bidang usaha minuman ringan dan memproduksi Coca Cola, Sprite dan Fanta,
secara resmi didirikan secara akte notaris Hebro Poerwanto nomor 9 tanggal 12
Tahun 1992 tertanggal 4 Juni 1992. Perusahaan ini berpusat di Jakarta dan
Awal keberadaan Coca Cola Cabang Mamuju berawal dan berdirinya PT.
Tirta Permatasari Plant Company. Perusahaan ini secara resmi berdiri di kota
madya Makassar pada tanggal 10 Januari 1977. Maksud dan tujuan didirikannya
ini adalah untuk menjalankan usaha di bidang minuman ringan yaitu Coca Cola,
PT. Coca Cola Indonesia untuk membangun pabrik minuman dengan merek
dagang Coca Cola. Guna menunjang maksud tersebut maka perusahaan pusat
1981. Produk percobaan dilakukan pada awal bulan April 1981 di bawah
pengawasan Supervisor Quality Control PT. Coca Cola Indonesia dan dinyatakan
Perusahaan ini didirikan secara resmi dengan akte pendirian notaris Ali
Harsono, SH di Jakarta tanggal 10 Januari 1977 No. 13. Dalam akte tersebut
perusahaan ini diberi nama Pabrik Minuman Botol PT. Tirta Permatasari Bottling
Januari 1989.
yaitu Coca Cola, Sprite dan Fanta. Pada tahun berdirinya perusahaan ini
berkedudukan di Jakarta tahun 1977 sampai 20 Maret 1980, di mana dalam kurun
ditingkatkan. Perpindahan kantor pusat ini didasarkan atas saran dari beberapa
Oktober 1977 dan diperkirakan pada akhir tahun 1980 pabrik sudah dapat
beroperasi.
Sebelum perusahaan ini melakukan operasi memproduksi dan
pendistribusian produk dan pabrik Coca Cola PT. Tirta Lina Surabaya untuk
1. Surat penunjukan sebagai distribusi dari Coca Cola Indonesia (CCI) tanggal
19 Januari 1977
3. Surat izin penempatan usaha dari Wali Kota Makassar nomor : 707/IP/29/77
5. Surat izin membangun pabrik dari Pemda Kota Makassar nomor 3-IM
6. Surat persetujuan tetap dalam rangka Penanaman Modal Asing Dalam Negeri
9. Surat izin lembur Kantor Perawatan dan Pemeliharaan Tenaga Kerja Propinsi
1979
Adapun mengenai modal awal dari perusahaan ini berdasarkan dari awal
berdirinya sebesar Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah). Kemudian pada
dengan modal setoran sebesar Rp. 650.000.000,- (Enam Ratus Lima Puluh Juta
Rupiah), dan pada saat itu kedudukan kantor pusat perusahaan ini berpindah dari
Oleh karena itu, maka pada awal tahun 1980, Coca-Cola Indonesia, tim
tiga kali, yaitu berturut-turut berdasarkan akte Sitske Limowa, No. 95 tanggal 20
Maret 1980 kemudian dengan akte notaris yang sama dirubah lagi menjadi No.
123 dan No. 16 tanggal 8 Desember 1980 dengan susunan sebagai berikut :
pabrik.
penyediaan bahan dan pemasangan sistem pipa dan sistem pendingin yang
Cola Indonesia dengan tim Hongkong dan telah dimintakan perhatian untuk hal-
hal berikut :
besar
Pengadaan forklift dengan kapasitas angkut 4,5 ton dan daya mencapai
ketinggian 4 meter
kimia.
Hal-hal tersebut di atas akhirnya dapat terpenuhi sehingga pada tanggal 20
nama dan PT. Tirta Permatasari menjadi PT. Marannu Bottling Plant Company.
Tiga tahun kemudian, di penghujung tahun 1992 PT. Marannu Bottling Plant
Company diakuisisi oleh PT. Coca Cola Amatil Indonesia unit operasi Makassar,
suatu organisasi atau perusahaan. Bagian yang dimaksud itu adalah orang-orang
Makassar yang menggunakan struktur garis, yang dapat dilihat secara lengkap
berikut:
STRUKTUR ORGANISASI
GENERAL
MANAGER
SEKRETARIS
KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN KEP. BAGIAN
PERSONALIA UMUM PEMBELIAN KEUNAGAN PEMASARAN PRODUKSI
MARKETING MARKETING
SUPPORT SALES DEVELOPMENT
MANAGER MANAGER MANAGER
Untuk mempelajari tugas-tugas dan kewajiban dari karyawan, maka
1. General Manager
b. Kewajiban :
mempersiapkan.
2. Sekretaris
bagian.
lain.
Pembelian bahan baku dan bahan penolong untuk produksi Coca Cola,
pengembangan pemasaran
dan Balikpapan.
pemasaran.
8. Kepala Bagian Produksi
oleh perusahaan.
a. Seksi Maintenance
digunakan perusahaan.
digunakan.
b. Seksi Produksi
produk ialah seksi Quality and Public Relation, yang bertugas secara khusus
tanggung jawab telah dibagi habis dan jalur-jalur wewenang telah ditetapkan
produksi selalu menjadi yang utama. Dengan kata lain kalau ada anggota
organisasi yang berhalangan masuk kerja, tugas dan tanggung jawab yang
dan para pegawai memiliki rasa saling memiliki yang tinggi terhadap
BAB V
A. Unsur-Unsur Biaya dan Klasifikasi Biaya pada PT. Coca Cola Bottling
variabel dan biaya tetap, terlebih dahulu perlu diketahui unsur-unsur biaya yang
digunakan oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju sebagai
berikut :
1. Biaya Produksi
a. Bahan Baku
lain :
Gula pasir, yang dibeli dari pabrik gula pasir madu medium dan lain-
lain.
Concentrate yaitu bibit minuman yang dibeli dari PT. Coca Cola
Indonesia Jakarta.
Kemasan yang terdiri dari botol buatan PT. IGDAS Surabaya dan PT.
KANGAR Jakarta, Crown / tutup botol yang dibeli dari PT. Crown
dan Seal Company Jaber, Krat/Case standar yang dibeli dari PT.
PIONER.
b. Bahan Pembantu
Bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi pada PT. Coca
kertas filter.
Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari biaya tenaga kerja bagian
produksi dan biaya tenaga kerja bagian teknik yang besarnya gaji
Yaitu biaya produksi selain biaya bahan baku, biaya bahan penolong dan
Bahan bakar dan pelumas yang digunakan dalam proses produksi adalah
bensin, solar, olie, silogram, sabun rinso dan sabun batangan. Besarnya
Biaya ini terdiri dari biaya abonemen yang harus tetap dibayar meskipun
produksi.
c. Biaya Telpon
Seperti halnya biaya listrik biaya ini terdiri dari biaya abonemen dan biaya
pemakaian.
d. Biaya asuransi
Biaya ini dikeluarkan untuk asuransi aktiva tetap dan persediaan, yang
e. Biaya pemeliharaan
perusahaan.
f. Biaya penyusutan
Biaya ini untuk investasi aktiva tetap yang ada dan perhitungannya
3. Biaya Usaha
a. Biaya penjualan
Biaya ini terdiri dari biaya untuk promosi dan biaya gaji tenaga penjualan.
Biaya ini ada yang tetap dan ada yang besarnya mengikuti volume
penjualan.
perusahaan.
c. Biaya lain-lain
tersebut harus diklasifikasikan ke dalam unsur biaya variabel dan unsur biaya
tetap. Adapun unsur-unsur biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan
oleh PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju, serta penjualan
TABEL I
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA Dl MAKASSAR DATA BIAYA
OPERASI VARIABEL DAN BIAYA OPERASI TETAP TAHUN 2012
Sumber : Bagian Keuangan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju,
2013
TABEL 2
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CABANG MAMUJU
DATA VOLUME PENJUALAN TAHUN 2012
Sumber : Bagian Keuangan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju,
2013
TABEL 3
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CABANG MAMUJU
DATA VOLUME PENJUALAN TAHUN 2012
Sumber : Bagian Produksi PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang Mamuju,
2013
PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA CABANG MAMUJU
PERHITUNGAN LABA RUGI MENURUT VARIABEL COSTING
TAHUN 2012
Penjualan Rp.15.081.150.000
Biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp. 2.537.236.000
Biaya bahan pembantu Rp. 71.421.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 103.029.000
Total biaya produksi Rp. 2.710.681.000
Biaya overhead pabrik:
Biaya bahan bakar dan pelumas Rp. 477.408.000
Biaya listrik Rp. 471.329.000
Biaya telepon Rp. 216.698.000
Biaya asuransi Rp. 36.793.000
Biaya pemeliharaan Rp. 680.459.000
Biaya penyusutan Rp. 1.163.362.000
Total biaya overhead pabrik Rp. 3.046.049.000
Rp. 5.756.730.000
Labakotor Rp. 9.327.420.000
Biaya usaha:
Biaya penjualan Rp. 1.385.159.000
Biaya administrasi dan umutn Rp. 1.715.461.000
Biaya lain-lain Rp. 459.740.000
Total biaya usaha Rp. 3.560.360.000
Laba bersih sebelum pajak (EBIT) Rp. 5.764.060.000
B. Analisis Break Even pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cabang
Mamuju
harus dicapai agar dalam tahun anggaran yang akan datang, perusahaan tidak
(penjualan) sesuai dengan jumlah biaya. Semakin rendah titik impas berarti
mendapatkan laba.
