Dermatitis Kontak Iritan Di Tempat Kerja
Dermatitis Kontak Iritan Di Tempat Kerja
Kelompok 11:
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Kami dengan ini menyatakan bahwa makalah ini dibuat dengan sejujurnya
dengan mengikuti kaidah Etika Akademik UI serta menjamin bebas Plagiarisme.
Kami juga menyadari bahwa jika diantara kami tidak menandatangani surat
pernyataan ini berarti kami tidak berkontribusi dalam pembuatan makalah serta
bersedia tidak memperoleh nilai karena kesalahan tersebut.
Bila kemudian diketahui kami melanggar Etika Akademik maka kami
bersedia menerima konsekuensinya.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………….………..3
BAB I
Terdapat tiga lapisan yang menyusun kulit, mulai dari permukaan terus ke
bawah, yaitu lapisan epidermis, dermis, dan lapisan subkutan. Ketebalan dari kulit
Epidermis
Lapisan teratas dari epidermis tersusun atas sel-sel mati yang disebut
lapisan tanduk atau lapisan keratin, atau stratum corneum. Lapisan ini menahan
dari bahan kimia dengan cukup baik dengan catatan pengecualian pada alkali.
Lapisan ini berperan sebagai penghalang (barrier) dalam melawan absorpsi dari
air dan larutan berbahan air (aqueous solution) tetapi memiliki perlindungan
terbatas terhadap gas dan material larut lemak (lipid soluble material) seperti
pelarut organic (organic solvent). (Plog, 2002, p. 52)
Dermis
Dermis itu keras dan kenyal dan melindungi dari trauma. Ketika terluka dapat
membentuk jaringan baru, yaitu berupa parut (scar) untuk memperbaiki diri.
(Plog, 2002, p. 53). Terdapat Folikel rambut dan kelenjar keringat juga berperan
sebagai rute masuk bahan kimia melalui proses absorpsi. Melalui mekanisme ini,
terkadang dimanfaatkan oleh ahli medis untuk memberikan obat oles melalui
kulit. (Plog, 2002, p. 53
Subcutaneous Layer
Dua tipe utama dari kelenjar berlokasi di dermis. Tipe pertama yaitu
kelenjar keringat (sweat gland). Di bawah mikroskop tampak seperti gulungan.
Pembuluh Darah
Kulit kaya akan suplai pembuluh darah kapiler. (Plog, 2002, p. 53).
Sehingga keberadaan pembuluh darah ini membantu dalam proses inflamasi.
Rambut
Folikel rambut dan kelenjar keringat juga berperan sebagai rute masuk
bahan kimia melalui proses absorpsi. Melalui mekanisme ini, terkadang
dimanfaatkan oleh ahli medis untuk memberikan obat oles melalui kulit. Sebuah
jaringan otot pengikat yang bersifat tak sadar (involuntary) yaitu arrectores
pilorum berfungsi untuk menegakkan rambut, berlokasi di bawah kelenjar sebasea
dan berada di jaringan penghubung pada dermis bagian atas. (Plog, 2002, p. 53)
BAB II
DERMATITIS KONTAK IRITAN
Berbagai jenis iritan yang dapat menyebabkan dermatitis: (Johansen et al., 2011,
p.311)
Iritan Jenis
Air dan zat Garam, dan oksida kalsium, magnesium, dan besi
aditifnya
Pembersih kulit Sabun, detergen, “waterless cleanser” dan zat aditifnya
(pasir, silika)
Zat pembersih di Detergen, surface-active agents, sulfonated oils, wetting
industri (industrial agents, emulsifiers, enzymes
cleaning agents)
Basa Sabun, soda, amonia, potasium and natrium hidroksida,
semen, lime, sodium silicate, trisodium phosphate, dan
berbagai jenis amina
Asam Iritasi parah (caustic): sulfuric, hydrochloric, nitric,
Patogenesis
Dermatitis kontak iritan akut:
Iritan yang memajan kulit dapat menyebabkan dermatitis kontak akut dalam
beberapa detik atau jam. Mekanisme:
Zat iritan menembus/penetrasi kulit
Dasar Diagnosis
1. Riwayat Klinis dan Pemeriksaan
Riwayat pekerjaan berupa deskripsi pekerjaan, seperti tugas kerja, jenis hazard
(bahan, kondisi lingkungan), alat pelindung diri yang digunakan, hubungan
temporal dermatosis dengan pekerjaan (misalnya, adanya pengurangan gejala
dermatitis ketika berlibur atau bertambah berat tanda dan gejala dermatitis ketika
kembali bekerja), dan apakah ada pekerja lain yang terkena. Selain itu, riwayat
medis terdahulu (past medical history), termasuk riwayat atopi dan riwayat
dermatitis pada pekerjaan sebelumnya harus dicantumkan. Begitu juga dengan
kebiasaan atau hobi yang biasa dilakukan oleh pekerja juga harus dicantumkan,
misalnya berkebun, woodwork, atau melukis. (Chew, 2006, p.118-119)
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat tanda-tanda dan gejala penyakit
dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan laboratorium secara histopathology:
Pada dermatitis kontak iritan akut: nekrosis sel epidermis, neutrophils,
vesiculation, dan nekrosis.
Pada dermatitis kontak iritan kronik: acanthosis, hyperkeratosis, infiltrasi
lymphocytic. (Wolff, 2009, p.22)
2. Patch Testing
Patch testing seringkali penting digunakan untuk membedakan apakah
dermatitis kontak merupakan dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak
iritan. Untuk beberapa pekerjaan yang diketahui memiliki resiko tinggi dermatitis
Pencegahan:
1. Eliminasi atau Subtitusi
Jika dimungkinkan, zat yang dapat menyebabkan iritasi dieliminasi atau
disubtitusi dengan bahan lain yang tidak toksik atau kurang toksik dibandingkan
dengan bahan sebelumnya. Misalnya, mengganti cat berbasis solvent dengan cat
berbasis air pada industri sablon.
2. Engineering control dengan cara otomatisasi proses kerja bila dimungkinkan.
3. Administrative control: housekeeping yang baik, penyimpanan bahan kimia
pada tempat yang sesuai dengan karakteristik zatnya, serta pelabelan bahan kimia.
4. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan. Penggunaan
sarung tangan harus tepat sesuai dengan karakteristik zat yang ditanganinya.
Selain sarung tangan, alat pelindung lainnya dapat berupa pakaian pelindung kerja
yang tepat, sepatu kerja, topi, dan lain-lain. Alat pelindung diri harus selalu
diperiksa secara berkala agar dapat diketahui kondisinya, apakah terdapat lubang
atau terjadi degradasi pada bahan alat pelindung diri tersebut.
(English, 2004)
6. Personal hygiene
Promosi:
Setengah dari penyakit dermatitis kontak kerja muncul pada dua tahun pertama
kerja yang biasanya merupakan periode pelatihan. Hal itu disebabkan karena
kurangnya kesadaran terhadap potensi hazard kesehatan ditempat kerja. Upaya
yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran dan identifikasi kegiatan kerja
dimana paparan iritan mungkin terjadi. Pekerja juga perlu dilatih bagaimana
mengenal tanda-tanda awal dan gejala dermatitis, alat pelindung apa yang dipakai,
serta bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi. Pelatihan
dapat menggunakan pamflet, kaset video, atau dengan metode ceramah dan
peragaan. Pendidikan harus dilakukan sebelum pekerja ditempatkan pada area
yang mempunyai potensi pajanan iritan dan harus diulang secara berkala. Di
Jerman, promosi kesehatan yang dilakukan pada penata rambut menghasilkan
sepuluh kali lipat penurunan dermatitis pada penata rambut. (English, 2004).
Selain itu pekerja juga perlu diberi pelatihan bagaimana mengetahui cara
membaca simbol bahan kimia dan penyimpanannya berdasarkan MSDS.
Johansen, Jeanne Duus, Peter J. Frosch, & Jean Pierre Lepoittevin (ed). (2011).
Contact Dermatitis Fifth Edition. Heidelberg: Springer.
Chew, Ai-Lean & Howard I. Maibach. (2006). Irritant Dermatitis. Heidelberg:
Springer.
Wolff, Klaus & Richard Allen Jhonson (ed). (2009). Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology Sixth Edition. New York: The McGraw-
Hill Companies.
Frosch, P J, T. Menne, J.-P Lepoittevin (ed). (2006) Contact Dermatitis 4th
Edition. Heidelberg: Springer.
Lewis, Victoria. “Contact Dermatitis.”
http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/contactdermatitis.htm (18 Okt.
2012)
National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). (2012). “Skin
Exposures & Effects”. Retrieved from http://www.cdc.gov/niosh/topics/skin/
(17 Okt 2012)