Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada percobaan kali ini, dilakukan ekstraksi dan isolasi zat aktif Parasetamol dari
obat tradisional yaitu jamu. Seperti yang diketahui, akhir-akhir ini banyak
ditemukan jamu yang merupakan obat tradisional yang berbahan dasar hewan,
tumbuhan atau mineral yang telah terbukti secara empiris atau turun-temurun dan
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman yang seharusnya
mempunyai efek farmakologi dari bahan-bahan alami jamu itu sendiri, tetapi
malah mengandung BKO atau bahan kimia obat yang mana tidak diperbolehkan
ada pada obat tradisional. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya
pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak
terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan semata-mata demi
meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang
bereaksi cepat pada tubuh. Konsumen yang tidak menyadari adanya bahaya dari
obat tradisional yang dikonsumsinya, apalagi memperhatikan adanya kontra
indikasi penggunaan beberapa bahan kimia bagi penderita penyakit tertentu
maupun interaksi bahan obat yang terjadi apabila pengguna obat tradisional
sedang mengkonsumsi obat lain, tentunya sangat membahayakan (Badan POM,
2008). Lebih parahnya, beberapa produsen menggunakan bahan herbal sisa atau
yang tidak berefek lalu mencampurnya dengan BKO dan seolah-olah obat tersebut
berkhasiat.

Parasetamol merupakan derivat aminofenol yang mempunyai aktivitas analgesic


dan antipiretik. Seperti salisilat, parasetamol berefek menghambat sintesa
prostaglandin di otak sehingga dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus amino benzen
yang menurunkan panas saat demam. (Wilmana, 1995)

Pada ekstraksi fase padat dimana digunakan serbuk jamu simulasi yang di
dalamnya terdapat Parasetamol. Ekstraksi sendiri merupakan proses pemisahan.
Tujuan dari percobaan ini adalah ekstraksi fase padat yaitu untuk mengisolasi
senyawa Parasetamol dari jamu simulasi dan melakukan analisis kualitatif hasil
ekstraksi fase padat dengan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dan KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Pada percobaan ini ekstraksi ysng dilakukan
untuk mengisolasi Parasetamol dari jamu adalah jenis ekstraksi padat-cair yaitu
proses ekstraksi dengan pelarut pengekstraknya berbentuk padat dan yang menjadi
fase diamnya menggunakan Cartridge (penjerap) C-18 yaitu fase diam yang
bersifat non polar yang terdiri dari 18 atom C atau Oktadesil silika (ODS atau
C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu
memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun
tinggi (Dranen and Huber, 1987) dan kebanyakan digunakan untuk mengekstraksi
senyawa-senyawa organik seperti fenol. Pada percobaan ini, metode ekstraksi fase
padat yang digunakan adalah EFP Reversed Phase yaitu menggunakan fase gerak
polar atau agak polar dan fase diam non polar. Analit yang dipisahkan memiliki
tipe semi hingga non polar serta matriks sampel yang bersifat polar dengan retensi
analit organik dari pelarut polar berkaitan dengan gaya tarik ikatan karbon-
hidrogen antara analit dan gugus fungsi pada permukaan silika. Pada proses
ekstraksi fase padat ini, terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap pengkondisian, tahap
retensi, tahap pembilasan dan tahap yang terakhir yaitu elusi.

Pada tahap pertama atau awal dari proses ekstraksi fase padat yaitu tahap
pengkondisian, yaitu proses aktivasi penjerap dengan pelarut organik. Tahap ini
bertujuan untuk membuat pori-pori fase diam atau penjerap terbuka supaya sifat
penjerap dan sampel sama sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang tidak
diinginkan. Pada tahap pengkondisian ini, pelarut organik yang digunakan adalah
metanol dan pelarut aquades. Pada kolom EFP Cartridge C-18 dimasukkan
metanol terlebih dahulu dan ditunggu hingga metanol di dalam Cartridge menetes
seluruhnya ke dalam vial pengkondisian untuk ditampung. Dimana metanol
bersifat polar dan sifat kelarutan Parasetamol adalah sukar larut dalam air.
Kemudian dimasukkan dilanjutkan dengan memasukkan aquades ke dalam kolom
dan biarkan menetes.

