Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Coca Cola Amatil Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di

bidang usaha minuman ringan dan memproduksi Coca Cola, Sprite dan Fanta,

secara resmi didirikan secara akte notaris Hebro Poerwanto nomor 9 tanggal 12

Mei 1992 dan Surat Keputusan Menteri Kehakiman nomor 2-4676-HT.01.01

Tahun 1992 tertanggal 4 Juni 1992. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dan

memiliki sepuluh unit operasi yaitu Jakarta/Cibitung, Semarang, Bandar

Lampung, Padang, Medan, Surabaya, Makassar, Bali, Bandung dan Kalimantan.

Awal keberadaan Coca Cola Cabang Mamuju berawal dan berdirinya PT.

Tirta Permatasari Plant Company. Perusahaan ini secara resmi berdiri di kota

madya Makassar pada tanggal 10 Januari 1977. Maksud dan tujuan didirikannya

ini adalah untuk menjalankan usaha di bidang minuman ringan yaitu Coca Cola,

Sprite dan Fanta, juga mengingat semakin meningkatnya permintaan konsumen

terhadap minuman ringan tersebut.

Kegiatan perusahaan ini dimulai setelah mendapat surat penunjukan dan

PT. Coca Cola Indonesia untuk membangun pabrik minuman dengan merek

dagang Coca Cola. Guna menunjang maksud tersebut maka perusahaan pusat

membuka cabang Cabang Mamuju sebagai Distributor untuk wilayah Indonesia

bagian Timur. selanjutnya pemasangan mesin-mesin pada bulan Januari 1981,


ditangani oleh tenaga ahli Mitsubishi Jepang dan diselesaikan pada bulan Maret

1981. Produk percobaan dilakukan pada awal bulan April 1981 di bawah

pengawasan Supervisor Quality Control PT. Coca Cola Indonesia dan dinyatakan

bahwa produksinya dapat dipasarkan.

Perusahaan ini didirikan secara resmi dengan akte pendirian notaris Ali

Harsono, SH di Jakarta tanggal 10 Januari 1977 No. 13. Dalam akte tersebut

perusahaan ini diberi nama Pabrik Minuman Botol PT. Tirta Permatasari Bottling

Plant Company berdasarkan akte notaris Sitske Limowa, SH nomor 86 tanggal 17

Januari 1989.

Dalam kegiatannya, perusahaan ini memproduksi tiga jenis minuman,

yaitu Coca Cola, Sprite dan Fanta. Pada tahun berdirinya perusahaan ini

berkedudukan di Jakarta tahun 1977 sampai 20 Maret 1980, di mana dalam kurun

waktu tersebut Makassar hanya merupakan cabang yang berfungsi sebagai

distributor pemasaran Wilayah Sulawesi Selatan.

Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang

diperkuat dengan akte notaris Sitske Limowa, SH Nomor 95 tahun 1980,

kedudukan Kantor Pusat dipindahkan ke Makassar. Di samping itu modal dasar

ditingkatkan. Perpindahan kantor pusat ini didasarkan atas saran dari beberapa

konsumen yang telah dipertimbangkan pada tahun-tahun sebelumnya. Peletakan

batu pertama pembangunan pabrik Cabang Mamuju dilaksanakan pada tanggal 6

Oktober 1977 dan diperkirakan pada akhir tahun 1980 pabrik sudah dapat

beroperasi.
Sebelum perusahaan ini melakukan operasi memproduksi dan

mendistribusikan produksinya, untuk sementara kegiatannya masih berupa

pendistribusian produk dan pabrik Coca Cola PT. Tirta Lina Surabaya untuk

wilayah pemasaran Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Kekuatan hukum yang memperkuat keberadaan perusahaan ini antara lain

1. Surat penunjukan sebagai distribusi dari Coca Cola Indonesia (CCI) tanggal

19 Januari 1977

2. Surat persetujuan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan

tanggal 12 Pebruari 1977 tentang persetujuan pabrik tersebut.

3. Surat izin penempatan usaha dari Wali Kota Makassar nomor : 707/IP/29/77

tertanggal 1 Nopember 1977

4. Izin usaha perdagangan dari Departemen Perdagangan Propinsi Sulawesi

Selatan Nomor 438/PM/I/NAS tertanggal 13 Mei 1977

5. Surat izin membangun pabrik dari Pemda Kota Makassar nomor 3-IM

tertanggal 2 Januari 1978

6. Surat persetujuan tetap dalam rangka Penanaman Modal Asing Dalam Negeri

Nomor 74/I/PMDN/8 tertanggal 28 April 1978 dari Badan Koordinasi

Penanaman Modal Dalam Negeri (BKPMDN)

7. Surat Keputusan dari Menteri Keuangan tentang pemberian pembebasan dan

keringanan perpajakan dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri Nomor

100/Pajak/l 979 tertanggal 10 Juli 1979.


