Askep Kraniotomi Craniotomy
Askep Kraniotomi Craniotomy
CRANIOSTOMY
DI SUSUN OLEH :
EDY NURYANTO
G3A016145
C. Etiologi
Penyebab cedera kepala ada 2, yaitu:
1. Bersifat terbuka: menembus melalui dura meter (peluru, pisau)
2. Bersifat tertutup: trauma tumpul, tanpa penetrasi menembus dura (kecelakaan lalu
lintas, jatuh, cedera olahraga).
D. Patofisiologi
Trauma kepala (trauma eraniocerebral) dapat terjadi karena cedera kulit
kepala, tulang kepala, jaringan otak, baik terpisah maupun seluruhnya. Beberapa
variabel yang mempengaruhi luasnya cedera kepala adalah sebagai berikut:.
1. Lokasi dan arah dari penyebab benturan.
2. Kecepatan kekuatan yang datang
3. Permukaan dari kekuatan yang menimpa
4. Kondisi kepala ketika mendapat penyebab benturan
Cedera bervariasi dari luka kulit yang sederhana sampai geger otak. Luka
terbuka dari tengkorak ditandai kerusakan otak. Luasnya luka bukan merupakan
indikasi berat ringannya gangguan. Pengaruh umum cedera kepala dari tingkat ringan
sampai tingkat berat adalah edema otak, defisit sensori dan motorik, peningkatan intra
kranial. Kerusakan selanjutnya timbul herniasi otak, isoheni otak dan hipoxia.
Cedera pada otak bisa berasal dari trauma langsung atau tidak langsung pada
kepala. Trauma tidak langsung disebabkan karena tingginya tahanan atau keluaran
yang merobek terkena pada kepala akibat menarik leher. Trauma langsung bila kepala
langsung terluka. Semua ini berakibat terjadinya akselerasi-deselerasi dan
pembentukan rongga (dilepasnya gas, dari cairan lumbal, darah, dan jaringan otak).
Trauma langsung juga menyebabkan rotasi tengkorak dan isinya, rusaknya otak oleh
kompresi, goresan atau tekanan.
Cedera akselerasi terjadi bila kepala kena benturan dari objek yang bergerak
dari objek yang bergerak dan menimbulkan gerakan. Akibat dari kekuatan akselerasi,
kikiran atau kontusi pada lobus oksipital dan frontal, batang, otak dan cerebelum dapat
terjadi.
Perdarahan akibat trauma cranio cerebral dapat terjadi pada lokasi-lokasi
tersebut: kulit kepala, epidural, subdural, intracerebral, intraventricular. Hematom
subdural dapat diklasifikasi sebagai berikut:
1. Akut: terjadi dalam 24 jam sampai 48 jam.
2. Subakut: terjadi dalam 48 jam sampai 2 minggu.
3. Kronis: terjadi setelah beberapa minggu atau bulan dari terjadinya cedera.
Perdarahan intracerebral biasanya timbul pada daerah frontal atau temporal.
Kebanyakan kematian cedera kepala akibat edema yang disebabkan oleh kerusakan
dan disertai destruksi primer pusat vital. Edema otak merupakan penyebab utama
peningkatan TIC. Klasifikasi cedera kepala:
1. Conscussion/comosio/memar
Merupakan cedera kepala tertutup yang ditandai oleh hilangnya kesadaran,
perubahan persepsi sensori, karakteristik gejala: sakit kepala, pusing, disorientasi.
2. Contusio cerebri
Termasuk didalamnya adalah luka memar, perdarahan dan edema. Dapat terlihat
pada lobus frontal jika dilakukan lumbal pungkri maka lumbal berdarah.
3. Lacertio cerebri
Adanya sobekan pada jaringan otak sehingga dapat terjadi tidak sarah/pingsan,
hemiphagia, dilatasi pupil.
E. Manifestasi Klinik
1. Perubahan dan kesadaran/perubahan perilaku.
2. Gangguan penglihatan dan berbicara.
3. Mual dan muntah.
4. Pusing.
5. Keluar cairan cerebro spinal dari lubang hidung dan telinga.
6. Hemiparese.
7. Terjadi peningkatan intrakranial.
F. Pemeriksan Penunjang
1. CT Scan (tanpa/dengan kontras)
Tujuan: mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
Catatan: pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada iskemia/infark
mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
3. Angiopati Serebral
Tujuan: menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral, seperti pergeseran jaringan
otak akibat edema, perdarahan, trauma.
G. Komplikasi
1. Edema cerebral
2. Perdarahan epidural
Yaitu: penimbunan darah di bawah dura meter. Terjadi secara akut dan
biasanya karena perdarahan arteri yang mengancam jiwa.
3. Perdarahan subdural
Perdarahan subdural dapat terjadi akibat perdarahan lambat yang disebut
perdarahan subdural sub akut, secara cepat (subdural akut) dan sangat besar
(subdural kronik).
4. Perdarahan intracranial
Yaitu perdarahan di dalam otak itu sendiri. Dapat terjadi pada cedera kepala
tertutup yang berat, atau yang lebih sering, cedera kepala terbuka. Dapat timbul
akibat pecahnya suatu ancorisma atau stroke hemoragik. Perdarahan di otak
menyebabkan peningkatan TIC, sehingga sel-sel dan vaskuler tertekan.
5. Hypovolemik syok
6. Hydrocephalus
7. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (SIADH atau Diabetes Insipidus)
8. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis
post operasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi. Bahaya
besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati,
dan otak. Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki post operasi, ambulatif
dini.
9. Infeksi
Infeksi luka sering muncul pada 36 – 46 jam setelah operasi. Organisme yang
paling sering menimbulkan infeksi adalah stapylococus auereus, organism garam
positif stapylococus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka
yang paling penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptic dan
antiseptic.
10. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau
eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka
adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi
atau eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutup
waktu pembedahan.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan
b. Mempercepat penyembuhan
c. Mengembalikan fungsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum
operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien
e. Mempersiapkan pasien pulang
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gygiene luka yang buruk
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
6. Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi
7. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret
8. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan efek anastesi
9. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah.
K. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Criteria Hasil /
No Intervensi Keperatan Rasionalisasi
Keperawatan Tujuan
1. Gangguan rasa Tujuan: 1. Kaji nyeri, catat1. Berguna dalam
nyaman Setelahdilakukan tindakan lokasi,karakteristik, pengawasan keefektifan
nyeri berhubung keperawatan rasa nyeri skala (0-10). Selidiki obat,
an dengan luka dapat teratasi atau dan laporkan perubahan kemajuan penyembuhan
insisi tertangani dengan baik. nyeri dengan tepat. . Perubahan pada
Kriteria hasil: karakteristik nyeri
· Melaporkan rasa nyeri menunjukkan terjadinya
hilang atau terkontrol. abses.
· Mengungkapkan 2. Mengurangi tegangan
metode pemberian abdomen yang
menghilang rasa nyeri. bertambah dengan
· 2. Pertahankan posisi posisi telentang.
Mendemonstrasikan peng istirahat semi fowler. 3. Meningkatkan
gunaan teknik relaksasi normalisasi fungsi
dan aktivitas hiburan organ, contoh
sebagi penghilang rasa merangsang peristaltic
nyeri 3. Dorong ambulasi dini dan kelancaran flatus,
dan menurunkan
ketidak nyamanan
abdomen.
4. Menghilangkan dan
mengurangi nyeri
melelui penghilangan
ujung saraf
catatan: jangan lakukan
kompres panas karena
dapat menyebabkan
4. Berikan kantong es kongesti jaringan.
pada abdomen 5. Menghilangkan nyeri
mempermudah kerja
sama dengan intervensi
terapi lain.
5. Berikan analgesic
sesuain indikasi
2. Kerusakan Tujuan:Setelah di berikan1. Kaji dan catat ukuran,1. Mengidentifikasi
integritas tindakan pasien tidak warna, keadaan luka, terjadinya komplikasi.
kulit berhubunga mengalami gangguan dan kondisi sekitar
n dengan luka integritas kulit. Kriteria luka.
insisi hasil: 2. Lakukan kompres2. Merupakan tindakan
· basah dan sejuk atau protektif yang dapat
Menunjukkan penyembuh terap irendaman. mengurangi nyeri.
an luka tepat waktu. 3. Lakukan perawatan3. Memungkinkan pasien
· Pasien menunjukkan luka dan hygiene lebih bebas bergerak
perilaku sesudah mandi, lalu dan meningkatkan
untuk meningkatkan peny keringkan kulit dengan kenyamanan pasien.
embuhan dan mencegah hati - hati. 4. Mempercepat
komplikasi. proses penyembuhan
4. Berikan prioritas dan rehabilitasi pasien,
untuk meningkatkan
kenyamanan pasien.
3. Resiko tinggi Tujuan: 1. Awasi tanda - tanda1. Deteksi dini adanya
infeksi berhubun Setelah dilakukan vital, perhatikan infeksi.
gan dengan tindakan keperawatan. demam, menggigil,2. Memberikan deteksi
higiene luka Pasien diharapkan tidak berkeringat dini terjadinya proses
yang buruk mengalami infeksi. dan perubahan mental infeksi.
Kriteria hasil: dan peningkatan nyeri3 Menurunkan penyebaran
· Tidak menunjukkan abdomen. bakter
adanya tandainfeksi. 2. Lihat lika insisi dan4. Mungkin diberikan
· Tidak terjadi infeksi. balutan. Catat secara profilaktif
karakteristik, drainase untuk menurunkan
luka. jumlah organism, dan
3. Lakukan cuci tangan untuk menurunkan peny
yang baik dan ebaran
lakukan perawatan luka dan pertumbuhannya.
aseptic.
4. Berikan antibiotik
sesuai indikasi.