Anda di halaman 1dari 72

TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

BAB V
TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

5.1. KEGIATAN PENAMBANGAN BAWAH TANAH


Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) adalah metode
penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas penambangannya dilakukan
di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan
dengan udara luar.
Penambangan bawah tanah meliputi beberapa kegiatan seperti pembuatan
jalan masuk, penggalian bijih dari badan bijih di massa batuan dan
pengangkutan bijih ke permukaan. Guna menunjang beberapa aktivitas
tersebut dibutuhkan penggalian sejumlah lubang bukaan dengan berbagai
bentuk, ukuran dan orientasi yang sesuai dengan fungsinya. Gambaran umum
dari model tambang bawah tanah dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Ada tiga macam penggalian pada tambang bawah tanah yang ditunjukkan pada
Gambar 5.1 tersebut, yaitu:
1. Sumber pengambilan bijih atau lombong (stope);
2. Jalan masuk ke lombong, jalan masuk untuk pelayanan dan awal
pembangunan lombong; dan
3. Jalan masuk permanen dan jalan masuk pelayanan. Kesamaan antara
fungsi dan perilaku geomekanik yang dibutuhkan dari berbagai tipe
penggalian non produktif selalu ada dan tidak tergantung kepada metode
penambangan yang dipakai.

Lombong adalah tempat dimana bijih dihasilkan. Sekumpulan lombong yang


dibuat selama penggalian bijih biasanya membentuk suatu lubang bukaan yang
besar. Operasi penggalian bijih pada lombong adalah inti dari proses
penambangan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap perilaku batuan yang
berada di dalam badan bijih dan dalam massa batuan di sekitar badan bijih
(country rock) menjadi sangat penting dalam memastikan rancangan tambang,
efisiensi operasi tambang dan analisis keekonomian dari setiap lombong dan

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-1


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

tambang secara keseluruhan.


Jalan masuk permanen dan jalan masuk pelayanan (lihat Gambar 5.1) harus
memenuhi spesifikasi tertentu, seperti dapat terbuka dengan aman selama
penggalian penambangan badan bijih berlangsung. Sebagai contoh, shaft untuk
pelayanan dan pengangkutan bijih dan buangan harus mampu menerima
getaran terus menerus akibat operasi pengangkutan (cage dan skip) yang
berjalan dengan cepat.

Gambar 5.1. Skema tambang metal bawah tanah yang ideal.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-2


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

5.2. SIFAT-SIFAT BADAN BIJIH YANG MEMPENGARUHI METODE


PENAMBANGAN
Metode penambangan terdiri atas suatu urutan operasi produksi yang
dilaksanakan secara berulang di dalam lombong dengan membagi badan bijih
menjadi beberapa blok. Operasi penambangan bijih meliputi penggalian atau
pemberaian, pemuatan dan pengangkutan merupakan kegiatan utama dalam
semua metode penambangan, sedangkan kegiatan penunjangnya mungkin
secara spesifik dapat berbeda dari satu metode ke metode lainnya.

5.2.1. Geometri Badan Bijih


Sifat ini menyatakan letak (posisi) ukuran dan bentuk badan bijih. Hal ini
berhubungan dengan proses pembentukannya. Badan bijih yang berbentuk
lapisan, placer, atau perlapisan yang merupakan hasil sedimentasi selalu
meluas dalam bentuk dua dimensi. Urat bijih (vein) dan lensa adalah bentuk
badan bijih yang juga meluas dalam dua dimensi dan biasanya merupakan
hasil proses hidrotermal atau malihan (metamorfosa). Dalam cebakan masif,
bentuk badan bijih lebih beraturan, contohnya badan bijih tembaga porfiri.

5.2.2. Disposisi dan Orientasi


Masalah ini berkaitan dengan sifat-sifat geometri badan bijih, seperti kedalaman
dari permukaan, kemiringan dan arah kemiringan serta konformasinya.
Konformasi disini menjelaskan bentuk badan bijih dan kemenerusan yang
ditentukan oleh sejarah pembentukannya seperti patahan dan lipatan. Sebagai
contoh, di daerah yang memiliki banyak patahan mungkin memerlukan sistem
penambangan yang fleksibel dan selektif agar dapat menampung perubahan-
perubahan mendadak dalam geometri dan kadar (mutu) endapan bijih.

5.2.3. Ukuran
Dimensi absolut dan relatif penting untuk diketahui dalam menentukan metode
penambangan yang cocok. Cebakan berukuran teratur dan besar mungkin
cocok untuk penambangan mekanis mass-mining seperti block caving.
Cebakan kecil dengan tipe bijih yang sama mungkin perlu metode selective
mining dan ketepatan ground-control agar operasinya menguntungkan.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-3


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

5.2.4. Geomekanika
Sifat-sifat batuan utuh adalah kekuatan, karakteristik deformasi (sifat elastik,
plastik dan rayapan) serta karakteristik pelapukan. Sifat-sifat massa batuan
ditentukan oleh kehadiran, geometri dan sifat-sifat mekanis dari kekar, patahan,
zona geser dan bidang-bidang diskontinyu lainnya. Kondisi tegangan insitu
awal di dalam batuan induk juga merupakan parameter penting.

5.3. PERSIAPAN PEMBUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH


5.3.1. Pengertian dan Tujuan
Yang dimaksud dengan persiapan pembukaan tambang bawah tanah ialah
semua pekerjaan dalam rangka penyiapan atau pembangunan fasilitas kerja
untuk kelancaran produksi tambang bawah tanah. Pekerjaan ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu:
1. Pembangunan fasilitas permukaan (surface facilities)
2. Pembangunan fasilitas bawah tanah (underground facilities)

Fasilitas kerja di permukaan berfungsi untuk membantu atau menunjang


kegiatan di bawah tanah, meliputi jalan angkut, gedung perkantoran, gudang
peralatan, gudang bahan baku dan bahan bantu, perbengkelan, stasiun bahan
bakar minyak, gudang bahan peledak, pembangkit tenaga listrik, dan
emplasemen (stockyard).
Fasilitas bawah tanah berupa lubang-lubang bukaan berfungsi sebagai:
1. Jalan masuk dan keluar bagi karyawan dan alat angkut yang bergerak: truk,
lori, skip dan cage
2. Menempatkan peralatan: trafo, sistem telekomunikasi, ban berjalan, winch,
fan, pipa air, pipa angin, pipa lumpur, dan ruang makan
3. Mengangkut material: peralatan penyangga (kayu, balok, besi profil, steel
arches, hydraulic props, rock bolt, resin dll), bahan peledak dan
perlengkapannya, air, udara segar, dan batu hasil penambangan
4. Lubang khusus ventilasi
5. Untuk penirisan, sumur dan open channel
6. Keselamatan kerja (penyelamatan jika terjadi kecelakaan)

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-4


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Mengingat fungsinya yang sangat spesifik tersebut, maka selain karyawan


tambang yang sedang bertugas dilarang masuk, kecuali bagi orang-orang
tertentu yang mendapat izin seperti siswa/mahasiswa praktek, dan tamu
tertentu.
Berdasarkan posisinya lubang-lubang bukaan dapat berupa (lihat Gambar 5.1):
1. Lubang masuk utama (main entries), misalnya :
a) Sumuran tegak / miring ( vertical / inclined shaft),
b) Terowongan (tunnel / adit)
2. Lubang masuk sekunder, misalnya: lubang sejajar (drift) dan level
3. Lubang masuk tersier, misalnya:
a) Lubang naik (raise),
b) Lubang turun (winze),
c) Sumuran buntu (blind shaft),
d) Ramp

5.3.2. Bentuk dan Geometri Lubang Bukaan


Bentuk dan geometri (ukuran) lubang bukaan disesuaikan dengan fungsinya.
Lubang bukaan dapat berbentuk lingkaran, tapal kuda, segi empat, elips,
trapesium (lihat Gambar 5.2).
Penentuan bentuk ini selain disesuaikan dengan fungsinya, juga harus
memperhitungkan faktor kemantapan (stabilitas). Ditinjau dari aspek mekanika
batuan, lubang bukaan yang paling baik kemantapannya ialah yang berbentuk
lingkaran, karena beban di sekitar lubang bukaan akan didistribusikan merata di
sekitar dinding lubang bukaan tersebut. Sedangkan pada lubang bukaan
berbentuk segi empat misalnya, akan terjadi konsentrasi tegangan (stress)
pada sudut-sudutnya (lihat Gambar 5.3).

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-5


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 5.2. Berbagai bentuk lubang bukaan.

Gambar 5.3. Distribusi tegangan di sekitar lubang bukaan.

