Anda di halaman 1dari 93

MODUL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


DAN
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI)

Naskah disiapkan untuk materi acuan pada


Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) di PSG Rayon 15
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang

oleh:

Dr. Eddy Sutadji, M.Pd


Dr. H. Dwi Agus Sudjimat, ST., M.Pd

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 15
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga Modul “Penelitian Tindakan
Kelas/PTK” dan ”Teknik Penulisan Karya Ilmiah/KI” berhasil diselesaikan.
Naskah dalam bentuk Modul Pembelajaran ini ditulis dalam rangka
disiapkan untuk materi acuan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
di PSG Rayon 15 Universitas Negeri Malang, khususnya untuk Fakultas Teknik
UM.
Modul Pembelajaran ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan
berbagai pihak, terutama Pengelola PSG Rayon 5 Universitas Negeri Malang,
serta kontributor materi bahan pembelajaran ini, disampaikan terima kasih.
Besar harapan kami agar modul ini dapat memberikan sumbangan dalam
hal teori, konsep, prinsip, dan prosedur dalam melakukan PTK dan Penulisan
Karya Ilmiah. Atas semua amal baik dan jerih payah yang telah diberikan semoga
mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amien.

Malang, 23 April 2012

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................ i


Kata Pengantar ............................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................. iii
Kerangka Isi Pembelajaran (Epitome) .............................................. v
Tujuan Pembelajaran Modul PTK dan KI ......................................... v

KEGIATAN BELAJAR 1:
KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ................ 1
A. Tujuan Pembelajaran .................................................................. 1
B. Pendahuluan .................................................................................. 1
C. Materi Belajar ............................................................................... 2
1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ...................................... 2
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas ....................... 3
3. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ................................... 6
4. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas............................................. 8
5. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas ....................................... 11
6. Model-model Penelitian Tindakan Kelas .................................. 13
D. Rangkuman ................................................................................... 18
E. Soal Latihan .................................................................................. 18
F. Kunci Jawaban .............................................................................. 19

KEGIATAN BELAJAR 2:
PROSEDUR PELAKSANAAN PTK ............................................... 20
A. Tujuan Pembelajaran ................................................................... 20
B. Pendahuluan .................................................................................. 20
C. Materi Belajar ............................................................................... 22
1. Penetapan Fokus Permasalahan ................................................ 22
2. Perencanaan Tindakan ............................................................... 39
3. Pelaksanaan Tindakan ............................................................... 40
4. Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data ........................ 43
5. Refleksi ...................................................................................... 48
D. Rangkuman ................................................................................... 49
E. Soal Latihan .................................................................................. 50

KEGIATAN BELAJAR 3:
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS .......................... 51
A. Tujuan Belajar ............................................................................. 51
B. Pendahuluan .................................................................................. 51
C. Materi Belajar ............................................................................... 51
D. Rangkuman ................................................................................... 55
E. Soal Latihan .................................................................................. 56

iii
KEGIATAN BELAJAR 4:
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS............................ 57
A. Tujuan Pembelajaran .................................................................... 57
B. Pendahuluan .................................................................................. 57
C. Materi Pembelajaran ..................................................................... 58
D. Rangkuman ................................................................................... 62
E. Soal Latihan .................................................................................. 62

KEGIATAN BELAJAR 5:
TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH (TPKI) ......................... 63
A. Tujuan Pembelajaran .................................................................... 63
B. Pendahuluan .................................................................................. 63
C. Materi Pembelajaran ..................................................................... 63
D. Rangkuman ................................................................................... 69
E. Soal Latihan .................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 81


Lampiran-lampiran ............................................................................. 82

iv
KERANGKA ISI PEMBELAJARAN (EPITOME):
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN KARYA ILMIAH

Waktu
Proses Penelitian
Penelitian

Refleksi
Awal

Siklus I Masalah Rencana Pelaksanaan Observasi Refleksi/


Tindakan Tindakan Evaluasi

Siklus II Rencana Pelaksanaan Observasi Refleksi/ Laporan


Tindakan Tindakan Evaluasi Penelitian

Siklus III Rencana Pelaksanaan Observasi Refleksi/ Laporan


Tindakan Tindakan Evaluasi Penelitian

Dst.
KARYA ILMIAH

TUJUAN PEMBELAJARAN MODUL PTK DAN KI


Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan dapat:
1. menjelaskan hakikat penelitian tindakan kelas (PTK),
2. menjelaskan pentingnya PTK dalam pelaksanaan tugas profesionalisme guru,
3. membedakan PTK, studi kasus, dan penelitian eksperimental,
4. menjelaskan prosedur PTK,
5. menyusun proposal PTK,
6. menjelaskan cara menyusun laporan PTK,
7. menjelaskan ragam karya ilmiah, dan
8. menggunakan berbagai teknik penulisan untuk menyusun proposal PTK.

v
KEGIATAN BELAJAR 1:

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta pelatihan dapat:
1. Mendeskripsikan makna PTK
2. Menyebutkan tujuan PTK
3. Menjelaskan manfaat PTK
4. Menyebutkan karakteristik PTK
5. Menjelaskan prinsip-prinsip PTK
6. Menjelaskan jenis-jenis PTK
7. Menjelaskan model-model PTK

B. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui
berbagai cara, antara lain: peningkatan bekal awal siswa baru, peningkatan
kompetensi guru, peningkatan isi kurikulum, peningkatan kualitas
pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang
memadai, dan penyediaan sarana belajar. Dari semua cara tersebut
peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik
menduduki posisi yang sangat strategis dan akan berdampak positif. Dampak
positif tersebut berupa: (1) peningkatan kemampuan dalam menyelesaikan
masalah pendidikan dan masalah pembelajaran yang dihadapi secara nyata; (2)
peningkatan kualitas masukan, proses, dan hasil belajar; (3) peningkatan
keprofesionalan pendidik; dan (4) penerapan prinsip pembelajaran berbasis
penelitian (Ditnaga Dikti, 2008).
Upaya meningkatkan kompetensi pendidik untuk menyelesaikan
masalah pembelajaran yang dihadapi saat menjalankan tugasnya dapat
dilakukan melalui PTK oleh guru. Melalui PTK masalah-masalah pendidikan
dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses
pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik,
dapat diwujudkan secara sistematis. Upaya PTK diharapkan dapat
menciptakan sebuah budaya belajar di lingkungan sekolah, yang di dalamnya

1
terdapat unsur pimpinan sekolah, tenaga pendidik (guru), tenaga
kependidikan (laboran, teknisi, pustakawan, tenaga administrasi), dan siswa.
PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja melalui
pemecahan masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini
menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen perubahan
yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling memberdayakan.
PTK bersifat kolaboratif, dalam pengertian kegiatan harus secara jelas
menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota peneliti pada
setiap kegiatan penelitian, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun
usulan, melaksanakan penelitian (menyusun rencana tindakan, melaksanakan
tindakan, mengobservasi, merekam data, mengevaluasi, dan melakukan
refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan
akhir. Kedudukan antar anggota peneliti (sesama guru) harus setara, dalam
arti masing-masing mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan
pembagian tugas yang telah disepakati.
PTK berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi
alami. Penelitiannya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung
hasil penelitiannya. Lingkup ajang penelitiannya sangat terbatas. Yang paling
menonjol adalah bahwa PTK ditujukan untuk melakukan perubahan pada
semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna
mencapai perbaikan praktik secara meningkat dan berkelanjutan.

C. Materi Belajar 1: Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk
penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-
situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang
dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang
komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut
dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu
perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian
tindakan ke dalam tiga area yaitu; (1) untuk memperbaiki praktik; (2) untuk
pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi

2
terhadap praktik yang dilaksanakannya; serta (3) untuk memperbaiki keadaan
atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan.
Ebbut (1985) mengatakan bahwa PTK merupakan studi sistematis
yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan
dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dari tindakan tersebut. PTK
adalah bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh pendidik untuk
menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya agar dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa PTK
merupakan penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan
masalah belajar peserta didik di kelas/laboratorium/lapang dalam upaya
memperbaiki kualitas pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat
dikemukakan ciri khas PTK sebagai berikut: (1) dilakukan sendiri oleh guru
sebagai pengelola kelas; (2) berangkat dari masalah aktual yang terjadi dalam
pembelajaran di kelas; (3) adanya tindakan tertentu yang perlu dilakukan
untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas; (4) memiliki kerangka kerja
yang teratur dengan berdasarkan hasil observasi nyata dan perilaku; (5)
kolaboratif, guru bekerjasama dengan guru/orang lain; (6) fleksibel dan
adaptif (memungkinkan adanya perubahan selama penelitian); dan (7)
pengembangan profesional.

Materi Belajar 2: Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata
yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal
tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu,
PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran di sekolah.

3
Secara lebih rinci tujuan PTK adalah:
1. Memperbaiki praksis pembelajaran secara langsung;
2. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil
pembelajaran;
3. Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para pendidik agar lebih
proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran;
4. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para pendidik,
khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;
5. Meningkatkan kolaborasi antar pendidik dalam memecahkan masalah
pembelajaran;
6. Untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas, yakni PTK merupakan
cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan layanan pendidikan
melalui penyempurnaan praktik pembelajaran di kelas;
7. Untuk meningkatkan relevansi pendidikan, yakni PTK dapat
meningkatkan relevansi unsur-unsur dalam proses pembelajaran dengan
karakteristik pribadi siswa, tuntutan masyarakat, perkembangan
pengetahuan sehingga terjadi perbaikan atau peningkatan kualitas proses
pembelajaran;
8. Meningkatkan mutu hasil pendidikan artinya meningkatkan motivasi siswa
sehingga bersifat positif terhadap pembelajaran;
9. Meningkatkan efesiensi pengelolaan pendidikan yaitu memanfaatkan
sumber-sumber daya yang terintegrasi dalam pendidikan;
10. Melalui PTK masalah-masalah pembelajaran dapat dikaji, dicari cara
pemecahan masalah ,kualitas dapat ditingkatkan dan dituntaskan dengan
harapan proses pembelajaran yang kreatif-inovatif dan hasil belajar yang
lebih baik dapat diwujudkan oleh para guru sendiri di sekolahnya;
11. Untuk menciptakan budaya meneliti dan budaya belajar di sekolah;
12. Melalui PTK diharapkan guru mampu meningkatkan, memperbaiki dan
melakukan perubahan pembelajaran yang lebih baik,kreatif dan inovatif;
dan

4
13. Dimungkinkannya guru menemukan suatu pola/model/prosedur
pembelajaran yang lebih efektif yang dapat menjadi kekayaan
intelektualnya.

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan PTK adalah:


1. Perbaikan/peningkatan terhadap kualitas pembelajaran;
2. Peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan sumber belajar, media-
teknologi pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan
3. Peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa
di dalam proses pembelajaran di sekolah (aktif, lebih mandiri, partisipatif).

Manfaat lain dari PTK adalah:


1. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan luar kelas.
2. Peningkatan sikap profesional guru dan dosen.
3. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa.
4. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
5. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu
belajar, dan sumber belajar lainnya.
6. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
7. Perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah.
8. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum.

5
Materi Belajar 3: Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Karakteristik PTK adalah:
1. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara
langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia pendidikan.
2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah
praktis.
3. Fleksibel dan adaftif, karenanya memungkinkan adanya perubahan
selama masa percobaan dan pengontrolan.
4. Partisipatori karena peneliti dan anggota tim sendiri ambil bagian secara
langsung atau tidak langsung.
5. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang
memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan.
6. Ada komitmen pada peningkatan pendidikan.
7. Ada maksud jelas untuk melakukan intervensi ke dalam dan peningkatan
pemahaman.
8. Direncanakan berdasarkan hasil reflektif kritis terhadap praktik terkait.
9. Dilakukan pemantauan secara sistematik untuk menghasilkan data yang
akurat.

Perbedaan PTK, Studi Kasus dan Penelitian Eksperimental

Selain PTK, ada dua kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh guru untuk
memecahkan masalah belajar siswa, yaitu studi kasus dan penelitian
eksperimental. Oleh karena itu pemahaman secara pokok/garis besar terhadap
kedua hal tersebut sangat penting bagi guru agar ia dapat melakukan PTK dengan
benar dan tidak “terjebak” pada pelaksanaan studi kasus maupun penelitian
eksperimental. Perbedaan pokok antara PTK dan studi kasus terletak pada fokus
masalah belajar yang dipecahkannya. Pada PTK, masalah belajar yang menjadi
fokus kajian guru adalah masalah belajar yang terjadi di kelas, atau masalah
belajar yang dialami oleh sebagian besar peserta didik di kelas, sedangkan pada
studi kasus, masalah belajar yang menjadi fokus kajian guru adalah masalah-

6
masalah belajar yang dialami oleh peserta didik tertentu saja, atau masalah belajar
yang dialami oleh sebagian kecil peserta didik di kelas.
Perbedaan pokok antara PTK dan penelitian eksperimental dapat ditinjau
dari berbagai aspek sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Perbedaan PTK dan Penelitian Eksperimental


Aspek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Eksperimental
Pelaksana Dilakukan oleh guru, guru Dilakukan oleh orang luar.
berkolaborasi dengan guru lain atau
dosen.
Sampel Kerepresentatifan sampel tidak Sampel harus representatif
menjadi persyaratan penting. (terwakili), dipilih dengan teknik
Subyek penelitian adalah kelas yang tertentu (misal acak).
mempunyai masalah
Validitas Lebih mengutamakan validitas Mengutamakan validitas internal
internal dan eksternal
Analisis Tidak menuntut penggunaan Menuntut penggunaan analisis
Data analisis statistik yang rumit. statistik yang rumit.
Hipotesis Tidak selalu menggunakan Mempersyaratkan hipotesis yang
hipotesis. Hipotesis menunjukkan
menggambarkan dampak tindakan hubungan antara variable bebas dan
yang akan dilakukan. terikat.
Tujuan Memperbaiki praktik pembelajaran Mengembangkan teori atau mencari
secara langsung. temuan baru.
Hasil Hasil penelitian merupakan metode Hasil penelitian merupakan produk
praktis peningkatan mutu ilmu atau
pembelajaran. penerapan ilmu.
Prosedur Berlangsung siklis dan fleksibel Berlangsung linear (bergerak
terhadap perubahan rancangan. maju). Menggunakan rancangan
dan kontrol yang ketat.
Sifat Kolaboratif dan kooperatif. Tidak kolaboratif dan Individual.
(Sumber: Dasna, 2008).

7
Materi Belajar 4: Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai


peneliti dalam pelaksanaan PTK yaitu sebagai berikut:
1. Tugas utama guru adalah mengajar
Bahwa tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan
tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi
guru tidak boleh sampai mengorbankan kegiatan pembelajaran.

2. Metode penelitian harus tidak mengacaukan/mengganggu komitmen


mengajar

Bahwa guru harus memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang


akan menuntut kerla ekstra dibandingkan dengan pelaksanaan tugas secara
rutin. Pendorong utama PTK adalah komitmen profesional guru untuk
memberikan layanan yang terbaik kepada siswa.
3. Metode pengumpulan data harus tidak menyita banyak waktu mengajar

Bahwa metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu


yang lama, sehingga berpeluang menggangu proses pembelajaran. Sejauh
mungkin harus digunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani
sendiri oleh guru, sementara guru tetap aktif berfungsi sebagai guru yang
bertugas secara penuh.

4. Metode yang diterapkan harus terandalkan sehingga memungkinkan


guru membuat hipotesis tindakan yang mantap dan mengembangkan
strategi yang dapat diterapkan di kelas

Bahwa metode yang digunakan harus terencana secara cermat, sehingga


tindakan dapat dirumuskan dalam suatu hipotesis tindakan yang dapat diuji
di lapangan. Guru dapat mengembangkan strategi yang dapat diterapkan
pada situasi kelasnya, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk
“menjawab” hipotesis yang dikemukakan.

8
5. Masalah penelitian yang dipilih harus yang benar-benar dikuasai dan
dapat dipecahkan

Bahwa permasalahan atau topik yang dipilih harus benar–benar nyata,


menarik, mampu ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan
peneliti untuk melakukan perubahan. Peneliti harus merasa terpanggil untuk
meningkatkan diri.

6. Peneliti harus memperhatikan etika penelitian yang berlaku


Bahwa dalam penyelenggaraan PTK, guru harus bersikap konsisten dan
peduli terhadap etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Hal ini penting
ditekankan karena selain melibatkan para siswa, PTK juga hadir dalam
suatu konteks organisasi sehingga penyelenggaraannya harus mengindahkan
tata krama kehidupan berorganisasi. Artinya, prakarsa PTK harus diketahui
oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan pada rekan-rekan di lembaga
terkait, dilakukan sesuai tata krama penyusunan karya tulis akademik, di
samping tetap mengedepankan kemaslahatan bagi siswa.

7. Sejauh mungkin penelitian harus berorientasi harapan masa depan


pembelajaran atau sistem persekolahan

Bahwa kegiatan PTK pada dasarnya merupakan kegiatan yang


berkelanjutan, karena tuntutan terhadap peningkatan dan pengembangan
akan menjadi tantangan sepanjang waktu.

8. Profesionalisme guru yang baik perlu otonom dalam mempertimbangkan


pekerjaannya secara profesional

Bahwa meskipun kelas atau mata pelajaran merupakan tanggung jawab


guru, namun tinjauan terhadap PTK tidak terbatas dalam konteks kelas dan
atau mata pelajaran tertentu melainkan dalam perspektif misi sekolah.

9
Azas-azas PTK:
1. Kritik Reflektif
a. Mengumpulkan catatan-catatan yang telah dibuat; catatan pengamatan,
transkrip wawancara, atau dokumen resmi;
b. Menjelaskan dasar reflektif catatan-catatan; dan
c. Pernyataan dapat ditransformasi menjadi pertanyaan.
2. Kritik Dialektis
Pendekatan dialektis menuntut peneliti untuk melakukan kritik terhadap
gejala yang diteliti (Winter, 1989). Hal ini memerlukan pemeriksaan
terhadap:
a. Konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan kesatuan,
b. Struktur kontradiksi internal – dibalik kesatuannya yang jelas
memungkinkan adanya kecenderungan untuk berubah meskipun ia
stabil.
3. Sumber Daya Kolaboratif
Perlu dipertimbangkan bagaimana dengan konsep keobyektifan yang
memiliki empat pengertian berikut (Winter, 1989):
a. Proses kolaboratif berfungsi sebagai sebagai tantangan terhadap
keobyektifan seseorang.
b. Proses kolaboratif melibatkan pemeriksaan terhadap hubungan antar
data yang disediakan oleh berbagai orang yang terlibat dalam
penelitian.
c. Keluaran proses adalah sederet analisis yang didasari hubungan yang
melekat dan diperlukan.
d. Keluaran proses tersebut berupa usulan praktis.
4. Asas Resiko
Bahwa peneliti harus berani mengambil resiko melalui proses
penelitiannya. Salah satu resikonya adalah kadangkala rumusan hipotesis
tindakan tidak sesuai atau tidak terbukti, kemungkinan adanya tuntutan
melakukan perubahan atau inovasi.

10
5. Struktur Majemuk
Berhubungan dengan gagasan bahwa gejala yang diteliti harus mencakup
semua unsur pokok agar menyeluruh. Misalnya, bila situasi pembelajaran
yang diteliti, situasinya harus mencakup (paling tidak) guru, siswa, tujuan
pembelajaran, interaksi pembelajaran, dan keluaran.

Materi Belajar 5: Jenis-jenis dan Model-model PTK

A. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Setidaknya terdapat empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diagnostik, (2)
PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, dkk
1982). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai
keempat jenis PTK tersebut.

1. Penelitian Tindakan Diagnostik


Dirancang untuk menuntun/membimbing suatau permasalahan anak, kelas
atau sekolah ke arah tindakan yang lebih baik. Misalnya di sekolah terjadi
pertengkaran antara beberapa kelompok siswa yang sering disertai
perkelahian. Suatu tim peneliti mengungkap dalam permasalahan tersebut;
wakil tiap-tiap kelompok siswa dan juga ketua-ketua kelasnya
diwawancarai tentang sikapnya terhadap kelompok yang berkelahi;
tentang keikutsertan dalam perkelahian. Informasi yang diperoleh
ditabulasikan, hasilnya dianalisis ,dan rekomendasinya dibuat.

2. Penelitian Tindakan Partisipan


Orang yang akan melakukan PTK partisipan ini harus juga terlibat dalam
proses penelitian dari awal. Mereka tidak hanya dapat menyadari perlunya
melaksanakan program tindakan tertantu, tetapi secara jiwa raga akan
terlibat dalam program tindakan tersebut.

11
3. Penelitian Tindakan Empiris
Gagasan dasar penelitian jenis ini adalah melakukan sesuatu dan
membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi. Proses
penelitiannya pada pokoknya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan
pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Secara ideal penelitian tindakan empiris bekerja dengan satu kelompok
atau beberapa kelompok yang sejenis.

4. Penelitian Tindakan Eksperimental


Jenis penelitian ini memiliki nilai potensial terbesar untuk kemajuan
pengetahuan ilmiah karena dalam keadaan yang menguntungkan
memberikan ujicoba yang mantap tentang hipotesis tertentu. Akan tetapi
penelitian jenis ini, merupakan bentuk penelitian tindakan yang tersulit
untuk dilaksanakan dengan berhasil.

Kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul:


a. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam membuat prediksi
keakuratannya.
b. Kekurangmampuan peneliti dalam mengontrol jalannya tindakan.
c. Kekurangmampuan peneliti dalam melakukan pengukuran yang layak
sesuai dengan sifat dasar hubungan sosial.

12
Materi Belajar 6: Model-Model Penelitian Tindakan

Pada mulanya penelitian tindakan dilaksanakan pada bidang psikologi


sosial oleh Kurt Lewin. Perkembangan berikutnya, penelitian tindakan tersebut
berkembang menjadi penelitian tindakan kelas (classroom action research) pada
tahun 1970-an untuk memecahkan masalah pada bidang pendidikan.
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam dunia
pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3)
Model John Elliot, (4) Model Dave Ebbutt, dan (5) Model McKernan.

1. Model Kurt Lewin


Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model
action research, terutama classroom action research. Dialah orang pertama yang
memperkenalkan action research. Konsep pokok action research menurut Kurt
Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (a) perencanaan (planning), (b)
tindakan (acting), (c) pengamatan (observing), dan (d) refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

2. Model Kemmis dan Taggart


Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar
yang diperkenalkan Kurt lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja
komponen acting dan observing dijadikan satu kesatuan karena keduanya
merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang sama.
Model Kemmis dan Taggart paling banyak digunakan pada PTK di
Indonesia. Model ini terdiri dari siklus-siklus yang saling berhubungan di mana
pada tiap-tiap siklus terdiri dari tahap-tahapan: (a) perencanaan, (b) tindakan, (c)
pengamatan (observasi), dan (d) refleksi. Bila siklus I belum mencapai indikator
yang ditargetkan maka dilanjutkan dengan siklus kedua yaituperbaikan rencana,
tindakan, pengamatan, dan refleksi. Siklus berikutnya selalu dimulai dengan
perbaikan tindakan dari siklus sebelumnya. Model PTK Kemmis dan Taggart
disajikan pada Gambar 1 di bawah.

13
Keterangan :
1. Perenungan
2. Perencanaan (penerapan
model tindakan I)
3. Tindakan dan observasi I
4. Refleksi I
5. Rencana terevisi II
(penerapan model
tindakan II)
6. Tindakan dan observasi II
7. Refleksi II
8. Rencana terevisi III
(penerapan model
tindakan III)
9. Tindakan dan observasi
III
10. Refleksi III

Gambar 1. Model Spiral dari Kemmis dan Taggart

Pada model Kemmis dan Taggart, perbaikan tindakan dilakukan setelah


refleksi. Perbaikan tindakan apa yang akan dilakukan belum dapat diketahui
sebelum implementasi tindakan.

14
3. Model John Elliot
Model Lewin juga ditafsirkan oleh Elliot sebagaimana disajikan pada
Gambar 2. Model ini hampir sama dengan model yang disajikan Kemmis.

Gambar 2. Model Elliot

PTK menurut model Elliot dimulai dengan identifikasi masalah yang


terjadi di kelas. Sebagaimana telah dipaparkan pada model yang pertama, guru
harus dapat mengetahui masalah apa yang terjadi di kelasnya. Setelah masalah
tersebut teridentifikasi maka peneliti melanjutkan dengan pemeriksaan di kelas.
Bila guru sebagai peneliti maka masalah-masalah yang telah diidentifikasi dapat
dirasakan langsung atau teramati secara langsung. Bila PTK dilakukan dengan

15
kolaborasi sesama guru, maka guru yang lain harus dapat mengamati langsung
kondisi yang ada di kelas setelah memperoleh masukan dari rekan guru.

4. Model Ebbutt
Ebbutt (1985) melakukan penelahaan terhadap praktik penelitian tindakan
kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Kegiatan penelahaan terfokus pada
pelaksanaan kolaborasi antar tim peneliti. Ia mengemukakan bahwa praktik
kolaborasi menimbulkan dilema antara peneliti dan sasaran penelitian. Demikian
juga dalam PTK, Ebbutt lebih memusatkan kegiatan pada adanya kesenjangan
antara mengajar untuk pemahaman dan mengajar untuk kebutuhan.
Dalam analisisnya, Ebbutt menelaah adanya dilema dalam kolaborasi antar
peneliti yang berasal dari luar kelas dengan agenda penelitiannya dan guru-guru
yang lain menyelidiki dan memperoleh gambaran atau pantulan dari apa yang
mereka praktikan sendiri.
Dalam PTK, Ebbutt mengemukakan dua hal, yakni (a) sangat
memperhatikan alur logika penelitian tindakan, dan (b) menjabarkan teori sistem
yang terdiri atas subsistem-subsistem atau konseptual ke dalam bentuk kegiatan
operasional.

5. Model McKernan

Model McKernan juga terdiri atas siklus-siklus seperti disajikan pada


Gambar 3. Guru/peneliti terlebih dahulu mengidentifikasi masalah yang
memerlukan tindakan untuk mengatasinya. Setelah itu, dilakukan analisis masalah
yang terjadi sehingga dapat ditetapkan masalah-masalah pokok yang akan
dipecahkan. Dalam hal ini guru dapat membuat rumusan masalah yang akan
dipecahkan. Setelah masalah ditetapkan dilakukan analisis kebutuhan untuk
menetapkan tindakan yang digunakan dan perangkat-perangkat yang diperlukan
untuk memecahkan masalah termasuk juga pemahaman peneliti terhadap
teori/filosofi/langkah-langkah penerapan tindakan.
Setelah kebutuhan pemecahan tindakan teridentifikasi, peneliti membuat
hipotesis tindakan agar upaya pemecahan tindakan dapat dilakukan. Hipotesis

16
tindakan dapat dalam bentuk: “jika ……maka……” misalnya “jika pembelajaran
matematika dilaksanakan dengan metode pemecahan masalah maka hasil belajar
siswa akan lebih baik”.

Gambar 3. Model McKernan

Setelah hipotesis tindakan disusun, peneliti membuat rencana tindakan


seperti RPP, lembar observasi, tes, bahan ajar, media, dan lain-lain yang
diperlukan dalam pembelajaran. Rencana tindakan tersebut kemudian diterapkan
dalam proses pembelajaran dimana peneliti menerapkan RPP yang telah dibuat
sambil mengumpulkan data proses dan hasil belajar. Setelah pelaksanaan
pembelajaran selesai (minimal 3 pertemuan), dilakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran. Apakah tindakan yang diimplementasikan telah efektif
atau belum maka peneliti melakukan keputusan untuk melanjutkan pada tahap
berikutnya atau sudah tercapai target yang diinginkan.

17
D. Rangkuman
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian
pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk
memecahkan masalah pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di
bidang pembelajaran untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.
2. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis
dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan. Masing-
masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK terdiri dari
siklus-siklus, bertolak dari masalah di kelas.
3. Bersifat siklis, artinya PTK terikat siklus-siklus (perencanaan, pemberian
tindakan, pengamatan, dan refleksi) sebagai prosedur baku penelitian.
4. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu
tertentu (misalnya 2/3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang
diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
5. Bersifat partikular-spesifik yang tidak bermaksud melakukan generaliasi.
6. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku
perubahan dan sasaran yang perlu diubah.
7. Bersifat kolaboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu
terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain
demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
8. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau
tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru.
9. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang
pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan, dan tercapainya tujuan penelitian.

E. Soal Latihan
1. Deskripsikan secara singkat makna PTK?
2. Deskripsikan secara singkat tujuan PTK?
3. Deskripsikan secara singkat manfaat PTK?
4. Deskripsikan secara singkat karakteristik PTK?

18
5. Deskripsikan secara singkat prinsip-prinsip PTK?
6. Deskripsikan secara singkat prinsip utama model-model dalam PTK?

F. Kunci Jawaban
1. Makna PTK adalah strategi pengembangan kinerja melalui pemecahan
masalah-masalah pembelajaran, sebab pendekatan penelitian ini
menempatkan pendidik sebagai peneliti sekaligus sebagai agen
perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif dan saling
memberdayakan.
2. Tujuan PTK untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam
kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. Selain itu, PTK
bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah
pembelajaran di sekolah.
3. Manfaat PTK adalah (a) perbaikan/peningkatan terhadap kualitas
pembelajaran; (b) peningkatan efektivitas terhadap pemanfaatan
sumber belajar, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran; dan (c)
peningkatan terhadap kinerja belajar siswa dan perubahan sikap siswa
dalam proses pembelajaran di sekolah.
4. Karakteristik PTK adalah (a) spesifik dan kontekstual, (b) problem solving,
(c) kolaboratif, dan (d) reflektif.
5. Prinsip-prinsip PTK adalah (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK
empiris, dan (4) PTK eksperimental.
6. PTK memiliki beberapa model, seperti: model Kurt Levin, model Kemmis
dan Taggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan.
Masing-masing model tersebut mempunyai kesamaan bahwa PTK
terdiri dari siklus-siklus, bertolak dari masalah di kelas.

19
KEGIATAN BELAJAR 2:

PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta workshop dapat:
1. Menetapkan fokus permasalahan PTK
2. Membuat perencanaan tindakan
3. Melaksanakan tindakan dalam PTK
4. Melakukan pengamatan/observasi dan pengumpulan data
5. Melakukan refleksi

B. Pendahuluan

PTK bukan hanya bertujuan mengungkapkan penyebab dari berbagai


permasalahan pembelajaran yang dihadapi seperti kesulitan siswa dalam
mempelajari pokok-pokok bahasan tertentu, tetapi yang lebih penting lagi adalah
memberikan pemecahan masalah berupa tindakan tertentu untuk meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar. Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam
pelaksanaan PTK, yakni:
(1) PTK adalah penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan
siswa dalam berbagai tindakan.
(2) Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan berdasar- kan
pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid
guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang
terjadi.
(3) Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan
dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktik
pembelajaran).
Pembahasan berikutnya akan menguraikan prosedur pelaksanaan PTK
yang meliputi penetapan fokus permasalahan, perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan yang diikuti dengan kegiatan observasi, interpretasi, dan analisis, serta
refleksi. Apabila diperlukan, pata tahap selanjutnya disusun rencana tindak lanjut.

20
Upaya tersebut dilakukan secara berdaur membentuk suatu siklus. Langkah-
langkah pokok yang ditempuh pada siklus pertama dan siklus-siklus berikutnya
adalah sebagai berikut:
(1) Penetapan fokus permasalahan
(2) Perencanaan tindakan
(3) Pelaksanaan tindakan
(4) Pengumpulan data (pengamatan/observasi)
(5) Refleksi (analisis, dan interpretasi)
(6) Perencanaan tindak lanjut.

Untuk lebih jelasnya, rangkaian kegiatan dari setiap siklus dapat dilihat
pada gambar berikut.

Perencanaan Pelaksanaan
Permasalahan
Tindakan - I Tindakan - I

SIKLUS - I Pengamatan/
Refleksi - I Pengumpulan
Data - I

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


baru, hasil Tindakan - II Tindakan - II
Refleksi

SIKLUS - II Pengamatan/
Refleksi
Refleksi -- II
I Pengumpulan
Data - II

Bila Permasalahan
Belum Dilanjutkan ke
Terselesaikan Siklus Berikutnya

Gambar 4. Siklus Kegiatan PTK

21
Setelah permasalahan ditetapkan, pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus
pertama yang terdiri atas empat kegiatan. Apabila sudah diketahui keberhasilan
atau hambatan dalam tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, peneliti
kemudian mengidentifikasi permasalahan baru untuk menentukan rancangan
siklus berikutnya. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama
dengan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk
meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan yang
dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari
tindakan sebelumnya yang ditunjukan untuk mengatasi berbagai hambatan/
kesulitan yang ditemukan dalam siklus sebelumnya.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, peneliti dapat
melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus
pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan peneliti belum merasa puas,
dapat dilanjutkan pada siklus ketiga, yang tahapannya sama dengan siklus
terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya
siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran, sebaiknya tidak
kurang dari dua siklus.

Materi Belajar 1: Penetapan Fokus Permasalahan


Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perlu ditumbuhkan sikap
dan keberanian untuk mempertanyakan, misalnya tentang kualitas proses dan hasil
pembelajaran yang dicapai selama ini. Sikap tersebut diperlukan untuk
menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran. Tahapan
ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan ada hal-hal
yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan seperti di bawah ini.
1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?
2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?
3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?
4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?
5. Bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan strategi inovatif tertentu?

22
Secara umum karaktersitik suatu masalah yang layak diangkat untuk PTK
adalah sebagai berikut.
1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik
yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Apabila hal ini terjadi, guru
merasa prihatin atas terjadinya kesenjangan, timbul kepedulian dan niat untuk
mengurangi tersebut dan berkolaborasi dengan dosen/widyaiswara/pengawas
untuk melaksanakan PTK.
2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan diidentifikasi faktor-faktor
penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk
menentukan alternatif solusi.
3. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut
melalui tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.
Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah
PTK adalah yang memiliki nilai yang bukan sesaat, tetapi memiliki nilai strategis
bagi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya
model tindakan efektif yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah
serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan untuk menguji kelayakan masalah
yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.
1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan
terformulasikan dengan benar?
2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yang akan dipecahkan?
3. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan
praktik pembelajaran jika masalah tersebut dipecahkan?
Pada tahap selanjutnya dilakukan identifikasi masalah yang sangat
menarik perhatian. Aspek penting pada tahap ini adalah menghasilkan gagasan-
gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami dalam pembelajaran.
Tahap ini disebut identifikasi permasalahan. Cara melakukan identifikasi masalah
antara lain sebagai berikut.
(1) Menuliskan semua hal (permasalahan) yang perlu diperhatikan karena akan
mempunyai dampak yang tidak diharapkan terutama yang berkaitan dengan
pembelajaran.

23
(2) Memilah dan mengklasifikasikan permasalahan menurut jenis/bidangnya,
jumlah siswa yang mengalaminya, serta tingkat frekuensi timbulnya masalah
tersebut.
(3) Mengurutkan dari yang ringan, jarang terjadi, banyaknya siswa yang
mengalami untuk setiap permasalahan yang teridentifikasi.
(4) Dari setiap urutan diambil beberapa masalah yang dianggap paling penting
untuk dipecahkan sehingga layak diangkat menjadi masalah PTK. Kemudian
dikaji kelayakannya dan manfaatnya untuk kepentingan praktis, metodologis
maupun teoretis.
Setelah memperoleh sederet permasalahan melalui identifikasi, dilanjutkan
dengan analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masa- lah juga
dimaksud untuk mengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yang
dibutuhkan. Adapun yang dimaksud dengan analisis masalah di sini ialah kajian
terhadap permasalahan dilihat dari segi kelayakannya. Sebagai acuan dapat
diajukan antara lain pertanyaan sebagai berikut.
(1) Bagaimana konteks, situasi atau iklim di mana masalah terjadi?
(2) Apa kondisi-kondisi prasyarat untuk terjadinya masalah?
(3) Bagaimana keterlibatan masing-masing komponen dalam terjadinya masalah?
(4) Bagaimana kemungkinan alternatif pemecahan yang dapat diajukan?
(5) Bagaimana ketepatan waktu, dan lama atau durasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah?
Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam
bentuk spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus,
indikator keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang
terkait lainya dengan pemecahan yang diajukan.
Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan
ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah
yang jelas memungkinkan peluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh
rumusan masalah yang mengandung tindakan alternatif yang ditempuh antara lain
sebagai berikut.

24
(1) Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis?
(2) Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(3) Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran?
(4) Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran mekanika kekuatan bahan?
Dalam memformulasikan masalah, peneliti perlu memperhatikan beberapa
ketentuan yang biasa berlaku meliputi hal-hal di bawah ini.
(1) Aspek substansi menyangkut isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot
atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti
nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa yang dihadapi guru,
kegunaan metodologi dan kegunaan teori dalam memperkaya keilmuan
pendidikan/pembelajaran.
(2) Aspek orisinalitas (tindakan), yang menunjukkan bahwa pemecahan dengan
model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang yang belum pernah
dilakukan guru sebelumnya.
(3) Aspek formulasi, dalam hal ini masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Rumusan masalah harus dinyatakan secara lugas dalam arti
eksplisit dan spesifik tentang apa yang akan dipermasalahkan serta tindakan
yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
(4) Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk
melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang
dapat diajukan seperti kemampuan teoretik dan metodologik pembelajaran,
penguasaan materi ajar, teori, strategi dan metodologi pembelajaran,
kemampuan fasilitas untuk melakukan PTK (dana, waktu, dan tenaga). Oleh
karena itu, disarankan bagi peneliti untuk berangkat dari permasalahan
sederhana tetapi bermakna, memiliki nilai praktis bagi guru dan semua yang
berkolaborasi dapat memperoleh pengalaman belajar dalam rangka
pengembangan keprofesionalannya.

25
Tabel 1. Peta Permasalahan dan Tema Penelitian Tindakan Kelas

Jenis Permasalahan Tema Penelitian


1. Manajemen dan a. Perbaikan ikim kelas untuk kepentingan pendidikan
Iklim Kelas b. Peran serta siswa dalam pengembangan pemanfaatan iklim
kelas
c. Peningkatan belajar dan mengajar yang inovatif dan produktif
d. Kemangkiran siswa
2. Proses Belajar a. Peningkatan penguasaan bahan pengajaran
Mengajar (PBM) b. Peningkatan daya serap siswa
c. Peningkatan prestasi belajar siswa
d. Peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran tertentu
e. Perbaikan urutan dan prasyarat bahan ajar
f. Peningkaatan profesionalisme guru
g. Peningkatan efektivitas proses evaluasi
3. Sumber Belajar a. Pengadaan dan pendayagunaan media pembelajaran
b. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
c. Penciptaan sumber belajar yang kreatif dan fungsional oleh
guru SMK
d. Penggunaan Kit Perbaikan Sepeda Motor
4. Sosio Psikologik a. Peningkatan efektivitas pola hubungan antara guru, siswa, dan
Pembelajaran orang tua dalam PBM
b. Peningkatan kesiapan dan kematangan belajar siswa
c. Peningkatan konsep diri siswa terhadap mata pelajaran
d. Pembinaan integritas kepribadian siswa

*) Sumber: Nunuy Nurjanah (2007)

Lewin menggambarkan penelitian tindakan, termasuk PTK, sebagai cara


kerja yang memiliki tahapan-tahapan yang bersifat spiral, yang terdiri atas
perencanaan, tindakan, dan evaluasi. Prosedur kerja penelitian tindakan tersebut
selanjutnya direvisi dan disempurnakan oleh Kemmis dan McTaggart (1988)
menjadi: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi yang disebut dengan
siklus PTK. Suatu PTK umumnya dilaksanakan minimal dalam dua siklus, atau
bahkan lebih, di mana setiap siklusnya minimal terdiri dua kali pertemuan.
Visualisasi prosedur PTK ditunjukkan pada diagram di halaman 1.

26
a. Refleksi Awal
Siklus pertama setiap PTK diawali dengan refleksi awal yang merupakan
kegiatan penjajagan dengan cara mengumpulkan data dan informasi tentang
situasi pembelajaran di kelas di mana guru mengajar (Sudjimat, 2008). Tujuannya
adalah untuk mengungkapkan dan menyadarkan guru akan adanya permasalahan
pembelajaran yang perlu dipecahkan. Permasalahan yang dimaksud dapat berupa:
rendahnya motivasi belajar peserta didik, kurangnya keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran, terjadinya kesalahan konsep pada peserta didik, rendahnya
hasil belajar peserta didik, rendahnya kecakapan akademik peserta didik,
rendahnya kecakapan sosial peserta didik, dan lain sebagainya.
Kegiatan refleksi awal dapat dilakukan guru dengan berbagai cara,
misalnya: (1) mengamati perilaku belajar peserta didik; (2) mengevaluasi hasil
belajar peserta didik; (3) mewawancari para peserta didik terkait dengan masalah
belajar mereka; (4) berdiskusi dengan guru lain tentang permasalahan belajar
peserta didik; (5) merenung dan berpikir secara mendalam tentang proses dan
hasil belajar peserta didik; dan lain sebagainya. Berikut ini diberikan dua contoh
hasil refleksi awal yang berkaitan dengan pembelajaran Matematika Teknik di
SMK.

Contoh 1: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kemampuan matematika teknik”


peserta didik SMK “Merah Putih”.

1. Para peserta didik lebih tertarik pada kegiatan belajar yang bersifat fisik (praktik)
dibandingkan dengan kegiatan belajar yang bersifat berpikir dan pemecahan
masalah.
2. Dalam kehidupan sekolah, kegiatan belajar matematika teknik kurang
mendapatkan porsi yang layak.
3. Dalam mengajar, guru matematika teknik kurang mampu mengkaitkan materi
pelajaran dengan permasalahan keteknikan yang menjadi kompetensi keahlian
para peserta didik.
4. Dalam mengajar guru cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu
ceramah yang diikuti dengan latihan soal-soal beserta pembahasannya.
5. Movitasi belajar matematika teknik para peserta didik rendah.
1. Kemampuan matematika teknik para peserta didik rendah.
2. Sarana dan prasarana yang menunjang upaya pengembangan kemampuan
matematika teknik peserta didik sangat terbatas.

27
Contoh 2: Hasil refleksi awal berkaitan dengan “kompetensi kerja bangku” peserta
didik SMK “Merah Putih”.

3. Hasil belajar kompetensi kerja bangku peserta didik relatif rendah, di mana 45%
peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar.
4. Peserta didik bekerja secara individual dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
sehingga interaksi antarmereka relatif kurang.
5. Kemampuan peserta didik memahami lembar kerja (job sheet) relatif rendah.
6. Guru jarang memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta didik, sehingga
peserta didik tidak mengetahui kekurangan atas pekerjaan yang dihasilkannya.
7. Peserta didik jarang bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tugasnya.

Contoh 3. Hasil refleksi awal terhadap pembelajaran Pengetahuan Dasar Teknik


Mesin (PDTM) pada Kompetensi Keahlian Teknik Mesin SMK ”Merah
Putih”.
1. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan sistem
pembelajaran konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan tanya jawab.
2. Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran teori, namun lebih suka
pelajaran praktikum.
3. Motivasi belajar sebagian besar peserta didik yang ditunjukkan dengan
keterlibatan mereka dalam pembelajaran rendah.
4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah.
5. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar minimum hanya
sebesar 60%.
6. Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan penyajian materi yang
diberikan oleh guru.
7. Materi pembelajaran yang dipelajari peserta didik diambil dari buku paket.
8. Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan oleh
guru.

28
b. Masalah Pembelajaran
Berdasarkan hasil refleksi awal, guru harus segera menetapkan masalah
pembelajaran yang akan dipecahkannya. Ada tiga hal penting yang harus
dilakukan guru berkaitan dengan penetapan masalah pembelajaran yang akan
dipecahkan ini, yaitu merumuskan judul penelitian, merumuskan masalah
penelitian, dan merumuskan hpotesis tindakan.

1) Merumuskan Judul PTK


Setelah refleksi awal selesai dilakukan, maka guru harus segera
merumuskan judul PTK yang akan dilaksanakannya beserta rumusan masalah
penelitiannya. Rumusan judul PTK yang baik dapat diacukan pada kedua
pedoman/pola praktis berikut ini.

Pola I:
• PENINGKATAN …….......…..….. (Masalah)
• MELALUI ……………………….. (Tindakan)
• SISWA KELAS ……………….…. (Subyek)
• SMK …….…………………..……. (Setting)

Pola II:
• PENGGUNAAN ………………… (Tindakan)
• UNTUK MENINGKATKAN …… (Masalah)
• SISWA KELAS ……………….…. (Subyek)
• SMK ….…………………………... (Setting)

Contoh 1:
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Teknik
melalui Penggunaan Metode Problem-Based Learning Siswa Kelas XI-A
Kompetensi Keahlian Teknik Konstruksi Baja SMK Merah Putih Malang.

Contoh 2:
Penggunaan Metode Pembelajaran Maju Bersama (Maber) untuk
Meningkatkan Kompetensi Kerja Bangku Siswa Kelas X-C Kompetensi
Keahlian Teknik Pemesinan SMK Merah Putih Malang.

29
Contoh 3:
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan
dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih
Malang.

Yang seringkali menjadi kesulitan para guru dalam merumuskan judul


PTK ada dua hal, yaitu: (1) menetapkan adanya masalah pembelajaran; dan (2)
memilih model/strategi/metode/ media yang akan digunakan sebagai tindakan
untuk mengatasi masalah pembelajaran tersebut. Terkait dengan cara untuk
menetapkan “masalah pembelajaran” berikut ini adalah beberapa hal yang harus
dipertimbangkan: (1) pilihlah masalah yang sangat strategis, yang apabila tidak
dipecahkan/diatasi dapat berdampak pada timbulnya masalah yang lain; (2)
masalah tersebut mendesak untuk segera diatasi; (3) untuk mengatasi masalah
tersebut bisa dilaksanakan oleh pengajar/guru; dan (4) penyelesaian/pemecahan
masalah tersebut sesuai dengan prioritas yang telah dipertimbangkan oleh guru.
Di samping itu guru juga harus melakukan identifikasi dan analisis masalah
sehingga akar masalah yang sesungguhnya ditemukan dan berdasarkan hal itu
dapat dipilih alternatif pemecahan masalah yang tepat. Berikut ini diberikan
contoh identifikasi dan analisis masalah yang diambil berdasarkan hasil refleksi
awal sebagaimana ditunjukkan pada contoh judul PTK nomor 3.

30
Fakta yang diamati guru: Identifikasi masalah:

1. Sistem pembelajaran yang digunakan guru 1. Kualitas proses belajar (2,


konvensional, yaitu ceramah, pemberian tugas, dan 3, 5, 6, 7)
tanya jawab. 2. Kualitas hasil belajar (4, 5)
2. Sebagian besar peserta didik tidak menyukai pelajaran 3. Metode pembelajaran:
teori. kurang menarik.
3. Motivasi belajar sebagian besar peserta didik rendah.
4. Hasil belajar sebagian besar peserta didik rendah.
5. Persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar hanya 60%.
6. Sebagian besar peserta didik kurang memperhatikan
penyajian materi diberikan oleh guru.
7. Materi pembelajaran diambilkan dari buku paket. Temuan:
8. Sebagian besar peserta didik terlambat mengumpulkan Kualitas proses dan hasil
tugas. belajar masih rendah.

Penyebab/Akar Masalah:

Metode pembelajaran kurang menarik, berpusat pada guru, dan kurang dapat melibatkan peserta
didik secara aktif. Materi pembelajaran diambil dari buku paket.

Berdasarkan akar masalah tersebut guru harus mampu memilih metode


pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga dapat melibatkan mereka
secara aktif selama pembelajaran. Berdasarkan pemahaman guru yang mendalam
tentang berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
Matapelajaran PDTM dan karakteristik peserta didik yang belajar maka guru
memutuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games
Tournament (TGT). Berdasarkan keputusan tersebut guru dapat menetapkan judul
PTK yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk


Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan
dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih
Malang.

31
2) Merumuskan Masalah Penelitian
Setelah menetapkan masalah dan menganalisisnya, kegiatan selanjutnya
adalah merumuskan masalah secara jelas, spesifik, operasional, dan dalam bentuk
kalimat tanya. Ada dua jenis kata tanya yang dapat digunakan untuk merumuskan
masalah penelitian, yaitu “apakah” dan “bagaimanakah”. Rumusan masalah
penelitian yang menggunakan kata “apakah” berarti hanya menuntut jawaban “ya”
atau “tidak” saja. Sedangkan masalah penelitian yang menggunakan kata
“bagaimanakah” berarti menuntut jawaban yang berkaitan dengan “proses”.
Berikut ini diberikan contoh rumusan masalah dari judul PTK yang telah
diberikan sebelumnya.

o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat


meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan
Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?
o Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan
Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

Bandingkan dengan rumusan berikut ini:


o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan motivasi belajar Menjelaskan Pembuatan dan
Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?
o Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
dapat meningkatkan hasil belajar Menjelaskan Pembuatan dan
Pengolahan Logam siswa kelas XI-B SMK Merah Putih Malang?

3) Merumuskan Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian dirumuskan secara operasional sesuai dengan masalah
penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan penelitian dirumuskan dalam
bentuk kalimat deklaratif. Perhatikan contoh berikut ini.

1) Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi


Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

32
2) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam mempelajari Kompetensi
Dasar Menjelaskan Pembuatan dan Pengolahan Logam melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

4) Merumuskan Hipotesis Tindakan


Setelah masalah dirumuskan, kegiatan berikutnya adalah merumuskan
hipotesis. Hipotesis dalam PTK berupa dugaan yang akan terjadi jika tindakan
dilakukan. Hipotesis dikembangkan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan.
Hipotesis yang baik harus dapat diuji secara empiris, artinya dampak tindakan
yang dilakukan dapat diukur, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Umumnya hipotesis PTK dirumuskan dengan menggunakan pola: “Jika... (tidakan
dilakukan), maka ... (masalah akan terpecahkan). Perhatikan contoh berikut ini:

1) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan


Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT maka motivasi belajar siswa akan meningkat.
2) Jika pembelajaran Kompetensi Dasar Menjelaskan Pembuatan dan
Pengolahan Logam dilaksanakan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT maka hasil belajar siswa akan meningkat.

5) Tahap Perencanaan
Penyusunan perencanaan harus didasarkan pada hasil penjajagan tentang
situasi pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan refleksi awal. Rencana
tindakan ini disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang telah
dirumuskan. Secara rinci perencanaan ini berisi: apa yang akan dilakukan guru
beserta rasionalnya, siapa yang akan melakukan, di mana, kapan, dan bagaimana.
Perencanaan ini bersifat lentur (tentatif dan fleksibel), dalam pengertian dapat
berubah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

Secara teknis, perencanaan dalam PTK memuat hal-hal sebagai berikut:


1. Perumusan rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
beserta rancangan evaluasinya. Rancangan tindakan yang disusun hendaknya
dapat memunculkan indikator keberhasilan, pengamatan atas indikator
tersebut, pengkajian, dan penjelasan setiap perubahan yang terjadi.

33
2. Perancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan
mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan.
3. Perencanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat datanya dan tujuan
penelitian tindakan.
4. Penetapan bukti atau indikator yang menunjukkan seberapa jauh masalah yang
telah dipilih dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan.

Contoh Perencanaan Tindakan:

1. Menetapkan spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai


strategi penyampaian pembelajaran KD Menjelaskan Pembuatan dan
Pengolahan Logam pada Matapelajaran PDTM.
Spesifikasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan digunakan
terdiri dari lima tahapan, yaitu: (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap belajar
kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen
(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.

2. Membagi kelompok belajar.

Kelompok belajar siswa ditetapkan secara purposive random ditinjau dari


kemampuan akademik siswa. Setiap kelompok terdiri dari lima siswa
dengan tingkat kemampuan akademik tinggi (1 orang), sedang (2 orang),
dan rendah (2 orang).

3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk KD Pengecoran


pada Matapelajaran PDTM.

Catatan: RPP yang dirancang guru harus menunjukkan “kekhasannya” pada


skenario/langkah-langkah pembelajarannya, yaitu skenario pembelajaran yang
menggambarkan proses belajar siswa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT yang terdiri dari (1) tahap penyajian kelas; (2) tahap
belajar kelompok (team), (3) tahap permainan (game), (4) tahap turnamen
(tournament), dan (5) tahap penghargaan kelompok.

34
4. Menyusun lembar kerja kelompok (LKK).

Catatan: LKK berisi sejumlah soal dalam bentuk esai yang harus dikerjakan
siswa secara berkelompok pada tahap belajar kelompok (team). Materi soal
diambilkan dari materi pelajaran yang dipresentasikan guru di kelas pada
tahap penyajian kelas. LKK dilengkapi dengan kunci jawaban beserta rubrik
penilaiannya yang diorganisir secara terpisah dengan LKK yang berfungsi
untuk mengoreksi kebenaran jawaban masing-masing kelompok.

5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan bernomor.

Catatan: Pertanyaan bernomor adalah pertanyaan-pertanyaan sederhana yang


diberi nomor tertentu yang akan ditanyakan kepada para siswa secara
berkelompok pada tahap permainan (game). Setiap soal/pertanyaan disertai
dengan kunci jawaban beserta rubrik penilaiannya yang digunakan guru untuk
mengoreksi kebenaran jawaban siswa.

6. Menyusun kartu soal.

Catatan: Kartu soal adalah sebuah kartu dari kertas dengan ukuran tertentu
(misalnya: 10 x 15 cm) yang berisi sebuah soal/pertanyaan yang diberikan
kepada para siswa pada tahap turnamen (tournament). Setiap soal dari kartu
tertentu disertai dengan kunci jawaban dan rubrik penilaiannya yang
diorganisir secara terpisah sebagai pedoman guru untuk mengoreksi kebenaran
jawaban siswa.

7. Menyusun metode dan alat perekam dan pengumpul data.

Catatan:
o Untuk merekam motivasi belajar siswa selama pembelajaran berlangsung
dapat digunakan: (1) alat berupa kamera video, (2) lembar observasi*), (3)
pedoman analisis dokumen, dan (4) catatan harian.
o Untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa digunakan tes tertulis dalam
bentuk tes esai.
o Untuk mengumpulkan data tanggapan siswa tentang proses pembelajaran
digunakan angket.
*)
Contoh lembar penilaian/observasi motivasi belajar siswa terlampir
(lihat Lampiran 1).

35
8. Menyusun perencanaan teknik pengolahan/analisis data.

Catatan: Data yang diperoleh dari kegiatan PTK ini terdiri dari data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa suasana belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung, sedangkan data kuantitatif berupa skor atau angka
yang merepresentasikan motivasi belajar siswa selama mengikuti
pembelajaran dan hasil belajar siswa berdasarkan tes pada akhir setiap siklus.
o Data kuantitatif dianalisis menggunakan teknik persentase, dan data
kualitatif dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif sebagaimana
dimaksud oleh Moleong (2005).
o Data motivasi belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai
berikut:

IMk =
∑ Sd x 100 % (Adaptasi dari Arifiyanti, 2007:30)
S xn
max

Keterangan:
IMk : Persentase Indikator motivasi klasikal
ΣSd : Jumlah skor deskriptor yang muncul dari setiap indikator
Smax : Skor maksimal indikator (bergantung jumlah deskriptor)
n : Jumlah siswa

o Taraf keberhasilan motivasi belajar siswa ditetapkan beradarkan kriteria


sebagai berikut.

Tabel 2. Persentase Taraf Keberhasilan Motivasi Belajar Siswa


Persentase Tingkat Nilai dengan Nilai dengan
keberhasilan Keberhasilan Huruf Angka
81—100 Sangat baik A 4
61—80 Baik B 3
41—60 Cukup C 2
21—40 Kurang D 1
02—0 Sangat kurang E 0
(Sumber: Arifiyanti, 2007:30).

o Berdasarkan deskriptor motivasi belajar yang telah ditetapkan, yaitu:


minat, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dirangkum taraf keberhasilan
motivasi belajar siswa menggunakan tabel sebagai berikut.

36
Tabel 3. Persentase Motivasi Belajar Siswa
Tingkat keberhasilan
Deskriptor Skor
Tingkat Nilai dengan Nilai dengan
motivasi (%)
Keberhasilan Huruf Angka
Minat
Perhatian
Konsentrasi
Ketekunan
Rata-rata
(Sumber: Arifiyanti, 2007:30)

o Data hasil belajar siswa dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:

• Secara perorangan (individual): siswa dianggap telah “tuntas belajar”


(TB) apabila penguasaannya mencapai 70% atau SKM ≥ 70,00. Taraf
keberhasilan prestasi belajar siswa ditetapkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut.

Tabel 4. Persentase Taraf Keberhasilan Tindakan Prestasi Belajar

Nilai Taraf Keberhasilan


90—100 Sangat Baik (A)
80—89 Baik (B)
70—79 Cukup (C)
0—69 Belum Tuntas (D)
(Sumber: Ristianah, 2007:45)

• Secara kelompok (klasikal): ketuntasan belajar (TB) siswa dihitung


menggunakan rumus:

TB =
∑ Siswa yang memperoleh skor ≥ 70 x100% (Adaptasi dari Arifiyanti,
∑ seluruh siswa 2007:31)

37
9. Menyusun indikator keberhasilan.

o Indikator keberhasilan siklus I ditetapkan sebagai berikut.

Tabel 5. Indikator Keberhasilan Siklus I

Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)


Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik
(A)
Motivasi Belajar 50 40 10
Ketuntasan Belajar 35 30 10
Individual
Ketuntasan Belajar 75% siswa minimal berkualifikasi C
Klasikal

o Indikator keberhasilan siklus II ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 6. Indikator Keberhasilan Siklus II

Aspek Kualifikasi Keberhasilan (%)


Cukup (C) Baik (B) Sangat Baik
(A)
Motivasi Belajar 30 50 20
Ketuntasan Belajar 15 40 20
Individual
Ketuntasan Belajar 85% siswa minimal berkualifikasi C
Klasikal

38
Materi Belajar 2: Perencanaan Tindakan
Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perlu dirumuskan
alternatif tindakan yang akan diambil. Alternatif tindakan yang dapat diambil
dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai
perubahan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Perencanaan tindakan
memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman yang
diperoleh di masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian sebidang. Bentuk
umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam penelitian
formal.
Hipotesis tindakan umumnya dirumuskan dalam bentuk keyakinan
tindakan yang diambil akan dapat memperbaiki sistem, proses, atau hasil.
Hipotesis tindakan sesuai dengan permasalahan yang akan dipecahkan dapat
dicontohkan seperti di bawah ini.
(1) Strategi pembelajaran menulis yang berorientasi pada proses dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis.
(2) Pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran.
(3) Penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
(4) Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran IPS.

Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri atas kegiatan- kegiatan


sebagai berikut.
(1) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban, berupa
rumusan hipotesis tindakan. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai
alternatif tindakan pemecahan masalah, kemudian dipilih tindakan yang paling
menjanjikan hasil terbaik dan yang dapat dilakukan guru.
(2) Mentukan cara yang tepat untuk menguji hipotesis tindakan dengan
menjabarkan indikator-indikator keberhasilan serta instrumen pengumpul data
yang dapat dipakai untuk menganalisis indikator keberhasilan itu.

39
(3) Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akan dilaksanakan mencakup;
(a) bagian isi mata pelajaran dan bahan belajarnya; (b) merancang strategi dan
skenario pembelajaran sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c)
menetapkan indikator ketercapaian dan menyusun instrumen pengumpul data.

Materi Belajar 3: Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenario pembelajaran


diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak berlaku
wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, pelaksanaan tindakan umumnya dilakukan
dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk dapat
menyesaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajaran tertentu. Berikut
disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario) tindakan yang akan dilakukan
pada satu PTK.
1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalam pembelajaran X untuk
pokok bahasan : A, B, C, dan D.
2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokok bahasan, pilih
ketua, sekretaris, oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk
kelompok dengan cara random, dengan cara yang menyenangkan.
3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusi anggota
kelompok bekerja/belajar memahami materi, menuliskan hasil diskusi dalam
LCD untuk persiapan presentasi.
4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil
kerjanya dalam pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil
kesimpulan sebagai hasil pembelajaran.
5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok, lembar LCD hasil
kerja kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang
dilaksanakan sebelum (pretes) dan setelah (postes) tindakan dilak- sanakan.
Penelitian tindakan mengharuskan adanya kolaborasi antara guru peneliti
dan guru bukan peneliti (pengamat). Jumlah guru pengamat ditentykan sesuai

40
dengan kebutuhan dan tingkat kerumitan aspek pembelajaran yang harus diamati.
Peran masing-masing guru peneliti dan guru pengamat adalah sebagai berikut.

1. Guru Peneliti
o Merancang tindakan/intervensi dan berbagai teknik untuk mengamatinya.
o Mengkomunikasikan rencana tindakan dan berbagai teknik
pengamatannya kepada guru pengamat.
o Melaksanakan tindakan/intervensi yang telah direncanakan.
o Bersama-sama guru pengamat melaksanakan refleksi terhadap
pelaksanaan tindakan.
o Melakukan analisis data hasil pengamatan dan/atau pengukuran baik
secara deskriptif kuantitatif maupun secara deskriptif kualitatif.

2. Guru Pengamat
o Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan secara kritis dan
objektif sesuai dengan yang diinginkan oleh guru peneliti.
o Bersama-sama guru peneliti melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan
tindakan.

Berikut ini diberikan contoh pelaksanaan tindakan untuk PTK


dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menjelaskan Pembuatan
dan Pengolahan Logam Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang”.
a. Tahap penyajian kelas
Pada tahap penyajian kelas ini guru peneliti memaparkan tujuan, langkah-
langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT kepada para siswa, dan lingkup
materi pembelajaran.
b. Tahap belajar kelompok (team)
Siswa bergabung dengan kelompoknya untuk belajar dan mengerjakan
Lembar Kerja Kelompok (LKK) tentang “pengenalan pengecoran” dengan
berdiskusi bersama anggota kelompoknya. Kemudian dilanjutkan dengan
pembahasan bersama tentang jawaban LKK untuk soal yang dianggap
paling sulit oleh siswa.

41
c. Tahap permainan (game)
Permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.
Permainan ini dilakukan secara berkelompok. Setiap kelompok memilih
nomor soal di papan tulis kemudian menjawab pertanyaan berdasarkan
nomor soal yang telah diplih. Jumlah soal ada 10, masing-masing memiliki
poin 10. Kelompok yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat
skor 10. Sedangkan kelompok yang tidak dapat menjawab tidak akan
memperoleh skor dan pertanyaan dilempar kepada semua kelompok secara
berebut. Setelah semua kelompok memilih soal, ada 3 soal untuk
diperebutkan untuk semua kelompok.
d. Tahap turnamen (tournament)
Pada tahapan ini siswa duduk dalam meja turnamen yang telah ditentukan.
Tiap meja turnamen terdiri dari anggota yang memiliki kemampuan
homogen, yaitu siswa yang mempunyai kemampuan tinggi bertanding
dengan siswa yang berkemampuan tinggi, siswa yang berkemampuan
sedang I bertanding dengan siswa yang berkemampuan sedang I, siswa
yang berkemampuan sedang II bertanding dengan siswa yang
berkemampuan sedang II, serta siswa yang berkemampuan rendah
bertanding dengan siswa yang berkemampuan rendah. Guru membagikan
kartu soal pada meja yang terdiri dari beberapa siswa. Siswa mengerjakan
kartu soal tersebut di kartu soal. Siswa yang telah selesai mengerjakan
langsung menghadap guru untuk dikoreksi. Siswa yang menjawab benar
akan mendapat skor. Semua skor ditulis dan direkap, kemudian
dijumlahkan dan diambil rata-rata tiap kelompok.
e. Tahap penghargaan kelompok
Kelompok yang memiliki rata-rata skor turnamen terbaik akan
mendapatkan penghargaan. Penghargaan yang diberikan berupa
“barang/benda” yang mendidik. Penghargaan kelompok terbaik diberikan
pada akhir jam pelajaran atau setelah guru peneliti membacakan skor
untuk tiap kelompok.

42
Materi Belajar 4: Pengamatan/Observasi dan Pengumpulan Data

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan


tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya
berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila
ia bertindak sebagai peneliti) melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi/penilaian
yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan
skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap proses dan hasil
belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes,
hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, atusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan
lain-lain.
Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c)
lembar observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data
secara obyektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti
aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau
pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan
untuk keperluan refleksi.
Sebagai contoh pada satu usulan PTK akan dikumpulkan data seperti: (a)
skor tes essai; (b) skor kualitas (kualitatif) pelaksanaan diskusi dan jumlah
pertanyaan dan jawaban yang terjadi selama proses pembelajaran; serta (c) hasil
observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan kegiatan siswa.
Berdasarkan data yang akan dikumpulkan seperti di atas, maka akan
dipakai instrumen; (a) soal tes yang berbentuk essai; (b) pedoman dan kriteria
penilaian/skoring baik dari tes essai maupun untuk pertanyaan dari jawaban lisan
selama diskusi; (c) lembar observasi guna memperoleh data aktivitas diskusi yang
diskor dengan rubrik; dan (d) catatan lapangan.
Kegiatan pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan oleh guru peneliti. Kegiatan pengamatan
ini dilaksanakan oleh satu atau lebih guru pengamat. Dari pengamatan ini akan

43
diperoleh seperangkat data tentang pelaksanaan tindakan, kendala-kendala yang
dihadapi, serta kesempatan dan peluang yang ada. Berbagai teknik untuk
memperoleh data dalam pengamatan ini di antaranya adalah catatan anekdot,
catatan lapangan, deskripsi tingkah laku secara ekologis, analisis dokumen, buku
harian, portofolio, kuesioner, interview, ceklis, perekaman, dan tes kinerja. Jika
diperlukan, guru peneliti juga dapat menggunakan alat-alat optik atau elektronik,
seperti kamera dan perekam video atau perekam suara. Data tersebut selanjutnya
dimanfaatkan sebagai bahan refleksi.
Dalam PTK, observasi dipusatkan baik pada proses maupun hasil tindakan
pembelajaran beserta segala peristiwa yang melingkupinya. Sebagaimana telah
dikemukakan, sama seperti pada tindakan pembelajaran yang dilaksanakan secara
rutin, pada saat dilaksanakannya tindakan, secara bersamaan juga dilakukan
pengamatan tentang segala sesuatu yang terjadi atau tidak terjadi selama proses
pernbelajaran berlangsung. Selanjutnya, sebagaimana halnya dalam tindakan
pembelajaran umumnya, data yang diperoleh dan observasi itu langsung diinterpr-
etasikan maknanya dalam kerangka pikir tindakan perbaikan yang telah
direncanakan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Pada gilirannya, data
dan interpretasi hasil observasi tersebut dijadikan sebagai masukan dalam rangka
pelaksanaan refleksi.

1. Pilihan Prosedur Observasi


Dengan menggunakan kombinasi dan berbagai sudut pandang di atas
sebagai rujukan, dapat dibedakan empat metode observasi yaitu observasi terbuka,
observasi terfokus, observasi terstruktur dan observasi sistematik. Namun, perlu
ditambahkan bahwa derajat kelaikan metode observasi tersebut dalam konteks
PTK, terlebih-lebih apabila guru bertindak sebagai aktor tunggal pelaksanaan
PTK, tentu saja berbeda-beda. Oleh karena itu, para pelaksana PTK perlu secara
jeli dan kreatif memodifikasi metode observasi yang dimaksud sehingga sejauh
mungkin memenuhi harapan, baik dan segi mutu data yang dapat dihasilkannya
maupun dari segi kelaikan implementasinya.

44
a. Observasi Terbuka
Sebagaimana disarankan oleh namanya, ohservasi terbuka dapat secara
har-fiah dimulai dengan halaman kosong sehingga pengamat harus berimprovisasi
dalam merekam “tonggak-tonggak penting” dalam penggelaran proses
pembelajanan dalam rangka implementasi tindakan perbaikan. Tujuannya adalah
agar pengamat dapat merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan
yang dimaksud dalam diskusi balikan. Vanian lain yang sebenarnya telah mulai
menampilkan struktur adalah penggunaan kategori besar sasaran amatan yang
secara komprehensif mencakup berbagai tindakan pembelajaran.

b. Observasi Terfokus
Observasi terfokus adalah observasi yang secara cukup spesifik diarahkan
pada aspek tindakan guru atau siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu
contoh kemungkinan fokus amatan adalah dimensi strategi bertanya yang tergelar
dalam episode pembelajaran.

c. Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur ditandai dengan perekaman data yang relatif
sederhana, berhubungan dengan telah tersediakannya format yang nelatif ninci.
Sebagai contoh dapat dikemukakan teknik bertanya yang digelar oleh guru dalam
episode pembelajaran seperti (i) penyebaran pertanyaan kepada sebanyak
mungkin siswa, (ii) jenis respons siswa — karena ditunjuk atau mengajukan diri,
di samping (iii) respons guru terhadap jawaban siswa — langsung ditangani
sendiri atau dilemparkan kepada siswa lain. Dengan format rekaman yang nelatif
ninci itu, pengamat tinggal membubuhkan tanda cacah (tallies) atau tanda-tanda
lain sehingga gejala yang diamati itu terpetakan secara rapi.

d. Observasi Sistematik
Dalam observasi sistematik pengkategorian bentuk atau jenis data amatan
distrukturkan secara lebih rinci lagi. Salah satu contoh observasi sistematik yang
telah diketahui secara meluas adalah format FLAC (Flanders’ Interaction

45
Analysis Categories) yang memperkenalkan 3 kategori besar yaitu (ii) ujanan
guru (teacher talk), (ii) ujaran siswa (pupil talk), dan (iii) diam (silence).

2. Langkah-Iangkah Observasi
Dalam PTK yang dilakukan secara kolaboratif observasi perlu dilakukan
dalam tiga fase kegiatan yaitu (a) pertemuan perencanaan, (b) pelaksanaan
observasi kelas, dan (c) pembahasan balikan.
Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama
untuk menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara
pengamat dan yang diamati mengenai fokus, kriteria, atau kerangka pikir
interpretasi di samping teknik observasi termasuk perekaman hasil observasi yang
akan digunakan. Bila kesamaan pandang telah tercapai, maka di satu pihak,
keinginan masing-masing dapat dipenuhi sedangkan di pihak lain, kekakuan
dalam mengobservasi dikurangi. Kondisi kerja seperti ini dapat menghemat waktu
yang digunakan dalam melaksanakan observasi di kelas, dalam mendiskusikan
balikan dan dapat melakukan refleksi serta dalam menyusun rencana tindak lanjut,
apabila diperlukan.

3. Pelaksanaan Observasi
Pada waktu observasi dilakukan, observer mengamati proses pembelajaran
dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses
pembelajaran tersebut, baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas.
Perlu diingat bahwa observer hanya mencatat apa yang dilihat dan didengar bukan
memberikan penilaian atau mengganggu. Untuk menghilangkan ketegangan guru
selama diobservasi, pada akhir observasi dilakukan diskusi yang bersifat positif
selama 5 atau 10 menit. Observer sebaiknya juga memberikan salinan catatan
observasi kepada guru yang diobservasi.

46
4. Diskusi Balikan
Sebagaimana telah dikemukakan, diskusi balikan harus dilaksanakan
dalam situasi yang tidak menakutkan melainkan saling mendukung (mutually
supportive) serta didasarkan pada informasi yang diperoleh selama observasi.
Penentuan serta penetapan target dilakukan berdasarkan pembahasan yang terjadi
dalam diskusi balikan ini. Targer-target yang ditetapkan itu harus bersifat realistis
dalam arti laik untuk dicapai dalam kurun waktu yang telah ditentukan. Pada
gilirannya, rencana tindakan untuk pengembangan berikutnya juga disusun
dengan bertolak dari diskusi balikan di tempat segala sesuatu yang terjadi
dan/atau tidak terjadi selama implementasi tindakan perbaikan itu direfleksikan.
Secara visual ketiga fase observasi kelas dapat digambarkan sebagai
berikut.

Gambar 5. Tiga Fase Siklus Observasi (Hopkins, 1992)

Data yang dikumpulkan hendaknya dicek untuk mengetahui


keabsahannya. Berbagai teknik dapat dilakukan untuk tujuan ini, misalnya teknik
triangulasi dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data lain,
atau kriteria tertentu yang telah baku, dan lain sebagainya. Data yang telah
terkumpul memerlukan analisis lebih lanjut untuk mempermudah penggunaan
maupun dalam penarikan kesimpulan. Untuk itu berbagai teknik analisis statistika
dapat digunakan.

47
Contoh instrumen pengamatan untuk mengobservasi motivasi belajar
siswa ditunjukkan pada Lampiran 1.

Materi Belajar 5: Refleksi


Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian
melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi
dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan
atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi
kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga
permasalahan yang dihadapi dapat teratasi.
Menurut Kemmis dan McTaggart (1988) kegiatan refleksi dan analisis
data hasil pengamatan/pengukuran merupakan dua kegiatan organik dalam setiap
penelitian tindakan kelas, maupun penelitian tindakan lainnya.

a. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dapat dilakukan pada setiap akhir pertemuan dan/atau
setiap akhir siklus. Tahap ini meliputi kegiatan: menganalisis, memaknai,
menjelaskan, dan menyimpulkan data yang diperoleh dari pengamatan (bukti
empiris), serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan (kerangka
konseptual). Refleksi yang tajam dan terpercaya dapat diperoleh dengan
menggunakan berbagai instrumen observasi yang handal, dan akan menghasilkan
masukan yang sangat berharga dan akurat untuk menyusun dan/atau merevisi
perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.
Untuk mendapatkan hasil refleksi yang optimal, beberapa pertanyaan
berikut dapat dimanfaatkan sebagai pemandu.
• Bagaimana persepsi Anda (guru, siswa, pengamat lain) terhadap
tindakan yang dilakukan?
• Apakah efek dari tindakan tersebut?

48
• Isu pembelajaran apa saja yang muncul sehubungan dengan tindakan
yang dilakukan?
• Apa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tindakan? Mengapa
kendala tersebut muncul?
• Apakah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran?
• Perlukah perencanaan ulang?
• Jika “ya”, alternatif tindakan manakah yang paling tepat?
• Jika “ya” apakah diperlukan siklus berikutnya?

b. Tahap Analisis
Kegiatan analisis dilakukan pada setiap akhir siklus. Data yang dianalisis
adalah data hasil pengamatan dan/atau hasil pengukuran, baik yang berupa data
kuantitatif maupun kualitatif. Untuk data kuantitatif biasanya digunakan teknik
analisis deskriptif yang mencakup teknik analisis persentase dan teknik analisis
perbandingan. Teknik penyajian data hasil analisis persentase bisa disajikan dalam
bentuk (1) tabel distribusi frekuensi; (2) grafik histogram; (3) grafik poligon; dan
(4) grafik serabi. Sedangkan hasil analisis perbandingan dapat disajikan dalam
bentuk tabel perbandingan. Analisis secara deskriptif kualitatif dapat dilakukan
melalui analisis terhadap hasil pengamatan, wawancara mendalam dengan siswa,
dan analisis terhadap catatan lapangan. Contoh teknik analisis data dapat dilihat
pada paparan contoh perencanaan tindakan.

D. Rangkuman
1. Langkah-langkah pokok yang ditempuh pada siklus-siklus PTK adalah: (a)
penetapan fokus permasalahan, (b) perencanaan tindakan, (c) pelaksanaan
tindakan, (d) pengumpulan data (pengamatan/observasi), (e) refleksi (analisis,
dan interpretasi), dan (f) perencanaan tindak lanjut.
2. Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk
spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti, waktu dalam satu siklus, indikator
keberhasilan, peningkatan sebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait
lainya dengan pemecahan yang diajukan.

49
3. Alternatif tindakan dapat dirumuskan ke dalam bentuk hipotesis tindakan.
Perencanaan tindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan
dan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatan
pembelajaran/penelitian sebidang.
4. Pelaksanaan tindakan adalah rancangan strategi dan skenario pembelajaran
diterapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan secara benar tampak
berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru, umumnya membutuhkan
waktu antara 2 sampai 3 bulan.
5. Tahap observasi/pengamatan berjalan secara bersamaan pada saat
pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang
berjalan dengan mencatat semua hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan
tindakan berlangsung.
6. Refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan, berdasar data yang telah terkumpul, dan kemudian
melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya.

E. Soal Latihan
1. Bagaimanakah langkah-langkah pokok dalam siklus PTK?
2. Bagaimanakah membuat perencanaan tindakan dalam PTK?
3. Bagaimanakah melaksanakan tindakan dalam PTK?
4. Bagaimanakah melakukan pengamatan/observasi dan pengumpulan data
dalam PTK?
5. Bagaimanakah melakukan refleksi pada PTK?

50
KEGIATAN BELAJAR 3:

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta pelatihan dapat:
1. Menjelaskan fungsi proposal PTK
2. Menjelaskan sistematika proposal PTK

B. Pendahuluan
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal yang
harus dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan PTK. Proposal PTK dapat
membantu memberi arah pada peneliti agar mampu menekan kesalahan yang
mungkin terjadi selama penelitian berlangsung. Proposal PTK harus dibuat
sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang mudah diikuti.
Proposal PTK adalah gambaran terperinci tentang proses yang akan
dilakukan peneliti (guru) untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan tugas
(pembelajaran). Proposal disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu
pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian secara
keseluruhan.

C. Materi Pembelajaran: Sistematika Proposal PTK

Sistematika Usulan Penelitian Tindakan Kelas meliputi:

1. JUDUL PENELITIAN
Judul penelitian harus mencerminkan permasalahan pokok pembelajaran
yang akan dipecahkan, tindakan untuk memecahkannya, subyek yang mengalami
masalah, dan setting di mana subyek tersebut berada (lihat pedoman praktis
perumusan judul). Di samping itu judul penelitian juga harus deklaratif, singkat
(maksimal 20 kata), spesifik, dan jelas menggambarkan masalah yang akan diteliti
dan tindakan untuk mengatasi masalahnya.

51
2. BIDANG KAJIAN
Tuliskan bidang kajian penelitian yang akan dilakukan peneliti.

3. PENDAHULUAN
Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan
pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang diteliti merupakan
sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah, dan diagnosis dilakukan oleh guru
dan/atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah.
Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan
mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi
ketersediaan waktu, biaya dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar
penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, maka selanjutnya
perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah
tersebut.
Penting juga digambarkan situasi kolaboratif antar anggota peneliti dalam
mencari masalah dan akar penyebab munculnya masalah tersebut. Prosedur yang
digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan secara jelas dan
sistematis.

4. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH


a. Perumusan Masalah
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan penelitian
tindakan kelas. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan
lingkup yang menjadi batasan penelitian. Rumusan masalah sebaiknya
menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif tindakan yang akan
dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan mengajukan indikator
keberhasilan tindakan, dan cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.

b. Pemecahan Masalah
Uraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan
masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah yang
diteliti, hendaknya sesuai dengan kaidah penelitian tindakan kelas. Cara

52
pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar penyebab permasalahan
dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.

c. Tujuan Penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai
dengan mendasarkan pada permasalahan yang dikemukakan. Tujuan umum dan
khusus diuraikan dengan jelas, sehingga diukur tingkat pencapaian
keberhasilannya.

d. Kontribusi Hasil Penelitian


Uraikan kontribusi hasil penelitian terhadap kualitas pendidikan dan/atau
pembelajaran, sehingga tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen
pendidikan di sekolah lainnya. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari
penelitian ini.

5. KAJIAN PUSTAKA
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan
gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga
teori, temuan dan bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk
mengatasi permasalahan penelitian tersebut. Uraian ini digunakan untuk
menyusun kerangka berpikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
Kerangka acuan ini analog dengan kerangka teori dalam penelitian
kuantitatif. Dengan kata lain, kerangka acuan berisi deskripsi secara teoritis dan
empirik tentang variabel-variabel penelitian dan hubungan antar variabel tersebut.
Misalnya peneliti memiliki judul PTK sebagai berikut: “Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Kompetensi Pengecoran Siswa Kelas XI-B SMK Merah Putih Malang”
maka kerangka konseptual yang harus dikemukakan mencakup: (1) motivasi
belajar; (2) hasil belajar; (3) model pembelajaran kooperatif tipe TGT; (4)
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap motivasi
belajar; dan (5) pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
terhadap hasil belajar kompetensi pengecoran.

53
Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang
menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/diantisipasi.
Hipotesis tindakan di sini tidak dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya
perbedaan atau hubungan sebagaimana hipotesis dalam penelitian kuantitatif.
Hipotesis tindakan memuat usulan tindakan untuk menghasilkan perbaikan atau
pemecahan masalah pembelajaran yang diinginkan. Rumusan hipotesis tindakan
menggunakan pola “Jika ... maka ....” (lihat pedoman dan contoh)

6. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan
objek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur
hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-
refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan
penelitian dengan menguraikan indikator keberhasilan yang dicapai dalam setiap
siklus sebelum pindah ke siklus lain. Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu
siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah. Dalam
rencana pelaksanaan tindakan pada setiap tahapan hendaknya digambarkan
peranan dan intensitas kegiatan masing-masing anggota peneliti, sehingga tampak
jelas tingkat dan kualitas kolaborasi dalam penelitian tersebut.

7. JADWAL PENELITIAN
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Grant chart.
Jadwal kegiatan penelitian disusun berdasarkan waktu yang diperlukan peneliti
atau penyandang dana, bisa 4 bulan, 6 bulan, bahkan 10 bulan.

8. BIAYA PENELITIAN
Kemukakan besarnya biaya penelitian secara rinci dengan mengacu
kepada kegiatan penelitian. Jika proposal PTK didanai oleh sponsor maka
rekapitulasi biaya penelitian terdiri atas:
• Honorarium ketua, anggota maksimal 30%

54
• Biaya operasional minimal 30 %
• Biaya pembelian ATK maksimal 30%
• Lain-lain pengeluaran 10%

9. PERSONALIA PENELITIAN
Jumlah personalia penelitian maksimal 5 orang, yang terdiri atas 1 orang
Ketua Peneliti, dan 4 orang anggota. Peneliti pada PTK biasanya adalah guru
dibantu tenaga kependidikan lainnya di sekolah. Rincilah nama personalia tim
peneliti, golongan, pangkat, jabatan, dan lembaga tempat tugas.

10. DAFTAR RUJUKAN


Semua sumber yang dirujuk dalam keseluruhan proposal penelitian harus
dibuatkan daftar rujukannya dengan pola umum penulisan: nama, tahun, judul, kota, dan
penerbit (lihat panduan pada bagian II). Daftar rujukan harus dibuat secara berurutan
berdasarkan abjad nama penulisnya.

11. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Beberapa hal yang perlu dilampirkan dalam proposal penelitian adalah (1)
curiculum vitae (CV) peneliti, dan (2) rincian biaya penelitian.

D. Rangkuman
1. Sebelum melaksanakan PTK setiap guru peneliti harus menyusun
proposal PTK yang didasarkan pada hasil kegiatan refleksi awal atau
studi pendahuluan secara cermat.
2. Proposal PTK adalah gambaran terperinci tentang proses yang akan
dilakukan peneliti (guru) untuk memecahkan masalah dalam
pelaksanaan tugas (pembelajaran).
3. Sistematika proposal PTK terdiri atas: Judul, Bidang Kajian,
Pendahuluan, Perumusan dan Pemecahan Masalah, Tujuan Penelitian,
Kontribusi Hasil Penelitian, Kajian Pustaka, Rencana dan Prosedur
Penelitian, Jadwal Penelitian, Biaya Penelitian, dan Personalia Peneliti.

55
E. Soal Latihan
1. Bagian awal sebelum menyusun proposal PTK, pertimbangan dasar
apakah yang harus dilakukan guru atau peneliti?
2. Jelaskan fungsi proposal PTK.
3. Uraikan komponen/sistematika proposal PTK

56
KEGIATAN BELAJAR 4:

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta workshop dapat:
1. Membuat laporan penelitian tindakan kelas
2. Menjelaskan komponen bagian awal laporan PTK
3. Menjelaskan komponen bagian isi laporan PTK
4. Menjelaskan komponen bagian penunjang dalam laporan PTK

B. Pendahuluan

Alur sebuah penelitian pada akhirnya akan bermuara pada pembuatan


laporan penelitian. Oleh sebab itu, laporan penelitian merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses penelitian. Ia merupakan pertanggungjawaban
peneliti terhadap ilmu yang digelutinya. Ia ]uga merupakan pertanggungjawaban
peneliti terhadap lembaga atau badan sponsor yang mendukung penelitiannya.
Bagaimanapun pentingnya teori dan hipotesis, bagaimana pun telitinya kita
membuat rancangan penelitian, serta betapa hebatnya pun kita menghasilkan
sebuah penelitian, penelitian hanya akan mempunyai arti apabila hasilnya
dilaporkan secara memadai melalui laponan penelitian.
Laporan penelitian dapat beragam bentuk atau formatnya. Hal itu sangat
bergantung pada tuntutan lembaga dan/atau sponsor yang mendukung dana
penelitian tersebut. Meski beragam bentuk atau formatnya, secara mendasar
laporan itu sama dalam hal tuntutan isi, struktur, maupun bahasanya. Bagaimana
menyusun laponan PTK? Berikut ini akan diuraikan secara garis besar tentang
teknik penyusunan laponan PTK.

57
C. Materi Belajar:
Bagian awal laporan PTK terdiri atas:
1. Halaman Judul
2. Halaman Pengesahan
3. Abstrak
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
6. Daftar tabel/ lampiran

Adapun bagian isi/pokok dari laporan PTK terdiri atas:

SISTEMATIKA LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN TINDAKAN


KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)

Lembar Judul Penelitian ................................................................................. i


Lembar Indentitas dan Pengesahan ................................................................. ii
Abstrak .................................................................................................... iii
Daftar Isi .................................................................................................... vi
Daftar Tabel ..................................................................................................... v
Daftar Gambar .................................................................................................... vi
Daftar Lampiran .............................................................................................. vii

BAB I. Pendahuluan ..................................................................................


BAB II. Kajian Pustaka ....................................................................................
BAB III. Pelaksanaan Penelitian .. ...................................................................
BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan .................................................
BAB V. Simpulan dan Saran .................................................................

Daftar Pustaka ...................................................................................


Lampiran:
Instrumen penelitian .................................................................................
Personalia tenaga peneliti .........................................................................
Riwayat hidup masing-masing personalia penelitian ...................................

58
Penjelasan Komponen Pokok Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK):
1. Abstrak
Menguraikan dengan ringkas unsur-unsur permasalahan, tujuan, prosedur dan
hasil penelitian
2. Pendahuluan
Memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan
pentingnya masalah dipecahkan, identifikasi masalah, analisis dan rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta definisi istilah bila dianggap
perlu.
3. Kajian Pustaka
Menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan yang memberi
arah ke pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoritik
bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat meningkatkan mutu
proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan
teori. Bab ini diakhiri dengan pertanyaan penelitian dan/atau hipotesis
tindakan.
4. Pelaksanaan Penelitian
Mengandung unsur: deskripsi lokasi, waktu, mata pelajaran, karakteristik siswa
di sekolah sebagai subjek penelitian. Kejelasan tiap siklus: rancangan,
pelaksanaan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, usaha validasi hipotesis
dan cara refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta
collaborative.
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan
tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal
yang mendasar yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan,
guru sendiri, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas, hasil belajar.
Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang
menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematik
dan jelas.

59
6. Kesimpulan dan Saran
Menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan
penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan pembahasan hasil
penelitian.
7. Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian secara
alphabetis.
8. Lampiran-Lampiran
Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup
masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian.

Penjelasan dari sistematika tersebut adalah sebagai berikut.


Dalam Bab I, dimulai dengan mendikripsikan masalah penelitian secara
jelas dengan dukungan data faktual yang menunjukkan adanya masa-ah pada
setting tertentu, pentingnya masalah untuk dipecahkan. Uraikan bahwa masalah
yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam kewenangan guru dan akibat yang
ditimbulkan kalau masalah tidak dipecahkan
Selanjutnya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, sehingga
akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan. Diupayakan rumusan masalah
ini dapat dirinci dalam proses, situasi, hasil yang diperoleh.
Dalam tujuan penelitian hendaknya dikemukakan secara rinci tujuan yang
hendak dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian
sebelumnya.
Manfaat penelitian agar dikemukakan secara wajar, tidak perlu ambisius,
rumuskan yang terkait dengan siswa, dan dapat juga diperluas ke guru.
Dalam Bab II, kemukakan teori dan hasil kajian/temuan/penelitian yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Serta memberi arah serta petunjuk pada
pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian. Diperlukan untuk
dapat membangun argumentasi teoritis yang menunjukan bahwa tindakan yang
diberikan dimungkinkan dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas.
Pada akhir bab ini dapat dikemukakan hipotesis tindakan.

60
Pada Bab III, deskripsikan setting penelitian secara jelas, tahapan di setiap
siklus yang memuat: rencana, pelaksanaan/ tindakan, pemantuan dan evaluasi
beserta jenis instrumen yang digunakan, refleksi (perlu dibedakan antara metode
penelitian pada usulan penelitian dengan metode yang ada pada laporan
penelitian). Tindakan yang dilakukan berisfat rational, feasible, collaborative.
Kemudian pada Bab IV, dideskripsikan setting penelitian secara lengkap
kemudian uraian masing-masing siklus dengan disertai data lengkap berserta
aspek-aspek yang direkam/diamati tiap siklus. Rekaman itu menunjukkan
terjadinya perubahan akibat tindakan yang diberikan. Ditunjukkan adanya
perbedaan dengan pelajaran yang biasa dilakukan. Pada refleksi diakhir setiap
siklus berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang tenjadi
dalam bentuk grafik. Kemukakan adanya perubahan/kemajuan/perbaikan yang
terjadi pada diri siswa, lingkungan kelas, guru sendiri, minat, motivasi belajar, dan
hasil belajar. Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil
keseluruhan siklus ke dalam suatu ringkasan tabel/grafik. Tabel/grafik rangkuman
itu akan dapat memperjelas perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara
rinci dan jelas.
Terakhir dalam Bab V sajikan simpulan dan hasil penelitian sesuai dengan
hasil analisis dan tujuan penelitian yang telah disampaikan sebelumnya. Berikan
saran sebagai tindak lanjut berdasarkan simpulan yang diperoleh baik yang
menyangkut segi positif maupun negatifnya.

Sedangkan bagian penunjang laporan PTK terdiri atas:

Daftar Pustaka
Memuat semua sumber pustaka yang dirujuk dalam kajian teori yang
digunakan dalam semua bagian laporan, dengan sistem penulisan yang konsisten
menurut ketentuan yang berlaku.
Lampiran-Lampiran
Berisi lampiran berupa instrumen yang digunakan dalam penelitian,
lembar jawaban dari siswa, izin penelitian dan bukti lain yang dipandang penting.

61
Dalam lampiran, dapat juga berisi:

1. RPP yang digunakan

2. Lembar Observasi

3. Tes yang digunakan

4. Hasil Belajar Siswa

5. LKS (bila ada)

6. Foto-foto hasil belajar siswa

D. Rangkuman
Laporan penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
penelitian. Ia merupakan pertanggungjawaban peneliti terhadap ilmu yang
digelutinya. Ia ]uga merupakan pertanggungjawaban peneliti terhadap lembaga
atau badan sponsor yang mendukung penelitiannya.

E. Soal Latihan
1. Apakah urgensi (kepentingan) seorang peneliti harus membuat laporan
penelitian tindakan kelas?
2. Jelaskan komponen bagian awal laporan PTK?
3. Jelaskan komponen bagian isi laporan PTK?
4. Jelaskan komponen bagian penunjang dalam laporan PTK?

62
KEGIATAN BELAJAR 5:

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

A. Tujuan Pembelajaran:

Setelah mengikuti pembelajaran diharapkan peserta pelatihan dapat


1. Mendeskripsikan makna teknik penulisan karya ilmiah
2. Membuat karya ilmiah dari pelaksanaan PTK

B. Pendahuluan
Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah
adalah sistematika penulisan, dan cara merujuk dan menulis daftar rujukan, tabel
dan gambar.

C. Materi Pembelajaran
1. Sistematika Penulisan
Ada tiga alternatif sistematika penulisan karya ilmiah, khususnya laporan
PTK.
a. Alternatif Pertama
Peringkat judul bab dan subbab dinyatakan dengan jenis huruf yang
berbeda, cetak miring, dan letaknya pada halaman, dan bukan dengan angka.
(1) Peringkat 1 ditulis dengan huruf BESAR SEMUA, bold, dan diletakkan
center.
(2) Peringkat 2 ditulis dengan huruf BESAR SEMUA, bold, dan diletakkan di tepi
kiri.
(3) Peringkat 3 ditulis dengan huruf BESAR kecil, bold, dan diletakkan di tepi
kiri.
(4) Peringkat 4 ditulis dengan huruf BESAR kecil, italic, bold, dan diletakkan di
tepi kiri.
(5) Peringkat 5 ditulis dengan huruf kecil (kecuali huruf awal kata pertama, indent
(1,2 cm dari tepi kiri), bold, dan diakhiri dengan titik.

63
(6) Butir uraian atau contoh dibedakan atas butir hirarkhis yang dinyatakan
dengan angka dan huruf dalam kurung, dan butir nonhirarkhis yang
dinyatakan dengan bullet seperti • dan ♦.

BAB III
METODE PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN
Alasan Pemilihan Tes

Isi Tes
Tingkat kesulitas butir tes.

(1) menyusun kisi-kisi tes


(a) menyusun butir-butir soal sesuai dengan kisi-kisi.
(b) ……………, dst.
r the summary of an interesting point. You can position the text box
anywhere in the document. Use the Text Box Tools tab to change the
formatting of the pull quote text box.]

b. Alternatif Kedua

(1) Peringkat 1 ditulis sama dengan alternatif pertama.


(2) Peringkat 2 ditandai dengan angka dua digit yang dipisahkan dengan titik,
tetapi tidak diakhiri dengan titik, dimulai dari tepi kiri, dan ditulis dengan
huruf BESAR kecil dan bold.
(3) Peringkat 3 ditandai dengan angka tiga digit yang dipisahkan dengan titik,
tetapi tidak diakhiri dengan titik, dimulai dari tepi kiri, ditulis dengan huruf
BESAR kecil, dan bold.
(4) Peringkat 4 ditandai dengan angka empat digit yang dipisahkan dengan titik,
tetapi tidak diakhiri dengan titik, dimulai dari tepi kiri, ditulis dengan huruf
BESAR kecil dan bold.
(5) Peringkat 5 ditandai dengan angka lima digit yang dipisahkan dengan titik
tetapi tidak diakhiri dengan titik, ditulis dengan huruf BESAR kecil dan bold.
(6) Butir uraian atau contoh seperti pada alternatif pertama.

64
BAB III
METODE PENELITIAN

1.3 Instrumen Penelitian


1.3.1 Alasan Pemilihan Tes
1.3.1.1 Isi Tes
3.3.1.1.1 Tingkat KesulitanButir Tes

c. Alternatif Ketiga

(1) Peringkat 1 seperti pada alternatif pertama dan kedua.


(2) Peringkat 2 ditunjukkan dengan urutan huruf besar (A, B, C, dst.) memakai
titik dan ditulis dengan huruf BESAR kecil dan bold.
(3) Peringkat 3 ditunjukkan dengan urutan angka (1, 2, 3, dst.) memakai titik dan
ditulis dengan huruf BESAR kecil dan bold.
(4) Peringkat 4 ditunjukkan dengan urutan huruf kecil (a, b, c, dst.) memakai titik
dan ditulis dengan huruf BESAR kecil dan bold.
(5) Peringkat 5 ditunjukkan dengan urutan angka (1, 2, 3, dst.) memakai kurung
tutup tanpa titik, dan ditulis dengan huruf BESAR kecil dan bold.
(6) Butir uraian atau contoh seperti pada alternatif pertama.

BAB III

METODE PENELITIAN

C. Instrumen Penelitian
1. Alasan Pemilihan Tes
a. Isi Tes
1) Tingkat Kesulitan Butir Tes

Catatan: Sistematika penulisan artikel (< 20 halaman) mengikuti alternatif


pertama, tetapi hanya sampai pada peringkat keempat saja.

65
2. Cara Merujuk dan Menulis Daftar Rujukan
a. Cara Merujuk
1) Cara Merujuk Kutipan Langsung
(a) Kutipan Kurang dari 40 kata

Ditulis diantara tanda kutip (“…”) sebagai bagian teks utama. Nama penulis dapat
disebut dalam teks secara terpadu dan dapat pula disebutkan bersama dengan
tahun terbitan dan nomor halaman.

Contoh:

Soebroto (1990:123) menyimpulkan “ada hubungan yang erat antara faktor


sosial ekonomi dengan kemajuan belajar”.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah “ada hubungan yang erat antara
faktor sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebroto, 1990:123).

(b) Kutipan 40 Kata atau Lebih


Ditulis terpisah dari teks utama dan tanpa tanda kutip.
Contoh:

Kirkpatrick (1985:4054) menyatakan sebagai berikut.

Mathematical problem solving is an individual or group activity in


which a question is posed, no route to the answer is indicated, the
challenge of answering the question is accepted, and mathematical
concepts and principles are used in seeking an answer.

(c) Kutipan yang Sebagian Dihilangkan


Apabila yang dihilangkan kata maka kata yang hilang tersebut diganti
dengan tiga titi (…), tetapi jika yang dihilangkan berupa kalimat maka kalimat
yang hilang tersebut diganti dengan empat titik (…).
Contoh:

“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah …


diharapkan sudah melaksanakan kurikulum baru” (manan, 1995:278).

66
2) Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung
Ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama penulis bahan kutipan
dapat disebut terpada dalam teks atau disebut dalam kurung bersama tahun
penerbitannya. Jika memungkinkan nomor halaman boleh disebutkan.
Contoh:

Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik
daripada mahasiswa tahun keempat.

b. Cara Menulis Daftar Rujukan


Daftar rujukan merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau
bahan-bahan lainnya yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung.
Unsur-unsur yang ditulis dalam daftar rujukan adalah (1) nama penulis dengan
urutan: nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun
penerbitan, (3) judul, termasuk subjudul, (4) kota tempat penerbitan, dan (5) nama
penerbit. Apabila unsur yang dirujuk ditulis oleh tim, maka semua nama
penulisnya harus dicantumkan dalam daftar rujukan. Perhatikan contoh-contoh
berikut ini.

1) Rujukan dari Buku

Dekker, N. 1992. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa: dari Pilihan Satu-


satunya ke Satu-satunya Azas. Malang: FPIPS IKIP MALANG.

Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and


Emerging Issues-1985. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

Cornet, L. & Weeks, K. 1985b. Planning Career Ladders: Lessons from the
State. Atlanta, GA: Career Ladder Clearinghouse.

2) Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya)


Letheridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.) 1980. Bilingual Education: Teaching
English as a Second Language. New York: Praeger.

Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang


Bahasa dan Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

3) Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulan Artikel (Ada Editornya)


Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin
(Ed.), Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan
Sastra (hlm. 12—25). Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

67
4) Rujukan dari Artikel dalam Jurnal
Hanafi, A. 1989. Partisipasi dalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian
Inovasi. Forum Penelitian, 1(1): 33—47.

5) Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-Rom


Krashen, S., Long, M. & Scarcella, R. 1979. Age, Rate and Eventual
Attainment in Second Language Acquisition. TESOL Quarterly,
13:573—82 (CD-ROM: TESOL Quarterly-Digital, 1997).

6) Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran


Suryadarma, S.V.C. 1990. Prosesor dan Interface: Komunikasi Data. Info
Komputer, IV(4): 46—48.

Huda, M. 13 November, 1991. Menyiasati Krisis Listrik Musim Kering.


Jawa Pos, hlm. 6.

7) Rujukan dari Koran Tanpa Penulis


Jawa Pos, 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.

8) Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yangg Diterbitkan oleh Suatu


Penerbit tanpa Penulis dan tanpa Lembaga
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

9) Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga tersebut


Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan
Laporan Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

10) Rujukan Berupa Karya Terjemahan

Ary, D., Jacobs, L.C., & Razavieh, A. Tanpa tahun. Pengantar Penelitian
Pendidikan. Terjemahan oleh Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha
Nasional.

11) Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, Atau Disertasi

Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan


Pembelajar Bahasa Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan.
Malang: Program Pascasarjana IKIP MALANG.

12) Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, Atau
Lokakarya

68
Karim, Z. 1987. Tatakota di Negara-negara Berkembang. Makalah
disajikan dalam Seminar Tatakota, BAPPEDA Jawa Timur,
Surabaya, 1—2 September.

13) Rujukan dari Internet Berupa Karya Individual

Hitchcock, S., Carr. L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals,
1990—95: The Calm before the Storm, (Online),
(http://jornal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, diakses 12 Juni
1996).

14) Rujukan dari Internet Berupa Artikel dari Jurnal


Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan
Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan, (online), Jilid 5, No. 4,
(http://www.malang.ac.id, diakses 20 Januari 2000).

15) Rujukan dari Internet Berupa Bahan Diskusi

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites.


NETTRAIN Discussion List, (Online),
NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 Nopember 1995).

D. RANGKUMAN
Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam penulisan karya
ilmiah, baik berupa laporan PTK maupun artikel hasil PTK, yaitu sistematika
penulisan, dan cara merujuk dan menulis daftar rujukan, tabel dan gambar. Kedua
hal tersebut harus benar-benar diperhatikan dan diterapkan dalam penulisan
laporan PTK maupun artikel hasil PTK agar bobot keilmiahannya tinggi.

69
LATIHAN PENGEMBANGAN MATERI PTK-KI

(Waktu: 50 menit)

Petunjuk:

Kerjakan semua soal latihan berikut ini pada tempat yang telah disediakan.

Soal:

1. Buatlah rumusan definisi PTK dengan menggunakan bahasa Anda sendiri.

Definisi PTK: (Tuliskan rumusan Anda di kotak ini)

2. Lakukanlah refleksi awal terhadap matapelajaran yang Anda ampu di SMK


untuk menemukenali adanya masalah pembelajaran yang perlu dipecahkan
melalui PTK. Berdasarkan hasil refleksi awal tersebut selanjutnya
rumuskanlah judul penelitian, masalah penelitian, dan hipotesis tindakannya.
1.Refleksi Awal: (Tuliskan hasil refleksi awal di kotak ini)
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Judul Penelitian: (Tuliskan judul penelitian di kotak ini)

70
Rumusan Masalah: (Tuliskan rumusan masalah penelitian di kotak ini)

8.
9.

Hipotesis Tindakan: (Tuliskan hipotesis tindakan di kotak ini)

10.
11.

Tujuan Penelitian : (Tuliskan tujuan penelitian di kotak ini)

71
5. Berdasarkan judul PTK dan rumusan masalah yang telah Anda tetapkan pada
jawaban soal latihan nomor 2 tersebut, buatlah perencanaan tindakan secara
garis besar untuk siklus pertama dari beberapa siklus yang mungkin akan
Anda laksanakan.

Rencana Tindakan: (Tuliskan rencana tindakan siklus I di sini)

6. Untuk mengetahui keberhasilan suatu PTK maka guru peneliti harus


menetapkan indikator keberhasilan yang ingin dicapai pada setiap siklusnya.
Kembangkanlah indikator keberhasilan pada siklus terakhir dari PTK yang
Anda rencanakan sebagaimana jawaban Anda pada soal latihan nomor 2 dan
3.

Indikator Keberhasilan (Tuliskan indicator Keberhasilan di sini)

72
7. Seorang guru merencanakan untuk melaksanakan PTK dalam dua siklus di
mana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan (2 x 3 x 45 menit). Pada
akhir siklus kedua guru tersebut memberikan tes hasil belajar kepada para
siswanya. Analisis terhadap data hasil belajar para siswa tersebut
menunjukkan masih lebih rendah dari indikator keberhasilan yang telah
ditetapkannya. Oleh karena itu guru tersebut memutuskan untuk mengulangi
PTK-nya sehingga hasil belajar para siswanya dapat mencapai/sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan.
Terhadap kasus tersebut: (1) berikan tanggapan Anda terhadap keputusan guru
tersebut; dan (2) ajukan saran-saran Anda untuk membantu guru tersebut agar
tetap dalam koridor pelaksanaan PTK yang benar.

(Tuliskan tanggapan dan saran-saran Anda di sini)

73
PENILAIAN HASIL BELAJAR
(Waktu: 50 menit)

A. Petunjuk:
1. Kerjakan semua soal berikut ini pada kertas/lembar jawaban yang telah
disediakan.
2. Jawaban untuk soal kelompok I dengan cara menuliskan atau melingkari
salah satu abjad dari alternatif jawaban yang paling tepat.
3. Jawaban untuk soal kelompok II diuraikan secara singkat, padat, dan jelas.

B. Soal:
Kelompok I:
1. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian praktis yang bertujuan
untuk:
a. Menghasilkan teori-teori pembelajaran yang inovatif.
b. Meningkatkan kinerja guru profesional.
c. Memecahkan masalah mengajar guru.
d. Memecahkan masalah belajar siswa.
e. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

2. Berikut ini adalah karakteristik PTK kecuali:


a. Dilaksanakan secara siklis.
b. Melibatkan guru lain sebagai observer.
c. Dilaksanakan dalam dua siklus.
d. Didahului dengan kegiatan refleksi awal yang mendalam.
e. Hasil refleksi siklus sebelumnya dijadikan dasar untuk memperbaiki
perencanaan siklus berikutnya.

3. Perbedaan pokok antara PTK dan studi kasus terletak pada:


a. Metode yang digunakan guru.
b. Lamanya pelaksanaan kegiatan.
c. Teknik analisis data yang digunakan guru.
d. Fokus masalah belajar yang dipecahkannya.
e. Instrumen pengumpul data yang digunakan guru.

74
4. Salah satu persamaan antara PTK dan penelitian eksperimental dalam
pembelajaran adalah:
a. Adanya sampel yang representatif.
b. Adanya tindakan/intervensi tertentu yang diberikan oleh guru kepada para
siswa.
c. Adanya penggunaan teknik analisis data yang kompleks.
d. Adanya pelibatan guru/orang lain dalam penelitian.
e. Adanya kelas kontrol.

5. Prosedur PTK yang harus dilaksanakan guru dalam setiap siklusnya adalah:
a. Refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi.
b. Perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, refleksi, dan evaluasi.
c. Refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi.
d. Perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi.
e. Perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

6. Rumusan judul PTK yang baik harus mencakup komponen-komponen berikut


ini kecuali:
a. Masalah
b. Tindakan
c. Setting
d. Observer
e. Subyek

7. Berikut ini adalah masalah-masalah belajar siswa yang dapat dipecahkan guru
melalui PTK kecuali:
a. Rendahnya tingkat intelegensi siswa.
b. Kesalahan konsep siswa dalam matapelajaran tertentu.
c. Rendahnya hasil belajar siswa pada KD tertentu.
d. Rendahya motivasi belajar siswa.
e. Rendahya keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

8. Berikut ini beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam penetapkan
“masalah pembelajaran” yang akan dipecahkan melalui PTK kecuali:
a. Masalah pembelajaran tersebut sangat strategis, yang apabila tidak
dipecahkan/diatasi dapat berdampak pada timbulnya masalah yang lain.
b. Masalah pembelajaran tersebut mendesak untuk segera diatasi.
c. Masalah pembelajaran tersebut harus berkaitan dengan keberhasilan
belajar siswa dalam ujian nasional.
d. Pemecahan masalah pembelajaran tersebut bisa dilaksanakan oleh
pengajar/guru.
e. Pemecahan masalah tersebut sesuai dengan prioritas yang telah
dipertimbangkan oleh guru.

75
9. Di antara rumusan masalah penelitian berikut ini manakah yang paling tepat
untuk PTK?
a. Adakah perbedaan hasil belajar pemecahan masalah matematika teknik
antara kelompok siswa yang diberi balikan tertulis dan kelompok siswa
yang diberi balikan lisan?
b. Apakah hasil belajar pemecahan masalah matematika teknik kelompok
siswa yang diberi balikan tertulis lebih unggul daripada kelompok siswa
yang diberi balikan lisan?
c. Bagaimanakah hasil belajar pemecahan masalah matematika teknik siswa
SMK di Kota Malang?
d. Bagaimanakah penggunaan metode pembelajaran berbasis masalah dapat
peningkatan hasil belajar pemecahan masalah matematika teknik siswa
kelas X.A Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Merah
Putih Malang?
e. Adakah peningkatan hasil belajar pemecahan masalah matematika teknik
siswa kelas X.A Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK
Merah Putih Malang?

10. Secara teknis perencanaan dalam PTK memuat hal-hal sebagai berikut,
kecuali:
a. Perumusan rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
beserta rancangan evaluasinya.
b. Perancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan
mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan.
c. Perencanaan metode pengolahan data.
d. Penetapan bukti atau indikator yang menunjukkan seberapa jauh masalah
yang telah dipilih dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan.
e. Perencanaan waktu dan biaya yang diperlukan untuk penelitian.

11. Pelibatan guru lain dalam suatu PTK yang dilaksanaan oleh guru peneliti
dapat terjadi pada tahap:
a. Perencanaan tindakan dan pelaksanaan tindakan.
b. Observasi dan refleksi.
c. Refleksi dan evaluasi.
d. Pelaksanaan tindakan dan evaluasi.
e. Refleksi awal dan perencanaan tindakan.

12. Peran guru peneliti dalam kegiatan PTK mencakup hal-hal berikut ini, kecuali:
a. Merancang tindakan/intervensi dan berbagai teknik untuk mengamatinya.
b. Mengkomunikasikan rencana tindakan dan berbagai teknik
pengamatannya kepada guru pengamat.
c. Menjelaskan instrumen penelitiannya kepada kepala sekolah/waka
kurikulum.
d. Melaksanakan tindakan/intervensi yang telah direncanakan.

76
e. Bersama-sama guru pengamat melaksanakan refleksi terhadap
pelaksanaan tindakan.

13. Berikut ini adalah salah satu peran yang dapat dilaksanakan oleh guru
pengamat dalam suatu PTK:
a. Bersama-sama guru peneliti menyusun proposal PTK.
b. Membantu guru peneliti menyusun laporan PTK.
c. Membantu guru peneliti menyusun artikel hasil PTK.
d. Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan secara kritis dan
objektif sesuai dengan yang diinginkan oleh guru peneliti.
e. Bersama-sama guru peneliti menetapkan masalah penelitian.

14. Berikut ini adalah komponen-komponen penting suatu proposal PTK, kecuali:
a. Pendahuluan
b. Permasalahan
c. Tujuan Penelitian
d. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Tindakan
e. Populasi dan Sampel Penelitian

15. Berikut ini adalah berbagai teknik untuk memperoleh data dalam
pengamatan/observasi, kecuali:
a. catatan anekdot
b. kuesioner
c. tes IQ
d. perekaman
e. tes kinerja

16. Menganalisis, memaknai, menjelaskan, dan menyimpulkan data yang


diperoleh dari pengamatan, serta mengaitkannya dengan teori yang digunakan
merupakan kegiatan peneliti PTK pada tahap:
a. Refleksi awal
b. Perencanaan tindakan
c. Pelaksanaan tindakan
d. Observasi
e. Refleksi

17. Berikut ini adalah bentuk-bentuk karya ilmiah yang dapat dihasilkan dari
kegiatan PTK:
a. Laporan PTK dan artikel hasil PTK.
b. Laporan PTK dan makalah seminar.
c. Artikel hasil PTK dan makalah seminar.
d. Makalah seminar dan bahan ajar.
e. Laporan PTK dan bahan ajar.

77
18. Berikut ini adalah komponen isi dari suatu artikel hasil PTK, kecuali:
a. Abstrak dan kata kunci
b. Hasil
c. Pembahasan
d. Kajian pustaka
e. Simpulan dan saran

19. Bab-bab berikut ini merupakan bagian inti dari suatu laporan PTK, kecuali:
a. Studi Pendahuluan
b. Kajian Pustaka
c. Metode Penelitian
d. Hasil Penelitian
e. Simpulan dan Saran

20. Berikut adalah data buku yang digunakan oleh peneliti PTK sebagai salah satu
referensinya:
Judul : Psikologi Pendidikan
Penulis : Sumadi Suryabrata
Tahun terbit : 2004
Penerbit : PT Raja Grafindo Persada
Kota : Jakarta
Penulisan daftar referensi yang benar untuk buku tersebut adalah:

a. Sumadi Suryabrata, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.
b. Sumadi Suryabrata. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
c. Suryabrata, Sumadi, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
d. Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
e. Suryabrata, Sumadi, 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

78
Kelompok II:
1. PTK harus dilaksanakan secara siklis. Jelaskan pemahaman Anda terhadap
pernyataan tersebut!
2. Permasalahan belajar siswa yang akan dipecahkan guru melalui PTK harus
dihasilkan dari kegiatan refleksi awal yang kritis. Jelaskan berbagai cara yang
dapat ditempuh guru dalam melaksanakan kegiatan refleksi awal tersebut.
3. Di antara ciri PTK adalah kolaboratif, yakni pelibatan guru/orang lain dalam
pelaksanaan PTK. Jelaskan pemahaman Anda tentang kapan dan dalam
bentuk apa pelibatan guru/orang lain tersebut diperlukan dalam pelaksanaan
PTK?
4. Seorang guru bermaksud untuk memecahkan masalah rendahnya hasil belajar
para siswanya melalui kegiatan PTK yang dirancang dalam dua siklus di mana
setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Analisis terhadap data hasil
belajar para siswa yang diberikan pada akhir siklus kedua menunjukkan
bahwa skor hasil belajar sebagian siswanya masih lebih rendah dari indikator
keberhasilan yang telah ditetapkannya. Oleh karena itu guru tersebut
memutuskan untuk memperpanjang siklus PTK-nya menjadi empat siklus di
mana siklus ketiga dan keempat masing-masing merupakan pengulangan dari
siklus pertama dan kedua. Dengan cara demikian guru tersebut berharap PTK-
nya akan berhasil meningkatkan hasil belajar para siswanya sebagaimana
dimaksud dalam indikator yang telah ditetapkan.
Berikan tanggapan kritis Anda terhadap kasus tersebut!

5. Jelaskan perbedaan pokok antara karya ilmiah dalam bentuk laporan PTK dan
artikel hasil PTK ditinjau dari isi dan sistematikanya!

79
PRAKTIK PENGEMBANGAN RANCANGAN PTK-KI

(Waktu: 200 menit)

Petunjuk:

1. Kerjakan tugas praktek pengembangan rancangan PTK-KI berikut ini pada


lembar jawaban yang telah disediakan.
2. Jawaban HARUS DITULIS TANGAN dengan tinta warna hitam atau biru.
3. Pengembangan rancangan PTK harus ditulis berdasarkan kaidah-kaidah
penulisan karya ilmiah yang berlaku.

Tugas:
Buatlah rancangan PTK dalam bentuk praproposal dengan ketentuan sebagai
berikut:
1. Sistematika praproposal:
a. Judul Penelitian
b. Pendahuluan atau Latar Belakang (2 paragraf)
c. Rumusan Masalah Penelitian
d. Tujuan Penelitian
e. Manfaat Penelitian
f. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Tindakan. (Kerangka konseptual
ditulis secara garis besarnya saja, tetapi mencakup semua variabel yang
ada dalam penelitian).
g. Metode Penelitian yang berisi butir:
1) Prosedur Penelitian Tindakan (perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, refleksi);
2) Subjek Penelitian;
3) Instrumen Pengumpul Data; dan
4) Teknik Analisis Data.
h. Daftar Rujukan.
2. Matapelajaran yang dijadikan PTK harus matapelajaran program produktif
yang benar-benar Anda ampu di SMK tepat Anda bertugas saat ini.
3. Jika ada pekerjaan yang patut diduga merupakan hasil kerjasama atau
“contekan” antara peserta satu dengan yang lainnya maka semuanya akan
diberi skor 0 (nol).

=====Selamat Mengerjakan=====

80
DAFTAR PUSTAKA

Arifiyanti, R. 2007. Penerapan Pembelajaran Questioning dengan Strategi


Kooperatif Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Kelas VII-B SMP PGRI 01 Pakisaji
Malang Tahun Ajaran 2007/2008. Skripsi tidak dterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Chein, I., Cook, S. dan Harding, J. 1982. The Field of Action Research. Dalam
The Action Research Reader. Victoria: Deakin University.
Dasna, I Wayan. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Panitia Sertifikasi
Guru Rayon 15 Universitas Negeri Malang.
Depdiknas. 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas RI.
Depdiknas, 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Penelitian Tindakan Kelas
(Classroom Action Research). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi.
Depdiknas, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan
Elliot, J. 1991. An Action Research for Educational Change. Buckingham: Open
University Press.
Hopkins, D. 1992. A Teacher Guide to Classroom Reseach. Philadelphia: Open
University Press.
Kemmis, S. dan McTaggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria:
Deakin University.
Moleong, J. L. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Natawidjaja, R. 1997. Konsep dasar Penelitian Tindakan (Action Research).
Bandung: IKIP Bandung.
Nunuy Nurjanah. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI.
Oja, S. N. dan Smuljan, L. 1989. Collaborative Action Research: A
Developmental Approach. London: Taylor & Francis.
Ristianah, N. 2007. Penerapan Metode Pembelajaran Model Teams Games
Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Akuntansi Siswa
Kelas X-A Program Keahlian Akuntansi SMK Shalahuddin Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Sudjimat, Dwi Agus. 2008. Bahan Ajar Penelitian Tindakan Kelas. Malang:
Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang.
Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi,
Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Winter, R. 1989. Learning from Experience: Principles and Practice in Action-
Research. London: The Falmer Press.

81
Lampiran 1

LEMBAR PENILAIAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

Pertemuan : .....................................................
Hari/tanggal : .....................................................
Observer : .....................................................

Petunjuk:

1. Berilah skor dengan menulis angka 1, 2, 3, atau 4 pada kolom yang tersedia
pada empat aspek penilaian motivasi sesuai dengan pengamatan anda
berdasarkan deskriptor.
2. Masing-masing aspek penilaian terdiri dari 4 deskiptor. Kriteria penilaian
berdasarkan deskriptor tersebut adalah sebagai berikut:

Aspek Motivasi Deskriptor


Minat 1. Mengikuti pelajaran dengan semangat dan gembira
2. Menunjukkan sikap ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan pada guru
3. Menunjukkan sikap ingin tahu dengan mengajukan
pertanyaan pada teman
4. Siswa menjawab atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh guru atau teman
Perhatian 1. Mengikuti setiap instruksi yang diberikan oleh guru
2. Mau mendengarkan petunjuk guru
3. Tidak berbicara di luar materi pelajaran
4. Memusatkan perhatian pada tugas yang diberikan oleh
guru dengan tidak melakukan kegiatan lain, seperti
memainkan alat-alat tulis dan bercanda
Konsentrasi 1. Memusatkan perhatian dalam mengerjakan LKK
2. Memusatkan perhatian dalam memberikan jawaban soal

82
permainan (game)
3. Memusatkan perhatian dalam menjawab soal turnamen
4. Memusatkan perhatian dalam mendengarkan jawaban
dan penjelasan guru
Ketekunan 1. Membaca modul dengan bersungguh-sungguh dan
berusaha dengan sekuat tenaga mencari jawaban atas
pertanyaan/tugas yang diberikan guru
2. Menyelesaikan tugas secepatnya (tepat waktu)
3. Siswa aktif dalam bekerja sama/diskusi di dalam
kelompok

4. Siswa mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya

Observer

(...............................)

83
ASPEK PENILAIAN
No. NAMA
Minat Perhatian Konsentrasi Ketekunan Total
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

84
Lampiran 2

KUNCI JAWABAN

a. Untuk Latihan Pengembangan Materi PTK


1. Jawaban peserta boleh bervariasi rumusannya namun mengandung kata-kata
kunci:
a. penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru,
b. untuk menemukan solusi dari pemasalahan pembelajaran yang timbul di
kelas,
c. dengan tujuan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
2. Refleksi awal, judul penelitian, rumusan masalah, hipotesis tindakan, dan tujuan
penelitian yang dibuat guru memenuhi rambu-rambu sebagai berkut.

a. Refleksi Awal
Mengemukakan data dan/atau informasi yang berkaitan dengan kebijakan,
proses dan hasil pembelajaran terutama yang merupakan kelemahan-
kelemahan. Misalnya: ktersediaan sumber belajar, motivasi belajar siswa,
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, hasil belajar siswa, dan sebagainya.

b. Judul Penelitian
Judul penelitian yang dibuat guru memenuhi salah satu dari dua pola
perumusan judul PTK sebagai berikut:
Pola I:
• PENINGKATAN …….......…..….. (Masalah)
• MELALUI ……………………….. (Tindakan)
• SISWA KELAS ……………….…. (Subyek)
• SMK …….…………………..……. (Setting)
Pola II:
• PENGGUNAAN ………………… (Tindakan)
• UNTUK MENINGKATKAN …… (Masalah)
• SISWA KELAS ……………….…. (Subyek)
• SMK ….…………………………... (Setting)

c. Rumusan Masalah
• Dirumuskan secara jelas, spesifik, operasional, dan dalam bentuk kalimat
tanya.
• Menggunakan kata tanya “apakah” atau “bagaimanakah”.
• Sesuai dengan judul penelitian.

85
d. Hipotesis Tindakan
• Dirumuskan dengan pola: Jika… maka….
• Sesuai rumusan masalah yang telah dirumuskan.

e. Tujuan Penelitian
• Dirumuskan secara operasional
• Sesuai dengan masalah penelitian yang telah ditetapkan
sebelumnya
• Dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif.

3. Perencanaan tindakan yang dibuat guru berisi tentang:


• Rancangan tindakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan beserta
rancangan evaluasinya.
• Rancangan metode dan alat yang tepat untuk merekam dan
mendokumentasikan semua data atau informasi yang relevan.
• Rancanaan metode pengolahan data sesuai dengan sifat datanya dan tujuan
penelitian tindakan.

4. Indikator keberhasilan yang dibuat guru menunjukkan:


a. jenis dan jumlah variabel tentang proses dan hasil belajar yang sesuai dengan
yang ada dalam rumusan masalah dan hipotesis tindakan yang telah
dirumuskan sebelumnya, dan
b. ukuran kuantitatif, baik berupa persentase, skor, atau gabungan antara
keduanya.

5. a. Tanggapan guru terhadap kasus tersebut HARUS menunjukkan


ketidaksetujuannya, dengan alasan tidak boleh ada pengulagan siklus
dalam PTK.
b. Saran guru harus menunjukkan: (1) saran untuk menghentikan PTK
sesuai dengan rencana meskipun hasilnya belum sesuai dengan yang
diharapkan, dan (2) saran untuk melaporkan hasil PTK tersebut
sebagaimana adanya dengan disertai argumen-argumen yang rasional
mengapa PTK tersebut tidak berhasil meningkatkan hasil belajar para
siswa.

86
a. Untuk Evaluasi/Asesmen
Kelompok I:

No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban No. Jawaban

1. d 6. d 11. b 16. e

2. c 7. a 12. c 17. a

3. d 8. c 13. d 18. d

4. b 9. d 14. e 19. a

5. e 10. e 15. c 20. d

Kelompok II:

1. PTK harus dilaksanakan secara bersiklus, minimal dua siklus, di mana


setiap siklus terdiri dari tahapan: perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.

2. Refleksi awal dapat dilaksanakan dengan cara-cara: (1) mengamati


perilaku belajar peserta didik; (2) mengevaluasi hasil belajar peserta didik;
(3) mewawancari para peserta didik terkait dengan masalah belajar
mereka; (4) berdiskusi dengan guru lain tentang permasalahan belajar
peserta didik; (5) merenung dan berpikir secara mendalam tentang proses
dan hasil belajar peserta didik.

3. Pelibatan guru/orang lain dalam pelaksanaan PTK terjadi pada tahap


observasi dan refleksi. Bentuk pelibatannya adalah: (a) melakukan
pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan secara kritis dan objektif
sesuai dengan yang diinginkan oleh guru peneliti; (b) melaksanakan
refleksi terhadap pelaksanaan tindakan bersama-sama guru peneliti.

87
4. a. Keputusan guru untuk memperpanjang PTK dengan cara mengulang
siklus I dan II kedalam siklus III dan IV adalah suatu kesalahan karena
prinsip siklis dalam PTK harus terjadi secara reguler sesuai dengan
kurikulum yang berlaku dan sudah direncanakan sejak awal dalam
proposal PTK.
b. Ketidakberhasilan PTK dalam meningkatkan hasil belajar siswa harus
dilaporkan apa adanya dengan mengemukakan kelemahan-kelemahan
yang terjadi dalam PTK tersebut.
c. Jika siklus I dan II diulang dalam siklus III dan IV maka: (1) akan
mengganggu jadwal pelajaran secara reguler, dan (2) kalaupun hasil
belajar siswa meningkat maka peningkatan tersebut bukan karena efek
PTK yang direncanakan melainkan efek dari pengulangan itu sendiri.

5. Perbedaan pokok antara karya ilmiah dalam bentuk laporan PTK dan
artikel hasil PTK ditinjau dari isi dan sistematikanya:

Aspek Laporan PTK Artikel Hasil PTK


Isi Mengkomunikasikan proses Mengkomunikasikan proses
dan hasil PTK secara detil dan hasil PTK secara
dan menyeluruh. ringkas.
Sistematika Mencakup tiga bagian: (1) Mencakup: Judul, Nama
bagian awal, (2) bagian inti, Penulis, Abstrak dan Kata
dan (3) bagian akhir secara Kunci, Pendahuluan,
Metode, Hasil,
lengkap. Bagian inti dibuat
Pembahasan, Kesimpulan
dalam bab-bab: I. dan Saran, dan Daftar
Pendahuluan, II. Kajian Rujukan.
Pustaka, III. Metode
Penelitian, IV. Pelaksanaan
dan Hasil Penelitian, dan V.
Penutup.

88

Anda mungkin juga menyukai