8. Pemberian fasilitas Pembebasan Bea Masuk, PPN Import dan MPO

pemasukan mesin-mesin/equipment/spare parts untuk PT. Tirta Permatasari

Bottling Plant Company. Keterangan ini berasal dari Departemen Keuangan

RI No.628/PABEAN/1979 tertanggal 10 Juli 1979

9. Surat izin lembur Kantor Perawatan dan Pemeliharaan Tenaga Kerja Propinsi

Sulawesi Selatan No. 967238/DISPEN/DP-UP/4/1978 tertanggal 21 Agustus

1979

10. Surat Penentuan Lokasi Tanah No. 179/Rek/C/VI/C tertanggal 20 Agustus

1979 dari Wali Kota Madya Tingkat II Makassar

Adapun mengenai modal awal dari perusahaan ini berdasarkan dari awal

berdirinya sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah). Kemudian pada

tahun berikutnya meningkat menjadi Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar Rupiah)

dengan modal setoran sebesar Rp. 650.000.000,- (Enam Ratus Lima Puluh Juta

Rupiah), dan pada saat itu kedudukan kantor pusat perusahaan ini berpindah dari

Jakarta ke Makassar dengan perwakilan Surabaya untuk mendistribusikan

minuman dan memasok botol kosong ke Makassar. Pemindahan perusahaan

merupakan sasaran dalam tahun-tahun sebelumnya dapat direalisasikan karena

surat-surat ijin sudah lengkap.

Oleh karena itu, maka pada awal tahun 1980, Coca-Cola Indonesia, tim

dari Hongkong dan Mitsubishi mengadakan perusahaan bersama, sehingga

selama setahun 1980 pengurus perseroan telah mengalami perubahan sebanyak

tiga kali, yaitu berturut-turut berdasarkan akte Sitske Limowa, No. 95 tanggal 20
Maret 1980 kemudian dengan akte notaris yang sama dirubah lagi menjadi No.

123 dan No. 16 tanggal 8 Desember 1980 dengan susunan sebagai berikut :

1. PT. Bosi yang menangani pembongkaran mesin/peralatan dari pelabuhan ke

pabrik.

2. PT. Karya Teknik Utama untuk pemasangan mesin-mesin termasuk

penyediaan bahan dan pemasangan sistem pipa dan sistem pendingin yang

memakai blower untuk ruangan pembotolan.

Selanjutnya pada tanggal 20 November 1980, diadakan pertemuan Coca

Cola Indonesia dengan tim Hongkong dan telah dimintakan perhatian untuk hal-

hal berikut :

 Perencanaan dan pembuatan jalan dalam lokasi pabrik. Penempatan tangki

besar

 Training untuk quality supervisor

 Kebutuhan tangga monitor dan listrik

 Pengadaan forklift dengan kapasitas angkut 4,5 ton dan daya mencapai

ketinggian 4 meter

 Pengadaan pintu khusus untuk ruangan pendingin (Cold Room)

 Pembuatan tangki pembuangan air

 Kebutuhan amoniak untuk sistem kompressor

 Perlengkapan alat keselamatan kerja karyawan yang berhubungan dengan

kimia.
Hal-hal tersebut di atas akhirnya dapat terpenuhi sehingga pada tanggal 20

Januari 1981 pembangunan pabrik dapat dilaksanakan dan penggunaannya

diresmikan oleh Direktur Jenderal Aneka Industri, yaitu Bapak Kusudiarjo

Hadinoto ditandai dengan produksi perdana pada tanggal 22 April 1981.

Selanjutnya pada tanggal 17 Januari 1989 perusahaan tersebut berganti

nama dan PT. Tirta Permatasari menjadi PT. Marannu Bottling Plant Company.

Tiga tahun kemudian, di penghujung tahun 1992 PT. Marannu Bottling Plant

Company diakuisisi oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia unit operasi Makassar,

berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 17 Makassar dengan luas area

sekitar 3,5 Ha.

B. Struktur Organisasi Perusahaan

Pengorganisasian merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk

menciptakan kerjasama dan hubungan yang harmonis antara bagian-bagian dalam

suatu organisasi atau perusahaan. Bagian yang dimaksud itu adalah orang-orang

yang digunakan dalam pengorganisasian.

Untuk memperjelas tugas serta wewenang dan tanggung jawab dan

masing-masing anggota organisasi PT. Coca Cola Amatil Indonesia Unit

Makassar yang menggunakan struktur garis, yang dapat dilihat secara lengkap

berikut:
STRUKTUR ORGANISASI

PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CABANG MAMUJU

GENERAL
MANAGER

SEKRETARIS

KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN
PERSONALIA UMUM PEMBELIAN KEUNAGAN PEMASARAN PRODUKSI

KEP. SEKSI KEP. SEKSI KEP. SEKSI KEP. SEKSI SUPERVISOR


AUDIT KASIR FINANSIAL MAINTENANCE MAINTENANCE PRODUKSI

MARKETING MARKETING
SUPPORT SALES DEVELOPMENT
MANAGER MANAGER MANAGER
Untuk mempelajari tugas-tugas dan kewajiban dari karyawan, maka

ditetapkan Job Description sebagai berikut :

1. General Manager

a. Tugas General Manager antara lain :

 Mengkoordinir seluruh kegiatan perusahaan berdasarkan program

kerja yang ditetapkan dalam anggaran dasar perusahaan.

 Mengawasi kegiatan perusahaan secara keseluruhan dalam usahanya

untuk meraih keuntungan.

b. Kewajiban :

 Mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan perusahaan secara

berkala kepada Dewan Komisaris dan memegang saham perusahaan.

 Memajukan laporan tertulis kepada para pemegang saham dan

mempersiapkan.

2. Sekretaris

Sekretaris bertanggung jawab atas :

 Kelancaran tugas ketatausahaan dalam perusahaan

 Menyampaikan pesan-pesan general manager kepada para bawahan bila

diperlukan dalam memperlancar kegiatan perusahaan.

 Membantu pimpinan menyiapkan laporan pertanggung jawaban dan

mengatur pertemuan General Manager.

3. Kepala Bagian Personalia


Kepala Bagian Personalia bertugas :

 Mengadakan pegawai yang berkualitas dan sesuai kebutuhan untuk setiap

bagian.

 Membina pegawai untuk dikembangkan

 Mengusahakan pemanfaatan pegawai secara optimal.

4. Kepala Bagian Umum

Kepala bagian umum bertanggung jawab atas :

 Kelancaran proses kerja secara umum seperti pengadaan sarana angkutan,

pembekalan dan kegiatan yang bersifat memperlancar kegiatan bidang

lain.

 Kelancaran proses administrasi perusahaan

5. Kepala Bagian Pembelian

Kepala bagian pembelian bertanggung jawab atas :

 Pembelian bahan baku dan bahan penolong untuk produksi Coca Cola,

Fanta dan Sprite.

 Pembelian peralatan dan perlengkapan produksi.

 Pembelian keperluan lain untuk kepentingan perusahaan.

6. Kepala Bagian Keuangan


Kepala bagian keuangan bertanggung jawab terhadap kelancaran operasional

perusahaan dalam bidang keuangan. Kepala bagian keuangan membawahi 3

seksi dan satu kasir. Seksi-seksi tersebut adalah :

a. Seksi Audit: memeriksa transaksi dan laporan keuangan perusahaan.

b. Seksi Accounting : menjalani aktivitas keuangan perusahaan.

c. Seksi Keuangan : menangani administrasi pajak, pengendalian anggaran

dan pengeluaran perusahaan.

7. Kepala Bagian Pemasaran

Kepala bagian pemasaran bertugas antara lain :

 Mengadakan analisa penjualan

 Mengusahakan peningkatan penjualan perusahaan.

 Mengusahakan pendukung aktivitas penjualan Mengusahakan

pengembangan pemasaran

Kepala bagian pemasaran membawahi beberapa seksi yang bertugas

untuk membantu kelancaran tugasnya antara lain :

a. Seksi penjualan yang bertugas menangani penjualan perusahaan dan

pengeluaran pokok. Seksi ini mengkoordinir wilayah-wilayah penjualan

seperti Makassar, Fare-Pare dan sentral penjualan seperti Palopo, Kendari

dan Balikpapan.

b. Seksi pengembangan pasar bertugas mencari terobosan baru untuk

meningkatkan penjualan perusahaan.

c. Seksi dukungan pemasaran yang bertugas memperlancar aktivitas

pemasaran.
8. Kepala Bagian Produksi

Bertugas mengadakan pemeliharaan seluk-beluk produksi yang lancar,

peradministrasian dalam bagian produksi dan kualitas produk yang dihasilkan

oleh perusahaan.