5.3.3. Teknik Penggalian Lubang Bukaan


5.3.3.1. Metode dan siklus penggalian
Penggalian suatu lubang bukaan dapat dilakukan dengan salah satu dari
beberapa metode penggalian yang umum seperti
1. Metode penggalian bebas, dilakukan dengan cara sederhana, yaitu
menggunakan alat-alat sederhana seperti ganco, linggis, sekop.
2. Metode mekanis dengan menggunakan road header, tunnel boring machine
(TBM), drum shearer.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-6


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

3. Metode pemboran dan peledakan (drilling & blasting).

Cara yang akan dipilih tergantung pada ukuran lubang bukaan, karakteristik
massa batuan, dan peralatan yang mampu disediakan.
Secara garis besar, siklus penggalian suatu lubang bukaan adalah sbb :
1. Penggalian (breaking/excavation)
2. Pembersihan asap ledakan (smoke clearing), jika menggunakan peledakan
3. Pembersihan atap (scaling)
4. Penyanggaan (supporting): penyanggaan sementara dan permanen.
5. Pengumpulan dan pemuatan material hasil penggalian (mucking & loading)
6. Pengangkutan material (hauling)

5.3.3.2. Penggalian mekanis


Jika batuan tidak terlalu kompak/kuat, misalnya batulanau (siltstone), batu-
lempung (claystone), dan sebagainya, maka penggalian dapat dilakukan
dengan alat mekanis sejenis Road Header (Gambar 5.4). Alat ini memiliki pisau
pemotong berbentuk menyerupai mahkota atau bola bergerigi. Di bagian
belakangnya terdapat chain conveyor untuk memindahkan material dan
ditumpahkan ke belt conveyor untuk diangkut keluar.
Beberapa lubang bukaan horisontal yang mempunyai penampang berbentuk
lingkaran, alat gali TBM (Tunnel Boring Machine) seperti terlihat pada Gambar
5.5 juga dapat digunakan.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-7


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 5.4. Tipe-tipe road header.

Gambar 5.5. Tunnel Boring Machine.

5.3.3.3. Penggalian menggunakan peledakan


Peledakan dipakai jika batuan yang akan digali sangat kuat dan kompak dan
tidak ada alat lain yang tersedia atau dapat digunakan. Pertama-tama dibuat
lubang-lubang ledak (blasthole) dengan diameter, kedalaman dan pola tertentu,
menggunakan mesin bor jack hammer atau jumbo drill (lihat Gambar 5.6). Tipe
mesin bor yang akan dipilih tergantung pada diameter lubang tembak dan
kecepatan pemboran yang diinginkan.
Untuk mengatur urutan ledakan, digunakan detonator tunda (delayed
detonator). Nomor pada tiap lubang menyatakan nomor urutan ledakan.
Kemajuan penggalian per peledakan dikatakan baik jika kemajuan yang dicapai

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-8


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

sekitar 90 % dari kedalaman lubang tembaknya.

Gambar 5.6. Jumbo drill pada kegiatan development tambang bawah tanah.

5.3.4. Material Penyangga dan Perkuatan Lubang Bukaan


Tidak semua lubang bukaan yang dibuat dalam batuan memerlukan
penyanggaan. Hal ini terutama tergantung pada kekuatan massa batuan dan
atau endapan mineralnya, dan beberapa faktor lain seperti beban batuan,
ukuran lubang bukaan, kondisi air tanah, struktur geologi, dan tegangan batuan.
Berdasarkan kekuatannya, massa batuan dapat dibedakan menjadi dua
kategori yaitu batuan kompeten dan batuan non-kompeten. Pada batuan
kompeten, lubang bukaan yang dibuat di dalamnya tidak runtuh meskipun tidak
disangga dengan penyangga buatan. Contohnya batuan beku dan metamorf
yang masih segar. Sebaliknya, jika lubang bukaan yang dibuat memerlukan
penyanggaan buatan, maka massa batuannya disebut batuan non-kompeten.
Contohnya batuan lapuk, beberapa batuan sedimen seperti batulempung,
batulanau, batupasir, batubara.
Pengertian penyanggaan (support) perlu dibedakan dengan perkuatan
(enforcement). Penyanggaan di sini ialah penyanggaan struktural yang terbuat