Berdasarkan data biaya dan penjualan PT. Coca Cola Bottling Indonesia
Cabang Mamuju pada tahun 2002, maka perhitungan Break Even adalah sebagai
berikut :
6.0.32.460 .000
Biaya variabel/case = Rp.12.000
502.705
Biaya Tetap
1. BEP (case) =
Harga per case biaya variabel per case
3.284.630. 000
=
30.000 12.000
= 182.479,4444 Case
Biaya tetap
2. BEP (Rp) =
Biaya Variabel
1-
Penjualan
3.284.630. 000
=
6.02.460.000
1-
15.081.150.000
3.284.630. 000
=
1 0,4
3.284.630. 000
=
0,6
= Rp. 5.474.383.333
Pembuktian
Biaya variabel
Rp. 5.474.383.333
Rp. 0
Dari hasil perhitungan di atas maka impas (break even) PT. Coca Cola
Bottling Indonesia Cabang Mamuju pada tahun 2012 terjadi pada saat penjualan
mencapai adalah Rp. 5.474.383.333 ini berarti bahwa jika perusahaan mencapai
penjualan di atas titik impas atau lebih dan Rp. 5.474.383.333, maka perusahaan
akan mcndapat laba tetapi apabila pcnjualan yang dicapai berada di bawah titik
impas atau kurang dari Rp. 5.474.383.333, maka perusahaan akan menderita rugi.
Gambar I. Grafik Break Even Point PT. Coca Cola Bottling Indonesia
Cabang Mamuju.
10.000.000
Total penjualan (dalam ribuan case)
5.000.000
tax (EBIT). Atau dengan kata lain leverage operasi adalah tingkat pengeluaran
biaya tetap di dalam sebuah perusahaan. Perusahaan dengan biaya tetap yang
seperti berikut :
S TV
DOL =
S TV F
15.081.150.000 6.032.460.000
=
15.081.150.000 6.032.460.000 3.204.630.000
9.048.960.000
=
5.764.060.000
= 1,75
(DOL) pada volume penjualan 502.705 case atau pada total penjualan Rp.
perubahan laba operasi atau dengan kata lain setiap perubahan persentase dalam
operasi 1,57 kali lebih besar. Sebagai misal peningkatan penjualan sebesar 20%
berikut :
tahun 2002, jika manajemen menargetkan peningkatan laba bersih sebesar 20%
untuk periode mendatang maka tingkat penjualan yang harus dicapai adalah :
20
=
1,57
= 12,7388535
= 12,74%
Dari hasil perhitungan tersebut di atas, menunjukkan bahwa apabila
sebesar 20% dari periode saat ini, maka perusahaan hams menaikkan penjualan
sebesar 12,74% dari total penjualan periode saat ini. Sehingga dengan demikian
Target Laba:
Rp. 6.916.872.000,00
Kenaikan Penjualan :
Rp. 17.002.315.604,62
Oleh karena penjualan meningkat 12,74%, maka biaya variabel juga akan
Biaya variabel :
Rp. 6.800.813.604,62
TABEL 4
PENGARUH PERUBAHAN PENJUALAN TERHADAP EBIT
Uraian Mula-Mula Perubahan
A. Simpulan
Dan uraian bab-bab sebelumnya penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut :
1. Analisa break even dan analisa operating leverage merupakan parameter-parameter untuk
perencanaan laba jangka pendek atau dalam suatu periode akuntansi tertentu. Dan hasil
analisa break even manajemen dapat mengetahui berapa jumlah penjualan yang harus
dicapai agar supaya perusahaan tidak menderita rugi dan dari analisa operating leverage
2. Dan hasil perhitungan diketahui tingkat break even PT. Coca Cola Bottling Indonesia
Cabang Mamuju untuk tahun 2002 terjadi pada saat penjualan sebesar Rp. 5.474.383.300
sedangkan tingkat operating leverage (DOL) untuk tahun 002 sebesar 1,57 yang berarti
bahwa setiap perubahan satu persen (1%) penjualan dan titik Rp. 15.081.150.000
proyeksi peningkatan laba untuk periode mendatang. Sebagai missal jika manajemen
menargetkan peningkatan laba bersih sebesar 20% pada periode mendatang, maka
perusahaan harus meningkatkan penjualan sebesar 12.74 % dari total penjualan periode
saat ini.
