Oleh : Kelompok 1
Adiel Wicaksono Wibowo 1808465
Devina Trinoviyanty 1801081
Gilang Ramdhan 1808442
Hilmia Aulia R. 1808438
Salsabila widiananda 1804766
Satrio abyakta fauzan 1808604
Tagsya P. W 1500798
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pemerintah Perancis ..................................................................3
2.2 Sejarah Sistem Pemerintahan Perancis..................................................8
2.3 Bagaimana Sejarah Konstitusi di Perancis ...........................................5
2.4 Pelaksanaan Konstitusi di Perancis ....................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................21
3.2 Saran ..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas
antara lain:
1. Bagaimana sistem pemerintahan di Perancis?
2. Bagaimana sejarah sistem pemerintahan Perancis?
3. Bagaimana sejarah konstitusi Perancis?
4. Bagaimana pelaksanaan konstitusi di Perancis?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c) Presiden Republik dapat membubarkan dewan nasional setelah
berkonsultasi dengan perdana menteri dan para ketua dewan nasional dan
senat.
d) Presiden menandatangani aturan-aturan dan dekrit yang telah ditetapkan
oleh dewan menteri.
e) Presiden adalah angkatan perang.
2) Perdana Menteri
Perdana Menteri dipilih oleh Majelis Nasional. Perdana Menteri disini
merupakan kepala atas Dewan Menteri atau Kabinet dimana kabinet-kabinet ini
sendiri ditunjuk oleh Presiden dengan rekomendasi dari Perdana Menteri. Perdana
Menteri bertanggungjawab atas kebijakan domestik.Perdana Menteri
bertanggungjawab atas kebijakan domestik. Perdana Menteri menguasai otoritas
signifikan sebagai pemimpin partai mayoritas atau koalisi di dalam Majelis
Nasional. Balance of Power (BoP) antara Presiden dan Perdana Menteri tergantung
pada Partai yang berpengaruh dalam badan legislatif. Dalam artian, ketika Presiden
memiliki dukungan kuat dari mayoritas parlementer, maka ada tendensi dimana
Perdana Menteri akan berperan sebagai deputi dari Presiden. Sebaliknya, jika partai
yang menaungi Presiden merupakan salah satu partai minoritas maka Presiden harus
menunjuk Perdana Menteri yang berasal dari salah satu partai dari koalisi (partai
mayoritas). Jika situasi ini terjadi maka akan tercipta suatu power-sharing
arrangement (kohabitasi) dimana Presiden dan Perdana Menteri memiliki
kecenderungan untuk mengawasi pengaruh yang dimiliki satu sama lain.
4
sebuah RUU tanpa melakukan pemungutan suara secara aktual. Di atas telah
dijelaskan pula bahwasannya Presiden (dalam situasi tertentu) bisa membubarkan
Majelis Nasional bahkan sebelum masa fungsi dari Majelis ini berakhir namun
terlepas dari kekuasaan Presiden tersebut, Majelis Nasional juga memiliki otoritas
untuk menjatuhkan pemerintahan legal jika suara mayoritas absolut dari total
anggota Majelis memutuskan untuk bertindak demikian.
Untuk urusan legislatif, Perancis menggunakan sistem parlemen 2 pintu
(bikameral) yang terdiri dari:
a) Majelis Nasional Perancis (National Assembly)
Majelis Nasional Perancis (National Assembly) adalah majelis rendah Parlemen
Perancis bikameral dibawah Republik Kelima. National Assembly yang mewakili
konstituensi lokal dan dipilih langsung untuk masa jabatan 5 tahun, memiliki
kekuatan untuk membubarkan kabinet sehingga pihak mayoritas menjadi penentu
pilihan pemerintah. Anggota Majelis Nasional terdiri dari 577 anggota.
b) Senat (Perliament Sovereignity).
Senat merupakan bagian drai lembaga legislatif Perancis. Senat memiliki masa
jabatan selama 6 tahun. Para anggota Senat bertugas di Luxembourg. Senat terdiri
dari setidaknnya 321 anggota yang masing-masing sebanyak 296 ditempatkan di
Perancis Metropolitan, 13 lainnya ditempatkan di daerah-daerah dan departemen
yang berada di luar Perancis, sisanya sebanyak 12 anggota ditujukan untuk warga
negara Perancis yang berada di luar negeri. Senator dipilih secara tidak langsung oleh
rakyat melainkan dipilih oleh para anggota departement, region, dan commune.
Kewenangan Senat pun juga dibatasi. Dalam artian, ketika terjadi ketidak sepahaman
antara dua lembaga legislatif ini, maka keputusan final tetaplah menjadi kewenangan
Majelis Nasional.
4. Lembaga Yudikatif
Sistem Yudikatif Perancis terdiri dari dua cabang, dimana pada masing-
masing cabang terdapat semacam hierarki mahkamah agung. Cabang yang pertama
(pengadilan Administratif) mengurusi masalah yang berkaitan dengan peraturan
pemerintah atau sengketa antar lembaga-lembaga publik. Cabang yang kedua
(pengadilan umum) mengurusi kasus-kasus sipil dan kriminalitas warga Perancis.
5
Dalam pengadilan umum atau pengadilan yudisial terdapat dua jenis pengadilan.
Yaitu pengadilan sipil dan pengadilan kasus kriminalitas. Pengadilan sipil bertugas
untuk menangani kasus antar perseorangan atau perseorangan dengan korporasi.
Sedangkan pengadilan kriminal menangani kasus pelanggaran ringan dan atau kasus
pembunuhan.
5. Sistem politik
Prancis menganut sistem dwi partai yang saling bertentangan satu sama lain.
Partai sayap kanan yang dikenal dengan Partai Persatuan untuk Gerakan Rakyat
melawan partai sayap kiri yang dikenal dengan Partai Sosialis Perancis. Dalam
perjalanannya, partai dari sayap kanan yakni Partai Persatuan untuk Gerakan Rakyat
mempunyai Peran dominant di Perancis. Dua pengelompokkan yang saling
menentang secara politik: pertama sayap kiri, dipusatkan di sekitar Partai Sosialis
Perancis, dan lainnya sayap kanan, sebelumnya dipusatkan pada Rassemblement
pour la République (RPR) dan sekarang Persatuan untuk Gerakan Rakyat (UMP).
Cabang eksekutif kebanyakan terdiri dari anggota Union pour un Mouvement
Populaire (UMP). Terdapat juga sebuah partai sayap kanan radikal yang bernama
Front National.
a. Pemilihan Umum
1) Pemilu Eksekutif Pemilu eksekutif diadakan untuk memilih Presiden de
la Republik dan Premier Minister.
2) Pemilu Legislatif
Pemilu legislatif dilakukan dengan metode ‘scrutin uninominal majoritaire a
deux tours’ yang berarti pemilu dengan cara memilih kandidat yang ada, dan
pemilu diadakan dalam dua putaran apabila dalam putaran pertama tidak ada
kandidat yang berhasil mendapat suara mayoritas yaitu seperemat dari jumlah
suara yang masuk.
a) Assemblee Nationale
Assemblee Nationale dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilu legislatif
yang diadakan selama lima tahun sekali. Anggota Assemblee Nationale disebut
dengan istilah depute. Terdapat 577 depute dalam Assemblee Nationale yang
mewakili seluruh 577 cincronscription (daerah pemilihan) yang tersebar di
6
seluruh wilayah Perancis, baik di 96 departements yang berada di wilayah France
Metropolitaine walaupun di wilayah outre-mer.
b) Senat (Perliament Sovereignity).
1. Pemilu di Tingkat Department
Pemilu ini dilakukan untuk memilih anggota Department untuk duduk di
kursi Assemblee Nationale dari suatu wilayah tertentu. Sistem pemilihan
menggunakan sistem majoritaries a deux tours, dimana pemilihan berlangsung
dalam dua putaran. Kandidat bisa menang pada pemilu putaran pertama jika mereka
mendapat suara terbanyak. Pada pemilu putaran ke dua, kandidat dapat menang jika
mereka berhasil mendapat suara ¼ dari kursi di dalam Assemblee Nationale.
2. Pemilu di Tingkat Region
Dewan region dibentuk berdasarkan hukum di Perancis pada tanggal 22
Desember 1789. Setiap region memilih seorang dewan umum yang dipilih untuk
jangka waktu sepanjang 6 tahun oleh rakyat Perancis secara langsung. Sistem pemilu
dewan regional menggunakan majoritaires a deux tours, dimana pemilu berlangsung
pada dua putaran. Untuk dapat terpilih pada pemilu putaran pertama, para kandidat
harus mendapat kan suara mayoritas dan ¼ suara. Di dalam putaran kedua, jika
kandidat tidak mendapatkan suara mayoritas, maka mereka harus memperoleh 12,5%
suara untuk dapat memenangkan pemilu tersebut.
3. Pemilu di tingkat Commune
Anggota pemerintahan di tingkat commune dipilih secara langsung dengan
masa jabatan 6 tahun. Model pemilu yang diselenggarakan tergantung pada jumlah
penduduk di commune tersebut. Pada commune yang berpenduduk kurang dari 3.500
dan yang memiliki penduduk lebih dari itu memiliki sistem yang berbeda. Hal ini
terjadi pada kota-kota besar yang memiliki penduduk yang banyak seperti paris,
lyon dan marseille yang memiliki prosedur tersendiri dalam melangsungkan pemilu
di tingkat ini.
7
2.2 Sejarah Sistem Pemerintahan Perancis
1. Sistem Pemerintahan Monarki
a. Awal System Pemerintahan Monarki
Sistem monarki di Perancis dibuat oleh Raja Louis XIV yang memiliki
semboyan Negara adalah saya.Raja Louis XIV menerapkan system pemerintahan
monarki absolute. Yaitu system pemerintahan yang dimana seluruh kekuasaan
negaranya berada ditangan raja. Sehingga raja mempunyai kekuasaan yang tidak
terbatas (mutlak). Raja mempunyai kekuasaan yang luar biasa sehingga ia berbuat
sewenang-wenang. Perintah raja merupakan undang-undang yang harus dilaksanakan
tanpa reserve. Di system ini berlaku semboyan Princep legibut solutes est, solus
publica suprema lex (yang berhak membentuk undang-undang adalah raja).
8
2. Republik Pertama Perancis
Pertama Republik Perancis (French : Première République française) didirikan
pada tanggal 22 September 1792, oleh baru didirikan Konvensi Nasional. Republik
Pertama berlangsung hingga deklarasi Kekaisaran Perancis Pertama tahun 1804 di
bawah Napoleon I. Periode ini ditandai dengan jatuhnya monarki, pembentukan
Konvensi Nasional dan terkenal Pemerintahan Teror, pendirian Directory dan
Thermidorian Reaksi, dan akhirnya, penciptaan Konsulat dan naik ke kekuasaan
Napoleon.
a. Konvensi Nasional
Sebagai akibat dari meningkatnya kekerasan publik dan ketidak stabilan politik
monarki konstitusional, pesta enam anggota Dewan Perwakilan Perancis ditugaskan
tugas mengawasi pemilu. Konvensi yang dihasilkan didirikan dengan tujuan ganda
menghapuskan monarki dan menyusun satu konstitusi baru. Tindakan pertama
Konvensi adalah mendirikan Republik Pertama Perancis dan resmi strip raja dari
semua kekuatan politik. Raja, saat itu warga pribadi bertuliskan nama keluarganya
dari Capet, kemudian diadili atas kejahatan pengkhianatan tingkat tinggi sejak
Desember 1792. Pada tanggal 16 Januari 1793 dia ditemukan bersalah, dan pada
tanggal 21 Januari, dia guillotined.
Sepanjang musim dingin 1792 dan musim semi 1793, Paris diganggu oleh kerusuhan
pangan dan kelaparan massal. Konvensi baru tidak sedikit untuk memperbaiki
masalah sampai akhir musim semi tahun 1793, menduduki bukan dengan urusan
perang. Akhirnya, pada tanggal 6 April 1793, Konvensi menciptakan Komite
Keamanan Publik (kemudian dipimpin oleh Maximilien Robespierre), dan diberi
tugas yang monumental: "Untuk menghadapi gerakan radikal dari memancing
kemarahan, kekurangan pangan dan kerusuhan, pemberontakan di Vendée dan di
Brittany, baru-baru ini kekalahan tentaranya, dan desersi umum komandan nya.
Terutama, Komite Keamanan Publik instated kebijakan teror, dan guillotine mulai
jatuh pada musuh dirasakan republik di tingkat yang semakin meningkat, mulai
periode yang dikenal hari ini sebagai Pemerintahan Teror.
Meskipun tumbuh ketidak puasan dengan Konvensi Nasional sebagai badan yang
berkuasa, pada bulan Juni Konvensi merancang Konstitusi 1793, yang telah
9
diratifikasi oleh suara rakyat pada awal Agustus. Namun, Komite Keamanan Publik
dipandang sebagai pemerintah "darurat", dan hak-hak yang dijamin oleh 1.789
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara dan konstitusi baru dihentikan di
bawah kendalinya. Komite yang dilakukan ribuan eksekusi terhadap musuh
seharusnya Republik muda, ke titik bahwa guillotine kemudian dikenal sebagai
"pisau cukur nasional" karena tampaknya jatuh pada leher setiap orang. hukum
Komite dan kebijakan mengambil revolusi ke ketinggian belum pernah terjadi
sebelumnya-mereka memperkenalkan kalender revolusioner pada tahun 1793,
ditutup dan gereja-gereja di sekitar Paris sebagai bagian dari gerakan
dechristianization, diadili dan dieksekusi Marie Antoinette, dan melembagakan
Hukum Tersangka, antara lain. Di bawah kepemimpinan Robespierre, anggota faksi
revolusioner berbagai kelompok dieksekusi termasuk Hébertists dan Dantonists,
banyak di antaranya telah menjadi teman pribadi Robespierre.
Upaya perang membaik untuk Prancis oleh 1794, sebagian karena keunggulan militer
Napoleon Bonaparte. Banyak di Konvensi Nasional menyerukan untuk kembali ke
normalisasi, namun Robespierre tidak setuju. Antara eksekusi massal, ketakutan liar
rakyat, dan lembaga Festival of Reason, pada pertengahan 1794 ada "banyak
antusiasme untuk mengakhiri teror, tetapi tidak ada yang bisa mengetahui bagaimana
melakukan itu. Satu-satunya hal yang akan mengakhiri teror, dan tampaknya satu-
satunya hal yang mereka semua bisa menyepakati, adalah jatuhnya Robespierre "Ia
ditangkap pada tanggal 27 Juli dan dilaksanakan pada 28 Juli 1794 tanpa pengadilan.
b. The Direktori
Setelah jatuhnya Robespierre, yang klub Jacobin ditutup dan bertahan Girondins
telah dipulihkan. Pada bulan Agustus, Konvensi Nasional mengadopsi Konstitusi
1795. Mereka membangun kembali kebebasan beribadah, mulai melepaskan
sejumlah besar tahanan, dan yang paling penting, dimulai pemilihan untuk badan
legislatif baru. Pada tanggal 3 November 1795, direktori tersebut didirikan. Di bawah
sistem ini, Perancis dipimpin oleh Parlemen bikameral, terdiri dari majelis tinggi
yang disebut Dewan Tetua (dengan 250 anggota) dan majelis rendah yang disebut
Dewan Lima-Ratusan (dengan, sesuai, 500 anggota) dan Eksekutif kolektif
pemerintah lima anggota yang disebut Direktori (dari mana periode sejarah
10
mendapatkan namanya). Karena ketidak stabilan internal dan bencana militer
Perancis pada tahun 1798 dan 1799, direktori hanya berlangsung selama empat
tahun.
c. The Consulate
Periode yang dikenal sebagai Konsulat Perancis dimulai dengan kudeta 18 Brumaire
pada tahun 1799. Anggota Direktori sendiri merencanakan kudeta, jelas
menunjukkan kekuatan gagal dari Direktori. Napoleon Bonaparte adalah co-
konspirator dalam kudeta, dan menjadi kepala pemerintahan sebagai Konsul
Pertama. Dia kemudian akan menyatakan dirinya kaisar, efektif mengakhiri Republik
Pertama Perancis dan meluncurkan usia Kekaisaran Pertama Perancis.
11
tahun dengan pemilihan umum langsung, yaitu secara lebih luas daripada bahwa dari
ruangan, dan tidak memenuhi syarat untuk pemilihan kembali. Dia memilih menteri-
menterinya, yang seperti dirinya, akan bertanggung jawab kepada Majelis.
Akhirnya, semua revisi dibuat tidak mungkin karena melibatkan memperoleh tiga
kali berturut-turut mayoritas tiga perempat dari para deputi dalam majelis khusus. Itu
sia-sia bahwa Jules Grevy, atas nama orang-orang yang dianggap risiko yang jelas
dan tak terelakkan menciptakan, di bawah nama seorang presiden, raja dan lebih dari
seorang raja, mengusulkan bahwa kepala negara harus tidak lebih dari presiden
dilepas dari menteri dewan.
c. Akhir Republik kedua
Setelah kekalahan terakhir Napoleon tahun 1815 dalam Pertempuran Waterloo,
monarki Perancis dibentuk kembali, tapi dengan pembatasan konstitusional baru.
Tahun 1830, sebuah pemberontakan warga sipil memaksa pembentukan Monarki
Julikonstitusional, yang berjalan hingga 1848. Republik Kedua yang berusia pendek
ini berakhir tahun 1852 ketika Louis-Napoléon Bonaparte memproklamirkan
Kekaisaran Kedua. Louis-Napoléon mundur setelah kekalahan dalam perang
Perancis-Prusia tahun 1870 dan rezimnya digantikan oleh Republik Ketiga.
12
besar di Afrika Barat selama Perebutan Afrika, semua diperoleh selama dua dekade
terakhir abad ke-19.
a. Pemerintah Moral Ordre
Pada bulan Februari 1875, serangkaian kisah parlemen mendirikan organik atau
hukum konstitusi republik baru. Pada puncaknya adalah Presiden Republik. Dua-
ruang parlemen (menampilkan dipilih langsung Chamber of Deputies dan dipilih
secara tidak langsung Senat ) diciptakan, bersama dengan kementerian di bawah
"Presiden Dewan", yang secara nominal bertanggung jawab untuk kedua Presiden
Republik dan parlemen. Sepanjang 1870-an, isu monarki melawan republik
mendominasi debat publik.
b. Partai Republik Oportunis
Setelah krisis 16 Mei tahun 1877, Legitimis dipaksa keluar dari kekuasaan, dan
Republik akhirnya diatur oleh republiken, yang disebut Republik Oportunis karena
mereka mendukung perubahan moderat dalam rangka membangun dengan tegas
rezim baru. Para hukum Ferry Jules pada gratis, wajib, dan sekuler
(laїque)pendidikan publik, sebagai pada 1881 dan 1882, adalah salah satu tanda-
tanda pertama dari kontrol ini republik Republik, seperti pendidikan publik tidak lagi
kontrol eksklusif jema’at Katolik.
c. The Radikal Republik
Partai yang paling penting adalah Partai Radikal, didirikan pada tahun 1901 sebagai
"Partai Republik, Radikal dan Radical-Sosialis" ("Parti Republicain, radikal et
radikal-socialiste") adalah liberal (dalam arti Eropa libertarian) dalam orientasi
politik, dan menentang monarkis dan elemen ulama di satu sisi, dan di sisi lain
Sosialis. Banyak anggota telah direkrut oleh Freemason. The Radikal dibagi antara
aktivis yang menyerukan intervensi negara untuk mencapai kesetaraan ekonomi dan
sosial dan konservatif yang prioritas utamanya adalah stabilitas.
Tuntutan para buruh pemogokan mengancam stabilitas tersebut dan
mendorong Radikal banyak terhadap konservatisme. Ini menentang hak pilih
perempuan karena takut bahwa perempuan akan memilih lawan atau untuk calon
didukung oleh Gereja Katolik. Ini disukai pajak penghasilan progresif, kesetaraan
ekonomi. memperluas kesempatan pendidikan, koperasi dan, dalam kebijakan luar
negeri, Liga Bangsa-Bangsa yang kuat, dan pemeliharaan perdamaian melalui
13
arbitrase wajib, pelucutan senjata terkontrol, sanksi ekonomi, dan mungkin pasukan
militer internasional.
d. Downfall Republik Ketiga
Ancaman menjulang Nazi Jerman dihadapkan pada Konferensi Munich tahun 1938.
France ditinggalkan militer sekutu Cekoslovakia, dan dengan Britania Raya, Jerman
diredakan dengan menyerah pada tuntutan mereka. Program persenjataan kembali
intensif dimulai pada tahun 1936 dan berlipat pada tahun 1938, tetapi mereka hanya
akan berbuah pada tahun 1939 dan 1940.
e. Kebijakan luar negeri
Kebijakan luar negeri adalah kepentingan pusat ke Perancis pada tahun 1920 dan
1930. Penghancuran mengerikan perang, termasuk 1,5 juta tentara Prancis tewas,
kehancuran banyak daerah baja dan batubara, dan biaya jangka panjang bagi para
veteran, selalu disimpan dalam tampilan. Perancis menuntut bahwa Jerman
membayar semua biaya melalui pembayaran reparasi tahunan. France antusias
bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1919, tetapi merasa dikhianati
oleh Presiden Woodrow Wilson, ketika janji-Nya bahwa Amerika Serikat akan
bergabung dengan Liga dan menandatangani perjanjian pertahanan dengan Perancis
ditolak oleh Kongres.
Tujuan utama dari kebijakan luar negeri Perancis adalah untuk melestarikan
kekuasaan Perancis, dan menetralkan ancaman Jerman. Ketika Jerman jatuh di
belakang dalam pembayaran reparasi, Perancis merebut wilayah Ruhr industri. Itu
terbukti kegagalan, dan Paris tidak lagi mencoba tindakan sepihak terhadap Jerman.
Sebaliknya Paris menciptakan kertas dinding perjanjian pertahanan melawan Jerman
dengan Polandia, Cekoslowakia, Rumania, Yugoslavia dan Uni Soviet. Pada
akhirnya, ini semua terbukti sia-sia. Hal ini juga dibangun dinding-defensif yang kuat
jaringan benteng-sepanjang perbatasan Jerman disebut Garis Maginot, yang
dipercaya sebagai pertahanan yang sempurna. Pada tahun 1940, Namun, tentara
Jerman hanya pergi di sekitarnya.
14
politik mendiskreditkan dan mengandung banyak anggota yang telah lebih atau
kurang berkolaborasi dengan Gaullism, musuh dan Komunisme menjadi kekuatan
politik yang paling populer di Perancis.
Charles de Gaulle memimpin GPRF tersebut dari 1944 ke 1946. Sementara itu,
negosiasi berlangsung selama konstitusi baru yang diusulkan, yang akan dimasukkan
ke referendum. De Gaulle menganjurkan sistem pemerintahan presidensial, dan
mengkritik pemulihan dari apa yang disebut pejoratively "sistem partai". Ia
mengundurkan diri pada bulan Januari 1946 dan digantikan oleh Félix Gouin (SFIO).
Pada akhirnya hanya Partai Komunis Perancis (PCF) dan SFIO sosialis mendukung
rancangan Konstitusi, yang tergambar bentuk pemerintahan berdasarkan
unicameralism, tetapi ini ditolak dalam referendum dari 5 Mei 1946.
Republik Keempat Perancis adalah republik pemerintah Perancis antara tahun 1946
dan 1958, diatur oleh republik keempat konstitusi. Itu dalam banyak hal kebangkitan
dari Republik Ketiga, yang berada di tempat sebelum Perang Dunia II, dan menderita
banyak masalah yang sama. Perancis mengadopsi konstitusi Republik Keempat pada
13 Oktober 1946.
Republik Keempat melihat era pertumbuhan ekonomi yang besar di Perancis dan
membangun kembali lembaga-lembaga sosial bangsa dan industri setelah perang,
dan memainkan peran penting dalam pengembangan proses integrasi Eropa yang
mengubah benua itu secara permanen. Pencapaian terbesar dari Republik Keempat
adalah dalam reformasi sosial dan pembangunan ekonomi. Pada tahun 1946,
pemerintah membentuk sistem jaminan sosial yang komprehensif yang meyakinkan
asuransi pengangguran, pensiun cacat dan tua, dan perawatan medis bagi semua
warga negara.
a. Tujuan
Tujuan penulis konstitusi baru adalah untuk merasionalisasi sistem parlementer.
Menteri yang bertanggung jawab kepada badan legislatif, Majelis Nasional Perancis,
tetapi beberapa langkah-langkah yang diperkenalkan untuk melindungi kabinet dan
untuk memperkuat kewenangan Presiden Dewan, yang memimpin kabinet. Tujuan
dari konstitusi baru adalah untuk mendamaikan demokrasi parlementer dengan
stabilitas menteri. Misalnya, di bawah konstitusi baru, Presiden Dewan adalah
pemimpin cabang eksekutif (Perdana Menteri Perancis).
15
The Presiden Republik Perancis, dipilih oleh Parlemen (dalam Majelis Nasional dan
Dewan Republik), memainkan peran simbolis. Kekuatan utamanya adalah untuk
mengajukan sebuah Perdana Menteri, yang tunduk pada pemilihan oleh Majelis
Nasional sebelum membentuk kabinet. Hanya Perdana Menteri bisa memanggil
pemungutan suara parlemen pada legitimasi kabinet. Perdana Menteri juga satu-
satunya anggota eksekutif dapat menuntut mosi percaya dari Majelis Nasional (di
Republik Ketiga, menteri pun bisa meminta mosi percaya). Kabinet bisa
diberhentikan apabila mayoritas mutlak dari anggota Majelis Nasional memilih
menentang kabinet. Akhirnya, Majelis Nasional dapat dibubarkan setelah dua krisis
menteri di parlemen.
b. Kegagalan
Namun, langkah-langkah konstitusional tidak bekerja. Pada bulan Januari 1947,
setelah terpilih oleh Majelis Nasional dan nominasi menterinya, Perdana Menteri
Paul Ramadier menyerukan mosi percaya dalam rangka untuk memverifikasi bahwa
Majelis menyetujui komposisi kabinetnya. Ini memulai kebiasaan pemilu ganda,
suara untuk Perdana Menteri diikuti oleh mosi percaya dalam kabinet yang dipilih,
yang memperlemah otoritas Perdana Menteri atas kabinet. Kabinet yang
diberhentikan dengan hanya pluralitas (bukan mayoritas mutlak) dari suara Majelis
Nasional terhadap kabinet. Akibatnya, krisis ini menteri tidak mengakibatkan
pembubaran parlemen. Dengan demikian, seperti di republik ketiga, rezim ini
ditandai oleh ketidakstabilan menteri.
Republik Keempat juga korban dari konteks politik. Perpecahan dari Tiga-partai
aliansi pada musim semi 1947, keberangkatan menteri Komunis, oposisi Gaullist,
dan perwakilan proporsional baru tidak menciptakan kondisi untuk stabilitas menteri.
Koalisi pemerintah yang terdiri dari kain perca disiplin partai-partai tengah-kiri dan
kanan-tengah.Akhirnya, Republik Keempat dihadapkan dengan runtuhnya
kekaisaran kolonial Perancis.[5]
c. Runtuhnya
Pemicu runtuhnya Republik Keempat Perancis adalah krisis Algiers tahun 1958.
Prancis masih merupakan kekuatan kolonial, meskipun konflik dan pemberontakan
telah memulai proses dekolonisasi. Perancis Afrika Barat, Indocina Perancis, dan
Perancis Aljazair masih mengirimkan wakil ke parlemen Perancis di bawah sistem
16
hak pilih terbatas di Uni Perancis. Aljazair secara khusus, meskipun koloni dengan
penduduk Perancis terbesar, melihat meningkatnya tekanan untuk pemisahan dari
Metropole. Situasi ini diperumit oleh mereka di Aljazair, seperti pemukim kulit putih,
yang ingin tetap bagian dari Perancis, sehingga Perang Aljazair menjadi bukan hanya
gerakan separatis tetapi memiliki unsur-unsur dari sebuah perang saudara.
Komplikasi lebih lanjut datang ketika bagian dari tentara Perancis
memberontak dan secara terbuka mendukung "Algérie française" gerakan untuk
mengalahkan pemisahan. Charles de Gaulle, yang telah pensiun dari politik satu
dekade sebelumnya, menempatkan dirinya di tengah-tengah krisis, menyerukan
bangsa untuk menangguhkan pemerintah dan menciptakan sistem konstitusi baru. De
Gaulle dibawa ke kekuasaan oleh ketidak mampuan parlemen untuk memilih
pemerintahan, protes populer, dan parlemen terakhir dari suara Republik Keempat
untuk pembubaran mereka dan mengadakan konvensi konstitusi. Aljazair merdeka
pada tanggal 5 Juli 1962.
17
dalam referendum yang diperebutkan oleh sebagian kelompok politik kecuali untuk
Gaullists, perubahan itu disetujui oleh pemilih Perancis. Dewan Konstitusi menolak
untuk memutuskan konstitusionalitas referendum.
Presiden sekarang dipilih setiap lima tahun, berubah dari tujuh oleh referendum
konstitusi pada tahun 2000, untuk mengurangi kemungkinan hidup bersama karena
perbedaan mantan panjang istilah untuk Majelis Nasional dan Kepresidenan. Babak
pertama adalah terbuka untuk semua kandidat dan akan mendirikan presiden jika
setiap calon mendapat mayoritas keseluruhan. Jika tidak ada pemenang di babak
pertama, dua kandidat dengan jumlah terbesar orang menilainya pergi ke putaran
kedua.
18
1. UUD Zaman Revolusi dan Kekaisaran
Rancangan UUD ini dipersiapkan oelh Komite Konstituante yang beranggotakan
delapan orang yang dipilih diantara wakil-wakil yang tergabung dalam Dewan
Nasional Konstituante. Pada 13 September 1791, Louis XVI menyetujui rancangan
UUD ini, dan Prancis menjadi Negara dengan sistem pemerintahan Monarkhi
Konstitusional. Kekuasaan eksekutif diwakili oleh raja secara turun temurun, namun
raja memperoleh kekuasaannya dari bangsa dan bukan dari Tuhan.
UUD 1971 diterapkan selama kurang dari satu tahun, karena hubungan antara raja
dengan Dewan cepat menegang. Sebagai pewaris dinasti Bourbon selama berabad-
abad telah memerintah dengan kekuasaan yang diperoleh dari Tuhan, Louis XVI
tidak dapat menyetujui UUD Revolusi dan Kekaisaran. Agustus 1792, rakyat
menyerbu istana Tuileries yang dihuni oleh keluarga raja. Hal ini menjadi bukti atas
kegagalan usaha penggabungan dan dihapuslah UUD tahun 1791. Dua tahun
kemudian diganti dengan Konstitusi tahun I Republik (UUD Tahun 1793).
2. UUD Directoire (Tahun 1795-1799)
UUD Directoire ditetapkan oleh Convention pada tahun 1793 dan disetujui oleh
rakyat. UUD tahun 1793 ini mengukuhkan konsep demokrasi langsung. Rakyat
berdaulat dalam bidang konstitusional dan legislative. Kekuasaan eksekutif menjadi
sangat lemah dibandingkan dengan kekuasaan legislative.UUD Directoire tidak
pernah diterapkan, gerakan revolusioner Prancis, sejak pertengahan 1792 dihadapkan
oleh persekutuan Monarkhi Eropa dan pada perlawanan kaum loyalis di Prancis
Baratdan Selatan. Pada tanggal 10 Oktober 1793 Convention memutuskan bahwa
“pemerintah akan bercorak Revolusioner sampai tercapainya perdamaian”/
3. UUD Konsulat dan Kekaisaran tahun VIII Republik (Tahun 1799-
1814;1815)
Undang-undang Konsulat dan Kekaisaran disusun pada April 1795, kemudian
disetujui melalui referendum dan disahkan oleh Convention pada Agustus 1795.
Undang-undang tersebut menentukan pemisah antara kekuasaan yang tidak dapat
saling memaksakan kehendaknya, walau kekuasaan legislative mengangkat Pa
Directeur, yaitu pemegang kekuasaan eksekutif, sedangkan pihak legislative tidak
dapat memberhentikan atau menjatuhkan Pa Directeur.
19
2.4 Pelaksanaan Konstitusi di Perancis
Pelaksanaan Konstitusi di Perancis saat ini berlandaskan atas Konstitusi
(Undang-undang Dasar) Republik V tahun 1958. Sejak penetapannya telah beberapa
kali mengalami perubahan yang berarti, yaitu:
1. Perubahan tanggal 4 juni 1960. Revisi ini bertujuan mengesahkan
kemerdekaan Negar-negara bekas jajahan Perancsi di Afrika (kecuali Aljazair).
2. Perubahan tanggal 6 November 1962. Perubahan yang dilakukan melalui
referendum ini merupakan gagasan Jenderal De Gaulle agar Presiden harus dipilih
melalui pemilihan umum, sehingga dapat memperoleh legitimasi dari rakyat.
3. Referendum 27 April 1969. Perubahan ini pada hakekatnya bertujuan untuk
menciptakan wilayah otonomi baru, yaitu region, serta merubah peranan senat.
Tetapi perubahan ini mengakibatkan pengunduran diri de Gaulle yang merasa tidak
didukung oleh mayoritas rakyat Perancis.
4. Perubahan mengenai Sidang Dewan Konstitusional (Undang-undang 21
Oktober 1974). Perubahan ini diusul oleh Presiden Giscard d’Estaing, menyangkut
Pasal 61, yaitu dengan memberikan kepada pihak oposisi lebih banyak kesempatan
untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga 60 anggota Dewan Nasionakl atau 60
anggota Senat dapat memanggil Dean Konstitusi untuk bersidang.
5. Undang-undang Desentralisasi 1982. Undang-undang ini tidak berhubungan
dengan Undang-undang Dasar, tetapi telah merubah suatu hal yang sudah
berlangsung selama ratusan tahun di Perancis, yaitu sentralisasi. Dalam hal ini
otonomi departemen dan region, serta dewan-dewan daerah dipilih melalui pemilihan
Umum.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara Perancis atau variasinya Prancis (Republique Francaise) adalah
sebuah negara yang terletak di Eropa Barat, Perancis merupakan Negara Republik
Kesatuan, Sistem Pemerintahan Negara ini menganut sistem pemerintahan semi
presidensial dengan tradisi demokrasi yang kuat. Dalam cabang eksekutif terdapat
dua pemimpin, yakni dikepalai oleh Presiden yang dipilih dalam pemilu untuk masa
jabatan 5 tahun, dan Perdana Menteri yang ditunjuk oleh presiden, dan Perdana
Menteri juga memimpin Dewan Menteri atau Kabinet. Badan Legislatif atau
Parlemen Perancis adalah sebuah badan Bikameral, yang terdiri atas Assemblee
Nationale dan Senat. Assemblee Nationale, yang mewakili konstituensi lokal dan
dipilih langsung untuk masa jabat 5 tahun, memiliki kekuatan untuk membubarkan
kabinet sehingga pihak mayoritas menjadi penentu pilihan pemerintah. System
pemerintahan yang pernah dianut oleh Negara Prancis adalah Sistem Pemerintahan
Monakari, Republik Pertama Perancis, Republik Kedua Perancis, Republik Ketiga
Perancis, Republik Keempat Perancis, Republik Kelima Perancis.
3.2 Saran
Kepada para pembaca kami menyarankan agar menambah bahan bacaan
berupa buku atau artikel yang berkaitan agar lebih memahami kedua hal tersebut
guna menambah wawasan dan pengetahuan tentang Sistem Pemerintahan dan
Konstitusi di Perancis.
21
DAFTAR PUSTAKA
- http://aldyansah7.blogspot.com/2015/11/sistem-pemerintahan-negara-
prancis.html
- http://citrabangsa.blogspot.com/2007/05/sejarah-pemerintahan-republik-
perancis.html
22