Setelah itu, sampel jamu simulasi yang di dalamnya terdapat Parasetamol


dilarutkan dengan asam format 5% yang mana bertujuan untuk menarik senyawa
yang ada di dalam jamu. Kemudian sampel tersebut dikocok sedikit hingga semua
serbuk terbasahi oleh asam format dan kemudian dikocok menggunakan shaker
selama 15 menit. Setelah 15 menit, sampel didiamkan terlebih dahulu untuk
menunggu serbuk mengendap karena yang akan digunakan adalah filtratnya.
Setelah mengendap, bagian larutan yang bening kemudian disaring menggunakan
kertas saring yang bertujuan untuk memisahkan filtrat dari ampasnya. Kemudian
filtrat yang telah disaring dimasukkan ke dalam kolom EFP cartridge C-18 yang
sudah melalui tahap pengkondisian dan pori-pori fase diam atau penjerapnya telah
terbuka dan ditunggu hingga semua filtrat menetes seluruhnya yang ditampung ke
dalam vial.

Filtrat jamu yang tadi telah ditampung, kemudia dimasukkan ke dalam kolom EFP
Cartridge C-18 dan dibiarkan menetes perlahan hingga tidak ada lagi sisa filtrate
yang ada di kolom. Tahap ini telah masuk ke dalam tahap kedua dari ekstraksi
fase padat yaitu tahap Retensi. Dimana tujuannya adalah untuk menjerap analit.
Pada tahapan retensi ini, digunakan pelarut yang daya elusi rendah supaya analit
dapat terjerap di penjerap. Karena pada tahap awal dilakukan pengkondisian
penjerap menggunakan metanol dan aquades sehingga penjerap terbasahi oleh
metanol dan aquades dimana daya elusinya rendah, sehingga Parasetamol akan
terjerap pada penjerap yang merupakan non polar dan matriks akan menetes
keluar karena terelusi. Parasetamol tetap diam di penjerap karna daya elusi pelarut
yang rendah.

Tahap selanjutnya dari proses ekstraksi fase padat adalah tahap pembilasan.
Tujuan dari tahap ini adalah mengeluarkan sisa matriks yang masih tertinggal di
fase diam yang dimana mungkin saja bukan hanya Parasetamol yang tertinggal
disana melainkan masih ada matriks lain yang tidak diinginkan. Prinsip dari
pembilasan ini yaitu harus menggunakan pelarut yang tidak bisa melarutkan analit
yang dimana kandungan analit adalah Parasetamol yang mana merupakan zat
yang ingin diisolasi. Pada pembilasan ini, kolom EFP Cartridge C-18 dicuci
menggunakan aquadest. Parasetamol sendiri berdasarkan data kelarutannya
(sumber kope), sukar larut dalam air sehingga analit yang diinginkan akan tetap
tertinggal di penjerap sedangkan matriks lain akan menetes ke dalam vial.
Tahap yang terakhir pada proses ekstraksi fase padat adalah tahap elusi. Tujuan
dari dilakukannya tahap ini adalah untuk mengeluarkan Parasetamol dari
penjerap. Prinsipnya yaitu dengan menggunakan pelarut yang dapat melarutkan
analit (yang tertinggal di penjerap). Elusi analit dilakukan dengan menggunakan
NH4OH 2,5% dalam metanol. NH4OH sendiri merupakan basa lemah dan
Paracetamol merupakan zat yang sifatnya asam lemah sehingga ketika NH 4OH
dimasukkan ke dalam kolom yang berisi analit yang terjerap di penjerap, akan
membentuk garam dengan analit, menjadi membentuk garam sehingga garam
yang terbentuk tersebut akan melarut di metanol sehingga analit dapat terelusi
keluar dari penjerap. Setelah semua analit keluar dari penjerap dan sudah menetes
semua, hasil elusi tersebut kemudian dianalisis kualitatif dengan menggunakan
KLT.

Dapus

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2008.
Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: BPOM RI.

Dranen, A. and L. Huber. 1987. Application of UV-Vis Spectral Libraries in


HPLC. Hewlett-Packard: Amsterdam.

Wilmana, P. F. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai