Anda di halaman 1dari 12

TAK SOSIALISASI PADA LANSIA

DI PANTI WERDA PANGESTI

LAWANG

Oleh :
Agnes Devi Nirmalawati (1613 Dea Wisda Arini (1613
Agustina Wanti Mbenu (1613 Julius Kristiawan (1613
Alvaris Intan (1613 Lucia Freitas Gusmau (1613
Cita Fransisca (1613 Zenith Via Leonardo (1614
Christina Ayu Savitri (1613

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKES PANTI WALUYA MALANG


2019
TAK SOSIALISASI PADA LANSIA

A. Latar Belakang
Ada beberapa perubahan yang terjadi pada lansia. Perubahan tersebut mempengaruhi berbagai
aspek hidupnya. Sebagai contoh adalah perubahan hidup sosialnya. Perubahan sosial yang
dapat dialami lansia adalah perubahan status dan perannya dalam kelompok atau masyarakat,
kehilangan pasangan hidup, serta kehilangan system dukungan dari keluarga, teman dan
tetangga (Ebersole, dkk., 2005). Pada masa lansia, individu dituntut untuk dapat bersosialisasi
kembali dengan kelompoknya, lingkungannya dan generasi ke generasi . Sosialisasi berarti
lansia meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok sosialnya (Atchley &
Barusch, 2004). Kemampuan sosialisasi ini akan lebih dirasakan oleh lansia yang tinggal
dalam suatu tempat khusus seperti panti werdha. Ketidakmampuan bersosialisasi dalam
lingkungan yang berbeda dari kehidupan sebelumnya merupakan suatu stressor yang cukup
berarti bagi lansia.

Lansia yang tinggal dalam suatu panti wredha sangat perlu mendapatkan intervensi
keperawatan khususnya yang berkaitan dengan masalah psikososial. Hertamina (1996)
menyataan bahwa lansia merasa kesepian karena cukup banyak waktu luang yang tidak
dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan. Kesepian dapat mengakibatkan lansia mengalami
depresi, mudah terserang penyakit, gangguan pola makan dan pola tidur, menderita sakit
kepala serta muntah-muntah (Stuart & Sundeen, 2007., Lync, 1997., Peplau, Russel &
Cuntrona, 1997). Tindakan keperawatan yang dilakukan pada masalah ini adalah latihan
keterampilan sosial training (SST), Cognitive-Behavioral Therapy, shyness Groups (peplau
dan Pearlman 1982).

Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
diguanakan sebagai terapi dan kelompok diguanakan sebagai target asuhan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Lansia dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a. Lansia mampu memperkenalkan diri
b. Lansia mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Lansia mampu bercakap – cakap dengan anggota kelompok
d. Lansia mampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
e. Lansia mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK yang telah
dilakukan.

C. Kriteria Pemilihan Anggota TAK


1. Lansia yang dapat diajak kerjasama.
2. Lansia yang dapat beraktivitas tanpa bantuan.
3. Lansia yang tidak memiliki keterbatasan (Penglihatan, Pendengaran, Pergerakan)
4. Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang diberikan.

D. Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Kamis, 25 April 2019
Waktu : 18.00 – Selesai WIB
Tempat : Panti Werdha Pangesti Lawang

E. Metode TAK
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak pada klien yang mengikuti TAK
b. Mempersiapkan alat dan tempat TAK
2. Orientasi
a. Salam tarapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Terapis dan klien memakai papan nama.
b. Evaluasi / validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman peserta dalam bersosialisasi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu manfaat dari bersosialisasi
2) Menjelaskan aturan main berikut: Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada terapis. Lama kegiatan 1 jam. Setiap klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan manfaat bersosialisasi.
b. Terapis menjelaskan kerugian tidak bersosilisasi.
c. Berikan pujian pada klien yang benar.
d. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan bersosialisasi dan kerugian tidak
bersosialisasi.
e. Member pujian tiap kali klien benar
4. Tahap Terminasi
a. Evalusi
1) Terapis menanyakan perasan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis menanyakan manfaat pentingnya bersosialisasi.
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
Menganjurkan lansia mau bersosialisasi dengan sesama lansia ataupun dengan petugas.

F. Pengorganisasian
1. Leader:
Nama: Dea Wisda Arini
a. Menyusun rencana terapi aktivitas kelompok.
b. Mengarahkan kelompok sesuai tujuan
c. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan tertib
d. Memotivasi anggota untuk aktif selama kegiatan terapi aktivitas kelompok
e. Menetralisir masalah yang mungkin timbul pada saat pelaksanaan
2. Co-Leader :
Nama: Zenit Via Leonardo
a. Membuka acara
b. Mendampingi leader
c. Mengambi alih posisi leader jika leader blocking
d. Menyerahkan kembali posisi kepada leader
e. Menutup acara sosialisasi
3. Fasilitator :
Tugas: Agnes Devi Nirmalawati, Cita Fransisca, Lucia Freitas, Christina Ayu Savitri,
Alvaris Intan, Agustina Wanti Mbenu
a. Memfasilitasi media dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok
b. Mengatur jalannya aktivitas kelompok
c. Membantu kelompok berperan aktif
d. Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivitas kelompok
e. Mengantisipasi masalah yang akan terjadi
f. Mmberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti
jalannya TAK
4. Observer :
Nama: Julius Kristiawan
a. Mengobservasi respon peserta TAK
b. Mencatat perilaku peserta selama dinamika kelompok
c. Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya

G. STRATEGI PELAKSANAAN
Tahap Aktivitas Mahasiswa Aktivitas Lansia Alat/ Metode
Kegiatan Medi
a
Pembukaan a. Mengucapkan a. Lansia membalas - Ceramah
(5 menit) salam. salam.
b. Menyebutkan nama b. Lansia menerima
dan asal. kehadiran mahasiswa
dengan baik.
c. Lansia memahami
tujuan dengan baik.
c. Menjelaskan
tujuan.
Penyampaia a. Menjelaskan a. Lansia mendengarkan Ceramah
n materi tentang pengertian dan memperhatikan dan Tanya
(10 menit) sosialisasi b. Lansia mendengarkan jawab
b. Menjelaskan dan memperhatikan
manfaat-manfaat - Lansia
sosialisasi mengajukan
c. Menjelaskan pertanyaan
tentang cara tak
sosialisasi
- Memberi
kesempatan
pada keluarga
untuk
menanyakan
hal-hal yang
kurang jelas
Demonstrasi a. Mendemonstrasika a. Lansia melihat dan Demonstras
senam otak n cara sosialisasi memperhatikan i
(10 menit) - Memberikan dengan baik
kesempatan - lansia mengajukan
kepada lansia pertanyaan
untuk
menanyakan
hal-hal yang
kurang jelas. b. Lansia melakukan
b. Meminta lansia sosialisasi
untuk melakukan
sosialisasi secara
bergantian
Penutup a. Mengevaluasi a. Lansia menjawab - Ceramah
(5 menit) respon pertanyaan mahasiswa dan Tanya
subjektif/perasaan jawab
lansia setelah
melakukan
b. Lansia mampu
sosialisasi
menjawab/menjelaska
b. Mengevaluasi
n kembali manfaat
tujuan TAK
sosialisasi
c. Lansia membalas
salam.

c. Penutup, memberi
salam

H. Tahap Kerja
Langkah kegiatan TAK
Kerja
1. Jelaskan kegiatan, yaitu lagu pada laptop akan di hidupkan serta bola diedarkan
berlawanan dengan arah jarum jam ( yaitu ke arah kiri ) dan pada saat lagu berhenti
maka anggota kelompok yang memegang bola memperkenalkan dirinya.
2. Lagu di mulai lagi dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.
3. Pada saat lagu berhenti maka anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran
untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, di mulai
oleh terapis sebagai contoh.
4. Tulis nama panggilan pada kertas/ papan nama dan tempel/ pakai.
5. Ulangi b, c dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
6. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

I. Antisipasi Masalah
1. Klien tidak aktif
Apabila klien tidak aktif maka fasilitator mengarahkan untuk aktif berpatisipasi mengikuti
kegiatan TAK sampai selesai.
2. Klien meninggalkan ruangan tanpa pamit
Fasilitator sebelum klien meninggalkan ruangan sebaiknya dapat mencegahnya dan
mempertahankan klien mengikuti TAK, apabila tetap tidak bisa maka membiarkan klien
meninggalkan ruangan.

J. Evaluasi
Hari, tanggal : Kamis, 25 April 2019
Waktu : Akhir Acara
Tempat : Panti Werda Pangesti Lawang
a. Evaluasi Kegiatan
1) 90% lansia yang sudah ditentukan mengikuti TAK mengikuti kegiatan TAK
Sosialisasi.
2) Perlengkapan sudah tersedia dari pihak PSTW tetapi saat acara berlangsung terjadi
kesalahan teknik pada sound system.
b. Evaluasi Proses
1) Waktu Kegiatan mundur 30 menit dari jadwal.
2) 80% lansia mengikuti kegiatan dengan aktif.
3) Selama kegiatan TAK, tidak ada lansia yang meninggalkan tempat sebelum TAK
selesai.
4) Saat kegiatan berlangsung terlihat mahasiswa dan para lansia saling beradu
kemampuan, diantaranya : nyanyi, joget, pantun, puisi, dll.
c. Evaluasi Hasil
1) Lansia mengikuti dengan aktif kegiatan TAK yang dilakukan.
2) Lansia terlihat senang denga kegiatan TAK.
3) Lansia sangat menikmati kegiatan TAK yg telah dilaksanakan ini terlihat dari
cerita lansia kepada mahasiswa dimana cerita tersebut berisikan curahan hati yg
mana menurut mereka kegiatan TAK ini harusnya sering dilakukan untuk mengisi
waktu luang.
Lampiran

Sosialisasi

Soasialisasi atau disebut juga dengan Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang
berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam
masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat
berlangsung dengan baik jika aturan - aturan dan nilai – nilai yang ada dapat dilakukan dengan
baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing – masing,maka proses sosial itu sendiri tidak
dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari – hari tentunya
manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu
untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran.
Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan
kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama
lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara
satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling
berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan dasar dari suatu bentuk
proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan–kegiatan antar satu individu
dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.

Faktor dasar terbentuknya interaksi sosial

Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti,
simpati, motivasi, identifikasi dan empati.

Imitasi

Imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti
yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang dan
pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan
aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi
karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain.
Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif,
kecerdasan buatan, studi hewan (animal study), antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal
ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan
manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi
selanjutnya.
Identifikasi

Identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini
perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan komponen-komponen yang satu dengan
yang lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi dapatlah suatu
komponen itu dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara pemberian tanda pengenal
pada komponen, barang atau bahan bermacam-macam antara lain dengan menggantungkan kartu
pengenal, seperti halnya orang yang akan naik kapal terbang, tasnya akan diberi tanpa pengenal
pemilik agar nanti mengenalinya mudah.

Sugesti

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu
lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan
rasional.

Motivasi

Motivasi yaitu rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat, sehingga orang
yang diberi motivasi menuruti tau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional
dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status
yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada
siswa.

Simpati

Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan perasaan orang
lain tersebut. Contoh: membantu orang lain yang terkena musibah hingga memunculkan emosional
yang mampu merasakan orang yang terkena musibah tersebut.

Empati

Empati yaitu mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati
dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intens/dalam.Hubungan antara suatu
individu masyarakat dengan relasi - relasi sosial lainnya,menentukan struktur dari masyarakatnya
yang dimana hubungan antar manusia dengan relasi tersebut berdasarkan atas suatu komunikasi
yang dapat terjadi di antara keduanya. Hubungan antar manusia atau relasi – relasi sosial,suatu
individu dengan sekumpulan kelompok masyrakat,baik dalam bentuk individu atau perorangan
maupun dengan kelompok – kelompok dan antar kelompok masyarakat itu sendiri,menciptakan
segi dinamika dari sisi perubahan dan perkembangan masyarakat. Sebelum terbentuk sebagai suatu
bentuk konkrit,komunikasi atau hubungan yang sesuai dengan nilai – nilai sosial di dalam suatu
masyarakat,telah mengalami suatu proses terlebih dahulu yang dimana proses – proses ini
merupakan suatu bentuk dari proses sosial itu sendiri
Syarat interaksi sosial

Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu
kontak sosial dan komunikasi.

Kontak Sosial

Kata “kontak” (Inggris: “contact") berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-
sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Dalam
pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab
orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara
melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat
utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut.

Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja
sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik.

Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak sosial primer terjadi apabila para peserta
interaksi bertemu muka secara langsung. Misalnya, kontak antara guru dan murid di dalam kelas,
penjual dan pembeli di pasar tradisional, atau pertemuan ayah dan anak di meja makan. Sementara
itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. Misalnya,
percakapan melalui telepon. Kontak sekunder dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Kontak sekunder langsung misalnya terjadi saat ketua RW mengundang ketua RT datang ke
rumahnya melalui telepon. Sementara jika Ketua RW menyuruh sekretarisnya menyampaikan
pesan kepada ketua RT agar datang ke rumahnya, yang terjadi adalah kontak sekunder tidak
langsung.

Komunikasi

Komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu
adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku (pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap) dan
perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai
berikut.

Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain.

Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.

Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi,
dan perasaan.

Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan,
gambar, dan film.
Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari
komunikator.

Ada tiga tahap penting dalam proses komunikasi. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:

Encoding

Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau
gambar. Dalam tahap ini, komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang
mudah dipahami oleh komunikan. Komunikator harus menghindari penggunaan kode-kode yang
membingungkan komunikan.

Penyampaian

Pada tahap ini, istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar
disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.

Decoding

Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima
menurut pengalaman yang dimiliki.

Anda mungkin juga menyukai