Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan 4: Isolasi dan Identifikasi Piperin dari Fructus Piperis Nigri

DISUSUN OLEH :

Nama : Vedy Trikuncahyo

NIM : 1606067126

Golongan :C8

Kelas :4C

Dosen Pembimbing : Fara Azzahra, M. Farm.,Apt

LABORATORIUM FITOKIMIA

AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA


2018
HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan praktikum fitokimia percobaan ke-4 dengan judul Isolasi dan Identifikasi Piperin dari
Fructus Piperis nigri adalah benar sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya
susun sendiri berdasarkan praktikum yang telah dilakukan.

Yogyakarta, 2018
Dosen Pembimbing Mahasiswa

(Vedy Trikuncahyo)
Data Laporan

Hari, Tanggal Praktikum Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan

Nilai Laporan
No Aspek Penilaian Nilai
1 Ketepatan waktu pengumpulan (10)
2 Kesesuaian laporan dengan format (5)
3 Kelengkapan dasar teori (15)
4 Skematika kerja (10)
5 Penyajian hasil (15)
6 Pembahasan (20)

7 Kesimpulan (10)

8 Penulisan daftar pustaka (5)

9 Upload data via blog/wordpress/scribd/academia.edu (10)

Total
Laporan Praktikum Fitokimia
Percobaan IV
Isolasi dan Identifikasi Piperin dari Fructus Piperis Nigri

1. Tujuan Praktikum
Memahami prinsip dan melakukan isolasi piperin dari piperis nigri fructus atau
piperis albi fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis.
2. Dasar Teori
Lada atau yang disebut juga merica (Piper nigrum L.) berasal dari famili Piperaceae
(Vasavirama dan Upender, 2014). Pada umumnya lada hitam (black pepper) dimanfaatkan
sebagai bumbu dapur, sama halnya dengan lada putih (white pepper). Lada putih diperoleh
dari buah lada hitam yang buah-buahnya dipetik selagi masih hijau atau hampir masak,
direndam untuk memudahkan pengupasan lapisan luar perikarp, lalu dijemur sampai
kering (Kartasapoetra, 2004).
Buah lada hitam mengandung alkaloid dan minyak atsiri dengan komponen
felandren, dipenten, kariopilen, entoksilen, dan limonen (Depkes RI, 1980). Lada hitam
juga mengandung antara lain alkaloid piperin (5,3-9,2%), kavisin (sampai 1%) dan metil-
pirolin; minyak atsiri (1,2-3,5%); lemak (6,5-7,5%); pati (36-37%) dan serat kasar (±14%)
(Loo, 1987). Buah lada putih mengandung alkaloid seperti piperin, kavisin, dan
metilpirolin, serta minyak atsiri, lemak dan pati. Kandungan utama dalam lada adalah
alkaloid piperin. Piperin memiliki rumus molekul C17H19NO3 atau (E,E)-1-[5-(1,3-
benzodioksol-5-il)-1-okso-2,4-pentadienil] piperidin, diperoleh dalam bentuk prisma
monosiklik dari alkohol dengan titik lebur 130°C, 1 g piperin larut dalam 15 mL etanol, 36
mL eter dan hampir tidak larut dalam air (Kar, 2014). Piperin berbentuk kristal berwarna
putih kekuningan dan merupakan alkaloid dari golongan piperidin yang memiliki sifat
hampir tidak larut dalam air (40 mg/L pada suhu 18°C), namun mudah larut dalam alkohol
(1 g/15 mL) dan eter (1 g/1,7 mL) (Vasavirama dan Upender, 2014). Piperin memiliki
khasiat sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan berat badan, menurunkan demam,
menetralkan racun bisa ular, antiepilepsi, membantu meningkatkan penyerapan vitamin
tertentu (Kolhe et al., 2009). Piperin memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik
pada tikus, dan menunjukkan hasil yang sebanding dengan indometasin sebagai obat
standar (Sabina et al., 2013). Kualitas ekstrak buah lada dipengaruhi oleh kandungan dan
kadar senyawa kimia di dalamnya. Proses ekstraksi buah lada hitam dalam skala industri
digunakan pelarut etanol 60% (Agoes, 2009). Senyawa piperin merupakan senyawa
identitas yang paling banyak terkandung dalam buah lada serta memiliki beragam khasiat
pengobatan, maka perlu dipisahkan secara selektif melalui penyarian atau ekstraksi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, metode ekstraksi yang
paling baik digunakan untuk mengisolasi piperin dari buah cabe jawa adalah ekstraksi
dengan alat sokhlet jika dibandingkan dengan metode maserasi yang dianalisis
menggunakan metode KLT-densitometri. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar
piperin pada ekstrak cabe jawa yang diekstraksi dengan alat sokhlet dengan pelarut etanol
95% lebih tinggi yaitu 15,75% dibandingkan dengan kadar piperin pada ekstrak cabe jawa
menggunakan metode maserasi yaitu sebesar 8,83% (Istiqomah, 2013).
Pada metode soxhlet, simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan dalam selonsong
kertas saring yang ditempatkan pada dari alat ekstraktor. Solven pengekstraksi dalam labu
dipanaskan dan uapnya akan mengembun pada kondensor. Solven akan menetes pada
simplisia dan terjadi proses ekstraksi. Apabila jumlah cairan pada tabung melewati batas
atas, maka cairan akan mengalir menuju labu. Proses ini terjadi secara terus menerus
hingga tetesan solven tidak meninggalkan residu saat diuapkan. Keuntungan metode ini
yaitu jumlah simplisia yang banyak dapat diekstraksi dengan solven yang sedikit. Apabila
soxhlet diterapkan pada skala yang besar, maka prosedur ekstraksi yang berkesinambungan
akan lebi ekonomis dan terjangkau (Yunita, 2018).
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase
gerak, pemisahan tergantung pada gerakan relative dari 2 fase tersebut (Yunita, dan
Wijaya, 2018).
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase tetap,
yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara tersebut
dikenal dengan kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi.
Karena fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada 4 macam sistem
kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan
penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi, kromatografi gas-cair serta
kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, k., dkk., 1995).
3. Alat dan Bahan
Alat
 Alat penyari soxhlet
 Alat KLT

Bahan
 Piper nigrum
 Etanol 96%
 KOH etanolik 10%
 Diklormetana
 Etil Asetat
4. Cara Kerja
Ekstraksi dan Isolasi

Serbuk merica  soxhletasi 5x sirkulasi  Pemisahan sari filtrate diuapkan


+ etanol 96%

+KOH etanolik 10%  endapan  Pemisahan sari sari disimpan di almari es

Kristalisasi

Pemurnian

Kristal  Pisahkan  Pencucian  Pengeringan 40o  eksikator  KLT

KLT

Fase gerak  Silica Gel GF 254


Fase diam  Dikormetana : Eti asetat 75:25
Cuplikan  Larutan sampel
Deteksi  UV 366 nm, disemprot anisal dehid asam sulfat dipanaskan 110o 10 menit
Perhitungan Rf

5. Hasil Praktikum
Nama Simplisia : Piper nigrum L 10 gram
Metode Ekstraksi : Soxhletasi
Jumlah Pelarut : 350 mL etanol 96%
Jumlah siklus : 5x siklus

 Hasil soxhletasi 5 siklus dievaporasi selama 30 menit menggunakan rotary


evaporator pada suhu 60oC
 Penambahan KOH etanolik 10%
 Hasil ekstrak disimpan dalam almari es salama 7 hari
 Tidak terdapat endapan kristal jarum dari Piperis nigri
6. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan isolasi dan identifikasi piperin dar Piperis nigri
fructus dengan menggunakan sampel serbuk lada. Kami diharapkan mampu memahami
prinsipdan melakukan isolasi piperin dari Piperis nigri fructus beserta analisis kualitatif
hasil isolasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Metode yang dipilih adalah soxhletasi. Keuntungan dari metode ini yaitu jumlah
simplisia yang banyak dapat diekstraksi dengan solven yang sedikit. Apabila soxhlet
diterapkan pada skala yang besar, maka prosedur ekstraksi yang berkesinambungan akan
lebi ekonomis dan terjangkau. Metode ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan salah satu
metode yang cocok mengekstraksi alkaloid. Penggunaan pelarut yang ideal untuk
mengekstraksi adalah pelarut yang menunjukkan selektivitas maksimal,, mempunyai
kapasitas terbaik dan kompatibel dengan bahan yang diekstraksi. Penggunaan cairan
pelarut pengekstraksi berupa etanol 96% untuk membantu proses difusi pelarut ke dalam
sel. Pelarut etanol 60% merupakan pelarut yang paling banyak menghasilkan rendemen
ekstrak pada ekstraksi buah lada hitam, sedangkan pelarut etanol 96% merupakan pelarut
yang paling banyak menghasilkan rendemen ekstrak pada buah lada putih. Sampel
diletakkan pada kertas saring yang ditali, dengan demikian pelarut akan terus direfluks.
Alat soxhlet akan mengkosongkan isinya kedalam labu dasar bulat setelah pelarut
mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segera melewati alat ini melalui pendingin refluks,
ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari sampel secara efektif ditarik ke
dalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut.
Jumlah siklus yang terjadi adalah 5 siklus. hasil soxhlet dipekatkan pada rotary
evaporator pada suhu 600 C selama 30 menit. Alasan digunakan suhu 600 C adalah etanol
96% mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780 C. Tujuan
dari penguapan ini adalah untuk menghilangkan pelarut sehingga didapat ekstrak kental.
Ekstrak kental yang diperoleh kemudian ditambahkan dengan larutan KOH-
etanolik 10%. Penambahan KOH-etanolik 10% ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa
piperindalam bentuk garamnya, karena berdasarkan literatur dinyatakan bahwa senyawa g
olonganalkaloid sering kali diisolasi dalam bentuk garamnya yaitu garam asam piperat.
Selain itu, penambahan KOH-etanolik juga dapat mengeliminasi senyawa lainnya, karena
dalam ekstrak tersebut masih terdapat zat pengotornya. Filtrat yang ada kemudian disaring
untuk memisahkan zat dari pengotornya. Sari yang jernih didiamkan selama 1 minggu di
almari es.
Tujuan dari proses kristalisasi ialah untuk memurnikan sampel dari pengotornya.
Prinsip dari kristalisasi ialah senyawa padat akan mudah terlarut dalam pelarut panas bila
dibandinkan pada pelarut yang lebih dingin. Dengan demikian jika suatu larutan senyawa
tersebut dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian didinginkan, senyawa terlarut
akan berkurang kelarutannya dan mulai mengendap, membentuk kristal yang murni dan
bebas pengotor. Titik beku piperin untuk menjadi kristal adalah pada rentang suhu 1-20 C.
Sehingga pada saat kristalisasi disimpan pada lemari es.
Setelah waktu penyimpanan selama 1 minggu tidak didapatkan kristal jarum
piperin. Hal ini disebabkan karena dalam proses pemekatan di rotary evaporator hanya
dengan waktu 30 menit saja, alhasil ekstrak masih dalam keadaan encer. Minimal
dilakukan evaporasi selama 3 jam sehingga didapatkan ekstrak yang lebih kental dan pekat.
Karena tidak didapatkan Kristal piperin, maka tidak dilanjutkan proses Kromatografi Lapis
Tipis.
7. Kesimpulan
 Prinsip isolasi piperin adalah menggunakan ekstraksi metode soxhletasi
 Tidak diperoleh Kristal piperin sehingga tidak dapat dilakukan identifikasi
Kromatografi Lapis Tipis, tidak dapat menghitung nilai Rf dan rendemennya
 Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%
8. Saran
Dalam proses pemekatan ekstrak hasil soxhletasi disarankan untuk mengevaporasi
ekstrak lebih lama waktunya minimal sampai didapatkan ekstrak yang benar-benar
kental/pekat karena ketika ekstrak masih encer alhasil tidak terbentuk kristal jarum
piperin..
9. Daftar Pustaka

Abraham, A., Fauziyah, B., Fasya, A.G., dan Adi, T.K., 2014, Uji Antitoksoplasma Ekstrak
Kasar Alkaloid Daun Pulai (Alstonia scholaris, (L.) R. BR) terhadap Mencit (Mus
musculus) BALB/C yang Terinfeksi Toxoplasma Gondii Strain Rh. Alchemy. 3 (1):
67-75.
Agoes, G., 2007, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung, 32-35.
Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam, Edisi revisi, Penerbit ITB, Bandung, 37 dan 85.
Depkes RI., 1980, Materia Medika Indonesia. Jilid IV, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan, 99-108.
Harborne, J.B., 1996, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan,
Terjemahan: Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB, Bandung.
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya, Majalah
Ilmu Kefarmasian,1 (3): 117-135.
Istiqomah, 2013, Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan Sokletasi terhadap Kadar
Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retfofracti fructus), Skripsi, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kar, A., 2014, Farmakognosi dan Farmakobioteknologi, Terjemahan: July Manurung dkk.,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2 (2): 503-504.
Kartasapoetra, G., 2004, Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat, Jakarta: PT Rineka Cipta,
50-51.
Kolhe, S.R., Borole, P., and Patel, U., 2011, Extraction and Evaluation of Piperine from
Piper nigrum, Internasional Journal of Applied Biology and Pharmaceutical
Technology, 144-149.
Loo, T., 1987, Ikhtisar Ringkas dari Dasar-Dasar Farmakognosi, Bunda Karya, Jakarta,
181. Murrukmihadi, M., Wahyuono, S., Marchaban, dan Martono, S., 2013,
Penetapan Kadar Alkaloid dari Ekstrak Etanolik Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.), Traditional Medicine Journal, 18 (2): 118-120.
Redja, I.W., Aziz, Z., Yantih, N., 2009, Analisis Instrumental, Jakarta: Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila, 133-140. Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis
Obat, Edisi Ke-1, Graha Ilmu, Yogyakarta. 47, 49, 56.
Sabina, E.P., Nasreen, A., Vedi, M., and Rasool, M., 2013, Analgesic, Antipyretic and
Ulcerogenic Effects of Piperine: An Active Ingredient of Pepper, Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research, 5 (10): 203-206.
Sirait, M., 2007, Penuntunan Fitokimia dalam Farmasi, Bandung: ITB, 60-61.
Vasavirama, K.and Upender, M., 2014, Piperine: A Valuable Alkaloid from Piper Species,
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 6 (4): 34-38.

10.Lampiran

Anda mungkin juga menyukai