Anda di halaman 1dari 30

DERMATITIS KONTAK IRITAN DI TEMPAT KERJA

Mata Kuliah: Penyakit Akibat Kerja


PJMA: Dr. dr. L. Meily Kurniawidjaja M.Sc., Sp.Ok
Kelas: Selasa, 10.00-12.30 WIB

Kelompok 11:

Desy Sulistiyorini 1006668481

Indah khoirun Nisa 1006669263

Reny Setyowati 1006670246

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK, 2012
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Kami dengan ini menyatakan bahwa makalah ini dibuat dengan sejujurnya
dengan mengikuti kaidah Etika Akademik UI serta menjamin bebas Plagiarisme.
Kami juga menyadari bahwa jika diantara kami tidak menandatangani surat
pernyataan ini berarti kami tidak berkontribusi dalam pembuatan makalah serta
bersedia tidak memperoleh nilai karena kesalahan tersebut.
Bila kemudian diketahui kami melanggar Etika Akademik maka kami
bersedia menerima konsekuensinya.

Depok, Oktober 2012


Tanda tangan kelompok :

Nama /NPM Tandatangan


Desy Sulistiyorini (1006668481)

Indah khoirun Nisa (1006669263)

Reny Setyowati (1006670246)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………… 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………….………..3

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 2


BAB I LATAR BELAKANG DAN ANATOMI………………….…………. 4

1.1 Latar Belakang……………………………………………….………………4

1.2 Review Anatomi Fisiologi …………………………….……………………..5

1.3 Mekanisme Inflamasi ………………………………………………………..8

BAB II DERMATITIS KONTAK IRITAN ………………………………….10

2.1 Jenis Dermatitis Kontak Iritan………….…………………………………10

2.2 Faktor-faktor Predisposisi …………………………………………………15

2.3 Interaksi Pajanan dan Gangguan Kesehatan …………………………….16

2.4 Gejala Klinik dan Diagnosis ………………………………………………19

2.5 Differential Diagnosis……………………………………………………… 22

2.6 Pekerja yang Berisiko …………………………………………………….23

BAB III SISTEM SURVEILANS PROGRAM PROMOSI DAN


PENCEGAHAN………………………………………………………………..24

3.1 Metode Surveilans…………………………………………………………. 26

3.2 Program Promosi dan Pencegahan………………………………………..27

BAB I

LATAR BELAKANG DAN ANATOMI FISIOLOGI

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 3


1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, sebagai negara yang sedang berkembang, tengah mengalami


perkembangan di dunia industri. Dengan berkembangnya industri di Indonesia ini
tentunya membuat pemakaian bahan kimia bahan iritan lain semakin meningkat.
Sehingga terjadi kontak antara pekerja dengan bahan kimia dan zat iritan tersebut.
Kontak kulit langsung antara pekerja dengan bahan kimia dapat menyebabkan
dermatitis kontak.

Dermatitis adalah inflamasi yang terlokalisir pada kulit, di mana secara


umum yang dimaksud dengan inflamasi adalah kondisi dalam tubuh yang
mencoba untuk bereaksi untuk melokalisir terjadinya cedera pada suatu jaringan.
(CCOHS, 2008). Dermatitis kontak iritan adalah inflamasi kutaneus yang
berkembang sebagai hasil dari efek langsung bahan kimia pada kulit. Tidak
diperlukan proses sensitisasi dan respon antigen-spesifik imun tidak terdeteksi.
Dermatitis kontak iritan timbul pada semua pekerja yang terpajan pada durasi
(length of time) dan konsentrasi yang adekuat. (Levy et al, 2005, p. 179-180).
Sedangkan menurut NIOSH, dermatitis kontak iritan adalah reaksi non-
imunologis yang termanifestasi dalam sebuah proses inflamasi pada kulit yang
disebabkan oleh kerusakan langsung (direct damage) pada kulit akibat pajanan
hazard di mana terjadinya reaksi hanya terlokalisasi pada lokasi yang kontak
langsung. (NIOSH, 2012)

Di Amerika Serikat, 90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada


pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak. Di Skandinavia yang telah lama
memakai uji temple (patch test) sebagai standar, terlihat insiden dermatitis kontak
iritan lebih tinggi daripada Amerika. Bila dibandingkan dermatitis kontak iritan,
jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai
orang yang kulitnya sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul
pada 80% dari seluruh penderita dermatitis kontak sedangkan dermatitis kontak
alergik kira-kira hanya 10-20%. (Keefner, 2004; sebagaimana dikutip Sumantri,
Febriani, & Musa, n.d, p. 2).

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 4


Pekerja yang menderita dermatitis kontak iritan akan mengalami gangguan
dan bahkan cacat pada kulit. Kesehatan dan produktifitas kerja yang terganggu
mengakibatkan kerugian (loss) bagi pekerja itu sendiri dan juga bagi institusi
(perusahaan) tempat kerjanya. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya penggantian
medis, meningkatkan angka absenteisme, menurunkan produktifitas kerja, dan
dapat menambah biaya untuk rekruitmen pekerja baru. Maka untuk itu diperlukan
penanganan dan tindakan khusus untuk mencegah terjadinya dermatitis kontak
iritan di tempat kerja, mulai dari tahap rekognisi hingga pengendalian.

1.2 Review Anatomi dan Fisiologi Kulit

Kulit mempunyai sejumlah fungsi penting. Diantaranya yaitu melindungi


tubuh dari invasi mikroorganisme, melindungi organ dalam yang vital dari cedera,
sebagai persepsi sensori, dan memunculkan sensasi nyeri, sentuhan, gatal,
tekanan, panas, dingin, dan hangat. (Plog, 2002, p. 51). Kulit memiliki mekanisme
perlindungan terhadap bahan kimia. Pada lapisan epidermis terdapat stratum
corneum yang berfungsi sebagai blokade dari penetrasi agen kimia dan
menghindari kehilangan air. (Plog, 2002, p. 56)

Sumber gambar: Tortora & Derrickson, 2009, p. 148

Terdapat tiga lapisan yang menyusun kulit, mulai dari permukaan terus ke
bawah, yaitu lapisan epidermis, dermis, dan lapisan subkutan. Ketebalan dari kulit

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 5


bervariasi mulai dari lapisan paling tipis, yaitu pada lipatan mata dengan
ketebalan 0,5 mm (memiliki dermis paling tipis) hingga yang paling tebal, yaitu
pada telapak tangan dan telapak kaki yang mencapai 3-4 mm (memiliki epidermis
paling tebal). (Plog, 2002, p. 52)

Epidermis

Lapisan teratas dari epidermis tersusun atas sel-sel mati yang disebut
lapisan tanduk atau lapisan keratin, atau stratum corneum. Lapisan ini menahan
dari bahan kimia dengan cukup baik dengan catatan pengecualian pada alkali.
Lapisan ini berperan sebagai penghalang (barrier) dalam melawan absorpsi dari
air dan larutan berbahan air (aqueous solution) tetapi memiliki perlindungan
terbatas terhadap gas dan material larut lemak (lipid soluble material) seperti
pelarut organic (organic solvent). (Plog, 2002, p. 52)

Lapisan tanduk mengelupas secara bertahap. Secara konstan lapisan ini


akan digantikan dengan sel-sel yang muncul dan terdorong di permukaan
sebagaimana terbentuknya sel-sel baru di lapisan bawahnya, yang disebut stratum
germinativum. Mekanisme pengelupasan dan regenerasi di sini berperan sebagai
perlindungan terhadap bahan kimia dan mikroorganisme. (Plog, 2002, p.52)

Sumber gambar: Scanlon & Sanders, 2007, p. 92

Dalam lapisan epidermis, terdapat tiga tipe sel:

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 6


1. Sel keratinosit, yaitu sel yang memperbaiki epidermis, terbentuk dari
bawah dan terangkat ke lapisan atas menjadi sel tanduk yang mati.
2. Sel melanosit, yaitu sel pembentuk pigmen, mensintesis granula-granula
melanin (pigmen) yang kemudian ditransfer ke keratinosit.
3. Sel langerhans, terletak pada epidermis bagian tengah, memiiki presentase
kecil dalam sel epidermis dan memerankan peranan penting dalam
berbagai macam proses imun, khususnya untuk dermatitis kontak. Sel
langerhans dibuat di sumsum tulang merah dan bersifat mobile. Sel
langerhans melakukan ingesti tgerhadap patogen kemudia bermigrasi ke
nodus limfa dan membawa patogen tersebut ke limfosit sebagai pemicu
proses imun. (Plog, 2002, p. 52-53)

Dermis

Dermis itu keras dan kenyal dan melindungi dari trauma. Ketika terluka dapat
membentuk jaringan baru, yaitu berupa parut (scar) untuk memperbaiki diri.
(Plog, 2002, p. 53). Terdapat Folikel rambut dan kelenjar keringat juga berperan
sebagai rute masuk bahan kimia melalui proses absorpsi. Melalui mekanisme ini,
terkadang dimanfaatkan oleh ahli medis untuk memberikan obat oles melalui
kulit. (Plog, 2002, p. 53

Subcutaneous Layer

Di bawah lapisan dermis terdapat lapisan subkutan dengan bantalan lemak


dan menjadi insulator bagi lapisan kulit di atasnya. Juga terdapat kelenjar keringat
ekrin dan apokrin dan rambut, sel dan pembuluh darah dan limfe dan jaringan
pemisah yang terdiri atas kolagen, jaringan elastis, dan reticulum. Lapisan ini
menghubungkan antara dermis dengan jaringan yang menutupi otot dan tulang.
(Plog, 2002, p. 53)

Kelenjar (glands) pada Kulit

Dua tipe utama dari kelenjar berlokasi di dermis. Tipe pertama yaitu
kelenjar keringat (sweat gland). Di bawah mikroskop tampak seperti gulungan.

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 7


Tipe yang kedua yaitu kelenjar sebasea atau kelenjar minyak (sebaceous/ oil
gland). (Plog, 2002, p. 53)

Pembuluh Darah

Kulit kaya akan suplai pembuluh darah kapiler. (Plog, 2002, p. 53).
Sehingga keberadaan pembuluh darah ini membantu dalam proses inflamasi.

Rambut

Folikel rambut dan kelenjar keringat juga berperan sebagai rute masuk
bahan kimia melalui proses absorpsi. Melalui mekanisme ini, terkadang
dimanfaatkan oleh ahli medis untuk memberikan obat oles melalui kulit. Sebuah
jaringan otot pengikat yang bersifat tak sadar (involuntary) yaitu arrectores
pilorum berfungsi untuk menegakkan rambut, berlokasi di bawah kelenjar sebasea
dan berada di jaringan penghubung pada dermis bagian atas. (Plog, 2002, p. 53)

1.3 Mekanisme Inflamasi (Peradangan)

Secara umum, agen-agen yang menyebabkan cedera pada jaringan akan


menimbulkan proses inflamasi (peradangan), yang prosesnya memiliki pokok-
pokok yang sama sebagai berikut:

1. Terjadi cedera jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau kematian


jaringan
2. Terjadi pelebaran (dilatasi) kapiler yang disertai oleh cedera dinding
kapiler
3. Terkumpulnya cairan plasma, sel darah dan sel jaringan pada tempat
radang yang disertai proliferasi sel jaringan makrofag, fibroblast
4. Terjadinya proses fagositosis
5. Terjadinya perubahan-perubahan imunologik. (Bagian Patologi Anatomik
FKUI, 1990, p.46)

Pada kulit, khususnya pada dermatitis kontak iritan, mekanisme terjadinya


inflamasi memiliki kekhususan sendiri. Pada dermatitis kontak iritan, zat iritan
tersebut menyebabkan kerusakan pada kulit tanpa proses sensitisasi
1. Kerusakan membrane, dalam hal ini lapisan keratinosit (Chew, 2006, 116)
menyebabkan aktivasi phospolipase yang kemudian memicu proses

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 8


dikeluarkannya asam arakidonat (arachidonic acid) untuk mensintesis
eikosanoid
2. T-Cell diaktifkan oleh IL-1, GMCSF, dan eikosanoid
3. Eikosanoid menyebabkan vasodilatasi meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah, dan aktivasi mast cell. (Anonim, n.d)
4. Terjadi perubahan vaskuler, yang menimbulkan terjadinya reaksi erythema
atau reaksi pustular. (Chew, 2006, 115-116)

BAB II
DERMATITIS KONTAK IRITAN

2.1 Jenis Dermatitis Kontak Iritan dan Penyebabnya

a. Dermatitis Kontak Iritan akut

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 9


Dermatitis kontak iritan akut disebabkan oleh single exposure yang
biasanya terjadi karena kecelakaan (accident). Dermatitis ini bergantung pada
dosis dan kekuatan atau jenis iritan yang mengenai kulit. Tanda-tanda fisik klasik
dari dermatitis kontak iritan akut adalah eritema (kemerahan pada kulit karena
dilatasi pembuluh darah), edema (penimbunan cairan), inflamasi, dan vesiculation
(pembentukan vesikula). Tingkat keparahan penyakit ini mulai dari eritema ringan
through exudative cutaneous inflammation hingga ulcerative lesion dan nekrosis
epidermis yang jelas, tergantung pada jenis iritan dan lamanya paparan. Pada
tingkat ekstrim dapat berupa “chemical burn” dengan kerusakan jaringan yang
parah yang diakibatkan oleh senyawa yang bersifat sangat basa dan sangat asam.
Gejala-gejala dermatitis kontak iritan akut adalah pruritus, burning, stinging, dan
pain. Daerah inflamasi hanya pada area yang kontak dengan pajanan dan berbatas
tegas. Efek yang ditimbulkan sama pada hampir semua orang, terlepas dari
kerentanan individu, berbeda dengan dermatitis kontak iritan kronis. (Chew, 2006,
p.6-7). Zat yang bersifat asam dan basa yang dapat menyebabkan chemical burn
dan nekrosis bila konsentrasinya cukup adalah hydroflouric acid, semen, chromic
acid, phosphorus, ethylene oxide, phenol, dan metal salt. (Wolff, 2009, p.21)

Gambar tangan pekerja yang tekena pelarut:

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 10


(Wolff, 2009, p.23)

b. Dermatitis Kontak Iritan Kronik

Dermatitis kontak iritan kronis disebabkan karena pajanan berulang oleh


iritan lemah, sehingga frekuensi pajanan terlalu tinggi berkaitan dengan
pemulihan kulit ketika luka. Kebanyakan penyakit ini terlokalisasi di tangan.
Penyakit ini ditandai dengan kekeringan (dryness), pecah-pecah (fissuring), dan
hyperkeratosis (penebalan yang terjadi karena penebalan stratum korneum/lapisan
teratas kulit) dan didiagnosis ketika berlangsung selama lebih dari 6 minggu.
Penyakit ini merupakan kelainan multifaktor dengan faktor endogen dan eksogen
yang terlibat dalam perkembangannya. Faktor eksogen berkaitan dengan paparan
langsung yang diterima kulit, sedangkan faktor endogen berkaitan dengan
kerentanan individu. (Johansen, 2011, p. 46)

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 11


(Johansen et al, 2011, p. 317)

c. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)

Gesekan berulang dengan intensitas yang rendah dapat menyebabkan


pembentukan callus, yaitu penebalan kulit (hyperkeratosis dan acanthosis),
hiperpigmentasi, dan kulit melepuh. Respon awal pada area kontak gesekan
adalah eritema, scaling, pecah-pecah (fissuring), and gatal-gatal (itching). (Chew,
2006, p.9)

(Johansen, 2011, p.323)

d. Dermatitik Kintak Iritan Akneiform (Acneiform)

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 12


Dermatitis kontak iritan akneiform disebut juga dermatitis kontak iritan
pustular atau dermatitis kontak follicular karena iritan menyerang folikel dan
menyebabkan pustular dan papulopustular sehingga tanda yang tampak seperti
jerawat. Iritannya berupa logam, minyak mineral, naptalena. (Wolff, 2009, p.24).

(Frosch, 2006, p.220)

Berbagai jenis iritan yang dapat menyebabkan dermatitis: (Johansen et al., 2011,
p.311)

Iritan Jenis
Air dan zat Garam, dan oksida kalsium, magnesium, dan besi
aditifnya
Pembersih kulit Sabun, detergen, “waterless cleanser” dan zat aditifnya
(pasir, silika)
Zat pembersih di Detergen, surface-active agents, sulfonated oils, wetting
industri (industrial agents, emulsifiers, enzymes
cleaning agents)
Basa Sabun, soda, amonia, potasium and natrium hidroksida,
semen, lime, sodium silicate, trisodium phosphate, dan
berbagai jenis amina
Asam Iritasi parah (caustic): sulfuric, hydrochloric, nitric,

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 13


chromic, dan asam hidroflorik.
Iritasi sedang: acetic, oxalic, dan salicylic acids
Minyak (oils) Cutting oils dengan berbagai zat aditifnya (air,
emulsifiers, antioxidants, anticorrosive agents, bahan
pengawet, pewarna, dan parfum)
pelumas dan spindle oils
Pelarut organik White spirit, benzene, toluene, trichloroethylene,
perchloroethylene, methylene chloride, chlorobenzene
Methanol, ethanol, isopropanol, propylene glycol
Ethyl acetate, acetone, methyl ethyl ketone, ethylene
glycol monomethyl ether, nitroethane, turpentine, carbon
disulfide
Thinner (campuran dari alkohol, keton, dan toluen)
Agen pengoksidasi Hydrogen peroxide, benzoyl peroxide, cyclohexanone
peroxide, sodium hypochlorite
Agen pereduksi Phenols, hydrazines, aldehydes, thioglycolates
Tanaman Cairan dan kulit jeruk, flower bulbs, bawang putih,
bawang merah, nanas, pelargonium, mentimun,
buttercups, asparagus, mustard, barley, chicory, jagung
Various plants of the spurge family (Euphorbiaceae),
Brassicaceae family (Cruciferae) dan Ranunculaceae
family
Produk hewan Enzim pankreatik, hasil sekresi tubuh
Iritan lainnya Senyawa Alkyl tin dan penta-, tetra-, and trichlorophenols
(wood preservatives)
Bromine (pada gasolin, bahan kimia di pertanian, industri
kertas, flame retardant)
Methylchloroisothiazolinone dan methylisothiazolinone
(iritan pada konsentrasi tinggi selama proses produksi atau
pada penggunaan yang tidak tepat)
senyawa pada proses pengolahan plastik (formaldehyde,
phenol, cresol, styrene, di-isocyanates, acrylic monomers,
diallyl phthalate, aliphatic and aromatic amines,
epichlorohydrin)

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 14


Metal polishes
Pupuk
Propionic acid (pengawet pada makanan hewan)
Rust-preventive products
Penghapus cat (alkil bromida)
Acrolein, crotonaldehyde, ethylene oxide, mercuric salts,
zinc chloride, chlorine

2.2 Faktor-faktor predisposisi


Faktor tidak langsung atau faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap
perkembangan dermatitis antara lain:
 Area tubuh:
Efek pajanan terhadap zat iritan juga dipengaruhi oleh area tubuh yang
terpajan karena tingkat sensitifitas area tubuh berbeda-beda. Area tubuh
yang sensitif antara lain: wajah, post auricular (daerah di belakang
telinga), dan daerah genital karena berkurangnya barrier dan banyaknya
pori (kelenjar keringat dan folikel rambut) di daerah tersebut. (Johansen, et
al., 2011. p.326)
 Musim/suhu
Musim berpengaruh terhadap perkembangan dermatitis. Pada musim
dingin berangin, kulit menjadi kering karena adanya pengurangan
kapasitas stratum korneum untuk mempertahankan air pada suhu yang
rendah. Pada iklim panas yang lembab, berkeringat, dan gesekan dapat
menimbulkan dermatitis kontak iritan. (Johansen et al., 2011. p.326)
 Ras
Kulit ras kulit hitam umumnya kurang sensitif dibandingkan kulit ras kulit
putih. Ras kulit putih lebih hipereaktif terhadap bahan kimia dibandingkan
ras kulit hitam (hyperirritable). Penyebab hyperirritable masih belum
diketahui. Namun diperkirakan hal tersebut berkaitan dengan ketebalan
pada stratum korneum yang berpengaruh pada penetrasi zat kimia dan
banyaknya mediator inflamasi yang dilepaskan. Stratum korneum pada ras

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 15


kulit hitam lebih tebal daripada ras kulit putih. (Johansen, et al., p.327-
328)
 Usia
Kulit orang lanjut usia umumnya lebih kering daripada orang yang lebih
muda sehingga lebih rentan mengalami dermatitis kontak iritan ketika
terpajan zat iritan (Plog, 2001, p.62)
 Riwayat Atopi (alergi keturunan)
Orang yang mempunyai riwayat atopi lebih cenderung terkena dermatitis
karena kulit mereka kurang resisten terhadap iritasi kimiawi, mempunyai
kulit yang kering, dan terdapat banyak bakteri Staphylococcus aureus.
(Plog, 2002, p.63)

2.3 Interaksi Pajanan dan Gangguan Kesehatan


Rute Pajanan
Jalur masuk zat iritan kedalam kulit adalah melalui absorsi. Terdapat tiga
mekanisme difusi zat iritan ke dalam kulit, antara lain:
 Jalur interselular lipid (intercellular lipid pathway)
Stratum korneum (lapisan terluar kulit) terdiri dari sel-sel yang disebut
sebagai korneosit (corneocytes). Celah antar sel korneosit diisi oleh zat
seperti lemak, minyak, atau zat lilin yang disebut sebagai lipid.
Beberapa bahan kimia dapat menembus lapisan kulit melalui celah ini.

Gambar: Ilustrasi difusi melalui jalur interseluler lipid


 Permeasi Transelular (Transcellular Permation)

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 16


Jalur lain masuknya zat kimia adalah melalui penyerapan langsung zat
kimia ke dalam kulit dimana molekul-molekul zat kimia menyebar
langsung ke dalam sel-sel korneosit.

Gambar: Ilustrasi difusi melalui jalur permeasi transelular

 Melalui folikel rambut dan kelenjar (through the appendages)


Jalur ketiga difusi zat kimia adalah melalui folikel rambut dan kelenjar.
Jalur ini biasanya tidak signifikan karena luas permukaannya yang
sangat kecil jika dibandingkan dengan luas kulit.

Gambar: Ilustrasi difusi melalui folikel rambut dan kelenjar


(CDC, 2012)

Patogenesis
Dermatitis kontak iritan akut:
Iritan yang memajan kulit dapat menyebabkan dermatitis kontak akut dalam
beberapa detik atau jam. Mekanisme:
 Zat iritan menembus/penetrasi kulit

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 17


 Zat iritan merusak membran sel kulit
 Kerusakan sel mendorong pelepasan bahan kimia yang memicu sistem
kekebalan tubuh. Respon ini disebut respon inflamasi. Bahan kimia yang
terlibat (mediator inflamasi) adalah lisosim, prostaglandin, histamine, dan
kinin.
 Beberapa mediator inflamasi dapat menyebabkan peningkatan tekanan
aliran darah sementara mediator lain menarik inflamasi mediator lainnya.
(Lewis, 2011)
 Terjadi peradangan, dengan tanda-tanda: rubor/kemerahan (karena banyak
darah yang mengalir pada mikrosomal lokal pada tempat peradangan),
kalor/panas (dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan ditempat
peradangan daripada disalurkan ke daerah normal), dolor/nyeri
(dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan
tekanan pada sel syaraf dan juga karena ada pengeluaran zat histamine
dan zat bioaktif lainnya), tumor/pembengkakan (pengeluaran cairan-
cairan ke jaringan interstisial).

Dermatitis kontak iritan kronik:


Dermatitis ini dapat muncul berbulan-bulan atau bertahun-tahun selama terpajan
zat iritan. Mekanisme:
 Zat iritan yang memajan kulit berkali-kali akan secara berangsur-angsur
menganggu lapisan terluar kulit.
 Setiap kali kulit terpajan, mediator inflamasi dilepaskan.
 Lapisan atas kulit (epidermis) secara bertahap akan menebal (sebagai
konsekuensi dari pencetus inflamasi/zat iritan, sehingga sel-sel inflamasi
memproduksi different growth factor, termasuk epidermal growth
factor/EGF dan keratinocyte growth factor/KGF yang menstimulasi
proliferasi sel fibroblast dan sel keratinosit, sehingga mengakibatkan
hyperkeratosis (Johansen et al., 2011, p.46))
 Lipid lapisan dalam kulit secara bertahap juga akan rusak.
 Lambat laun, kulit yang terkena dapat kehilangan kemampuannya sebagai
barrier, sehingga pajanan lebih lanjut akan mengakibatkan yang kerusakan
lebih parah.
 Hasil akhirnya, kulit akan mengalami kekeringan, bersisik (scaling), dan
penebalan. (Lewis, 2011)

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 18


2.4 Gejala Kilinik dan Dasar Diagnosis
Gejala klinis
1. Dermatitis Kontak Iritan akut
Gejala:
Gejala dermatitis kontak akut berbeda-beda tergantung tingkat keparahan
dan jenis iritannya. Sensasi nyeri dapat terjadi dalam hitungan detik setelah
terpajan, khususnya oleh zat iritan yang kuat seperti asam, kloroform, dan
methanol. Paparan terhadap aluminium chloride, phenol, atau propylene glycol
menimbulkan gejala dengan sensasi menyegat (stinging) yang baru dirasakan satu
sampai dua menit kemudian, memuncak pada lima hingga sepuluh menit
kemudian, dan pada menit ke 30 sensasi itu mulai menghilang. Sedangkan untuk
pajanan terhadap anthralin, ethylene oxide, atau benzalkonium chloride, gejala
objektif kulit (tanda) baru muncul 8-24 jam setelah terpajan (disebut sebagai acute
delayed irritant contact dermatitis) dan disertai dengan rasa terbakar ketimbang
rasa gatal. (Wolff, p.21). Iritan lain yang dapat menyebabkan delayed acute ICD
adalah hexanediol, butanediol diacrylates, calcipatriol dan lainnya.

2. Dermatitis Kontak iritan kronik


Gejala:
Ditandai dengan gejala rasa menyegat (stinging), perih (smarting), terbakar
(burning), gatal (itching), sakit (pain) sebagai perkembangan fissure. (Wolff,
p.22). karakteristik lain dari chronic dermatitis yaitu erythema, scaling, dan
pruritus. (Johansen, 2011, p. 262).

3. Dermatitis kontak iritan gesekan (Friction ICD)


Gejala:
Friction dermatitis memiliki gejala berupa erythema, scaling, fissuring, dan
itching. Pajanan brulang dengan intensitas rendah menyebabkan pembentukan
kalus (hyperkeratosis dan acanthosis), penhgerasan kulit, hiperpigmentasi, dan
melepuh pada kulit normal. (Chew, 2006, p.8). Pemicu dari terjadinya dermatitis

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 19


kontak iritan gesekan yaitu misalnya pada pemakaian helm, sepatu safety, pakaian
dan alat tertentu

4. Dermatitis kontak iritan akneiform


Gejala:
Ditandai dengan pembentukan pustular yang sifatnya steril. Terbentuknya
dermatitis kontak iritan akneiform ini diakibatkan oleh pajanan terhadap logam,
minyak mineral, tar, aspal, dan cutting oil. Selain itu dapat juga terbentuk akibat
pajanan hidrokarbon aromatis. (Chew, 2006, p.7)

Dasar Diagnosis
1. Riwayat Klinis dan Pemeriksaan
Riwayat pekerjaan berupa deskripsi pekerjaan, seperti tugas kerja, jenis hazard
(bahan, kondisi lingkungan), alat pelindung diri yang digunakan, hubungan
temporal dermatosis dengan pekerjaan (misalnya, adanya pengurangan gejala
dermatitis ketika berlibur atau bertambah berat tanda dan gejala dermatitis ketika
kembali bekerja), dan apakah ada pekerja lain yang terkena. Selain itu, riwayat
medis terdahulu (past medical history), termasuk riwayat atopi dan riwayat
dermatitis pada pekerjaan sebelumnya harus dicantumkan. Begitu juga dengan
kebiasaan atau hobi yang biasa dilakukan oleh pekerja juga harus dicantumkan,
misalnya berkebun, woodwork, atau melukis. (Chew, 2006, p.118-119)
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat tanda-tanda dan gejala penyakit
dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan laboratorium secara histopathology:
 Pada dermatitis kontak iritan akut: nekrosis sel epidermis, neutrophils,
vesiculation, dan nekrosis.
 Pada dermatitis kontak iritan kronik: acanthosis, hyperkeratosis, infiltrasi
lymphocytic. (Wolff, 2009, p.22)
2. Patch Testing
Patch testing seringkali penting digunakan untuk membedakan apakah
dermatitis kontak merupakan dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak
iritan. Untuk beberapa pekerjaan yang diketahui memiliki resiko tinggi dermatitis

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 20


kontak, seperti penata rambut, pengrajin logam, dan doketr gigi, standar patch
testingnya telah tersedia secara komersil.
Patch testing umumnya diaplikasikan selama 48 jam dan biasanya dibaca dua kali,
yaitu pada 48 jam jam dan 96 jam setelah aplikasi. Hasil yang positif
menunjukkan adanya alergi, dan untuk hasil yang negatif masih memerlukan
pertimbangan apakah itu iritasi atau bukan.
3. Workplace Survey
Survey tempat kerja mungkin diperlukan, terutama ketika riwayat klinis,
pemeriksaan, dan hasil patch test terbukti tidak meyakinkan. Manfaat dari survey
adalah dapat diketahui zat atau hazard lain yang mungkin secara tidak sengaja
terkena pada pekerja dan dapat mengevaluasi tingkat paparan iritasi untuk menilai
kontribusi iritan terhadap dermatitis. Faktor-faktor lingkungan seperti ventilasi,
kelembaban, dan kebersihan umum ditempat kerja juga harus diperhitungan.
Material Safety Data Sheets (MSDSs) yang mengandung informasi berharga
tentang potensi iritasi di tempat kerja juga harus ditinjau selama kunjungan.
(Chew, 2006, p.118-119). Dokter okupasi dapat mengetahui informasi yang
diperlukan melalui petugas K3 yang mempunyai data-data yang lengkap tentang
hazard-hazard yang ada pada tempat kerja dan apa saja yang mempengaruhinya.

2.5 Differential Diagnosis


Dermatitis kontak iritan mempunyai gejala yang hampir mirip dengan
dermatitis kontak alergi.
Berikut ini adalah tabel tentang perbedaan antara dermatitis kontak iritan dan
dermatitis kontak alergi:

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 21


(Wolff, 2009, p.32)

2.6 Pekerja yang Berisiko


Pekerja yang berisiko terpapar iritan: (Johansen et al., 2011, p. 320-321)
No Pekerjaan Iritan
1 Pekerja pertanian Pestisida, pupuk buatan, bensin, minyak solar,
tanaman, sekresi hewan
2 Pekerja seni (artists) Pelarut (solvent), sabun dan detergen, penghapus cat
(paint remover)
3 Pembuat kue Sabun dan detergen, pembersih oven, jus buah,
asam cuka, asam laktat dan asam askorbat, ragi.
4 Pekerja bar Lingkungan basah (wet work), sabun dan detergen,
(bartender) jus buah, alkohol.
5 Cleaning service Lingkungan basah, sabun dan detergen, klorin.

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 22


6 Penjilid buku Lem, solvent
7 Pekerja bangunan Semen, kapur, asam hidroklorik dan asam
hidroflorik, pelindung kayu (wood representative),
lem.
8 Tukang daging Sabun dan detergen, lingkungan basah, bumbu,
daging.
9 Industri makanan dan Sabun dan detergen, lngkungan basah, air garam
pengalengan (brine), sirup, sayuran, buah, ikan, daging.
10 Tukang kayu Pelitur, solvent, lem, pembersih.
11 Pekerja Farmasi Sabun dan detergen, lingkungan basah, solvent, zat-
zat kimia.
12 Pertambangan Minyak, pelumas, semen, batu gamping.
13 Pekerja catering Sabun dan detergen, lingkungan basah, sayuran,
buah, bumbu, ikan, daging, cuka.
14 Dokter gigi dan Sabun dan detergen, lingkungan basah, soldering,
teknisinya bahan perekat, acrylic monomers, pelarut.
15 Dyers (pencelup Pelarut, agen pengoksidasi dan agen pereduksi,
warna) hipoklorit.
16 Industri elektronik Soldering flux, pembersih logam, epoxy resin
hardener
17 Nelayan Lingkungan basah, minyak, bensin, ikan.
18 Tukang kebun Pupuk, pestisida, tanaman yang dapat iritan.
19 Pekerja pengecoran Pembersih, minyak, phenol-formaldehyde dan resin
logam lainnya.
20 Penata/pencukur Sabun, lingkungan basah, sampo, zat pemutih
rambut (bleaching).
21 Pekerja rumah sakit Sabun dan detergen, lingkungan basah, disinfektan,
senyawa quaternary ammonium.
22 Ibu rumah tangga Sabun dan detergen, lingkungan basah, pembersih,
semir, makanan.
23 Pembuat perhiasan Asam dan basa pada pembersih logam, polishes,
soldering flux, penghilang karat, adhesives.
24 Pekerja laundry Detergen, lingkungan basah, pemutih, pelarut.
25 Mekanik Detergen, pelumas, oli, bensin, minyak solar, cairan
sistem pendingin (cooling system fluid), soldering
flux
26 Tukang cat Pelarut, emulsi cat, penghapus cat, pembersih
tangan

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 23


27 Potografer Basa, asam, pelarut, agen pengoksidasi dan agen
pereduksi
28 Pekerja di industri Pelarut, asam, agen pengoksidasi, styrene, di-
plastic isocyanates, acrylic monomers, phenol,
formaldehyde, diallyl phthalate, komposisi dalam
sistem epoxy resin.
29 Pekerja ledeng/pipa Lingkungan basah, pembersih tangan, minyak,
(plumbers) soldering flux.
30 Pekerja industri karet Talc, zink stearate, pelarut
31 Pembuat sepatu Pelarut, semir, adhesives, kulit sapi yang kasar
32 Penyamak kulit Lingkungan basah, asam, basah, agen pengoksidasi
(tanners) dan agen pereduksi, pelarut, enzim proteolitik.
33 Pekerja tekstil Pelarut, agen pemutih (bleaching), detergen
34 Dokter hewan Sabun dan detergen, hypochlorite, cresol, sekresi
hewan
35 Tukang las Minyak, pembersih logam

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 24


BAB III
SISTEM SURVEILANS, PROGRAM PROMOSI DAN PENCEGAHAN

3.1 Metode Surveilans


Surveilans kesehatan kerja

Surveilans kesehatan kerja merupakan strategi/metode untuk


mendeteksi/menilai secara sistematik efek merugikan dari pekerjaan terhadap
kesehatan pekerja secara dini (Sulaksmono, n.d.). Untuk meminimalisasi kejadian
penyakit akibat kerja diperlukan pemantauan terus-menerus terhadap pekerja
maupun lingkungan kerja. Salah satu caranya dengan melaksanakan surveilans
kesehatan kerja. Demikian halnya dengan PAK dermatitis kontak iritan, surveilans
dilakukan untuk mencegah atau setidaknya meminimalisasi jumlah kejadian
penyakit tersebut terutama pada pekerja berisiko.

Surveilans kesehatan pekerja

Surveilans kesehatan pekerja adalah kegiatan mengakses kondisi


kesehatan pekerja dalam upaya mengidentifikasi dan mendeteksi setiap kelainan
untuk digunakan dalam program peningkatan dan pencegahan kesehatan individu
atau kelompok pekerja Surveilans kesehatan pekerja harus sesuai dengan risiko-
risiko yang ada di tempat kerja (Sulaksmono, n.d.).

Kegiatan surveilans kesehatan pekerja untuk dermatitis kontak iritan


meliputi:
1. Pemeriksaan kesehatan pekerja
Bila telah teridentifikasi hazard apa saja yang ada di tempat kerja yang,
maka dapat ditentukan pekerja yang berisiko terkena pajanan agen yang
menyebabkan dermatitis kontak iritan tersebut. Pemeriksaan kesehatan kemudian

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 25


dilakukan dengan sasaran pekerja yang kontak langsung dengan hazard penyebab
dermatitis kontak iritan. Data pemeriksaan kesehatan dapat diperoleh dari
anamnesis.

2. Melakukan survei maupun kuesioner untuk mengetahui kondisi kesehatan


pekerja dan perilaku hidup pekerja terkait dengan kemungkinan terkena dermatitis
kontak iritan.

Surveilans lingkungan kerja


Surveilans lingkungan kerja adalah kegiatan mengidentifikasi dan
mengevaluasi faktor-faktor resiko di tempat kerja yang dapat mempengaruhi
kondisi kesehatan pekerja. Faktor risiko di lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan dermatitis kontak iritan antara lain bahan kimia, tanaman, dan
produk hewan.
Kegiatan surveilans lingkungan kerja untuk dermatitis kontak iritan meliputi :
1. Pemantauan dan pengukuran faktor risiko yang ada di tempat kerja setiap
kurun waktu tertentu.
Dalam kaitannya dengan dermatitis kontak iritan faktor risiko yang
dipantau dan diukur antara lain bahan kimia, keberadaan tanaman dan
hewan di tempat kerja. Pemantauan dan pengukuran faktor risiko ini dapat
digunakan dalam menentukan langkah-langkah apa yang dapat diambil
untuk mengendalikan faktor risiko penyebab dermatitis kontak iritan pada
pekerja.
2. Memantau dan mengontrol sanitasi atau housekeeping lingkungan kerja.
Penyimpanan bahan kimia sesuai dengan karakteristiknya penting untuk
mencegah kontak dan menghindari salah penggunaan (miss used) bahan
kimia penyebab dermatitis kontak iritan.
3. Penetapan alat pelindung diri dan mengevaluasi manfaat dari alat
pelindung diri tersebut.
Berbagai alat pelindung diri dapat digunakan pada pekerja berisiko terkena
dermatitis kontak iritan, misalnya sarung tangan, apron, sepatu kerja, dan
lain-lain. Pemantauan kondisi alat pelindung diri juga perlu diperhatikan
apakah masih layak pakai atau tidak.

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 26


3.2 Program Promosi dan Pencegahan

Pencegahan:
1. Eliminasi atau Subtitusi
Jika dimungkinkan, zat yang dapat menyebabkan iritasi dieliminasi atau
disubtitusi dengan bahan lain yang tidak toksik atau kurang toksik dibandingkan
dengan bahan sebelumnya. Misalnya, mengganti cat berbasis solvent dengan cat
berbasis air pada industri sablon.
2. Engineering control dengan cara otomatisasi proses kerja bila dimungkinkan.
3. Administrative control: housekeeping yang baik, penyimpanan bahan kimia
pada tempat yang sesuai dengan karakteristik zatnya, serta pelabelan bahan kimia.
4. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan. Penggunaan
sarung tangan harus tepat sesuai dengan karakteristik zat yang ditanganinya.
Selain sarung tangan, alat pelindung lainnya dapat berupa pakaian pelindung kerja
yang tepat, sepatu kerja, topi, dan lain-lain. Alat pelindung diri harus selalu
diperiksa secara berkala agar dapat diketahui kondisinya, apakah terdapat lubang
atau terjadi degradasi pada bahan alat pelindung diri tersebut.

(English, 2004)
6. Personal hygiene

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 27


Kebersihan diri juga ukuran yang penting dalam pencegahan dermatitis. Fasilitas
cuci tangan yang memadai harus disediakan untuk pekerja. Pembersih kulit yang
digunakan harus dapat menghilangkan lemak, minyak, dan benda asing lainnya
tanpa merusak kulit .

Promosi:
Setengah dari penyakit dermatitis kontak kerja muncul pada dua tahun pertama
kerja yang biasanya merupakan periode pelatihan. Hal itu disebabkan karena
kurangnya kesadaran terhadap potensi hazard kesehatan ditempat kerja. Upaya
yang dilakukan adalah meningkatkan kesadaran dan identifikasi kegiatan kerja
dimana paparan iritan mungkin terjadi. Pekerja juga perlu dilatih bagaimana
mengenal tanda-tanda awal dan gejala dermatitis, alat pelindung apa yang dipakai,
serta bagaimana menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan pribadi. Pelatihan
dapat menggunakan pamflet, kaset video, atau dengan metode ceramah dan
peragaan. Pendidikan harus dilakukan sebelum pekerja ditempatkan pada area
yang mempunyai potensi pajanan iritan dan harus diulang secara berkala. Di
Jerman, promosi kesehatan yang dilakukan pada penata rambut menghasilkan
sepuluh kali lipat penurunan dermatitis pada penata rambut. (English, 2004).
Selain itu pekerja juga perlu diberi pelatihan bagaimana mengetahui cara
membaca simbol bahan kimia dan penyimpanannya berdasarkan MSDS.

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 28


DAFTAR PUSTAKA

Tortora, GJ & Derrickson, B. (2009). Principles of Anatomy and Physiology. New


Jersey: John Willey & Sons.

Plog, BA (ed). (2002). Fundamental of Industrial Hygiene. National safety


Council.

Scanlon, VC & Sanders, T. (2007). Essentials of Anatomy and Physiology Fifth


Edition. Philadelphia: F. A Davis Company.

Johansen, Jeanne Duus, Peter J. Frosch, & Jean Pierre Lepoittevin (ed). (2011).
Contact Dermatitis Fifth Edition. Heidelberg: Springer.
Chew, Ai-Lean & Howard I. Maibach. (2006). Irritant Dermatitis. Heidelberg:
Springer.
Wolff, Klaus & Richard Allen Jhonson (ed). (2009). Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology Sixth Edition. New York: The McGraw-
Hill Companies.
Frosch, P J, T. Menne, J.-P Lepoittevin (ed). (2006) Contact Dermatitis 4th
Edition. Heidelberg: Springer.
Lewis, Victoria. “Contact Dermatitis.”
http://www.netdoctor.co.uk/diseases/facts/contactdermatitis.htm (18 Okt.
2012)

English, J S C. “Current Concept of Irritant Contact Dermatitis.”


http://oem.bmj.com/content/61/8/722.full.html (19 Okt. 2012)

CDC. “Skin Exposure & Effect.” Style Sheet.


http://www.cdc.gov/niosh/topics/skin/ (18 Okt. 2012)

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH). (2012). “Skin
Exposures & Effects”. Retrieved from http://www.cdc.gov/niosh/topics/skin/
(17 Okt 2012)

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 29


Canadian Center for Occupational Health and Safety (CCOHS). (2008).
“Dermatitis, Irritant Contact”. Retrieved from
http://www.ccohs.ca/oshanswers/diseases/dermatitis.html (17 Okt 2012)

Anonim. (n.d). “Contact Dermatitis”. Power point, downloaded from


http://www.dermpathmd.com/Clinical
%20Dermatology/Contact_Dermatitis.pdf (22 Okt 2012)

DERMATITIS KONTAK IRITAN – KELOMPOK 11 Page 30

Anda mungkin juga menyukai