B. Saran
Dari hasil analisis diketahui bahwa tingkat operating leveragenya (DOL) adalah 1,57
kali. Angka ini menunjukkan bahwa sensitifitas laba operasi terhadap perubahan penjualan
belum signifikan, dan oleh karena tingkat operating leverage (DOL) dipengaruhi oleh
proporsi biaya tetap terhadap biaya variabel atau dengan kata lain dipengaruhi oleh tingkat
mendongkrak volume penjualan pada periode yang akan datang, maka sebaiknya
biaya tetap terhadap biaya variabel. Hal ini dapat ditempuh dengan menaikkan pos-pos
biaya tetap seperti biaya iklan atau biaya litbang dalam upaya untuk mendongkrak
mendongkrak volume penjualan pada periode yang akan datang atau berada dalam
kondisi persaingan yang sedemikian ketat sehingga beresiko untuk mengubah harga jual
produk, maka dalam kondisi seperti ini manajemen perusahaan lebih baik memangkas
memakai bahan baku yang lebih murah atau memakai perlengkapan mesin yang hemat
tenaga kerja, karena sedikit penghematan biaya variabel dapat menambah laba secara
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edwar J. Kung H. Chen, Thomas W.Bn, 2000. Manajemen Biaya. Terjemahan A. Susty
Ambarriani, Edisi Pertama, Jilid Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Brigham, Eugene F. Houston, Joel F 2001. Manajemen Keuangan. Edisi VIII, Erlangga, Jakarta.
Garrison, Ray H dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Managerial Terjemahan A Totok
Budisantoso, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
Harahap, Sofyan Safri, 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Husnan, Suad, Enny Pudjiastuti, 2002. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga,
Cetakan Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Martin John D, Arthur J. Keown, J. William Petty, David F. Scott Jr. 2000. Dasar-dasar
Manajemen Keuangan. Terjemahan Chaerul D. Djakman dan Dwi Sulistyorini, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Prasetya, Rudi Agung. 2010. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan
Perusahaan PT HM Sampoerna, Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
Malang.
Simamora, Henry, 2002. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua, Cetakan Pertama, Penerbit UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Syamrin, L.M, 2001. Akuntansi Manajerial. Cetakan Pertama, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Syamsuddin, Lukman, 2000. Manajemen Perusahaan. Edisi Kelima, Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sundjaja, Ridwan S dan Inge Berlian, 2000. Manajemen Keuangan Dua Edisi Kedua, Penerbit
PT. Prenhallindo, Jakarta.
Thohari, Khamim. 2003. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Salah Satu Alat Penilaian Kinerja
Perusahaan PT Gudang Garam Tbk. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
Malang.
Ulfah, Maria. 2010. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat untuk Menilai Kinerja Manajemen
Perusahaan PT Semen Gresik Tbk. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri
Malang.
Van Home James C. dan John M. Wachowicz, Jr, 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan.
Terjemahan Heru Sutojo, Edisi Kesembilan, Jilid Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Warsono, 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan, Jilid 1 , Bayu Media Publishing. Malang.
Weston, J Fred dan Thomas E Copeland, 1995. Manajemen Keuangan, jilid 1. Binarupa Aksara.
Jakarta.