Kepala bagian produksi membawahi :

a. Seksi Maintenance

Seksi maintenance ini bertugas :

 Melakukan perbaikan dan pemeliharaan berbagai peralatan dan mesin-

mesin yang digunakan.

 Mengatur pelanggaran pergantian peralatan dan mesin-mesin yang

digunakan perusahaan.

Seksi maintenance memiliki wewenang antara lain :

 Menandatangani nota permintaan spare part dan bahan

 Menandatangani nota pemakaian sparts dan bahan yang telah

digunakan.

b. Seksi Produksi

Seksi ini bertanggung jawab secara khusus atas kelancaran proses

produksi Coca Cola, Fanta dan Sprite

c. Seksi Administrasi Produksi

Bertanggung jawab atas administrasi produksi secara khusus. Seksi ini

melaksanakan proses administrasi pada produksi untuk menunjang

administrasi perusahaan secara keseluruhan.


Satu seksi yang bertugas mengatasi kualitas produk dan aktivitas

produk ialah seksi Quality and Public Relation, yang bertugas secara khusus

terhadap kualitas produksi dan mempertanggung jawabkan kualitas produk

tersebut ke pihak terkait.

Dari struktur organisasi tersebut di atas, menunjukkan bahwa segenap

tanggung jawab telah dibagi habis dan jalur-jalur wewenang telah ditetapkan

dengan jelas dan tegas.

Namun dalam praktek operasi perusahaan sehari-hari, kelancaran

produksi selalu menjadi yang utama. Dengan kata lain kalau ada anggota

organisasi yang berhalangan masuk kerja, tugas dan tanggung jawab yang

diemban dapat diserahkan atau ditangani anggota lain.

Hal ini mendukung suasana kekeluargaan dalam kinerja sehari-hari.

Dalam suasana yang demikian maka produktivitas kerja semakin meningkat

dan para pegawai memiliki rasa saling memiliki yang tinggi terhadap

perusahaan dan berpengaruh dalam mengoptimalkan sumber daya manusia

yang dimiliki oleh perusahaan.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Unsur-Unsur Biaya dan Klasifikasi Biaya pada PT. Coca Cola Bottling

Indonesia Cabang Mamuju


Dalam penerapan analisis operating leverage seperti halnya analisis break

even, semua biaya-biaya harus diklasifikasikan (digolongkan) ke dalam unsur

biaya tetap dan biaya variabel.

Sebelum memisahkan biaya-biaya operasi perusahaan ke dalam biaya

variabel dan biaya tetap, terlebih dahulu perlu diketahui unsur-unsur biaya yang

digunakan oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju sebagai

berikut :

1. Biaya Produksi

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh perusahaan dalam memproduksi antara

lain :

 Air yang dibeli dari Perusahaan Air Minum (PAM)

 Gula pasir, yang dibeli dari pabrik gula pasir madu medium dan lain-

lain.

 CO2 dibeli dari Aneka Gas dan Industri

 Concentrate yaitu bibit minuman yang dibeli dari PT. Coca Cola

Indonesia Jakarta.

 Kemasan yang terdiri dari botol buatan PT. IGDAS Surabaya dan PT.

KANGAR Jakarta, Crown / tutup botol yang dibeli dari PT. Crown

dan Seal Company Jaber, Krat/Case standar yang dibeli dari PT.

PIONER.
b. Bahan Pembantu

Bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi pada PT. Coca

Cola Bottling Indonesia Unit Makassar meliputi beberapa bahan yang

terdiri dari 3 bagian yaitu :

 Untuk pengolahan air, bahan bakunya adalah Lime/Kapur Ca (COH2),

Ferro Sulfat (FeSO4), pasir kuarsa, dan karbon aktif.

 Untuk pengolahan bahan bakunya digunakan filter air (typo), dan

kertas filter.

 Untuk pencucian botol digunakan caustik soda (NaOH) dan Divo.

c. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari biaya tenaga kerja bagian

produksi dan biaya tenaga kerja bagian teknik yang besarnya gaji

mengikuti banyaknya produksi.

2. Biaya Overhead Pabrik

Yaitu biaya produksi selain biaya bahan baku, biaya bahan penolong dan

biaya tenaga kerja langsung, antara lain :

a. Biaya bahan bakar dan pelumas

Bahan bakar dan pelumas yang digunakan dalam proses produksi adalah

bensin, solar, olie, silogram, sabun rinso dan sabun batangan. Besarnya

biaya mengikuti volume produksi.


b. Biaya Listrik

Biaya ini terdiri dari biaya abonemen yang harus tetap dibayar meskipun

tidak berproduksi dan biaya pemakaian yang besarnya mengikuti volume

produksi.

c. Biaya Telpon

Seperti halnya biaya listrik biaya ini terdiri dari biaya abonemen dan biaya

pemakaian.

d. Biaya asuransi

Biaya ini dikeluarkan untuk asuransi aktiva tetap dan persediaan, yang

besarnya tetap setiap bulannya.

e. Biaya pemeliharaan

Biaya ini dikeluarkan untuk menjaga dan memelihara aktiva tetap

perusahaan.

f. Biaya penyusutan

Biaya ini untuk investasi aktiva tetap yang ada dan perhitungannya

menggunakan metode garis lurus. Biaya ini tetap dikeluarkan meskipun

perusahaan tidak berproduksi.

3. Biaya Usaha

a. Biaya penjualan
Biaya ini terdiri dari biaya untuk promosi dan biaya gaji tenaga penjualan.

Biaya ini ada yang tetap dan ada yang besarnya mengikuti volume

penjualan.

b. Biaya administrasi dan umum

Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan administrasi dan kegiatan umum

perusahaan.

c. Biaya lain-lain

Yaitu biaya yang dikeluarkan di luar biaya administrasi dan umum.

Untuk menghitung break even dan operating leverage, biaya-biaya

tersebut harus diklasifikasikan ke dalam unsur biaya variabel dan unsur biaya

tetap. Adapun unsur-unsur biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan

oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju, serta penjualan

selama tahun I, berturut-turut diperlihatkan dalam tabel berikut :

TABEL I
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA Dl MAKASSAR DATA BIAYA
OPERASI VARIABEL DAN BIAYA OPERASI TETAP TAHUN 2012

Uraian Biaya Variabel Biaya Tetap

1 . Biaya bahan baku Rp. 2.537.236.000 ----

2. Biaya bahan penolong Rp. 71.421.000 ----


3. Biaya tenaga kerja langsung Rp. 102.024.000 ----

4. Biaya bahan bakar dan pelumas Rp. 477.408.000 ----

5. Biaya listrik Rp. 427.202.000 Rp. 44.127.000

6. Biaya telepon Rp. 170.178.000 Rp. 46.520.000

7. Biaya asuransi ---- Rp. 36.793.000

8. Biaya pemeliharaan Rp. 136.092.000 Rp. 549.367.000

9. Biaya penyusutan ---- Rp. 1.163.362.000

10. Biaya penjualan Rp. 1.159.319.000 Rp. 225.840.000

11 . Biaya administrasi dan umum Rp. 566.050.000 Rp. 1.149.411.000

12. Biaya lain-lain Rp. 385.530.000 Rp. 74.210.000

Jumlah Rp. 6.032.460.000 Rp. 3.284.630.000

Sumber : Bagian Keuangan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju,
2013
TABEL 2
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CABANG MAMUJU
DATA VOLUME PENJUALAN TAHUN 2012

BULAN COCA COLA SPRITE FANTA

Januari 11.973 12.143 14.963

Februari 11.400 12.394 17.024

Maret 17.240 13.393 23.113

April 10.444 10.782 13.156

Mei 09.885 08.993 07.804

Juni 13.183 14.922 14.423

Juli 09.756 12.820 11.679

Agustus 16.052 09.051 10.181

September 15.117 19.602 13.537

Oktober 16.554 15.612 09.083

November 17.024 20.119 16.264

Desember 19.284 23.817 10.185

JUMLAH 167.917 173.641 161.147

Sumber : Bagian Keuangan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju,
2013
TABEL 3
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CABANG MAMUJU
DATA VOLUME PENJUALAN TAHUN 2012

Jenis Produk Volume Penjualan Harga / Case Total

COCA COLA 167.917 Rp. 30,000 Rp. 5.037.510.000

SPRITE 173.641 Rp. 30.000 Rp. 5.209.230.000

FANTA 161.147 Rp. 30.000 Rp. 4.834.410.000

TOTAL 502.705 Rp. 30.000 Rp. 15.081.150000

Sumber : Bagian Produksi PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju,
2013
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CABANG MAMUJU
PERHITUNGAN LABA RUGI MENURUT VARIABEL COSTING
TAHUN 2012

Penjualan Rp.15.081.150.000
Biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp. 2.537.236.000
Biaya bahan pembantu Rp. 71.421.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 103.029.000
Total biaya produksi Rp. 2.710.681.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan bakar dan pelumas Rp. 477.408.000
Biaya listrik Rp. 471.329.000
Biaya telepon Rp. 216.698.000
Biaya asuransi Rp. 36.793.000
Biaya pemeliharaan Rp. 680.459.000
Biaya penyusutan Rp. 1.163.362.000
Total biaya overhead pabrik Rp. 3.046.049.000
Rp. 5.756.730.000
Labakotor Rp. 9.327.420.000
Biaya usaha:
Biaya penjualan Rp. 1.385.159.000
Biaya administrasi dan umutn Rp. 1.715.461.000
Biaya lain-lain Rp. 459.740.000
Total biaya usaha Rp. 3.560.360.000
Laba bersih sebelum pajak (EBIT) Rp. 5.764.060.000
B. Analisis Break Even pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang

Mamuju

Impas (Break even) merupakan informasi yang dapat digunakan oleh

manajemen untuk memperoleh gambaran batas bawah pendapatan/penjualan yang

harus dicapai agar dalam tahun anggaran yang akan datang, perusahaan tidak

mengalami kerugian. Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan

(penjualan) sesuai dengan jumlah biaya. Semakin rendah titik impas berarti

semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk

mendapatkan laba.

Berdasarkan data biaya dan penjualan PT. Coca Cola Bottling Indonesia

Cabang Mamuju pada tahun 2002, maka perhitungan Break Even adalah sebagai

berikut :

 Total penjualan = Rp. 15.081.150.000

(Rp. 30.000 x 502.705 case)

 Total biaya variabel = Rp. 6.032.460.000

 Total biaya tetap = Rp. 3.284.630.000

6.0.32.460 .000
 Biaya variabel/case =  Rp.12.000
502.705

Biaya Tetap
1. BEP (case) =
Harga per case  biaya variabel per case

3.284.630. 000
=
30.000  12.000
= 182.479,4444 Case

Biaya tetap
2. BEP (Rp) =
Biaya Variabel
1-
Penjualan

3.284.630. 000
=
6.02.460.000
1-
15.081.150.000

3.284.630. 000
=
1  0,4

3.284.630. 000
=
0,6

= Rp. 5.474.383.333

Pembuktian

Penjualan Rp. 5.474.383.333

Biaya tetap Rp. 3.284.630.000

Biaya variabel

182.479,4444 x 12.000 Rp. 2.189.753.333

Rp. 5.474.383.333

Rp. 0

Dari hasil perhitungan di atas maka impas (break even) PT. Coca Cola

Bottling Indonesia Cabang Mamuju pada tahun 2012 terjadi pada saat penjualan
mencapai adalah Rp. 5.474.383.333 ini berarti bahwa jika perusahaan mencapai

penjualan di atas titik impas atau lebih dan Rp. 5.474.383.333, maka perusahaan

akan mcndapat laba tetapi apabila pcnjualan yang dicapai berada di bawah titik

impas atau kurang dari Rp. 5.474.383.333, maka perusahaan akan menderita rugi.

Bila digambarkan dalam grafik akan tampak seperti berikut:

Gambar I. Grafik Break Even Point PT. Coca Cola Bottling Indonesia

Cabang Mamuju.

10.000.000
Total penjualan (dalam ribuan case)

5.000.000

Volume penjualan (dalam ribuan case)

C. Analisa Operating Leverage

Leverage operasi (operating leverage) didefinisikan sebagai kemampuan

perusahaan di dalam menggunakan fixed operating cost untuk memperbesar


pengaruh dari perubahan volume penjualan terhadap earning before interest and

tax (EBIT). Atau dengan kata lain leverage operasi adalah tingkat pengeluaran

biaya tetap di dalam sebuah perusahaan. Perusahaan dengan biaya tetap yang

tinggi umumnya akan mempunyai luasan operasi yang tinggi pula.

Dengan demikian operating leverage merupakan suatu analisis yang

memberikan informasi kepada manajemen mengenai ukuran bagaimanakah

pengaruh perubahan volume penjualan terhadap laba.

Berdasarkan data-data biaya dan penjualan PT. Coca Cola Bottling

Indonesia Cabang Mamuju, maka tingkat operating leveragenya dapat dihitung

seperti berikut :

Total Penjualan = Rp. 15.081.150.000,-

Total Biaya variabel = Rp. 6.032.460.000,-

Biaya Tetap = Rp. 3.204.630.000,-

S  TV
DOL =
S  TV  F

15.081.150.000  6.032.460.000
=
15.081.150.000  6.032.460.000  3.204.630.000

9.048.960.000
=
5.764.060.000

= 1,75

Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa tingkat operating leverage

(DOL) pada volume penjualan 502.705 case atau pada total penjualan Rp.

1.5.081.150.000 adalah sebesar 1,57.


Oleh karena hasilnya lebih dari satu (1) maka berarti dalam hal ini

terdapat operating leverage. Angka 1,57 menunjukkan bahwa satu persen

perubahan penjualan dari Rp. 15.081.150.000 menyebabkan 1,57 persen

perubahan laba operasi atau dengan kata lain setiap perubahan persentase dalam

penjualan dan titik Rp. 15.071.150.000 menyebabkan perubahan persentase laba

operasi 1,57 kali lebih besar. Sebagai misal peningkatan penjualan sebesar 20%

menyebabkan peningkatan laba operasi sebesar (20 x 1,57) = 31,4 persen,

sedangkan penurunan 10 persen dalam penjualan menyebabkan penurunan laba

operasi sebesar (10x1.57) = 15,7%.

D. Analisa Target Labia dengan Pendekatan Tingkat Leverage Operasi (DOL)

Dengan pendekatan tingkat operating leverage tersebut selanjutnya

manajemen dapat membuat proyeksi peningkatan laba dengan formula sebagai

berikut :

% kenaikan laba bersih = Tingkat leverage operasi x % kenaikan penjualan

Berdasarkan data PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju

tahun 2002, jika manajemen menargetkan peningkatan laba bersih sebesar 20%

untuk periode mendatang maka tingkat penjualan yang harus dicapai adalah :

% kenaikan laba bersih


% kenaikan penjualan =
tingkat leverage operasi

20
=
1,57

= 12,7388535

= 12,74%
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, menunjukkan bahwa apabila

perusahaan memproyeksikan kenaikan laba bersih untuk periode mendatang

sebesar 20% dari periode saat ini, maka perusahaan hams menaikkan penjualan

sebesar 12,74% dari total penjualan periode saat ini. Sehingga dengan demikian

akan menjadi seperti berikut:

Target Laba:

Rp. 5.764.0690.000 + (Rp. 5.764.060.000 x 20%)

Rp. 6.916.872.000,00

Kenaikan Penjualan :

Rp. 15.081.150.000+ (Rp. 15.081.150.000 x 12,74%)

Rp. 17.002.315.604,62

Oleh karena penjualan meningkat 12,74%, maka biaya variabel juga akan

meningkat secara proporsional terhadap persentase kenaikan penjualan, sehingga

dengan demikian biaya variabel menjadi:

Biaya variabel :

Rp. 6.032.460.000 + (Rp. 6.032.460.000 x 12,74%)

Rp. 6.800.813.604,62

Untuk lebih jelasnya pengaruh perubahan penjualan terhadap laba dapat

dilihat pada label berikut ini:

TABEL 4
PENGARUH PERUBAHAN PENJUALAN TERHADAP EBIT
Uraian Mula-Mula Perubahan

Penjualan Rp. 15.081.150.000,00 Rp. 17.022.315.604,62

Biaya variabel 6.032.460.000,00 6.800.813.604,65

Contribution margin Rp. 9.048.690.000,00 Rp. 10.201.502.000,00

Biaya tetap 3.284.630.000,00 3.284.630.000,00

EBIT Rp. 5.764.060.000,00 Rp. 6.916.872.000,00

Sumber: Hasil Olah Data, Tahun 2013


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dan uraian bab-bab sebelumnya penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut :

1. Analisa break even dan analisa operating leverage merupakan parameter-parameter untuk

perencanaan laba jangka pendek atau dalam suatu periode akuntansi tertentu. Dan hasil

analisa break even manajemen dapat mengetahui berapa jumlah penjualan yang harus

dicapai agar supaya perusahaan tidak menderita rugi dan dari analisa operating leverage

manajemen dapat mengetahui ukuran sensitifitas (kepekaan) laba operasi terhadap

perubahan hasil penjualan.

2. Dan hasil perhitungan diketahui tingkat break even PT. Coca Cola Bottling Indonesia

Cabang Mamuju untuk tahun 2002 terjadi pada saat penjualan sebesar Rp. 5.474.383.300

sedangkan tingkat operating leverage (DOL) untuk tahun 002 sebesar 1,57 yang berarti

bahwa setiap perubahan satu persen (1%) penjualan dan titik Rp. 15.081.150.000

menyebabkan perubahan laba operasi besar 1,57 %.

3. Dengan pendekatan tingkat operating leverage, selanjutnya manajemen dapat membuat

proyeksi peningkatan laba untuk periode mendatang. Sebagai missal jika manajemen

menargetkan peningkatan laba bersih sebesar 20% pada periode mendatang, maka

perusahaan harus meningkatkan penjualan sebesar 12.74 % dari total penjualan periode

saat ini.

B. Saran
Dari hasil analisis diketahui bahwa tingkat operating leveragenya (DOL) adalah 1,57

kali. Angka ini menunjukkan bahwa sensitifitas laba operasi terhadap perubahan penjualan

belum signifikan, dan oleh karena tingkat operating leverage (DOL) dipengaruhi oleh

proporsi biaya tetap terhadap biaya variabel atau dengan kata lain dipengaruhi oleh tingkat

penggunaan biaya tetap, maka:

1. Jika manajemen perusahaan memprediksikan masih besar kemungkinan untuk

mendongkrak volume penjualan pada periode yang akan datang, maka sebaiknya

manajemen mengambil kebijakan untuk memperbesar DOL dengan menambah proporsi

biaya tetap terhadap biaya variabel. Hal ini dapat ditempuh dengan menaikkan pos-pos

biaya tetap seperti biaya iklan atau biaya litbang dalam upaya untuk mendongkrak

volume penjualan atau mengembangkan produk baru di masa depan.

2. Jika manajemen perusahaan memprediksikan tidak dimungkinkan lagi untuk

mendongkrak volume penjualan pada periode yang akan datang atau berada dalam

kondisi persaingan yang sedemikian ketat sehingga beresiko untuk mengubah harga jual

produk, maka dalam kondisi seperti ini manajemen perusahaan lebih baik memangkas

biaya produksi daripada mendongkrak harga jual produksinya, misalnya dengan

memakai bahan baku yang lebih murah atau memakai perlengkapan mesin yang hemat

tenaga kerja, karena sedikit penghematan biaya variabel dapat menambah laba secara

signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Z. 1992. Intermediate Accounting. Edisi VIII. BPFE, Yogyakarta.

Blocher, Edwar J. Kung H. Chen, Thomas W.Bn, 2000. Manajemen Biaya. Terjemahan A. Susty
Ambarriani, Edisi Pertama, Jilid Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Brigham, Eugene F. Houston, Joel F 2001. Manajemen Keuangan. Edisi VIII, Erlangga, Jakarta.

Garrison, Ray H dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Managerial Terjemahan A Totok
Budisantoso, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Harahap, Sofyan Safri, 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Husnan, Suad, Enny Pudjiastuti, 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga,
Cetakan Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Martin John D, Arthur J. Keown, J. William Petty, David F. Scott Jr. 2000. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Terjemahan Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyorini, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.

Martono, Agus, Harjito. 2010. Manajemen Keuangan. Ekonisa, Yogyakarta.

Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Prasetya, Rudi Agung. 2010. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Perusahaan PT HM Sampoerna, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
Malang.

Prastowo, D. 2011. Analisis Laporan Keuangan Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberti.

Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BRFE, Yogyakarta.

Simamora, Henry, 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.

Simanjuntak, Payaman J. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. FEUI, Jakarta.

Syamrin, L.M, 2001. Akuntansi Manajerial. Cetakan Pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman, 2000. Manajemen Perusahaan. Edisi Kelima, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sundjaja, Ridwan S dan Inge Berlian, 2000. Manajemen Keuangan Dua Edisi Kedua, Penerbit
PT. Prenhallindo, Jakarta.

Thohari, Khamim. 2003. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Salah Satu Alat Penilaian Kinerja
Perusahaan PT Gudang Garam Tbk. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
Malang.

Ulfah, Maria. 2010. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen
Perusahaan PT Semen Gresik Tbk. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
Malang.

Van Home James C. dan John M. Wachowicz, Jr, 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.
Terjemahan Heru Sutojo, Edisi Kesembilan, Jilid Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid 1 , Bayu Media Publishing. Malang.

Weston, J Fred dan Thomas E Copeland, 1995. Manajemen Keuangan, jilid 1. Binarupa Aksara.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai