Anda di halaman 1dari 7

TUGAS ETIKA BISNIS

BANK DUTA DI UJUNG TANDUK

Dosen Pembimbing : Moh. Rusman Ramli, SE., M.Si


Disusun oleh
KELOMPOK VII

M. AZLAN SYAH 101701034


ROSI ABRINA 101701131
ARIF BIJAKSANA 101701157
NUR ATI 101701217

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2018/2019
Bank Duta Diujung Tanduk

National Bank Of Kuwait Singapore (NBKS) mengabarkan bahwa


mereka melakukan eksekusi cut-loss atas dana Bank Duta yang ditempatkan
dibank tersebut. Akibat eksekusi tersebut, Bank Duta kehilangan dana yang
besarnya belum diketahui, namun di perkirakan antara US$200-310 juta. Bank
Duta terancam bangkrut karena kerugian yang yang diderita jauh melampaui
modal dasar.

Bank Duta

Bank Duta awalnya bernama Bank Dharma Ekonomi. Bank ini didirikan
pada tahun 1996 oleh Suhardiman, Thomas suyatno, dan NJO Han siang pada
usianya yang kedua. Pada tahun 1998 bank ini mengalami kebangkrutan dan
diselamatkan oleh PT. PP Berdikari ( PT Perusahaan Pilot Project Berdikari) yang
kemudian menjadi pemilik tunggal dari bank tersebut.

Pada tahun 1971, bank ini kembali mengalami krisis. Krisis ini
mengakibatkan hilangnya dana bulog yang tersimpan di bank tersebut dan
menimbulkan kesulitan bagi bulog untuk melakukan kesulitan pengadaan pangan
. PT PP Berdikari kemudian mengangkat Abdulgani, yang ketika itu masih
berusia kurang dari 30 tahun, untuk memimpin bank dengan nama baru menjadi
Bank Duta Ekonomi, di bantu oleh Muhammad Nazif, seorang rekannya dari FE-
UI yang juga alumnus dari Citibank. Abdulgani memulai membangun bank ini
dengan empat belas karyawan dan manajemen yang kocar-kacir.

Dicky Iskandar Di Nata

Pada tahun 1971, Dicky Iskandar Di Nata mengawali kariernya sebagai


guru ketik di Citibank pada usia yang ke-20. Dua tahun kemudian, ia sudah
menduduki jabatan sebagai staf dan dalam tempo dua Thun berikutnya ia sudah
menjadi wakil manajer cabang Citibank di Jeddah. Pada tahun 1978, ia sudah
menjadi Vice President ( Wakil Presiden Direktur) dan mulai merasa jenu bekerja
di Citibank. Kebetulan ia bertemu dengan Abdulgani pada bulan Agustus 1979, ia
mulai bergabung dengan Bank Duta dengan jabatan sebagai kepala divisi operasi.
Selanjutnya, pada tahun 1986, ia di angkat menjadi direktur dan pada awal 1989,
ia di promosikan menjadi wakil direktur utama. Ia sebenarnya dijanjikan untuk
menjadi Direktur Utama Bank Duta menggantikan Abdulgani yang rencananya
akan diangkat menjadi Direktur Utama Bank Ekspor ImporIndonesia. Namun
ternyata, Abdulgani hanya ditawari posisi direktur. Ia pun menolak tawaran
tersebut dan akibatnya rencana promosi Dicky pun batal.

Kekacauan di Dealing Room

Pada tahun 1971, Amerika Serikat menghadapi kesulitan ekonomi akibat


perang Vietnam Guna memulikan kondisi perekonomiannya, mereka menyatakan
untuk melepaskan diri dari keterkaitan antara nilai mata uangnya dengan
cadangan emas yang dimiliki. Akibatnya, transakai valuta yang semula
berdasarkan nilai tetap, dilepaskan menjadi berfluktuasi, mengikuti kehendak
pasar. Naik turunnya nilai mata uang dari suatu Negara dengan Negara lain
menciptakan peluang perdagangan uang yang pada akhirnya menciptakan
lembaga pasar uang.

Pada awal 1980-an, kegiatan perdagangan mulai berkembang pesat akibat


perubahan orientasi dari transaksi long trem capital menjadi kegiatan transaksi
short trem capital. Kegiatan perdagangan valuta asing semakin menantang dengan
dikembangkannya dua cara dalam transaksi, yaitun spor dan forward exchange.
Perdagangan spot membutuhkan kecepatan untuk melihat perubahan nilai mata
uang yang dapat terjadi setiap detik sepanjang 24 jam. Sementara itu, pandangan
forward lebih menantang kareana menbutuhkan kemampuan untuk memprediksi
nilai mata uang pada masa mendatang dengan mempertimbangkan, tidak hanya
faktor-faktor ekonomi, tetapi juga faktor nonekonomi, seperti faktor sosial,
politik, dan bahkan bencana alam.

Pihak internal treasury Bank Duta dan pihak Bank Indonesia (BI) sepakat
bahwa kerugian Bank Duta disebabkan oleh gabungan antara tidak berjalannya
fungsi administrasi dan pengawasan serta trader valuta yang kurang disiplin dan
terkendali. Sebenarnya, mengembangan produk ini pada bank duta sudah menjadi
aturan mengenai trading limit dan open position. Trading limit di atur senilai US$
20 juta dalam satu masa. Sementara itu,nasabah diberi waktu untuk membuka atau
menutup suatu transaksi. Jangka waktu ini dapat diperpanjang selama dua hari
kerja dan dapat diperpanjang lagi untuk waktu yang sama.

Permasalahannya adalah aturan tersebut dengan mudah di langgar karena


dukungan adminstrasi yang sangat lemah. Dokumentasi atas keputusan yang di
ambil sangat terbatas. Dicky menjelaskan bahwa seharusnya perintah untuk
melakukan dialing ( kesepakatan ) yang di sampaikan melalui telpon harus
direkam agar jelas apa yang di perintahkan dan siapa yang memerintah. Lebih
lanjut, dealer yang menjalankan perintah tersebut harus mencantumkan inisial
dealer,inisial nasabah, dan inisial yang memerintah. Perintah langsung dari
nasabah hanya dapat di lakukan jika nasabah tersebut datang ke dealing room.

Mengatasi kerugian dan kerugian

Permasalahan perdagangan valas mulai terungkap pada bulan juni 1989


pada saat Dicky menerima laporan dari kepala urusan Treasury, Mustari Calam,
mengenai open position Bank Duta di NBKS sebesar US$250 juta.

Pada bulan Oktober 1989, potential loss mencapai pada jumlah yang lebih
besar, yaitu sebesar US$70 juta. Berdasarkan pengakuan Dicky di pengadilan, iya
tidak dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengatasi masalah itu. Iya
melaporkannya kepada direktur operasi. Masalah ini dilaporkan kepada Direktur
Operasi Bey Yusuf. Kepada Bey Yusuf , Dicky menjelaskan terjadinya posisi
terbuka yang besar karena tidak berfungsinya audit sehingga iya mengusulkan
agar system audit, supervisi dan control diperbaiki. Selanjutnya, Dicky dipanggil
oleh Abdul Gani untuk menjelaskan apa yang terjadi. Berdasarkan laporan yang
diberikan, Abdul Gani memberikan tiga pengarahan yaitu keep silent agar jangan
ada orang lain yang tahu ; berkordinasi dengan Bey Yusuf untuk menghadapi
pemeriksaan BI; dan menyelesaikan persoalan. Lalu, diputuskan bahwa open
position diteruskan dengan menambah likuiditas yang diperoleh melalui pinjaman
di pasar. Dicky lalu membentuk tim untuk mengupayakan pemulihan berdasarkan
pengakuan Dicky di pengadilan tim ini dimaksudkan agar dealer secara bersama
sama dapat melakukan dealing. Iya sendiri tidak termaksud dalam tim. Namun
menurut pengakuan Mustari Calam, Dicky justru mengambil posisi yang cukup
besar, yaitu antara US$ 50-100 juta, dan bahkan lebih dari jumlah tersebut.

Akibat kerugian yang berturut-turut, Bank Duta diminta oleh (NBKS)


untuk menambah jumlah dana yang digunakan untuk margin trading. Permintaan
ini lalu dipenuhi hingga bulan Agustus 1989. Ketika itu, Bank Duta tampaknya
mengalami kesulitan likuiditas sehingga stafnya harus berkelit terhadap
permintaan tersebut. Selain itu, Bank Duta mengupayakan untuk membayarnya
dengan laba yang diperoleh dari transaksi sebelumnya yang belum diserahkan
oleh NBKS. Penundaan pembayaran tambahan dana ini menyebabkan dana tidak
dapat ditarik dan beresiko dilakukannya cut-loss oleh NBKS.

Menghindari Pemeriksaan Indonesia

Bank Duta melakukan berbagai rekayasa transaksi dan manipulasi laporan


agar dikategorikan sebagai bank yang sehat dan terhindar dari pemeriksaan BI.
Salah satu rekayasa dilakukan pada saat Bank Duta harus membayar Citibank
Jakarta atas kerugian transaksi valas sebesar US$3,2 juta. Dana dikirimkan kepada
Duta International Finance Limited (DIFL) di Hong kong. Dari Hong kong,
pembayaran baru dilakukan kepada Citibank Jakarta, melalui eastside corp, Hong
kong. Dalam pembukuan Bank Duta, pembayaran kerugian ini dicatat sebagai
penempatan Bank Duta di DIFL.

1. Apakah Dicky melakukan korupsi ?


.Iya.
Dicky yang memiliki sifat dasar pribadi sebagai seorang yang senang
berjudi danrisk taker, mengelola bank Duta dengan cara yang biasa ia lakukan.
Dicky memutuskan untuk menempatkan dana di bursa trading yang memiliki
tingkat pengembalian dan risikoyang besar karena sector kredit tidak memberikan
pemasukan yang besar untuk bank. Kelalaian Dicky terletak pada pengelolaan
dana bank yang dia lakukan dengan cara-carayang dia miliki. Penggunaan open
position fiktif dan pelanggaran trading limit yang dilakukan Dicky memang bukan
untuk memperkaya diri sendiri, namun efeknya merugikan banyak pihak. Korupsi
yang dilakukan Dicky berupa praktik perdagangan uang yang menyebabkan bank
merugi sehingga mengalami kebangkrutan. Hal ini berimbas pada adanya dana
masuk yang dialirkan dari yayasan-yayasan yang menaungi bank Duta. Dana yang
digunakan untuk menutupi kerugian Bank Duta ini yang seharusnya
dapatdigunakan untuk Negara. Pelanggaran yang dilakukan Dicky yaitu
pelanggaran tradinglimit dan opening position.
Memang merupakan pelanggaran internal yang dilakukannyaterhadap
perusahaan. Tetapi efek yang ditimbulkan berakibat pada Negara sehingga halini
masuk dalam tindak pidana korupsi. Hal lain yang menguatkan tindakan Dicky
sebagitindakan korupsi, ialah adanya unsur penipuan Negara dan masyarakat yang
melingkupiBank Duta, yaitu bantuan kredit likuiditas yang diberikan BI terhadap
Bank Duta. Danakredit likuiditas inilah yang tidak dapat dikembalikan sehingga
merugikan Negara serta pembuatan laporan kredit fiktif untuk menutupi kerugian
cut loss yang diderita Bank Duta.

2. Apakah akuntan ikut bersalah.


Iya.
Akuntan yang professional akan menggunakan pertimbangan moral dan
professionaldalam semua kegiatan yang dilakukannya. Selain itu, akuntan juga
bertanggung jawabterhadap kepentingan public, menghormati kepercayaan public,
dan menunjukkankomitmen atas profesionalsimenya. Hal ini yang tidak terjadi
pada akuntan Bank Duta.Tidak adanya dokumentasi terhadap setiap transaksi dan
audit yang telah terjadimenunjukkan tidak adanya sikap professional mendasar
dari akuntan Bank Duta.Diperparah dengan sikap emiten yang tidak terbuka dan
memberikan data-data palsuuntuk diolah yang tidak ditelusuri kembali
sehingga akuntan memberikan informasi yangtidak akurat dan menyesatkan.
Pembuatan laporan ganda yang ditujukan untukkepentingan direksi dan
kepentingan BI juga merupakan kesalahan karena merupakanusaha manipulasi
laporan keuangan.

Putusan Pengadilan

Pada tanggal 26 Juni, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat memutuskan Dicky
Iskandar Di Nata bersalah melakukan tindakan pidana korupsi (tipikor) sehingga merugikan
negara sebesar Rp 780 miliar dan menghukumnya dengan hukuman penjara selama 10 tahun,
denda sebesar Rp 20 juta, dan membayar uang pengganti sebesar Rp 811 miliar kepada negara
yang diwakili oleh Bank Duta.

Apakah Dicky sendirian yang bersalah.


Tidak,
dari kasus Bank Duta, terungkap bahwa Dicky memang seorang yang
bernaimengambil resiko dan memiliki kebiasaan buruk pribadi yaitu berjudi. Tapi
dilihat darisisi bisnis yang dijalankan, kesalahan bukan hanya pada Dicky.
Kurangnya control dariinternal bank, adanya pelanggaran trading limit dan
opening position, dan juga tidakterdokumentasikannya transaksi dengan baik dan
akurat juga membuat kecurangan yangdilakukan Dicky tidak terdeteksi sampai
kerugian yang muncul begitu besar. Selain itu, pembuatan laporan kredit palsu
yang ditandatangani oleh komite kredit dan direkturkredit juga membuktikan
bahwa bukan hanya Dicky yang bersalah dalam kasus ini,karena ada beberapa
pihak yang bersama-sama memanipulasi kondisi Bank Duta yangsebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai