang lor dan sendang kidul


tempatmu mandi dan sedikit mengintip
bagaimana rupa wanita antara
keindahan dan dosa
hingga kamu merasa matamu memerah
entah menahan apa
mungkin dosa
mungkin serupa surga

serambi masjid tempat tidur bagi lelaki yang


belajar menjadi lelaki yang
kelak menjelma pria dewasa

semua panorama menjadi ingatan yang


tak tertahankan entah sudah berapa puluh
hari raya kau dan kasihmu tidak pernah menempuh
jarak yang jauh

tetapi... tetapi....
wajah kenangan cinta-
monyet itu masih bergelantungan
di bayangbayang pohon jambu
depan rumah

impian pengantin kecil itu


menjadi mimpi yang
pelangi di tengah hidup
menuju senja yang mulai terasa meredup

yogyakarta, 15 juli 2014


AHED TAMIMI .......

ketika saudaramu diberondong


moncong bazoka seorang tentara israel bermata batu
ketika jalur gaza lakilaki lalulalang
yahudi melulu dengan sepatu dan peluru
ketika tanktank panser memburu
perempuan dan anakanak lugu

ketika itulah katakata menjelma senjata


ketika itulah kepalan tangan seorang gadis kecil
seketika gagah perkasa memukul laras dan muka serdadu
seketika kau aku bisa memberi harga

mana yang lebih manusia


mana yang lebih binatang melata
mana yang bermata buaya
mana yang bermata singa

ahed tamimi .......


engkau menjelma cermin
kepada manusia untuk kembali
kepada cinta

yogyakarta, 14 juli 2014


WAJAH WUDLU

setiap membasuh wajah dengan air wudlu


setiap itu pula bersyahadatlah hati
yang meyakini kutinggalkan dosadosa
yang berharap pada doadoa

betapa hati bagai kapal selam yang


kadang melaju di permukaan
kerap tenggelam di tengah gelap
selalu terpuruk ke dasar makar

maka kuperbarui niatan


agar tuhan punya alasan
untuk curahkan belaskasih
hingga hidup hamba tidaklah tersisih

tetapi selalu saja hamba lupa


tersesat jalan pulang
tersesat di dalam terang
tetapi paduka senantiasa maha

berterimakasih kepada manusia yang


bersyukur runduk berjalan
menapaki harihari
tanpa hati yang sepi

doadoa menjelma menjadi kupukupu yang


kepaknya abadi, berterbangan dari bibir mawar
hingga kelak anakturun tersentuh oleh hyang
dengan kemuliaan di antara orang datang

orang pergi, tetapi manusia kau aku tidaklah pergi


jiwa yang senantiasa berjaga
raga yang senantiasa menjaga
wajah abadi

yogyakarta, 12 juli 2014


KUEJAEJA IQRA'KU

seorang bocah begitu mudah


lancar benar dan indah
membaca kalammu

padahal ibunya baru saja bersyahadat


menyaksikan putranya ia tercekat
ibu itu membaca kalammu

seorang bocah begitu mudah


lancar benar dan indah
membaca kalammu

ibu itu takjub heran


bagaimana mungkin
setiap bacaan bisa ditirukan

seorang bocah begitu mudah


lancar benar dan indah
membaca kalammu

"bunda
membaca kalamnya itu mudah
lancar benar dan indah

tersebab kalamnya ada


dan tinggal membacanya
di pikiranku di hatiku"

sementara itu terkagumkagum


aku gagu lidah batu
kuejaeja iqra'ku

masya
Allah ...

yogyakarta, 6 juli 2014


HAMBA MEMBACA

tersebab engkau sendiri


maka engkau butuh ditemani
tetapi siapa kawan abadi
jika bukan dari diri sendiri

tidak ada ciptaan apapun


kecuali dirimu sunyi
padahal engkau punya cinta
padahal engkau mau dikenali

maka berkatalah cinta


menyuarakan cinta
merayu cinta
mengandung cinta
melahirkan cinta
menjadilah semesta

semesta alam
semesta surga
semesta neraka
semesta malaikat
semesta manusia
semesta hatinurani

hamba membaca diri


hamba mengenali
alamat hyang abadi

alhamdulillaahirabbil 'aalamiin

yogyakarta, 6 juli 2014


LELAKI BOLEH MENANGIS

lelaki boleh menangis


hidup yang pangkal dan ujungnya
bergantung kepada cakrawala
kau aku tahu itu

tetapi cakrawala di manakah, kekasih


selagi harihari tersisih
antara perih dan pesona
kau aku memilih tenggelam arus sungai sabda

mungkinkah kau aku akan sampai cakrawala


dari sungai yang gemuruh
antara cinta dan pengetahuan
kau aku sering marah oleh ketidaktahuan

tetapi semua hari pasti akan menepi


aku bukan menjanjikan janji
tetapi keyakinan menjadi langkah
kau aku berjalan tanpa pongah

semalaman kabar dari langit


rejeki tidaklah wingit
cakrawala tidak melulu di langit
tetapi bagaimana mempertemukan rumit

antara cakrawala di langit


dan cakrawala di dalam hati kau aku
aku memilih bergantung
kau tidak akan kugantung

betapapun sulit hidup bertiarap pada nasib


tetapi kupandang jalan ke depan kian berliku
bila tanpa adamu tersebab cakrawala itu
mengandung semua wajahmu

lelaki boleh menangis di hadapanmu

yogyakarta, 6 juli 2014


ORANG

orang itu telah lama lupa


dirinya manusia
tersebab dia anggap paling benar
dirinya manusia

orang itu telah lama lupa


dirinya tidak gila
tersebab dia anggap paling benar
dirinya tidak gila

yogyakarta, 5 juli 2014


WANITA PENGUMPUL KAYU BAKAR

ketika manusia puasa


wanita itu ngumpulkan kayu bakar
saat manusia bertapa diri
wanita itu memantik api

hingga nyala berkobar


membakar rumah suami dan anaknya
tidak dengan api
tetapi katakata belati

dia biarkan pakaian


berkobaran sampaisampai
terlihat betapa wanita itu berlemak
bagai ular mematuk dalam semak

dia biarkan kakikakinya gemerincing


dia urai rambutnya yang gelisah
dia angankan beberapa pria
inginkan tarian perut yang gendut

kendangkendang berdendang
malam tambah larut dalam gelas fantasi
wanita pengumpul kayu bakar itu
terus saja menari menyalakan birahi

hingga nyala berkobar


membakar rumahrumah
membakar tanggatangga

atas segala panorama itu


dia tertawatawa
hingga gila

yogyakarta, 5 juli 2014


SANDEKALA

tidak ada cinta


tidak ada kata
tidak ada sayang
tidak ada bayibayi
tidak ada gelaktawa
tidak ada kepolosan
tidak ada ketulusan

di pasar orangorang berdzikir


fulus fulus fulus
di jalanan orangorang berdzikir
haus haus haus
di masjid orangorang berdzikir
ya qudus ya qudus ya qudus

di tepi jalan cinta telah lelah


dari perlambang bunga
di taman kota bungabunga
sudah habis sarimadunya
di balik rumahlebah madumadu
sembunyi dari panorama realita
di plesiran lakibini sulit dibedakan

kekasih
kemanakah lelah dilabuhkan
bila bukan engkaulah
alamat tamat

yogyakarta, 30 juni 2014


PUASA PUISI

puasa puisi yang


menahan diri dari berporipori rasa ingin
hutan jati di musim kemarau mengugurkan daunnya
semaksemak terbakar terlihatlah ularular
lemaklemak terbakar hingga kau aku akan saksikan
betapa ketika tubuh lemas
ruhlah yang akan berjaga bebas

puasa puisi yang


menjadikan indera kau aku bermata awas
tersebab badan patiraga bersemedi
jantung memancar alir darah
semua bagian tubuh menjadi bertenaga ruh
jiwa setia berjaga
segala yang tak teraba oleh mata

puasa puisi yang


setiap mata kau aku memandang
takjub heran betapa megahnya
manusia
kita

yogyakarta, 30 juni 2014


YA ALLAH HYANG

maha awal yang


maha akhir yang
maha lahir yang
maha batin yang

belaskasihanilah hambamu yang


rapuh seperti daun kering tanggal dari
tangkainya yang ingin menegak
bagai cagak yang mau selalu
dan selalu membaca luas langit cintamu
tetapi tersesat kepada alur cerita
yang bagai benang kusut tak berkesudahan

tuliskanlah kembali hambamu ini


ceritakanlah kembali ketiadaan aku
hingga semua dan segala kisah
penuh halaman tanpa belangbelang benang
warnailah hamba dengan ending yang
tanpa huruhara bara

belaskasihanilah hambamu yang


tak berbelaskasih kepada diri sendiri
hamba hanya bergantung kepada
belaskasih paduka
amiin

yogyakarta, 30 juni 2014


SAAT SHALAT SUBUH

seorang imam terlupa ayat yang


mengingatkan bacaan dengan
fasih istrinya di makmuman
dengan segala hormat dan kasihsayang

aku teringat kepadamu yang


aku tersengat khilaf salah
katakata menyileti hatimu pasrah
berserah kepada imam yang

membawa sajadah kau aku


melayari harihari sampai ke tanah beku
lidah kaku dan semua anggota badan
memberi kesaksian kepada hyang

untuk cinta tidak ada harga diri


tersebab tak ada lagi diri
yang ada hanyalah kau aku
yang kembali menyatu satu

seorang suami terlupa kiblat yang


mengingatkan jalan pulang
kasih istrinya kembali ke rumah hati

segala dan semua dimulai


dan di akhiri di sini
di dalam puisi subuh hari

yogyakarta, 29 juni 2014


LOBANG

setiap mengawali puasa


terasa sifat tersiksa
harga diri sebagai lelaki
harga diri sebagai istri

berloncatan dari mulut


yang dimulai dari lobang
dan diakhiri kepada lobang
bertonton beras sudah hanyut

tenggelam dalam lobang


bukan untuk menabung, sayang
tetapi terbuang dari lobang
sampai ke tepian lobang akhir pun

berjutajuta lobang poripori


kau aku menjadi sirkulasi
keringat menyatu
di malammalam piatu

bertahuntahun lobang kau aku


saling menutup saling
mengatupkan rapatrapat aib
hingga raib, yang

tampak yang baikbaik


yang tegak yang tampak manusia kita
bukan yang melata di tengah siang buta
setiap mengawali puasa

lobanglobang kau aku masih


menjadi almasih yang
menyelamatkan bahwa kau aku masih
pantas disebut manusia

yogyakarta, 28 juni 2014


BERTERIMAKASIHLAH

berterimakasihlah kepada bangun tidur yang


memberi mimpi dan impian
kesadaran pertama adalah bercermin
bersedekah kepada diri dengan senyuman
setiap pandang menjadi syukur

menjelma syu'ur getargetar kalbu yang


menjadi rindu kepada manusia
kepada nafas yang masih berjaga jiwa
hingga kau masih melihatku
mendengar parau suaraku di pagi ini

berterimakasihlah kepada darah yang


masih mengalir lancar memberi
energi kepada syarafsyaraf
dari ujung kaki hingga kepala
berjalan di tanah dengan wajah
tunduk dan hanya bergantung kepada
hyang

berterimakasihlah kepada tangantangan yang


masih memberi
setiap kebaikan
kauaku berterima karena
setiap kebaikan
menghadirkan kebaikan yang
panjang yang meluas yang
sebagai tangannya merengkuh
langit dan bumi dengan
cinta dan kasihsayang yang
tidak berkesudahan

berterimakasihlah kepadamu yang


masih memberi hati
hingga hilang segala dan semua syarat
kecuali
cinta

yogyakarta, 18 mei 2014


SETIAP KEPAK SAYAP KUPUKUPU

setiap kepak sayap kupukupu


diikuti oleh beribu kepakan sayap yang
lain, seperti apa saja yang
setiap saat kau lakukan: untukku

menjadikan aku memberi


apa saja yang kupandang baik
untuk orang lalulalang yang
kujumpai, berpapasan di taman ini, bertabik

lalu pergi, dan tidak pernah kembali


lalu namanama mengekal dalam ingatan
dan diamdiam kau aku harapharap cemas
semoga kupukupu yang

terbang itu kelak hinggap kepada bunga yang


sarimadunya berbuah senyuman
dan kau aku lekaslekas melupakan
segala dan semua itu tersebab

setiap kepak sayap kupukupu


diikuti oleh beribu kepakan sayap yang
lain, seperti apa saja yang
setiap nafas doa dia jawab dengan: amiin ....

yogyakarta, 1 mei 2014


PEREMPUAN ITU TIDAK BERSAYAP

perempuan itu tidak bersayap


tetapi ia mampu terbang
dari dapur ke sumur
dari tempat tidur kepada syukur

getargetar perasaannya yang


bernama wanita sehingga ia
begitu berani menata atau ditata
oleh lelaki yang ia

cinta, mengepakkan sepasang sayapnya


peristiwa demi peristiwa
teaterteater kecil di dalam keluarga
segelas teh di pagi hari hingga ke senja

perempuan itu memang tidak bersayap


tetapi kepaknya menyebarkan wangi
keluar masuk rumah, keluar masuk ramah
dari pagi sampai kepada hati

hanya lelaki yang tidak berhati


yang berkata ia tidak bekerja
untuk surga
dunia

yogyakarta, 19 april 2014


DEBU

di sebuah kebun apel


kau aku saksikan :

sezarah tanah yang


kau sebut debu itu
diterbangkan oleh angin
barangkali ia bagian dari
tubuh kau aku yang
diurai oleh pergantian musim

debu kau aku itu bukanlah abu


upacara pembakaran
lantaran tidak pernah dituliskan
dalam qalamullah;
tubuh kembali terpaksa
kepada tanah sebagai abu sisa

tubuh debu kau aku itu


terus bertebaran
mengisi ruang waktu
menarinari dari pagi ke senja
hingga kiamat tiba

sedang ruh debu kau aku itu


dalam sujud panjang yang
tidak mau berhenti
hingga kelak peniup sangkakala

hembuskan kembali
ke kehidupan abadi

yogyakarta, 14 februari 2014


HUJAN ABU GUNUNG KELUD DI YOGYA

di pagi ini seperti malam


meleleh abu di daundaun
di rerumputan, di jalanjalan
tidak ada sumbu yang

bisa dinyalakan menjadi terang


memutih semua dan segala
menutup pandang mata
menutup pintu dan jendela

tetapi di dalam rumah hati


justru semua pintu jendela membuka
menjadilah panorama
dibaca oleh mata cinta :

di pagi ini di setiap butiran debu


di setiap butiran hujan
menjadi kendaraan malaikat
untuk mendekatkan kembali

antara langit dan bumi


memberi salam kepada para nabi
membagi salam kepada para kekasih
lalu turunlah hujan yang membawa kebaikan

kau aku bersaksi dalam sahadat


kau aku merayakan shalawat
di pagi ini memang tidak ada burungburung
tetapi hati kau aku yang

menerbangkan doadoa dhuha


ke tahta yang
maha
hyang

Jumat 14 Februari 2014


KECUALI

kau aku dipertemukan oleh iblis


ketika pohon khuldi itu menegak
bagai cagak, maka segala nyaris
kau aku lupakan, kecuali keabadian

yogyakarta, 1 februari 2014


BAYANG-BAYANG

bayang-bayang itu berjalan di depanku


seperti tunjukkan arah kemana tuju

memang cahaya terasa remang


seperti mimpi yang
tidak mampu kau tafsiri

tapi bayang-bayang itu


bersetia menjaga arah

bayang-bayang itu
begitu ingin teriak
betapa ia amat berhasrat
tegak

satukan
bayang-bayang kau aku
ke dalam lagu

yogyakarta, 29 november 2013


MADU

ketika kekasih jalan di kebun mangga


aku mengikut langkah hidupnya

ketika sepasang lebah menyapa


kekasih mengerti arti sengat cinta

ketika lebah menunjukkan madu


kekasih bertanya di mana madu

ketika aku mencaricari madu


mengapa engkau seperti musa yang

selalu bertanya mengapa


racun bunga tak mamatikannya

ketika sepasang lebah menyelam


ke kedalaman salam

madu rindu
rindu madu

tetapi ketika sepasang lebah lena


menyebut satu nama

kekasih tak sampai tetes madu


tersebab racun itu membekukan aku

yogyakarta, 12/11/13
KABUT

kabut itu, bagimu, berarti pagi


kabut itu, bagiku, bermakna sepi
seorang lelaki menukar rumahnya dengan
makam bagi kekasih yang

sesungguhnya tidak pernah mati


tersebab dia hidup abadi di dalam hati
sebuah taman di perbukitan
tempat kau aku memulai cerita

sore itu gerimis mempertegas gelisah


kau aku yang dipertemukan oleh basah
bukan hujan, tetapi derasnya
membarakan birahi yang

paling kepayang, hingga tak hingga


lelaki itu lupa siapa dirinya
gadis yang paling perawan itu lena
gerimis di dalam dirinya mengubah sejarah

entah sudah berapa ribu pohon ditandai


entah telah berapa penanggalan ditetapkan
sampailah di suatu pagi yang paling perih
garisgaris tangan disuratkan

kabut itu, bagimu, berarti pagi


kabut itu, bagiku, bermakna sepi
engkau menukar rumah kau aku dengan
kepergian tanpa pamitan

yogyakarta, 11/11/13
NUN

"Nuun
Walqalami wamaa yasturuun
Maa anta bini'mati rabbika bimajnuun"

"Nun
Demi pena penyair dan puisi yang
mereka lahirkan
Karena sentuhan-Nya
kau tidak menjadi gila"

aku cuma-lah
sebatang pena, yang
ketika engkau angkat, yang
ketika engkau turunkan, yang
ketika engkau tuliskan
nafas dan nafs-ku cuma-lah
tergantung kepada
tiupan udara takdirmu

tetapi
semoga sebatang pena itu
tidak diamdiam di tengah malam
keluar dari kertas putihmu
tidak diamdiam menulisi
sembarang sempat
sehingga ia tersesat jalan pulang
kembali kepada kotak
tekateki takdirmu

maka pegang-lah
bagai alif, aku
sebatang pena, yang
sekali sentuhmu
pena ini akan menggila
tersebab gandrung oleh
pukau maha tanganmu

yogyakarta, 31 agustus 2013


SEPASANG SAYAP CAHAYA

sepasang sayap cahaya mendekap ka'bah


sepasang sayap cahaya mendekap karamah
sepasang sayap cahaya semula membentang
sejauh mata memandang siang, orangorang

terus saja bertawaf mengitari kiblat: dunia yang


tidak pernah hilang, tetapi kau aku yang
justru hilang di dalam dunia: bayangbayang
hingga shalat tidak lagi kiblat, sampaisampai

ka'bah lenyap dari pandang mata kita ketika haji


tetapi sepasang sayap cahaya yang
mata itulah yang hanya dia punya? sedang indera
lain merupa cahaya, memeluk rumah hati:

rumah cahaya yang


sedari bapak para nabi
dimakmurkan oleh berkah
zamzam, zamzam, berkumpullah

orangorang terus saja khusu'


orangorang berasyik cinta yang mansyuk
tetapi sepasang sayap cahaya itu
sepasang mata itu, menampung doadoa beribu

berjuta tangan yang tengadah pasrah hati


sedari istighfar sampai kepada sabar
sampai kepada getargetar syukur yang
rasakan, yang saksikan, salam ini

begitu mendekat, begitu shalawat, kepada nabi


menjadilah beribu pintu yang
bukakan pengetahuan tersebab cinta, sampai
cahaya di atas cahaya

mata itulah yang


tidak mampu menipu
sepasang sayap cahaya kembali
ke langit biru

irhamnaa
yaa arhamar raahimiin
irhamnaa
amiin

yogyakarta, 24 agustus 2013


SEORANG ANAK TERLAHIR DARI RAHIM DOA

seorang anak terlahir dari rahim doa


matanya satu pejam yang lain membuka
tanpa tangis ketika terbuka mata dunia
lidah kelu sepertinya tidak akan menjadi kata

seorang anak terlahir dari rahim doa


kakeknya menggosok lidahnya dengan
cincin mantra, di setiap adzan menggema
disentuhlah kedua matanya, disalaminya

marhaban bi habibiy
wa qurati 'ainiy
Muhammadan ‘abduhuu
wa rasuluhu

maka, perlahan-lahan dunia membuka


lahan-lahan yang semula tidak sedia kata
pelan-pelan tumbuhlah bahasa
menjadi puisi tanah-tanah mendaki hingga

rumah cahaya

apalah yang dicongkak dengan dagu mendongak


bila bahasa dan pandang mata menegak
semata-mata karena dinafasi oleh doa
sehingga di dalam mimpi dia terbang tinggi, dunia

bisa dipandang ke mana arah


hendak dikepakkan sayap-sayap yang
turun naiknya ketinggian sampai berserah
jarak mampu dilipat hanya dengan, Hyang

di dalam hati ada energi yang


tidak henti-henti memompa menjadi gema
menjadi sampai, kepada tanah kehidupan yang
nyata lebih baik dari hari kemarin

amiin

yogyakarta, 26 juni 2013


BATU

aku cumalah batubatu yang


menjadi anakanak tangga yang
sepatu berhak tinggi itu suaranya
begitu nyaring menapaki

setapak demi setapak

batubatu kelak akan terpelanting


ke telaga yang hening
di mana wajah kenangan
berubah

menjadi pecah

yogyakarta, 22 april 2013


RINDU KEPADAMU

rindu kepadamu; kemarau meranggaskan


tanah retak-retak yang
celahnya menengadahkan tangan
kepada langit kapan turun hujan

rindu kepadamu; seekor paus menggelepar


di pantai lepas dari kawanan yang
begitu berharap ombak mengembalikannya
kepada laut luas di mana ia mampu arungi gelombang

timbul-tenggelam cinta
memberikan tanda

yogyakarta 20 april 2013


KACAMATA

kacamata itu kurasa tidaklah hilang


tetapi ia di mana? kutelusuri jejaknya antara
jalan rumah jalan simpang
tak ada bekasnya, tetapi ia terasa ada

sejak mata ini membutuhkan kaca itu


ada yang tersambung
ada yang selalu menghubung
awalnya samar ragu, lamalama tertuju

tergantung kepadanya
bergantung dari mata ke telinga
bahkan batin terasa juga hunjamnya
tetapi mata ini menjadi nyata

lalu segala sesuatu menjelma indah


bahkan kemegahan nyaris sempurna
manusia datang manusia pergi, gelisah
di sebuah taman, dunia

sekalipun kupunya dua kacamata


hilang yang ini hilanglah yang itu
keduanya menyambung pandangku
agar malam terasa tidak jelaga

biar siang terasa terang


tetapi, gemuruh hujan telah membuatku tergesa
dan kacamata itu, mungkin saja terjatuh, hilang
kutelusuri jejaknya antara

jalan rumah jalan simpang


tidak ada jejaknya, tetapi ia mengekal ada
hilang yang ini hilanglah yang itu
keduanya menjelma menjadi mataku

1 januari 2013
WAJAH CAHAYA

tidak ada cincin yang


kulingkarkan di jemari manismu
tidak ada jam tangan yang
menandai kepastian waktu

tetapi jarum waktu menunjukkan


kau aku kepada suatu tanggal yang
tidak mau tertanggalkan lagi
tersebab kau aku paku di dalam hati

tahuntahun tidak akan berulang


sekalipun ulangtahunmu tepat pada tanggal yang
sama seperti ikrar pengantin
bersalaman dalam shalawat yang

didengarkan oleh semesta


maka kamu sudah mendapatkan jawab
"setelah aku mencintaimu, lalu untuk apa?"
cinta tidak membutuhkan hubungan sebab akibat

yang awal yang akhir


akan menepi kepada hari
nun di kedalaman hati
aku kau bukakan cadar: wajah cahaya

yogyakarta, 19 januari 2014


MENJELANG SUBUH ITU
- Ustad Jefri al-Buchori

terakhir dia tersujud mencium akar


terhadir dia kembali kepada sumber
tidak lagi dari sumur dia bersuci
tetapi menapaki pelangi dia mendaki

pada akhirnya
di akar kelapa itu
kembali ke dalam tanah
berumah di dalam tanah

sampai mengerti arti lemah


justru dia melangkahi tangga-
tangga dunia dengan gagah
menuju khotbah sejatinya

Jumat, 26 April 2013


JUM'AT CALL DARI GUS MUS

galilah tanahmu hingga mataair


untuk airmata takjub kalbu kau aku
serupa musa di bukit tursina

membaca semesta yang maha


ulurkan tangan dengan cinta
senyum sang nabi menafasi hari

yogyakarta, 6 september 2013


BIJI

biji cinta yang dipatuk oleh burung itu terjatuh di sebuah taman
ketika kau aku saling pandang berlamalama
setelah pencarian bertahuntahun lewati lembah dan gurun
akhirnya kau aku kejatuhan lagi biji cinta itu

bertemu di sini, di sebuah taman lain


biji cinta itu lekaslekas mengubah dirinya menjadi sebatang pohon yang
disuburkan oleh musim hujan dan
nafas kau aku yang gemuruh

ketika terik matahari pohon itu memberi kesejukan


ketika hujan setidaknya ia tidak menjadikan kau aku lapuk
dan ketika malam purnama ia memberi ruang kauaku untuk bercinta

tetapi
kau aku lupa siapa pemilik taman ini?

yogyakarta, 29 november 2013


SEEKOR DOMBA

seekor domba datang dari masakecil mengembik di antara batu-batu lelaki itu heran,
bukankah padang rumput hijau lama lenyap dari pandang, menggigil ia di antara gantungan-
gantungan tangan buskota
tapi tetes darah domba amisnya sampai ke mimpi ia tak mengerti, bagaimana mungkin
berpuluh kemarau deras angin menghalau kemari : sebuah rumah kecil, menjorok ke kali di
satu ruang kartonnya, ia disengat dingin
“Gusti, Tuhannya ibrahim, domba ini tersesat pulang!”

(1997)
KEPADA KAWAN
--- LPM Obsesi IAIN Purwokerto

ketika jurnalis tidak mampu menulis


ketika jurnalis tidak mau menulis
cuma lukisan ruwet kata yang
akan menjadi berita

di saat jurnalis cuma ingin


menjadi berita
di saat jurnalis cuma ngungun
membaca berita

berita siapa
siapa yang
pesan berita
siapa yang

di balik berita ada bingkai raksasa


tampak ramai bicara
bagai lebah siap sengat
atas nama rakyat

tetapi begitu pembaca lelah


beralihlah alkisah
segala dan semua tetaplah
tidak mengubah menjadi buah

demokrasi tetaplah demi kursi


kursi tetaplah demi dasi
dasi tetaplah demi korupsi
korupsi tetaplah demikian ...

yogyakarta, 23 november 2014


MENCARI

hari-hari tanpa puisi


serasa hati mati suri

ketika hari kehilangan mata


maka matahari menjadi buta

kemanakah mata?

yogyakarta, 3 september 2014


PENGAKUAN

"aku hanya takut mencintai dengan cara yang salah"


begitulah hawa berkata
dan adam memikirkan setiap kejatuhan
selalu ke bawah

maka, bumi menjadi terisi


bukan saja oleh tekateki
tetapi setiap kejatuhan
berbuah kepada pencarian

dan aku mencarimu


dan aku mencurimu
tetapi keduanya
terlampaui oleh cinta

tetapi, apapun perdebatan hawa adam


berakhirlah kepada kata padam
kemudian di dalam kegelapan
kau aku baru menyadari bahwa

pandang mata kau aku yang


nyala oleh cinta
sekalipun lampu mati
pantulan cahaya menjadikan

kau aku tetaplah tahu


mana jalan mana rawa
mana rawan mana nyawa
matakau mataku menjelma matahari

menjadi awas warna


tersebab oleh matahati
"aku hanya takut mencintai dengan cara yang salah"
begitulah kau berkata

dan aku memikirkan setiap kebangkitan


selalu tersebab
sentuhan
mu

yogyakarta, 22 november 2014

Anda mungkin juga menyukai