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-9


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

dari balok kayu, besi baja, atau beton. Sedangkan perkuatan berfungsi
memperkuat ikatan massa batuan di sekitar lubang bukaan, menggunakan baut
batuan (rock bolt), beton-tembak (shotcrete) dan anyaman kawat (wire mesh).
Maka berdasarkan pembedaan tersebut, jenis material penyangga dan
perkuatan adalah :
1. Material penyangga
• Pasangan balok kayu
• Kombinasi kayu dan besi baja
• Pasangan besi baja (steel arch, steel rib)
• Pasangan beton monolit
2. Material perkuatan
• Baut batuan (lihat Gambar 5.7)
• Beton tembak (shotcrete)
• Beton tembak dan anyaman kawat (wiremesh)

Gambar 5.7. Instalasi baut batuan.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-10


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

5.3.5. Sistem Pengangkutan Bawah Tanah


Sistem pengangkutan di tambang bawah tanah mempunyai beberapa fungsi
penting yaitu:
1. Mengangkut pekerja ke dalam tambang dan sebaliknya
2. Mengangkut peralatan dan material ke dalam tambang dan sebaliknya
Mengangkut bijih dan waste keluar tambang.

Oleh karena itu, sistem pengangkutan di tambang bawah tanah sangatlah vital
dalam kelangsungan produksi tambang. Berdasarkan peranannya, sistem
pengangkutan tambang bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sistem pengangkutan utama (main haulage system):
• Sistem derek kabel (hoisting system)
• Angkutan rel (lokomotif dan lori, lori dan kabel)
• Truk jungkit (dumptruck)
• Ban berjalan (belt conveyor)
2. Sistem pengangkutan tambahan (auxilliary haulage system):
• Drag scraper
• Ore pass
• Unit Load-Haul-Dump (LHD)
• Ban berjalan
• Shuttle car (lihat Gambar 5.8)

Gambar 5.9 menunjukkan sebuah LHD yang dikendalikan oleh operator


menggunakan remote control sedang memuat bijih ke dalam dumptruck.
Sedangkan Gambar 5.10 menunjukkan tipikal dumptruck yang digunakan pada
tambang bawah tanah.
Suatu tambang bawah tanah biasanya memiliki beberapa stope yang
menghasilkan bijih lepas atau broken ore. Bijih lepas tersebut tidak secara
langsung diangkut ke permukaan tanah, tetapi dibawa melalui crosscut, atau
drift, atau level, dan dikumpulkan di suatu tempat penimbunan bawah tanah
(underground storage/pit bottom). Selanjutnya, bijih lepas dari penimbunan
bawah tanah di angkut ke permukaan melalui jalan masuk utama (shaft, tunnel,
adit) menggunakan sistem angkutan utama (main haulage).

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-11


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 5.8. Shuttle car pada tambang batubara bawah tanah.

Gambar 5.9. Proses pemuatan bijih oleh LHD keatas dumptruck.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-12


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 5.10. Tipikal dumptruck yang digunakan pada proses pengangkutan


bawah tanah.

5.3.6. Sistem Ventilasi


Jika lubang bukaan semakin panjang, maka aliran udara bebas semakin
berkurang sehingga temperatur udara di dalam lubang bukaan semakin panas.
Udara di dalam lubang bukaan akan semakin lembab dan mengakibatkan
kondisi kerja tidak nyaman. Pekerja mengeluarkan banyak keringat, cepat lelah,
dan pusing karena kandungan oksigen dalam udara tambang semakin sedikit.
Kondisi ini dapat diatasi dengan suatu sistem ventilasi, yaitu mengalirkan udara
segar ke dalam tambang.
Tujuan dari sistem ventilasi dalam tambang bawah tanah adalah:
ƒ Untuk menjamin agar kandungan oksigen dalam udara tambang memenuhi
bagi kebutuhan pernapasan pekerja, untuk proses mesin-mesin yang
digunakan.
ƒ Agar tercapai temperatur udara yang nyaman sepanjang jam kerja.
ƒ Untuk menghilangkan atau menurunkan konsentrasi partikel debu dan gas
penggalian seperti debu batubara, debu silika, gas methane, gas sisa
peledakan, dsb.
ƒ Untuk menurunkan konsentrasi gas-gas yang mengganggu misalnya CO2,
gas berbahaya misalnya methan, dan gas beracun misalnya CO, NO, NO2.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-13


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Teknik pengaliran udara segar ke dalam tambang ada dua macam, yaitu sistem
ventilasi alam dan sistem ventilasi buatan. Pada sistem ventilasi alam, udara
akan mengalir secara alamiah ke dalam tambang karena perbedaan temperatur
dan tekanan di kedua ujung lubang bukaan yang elevasinya berbeda.
Kemampuan sistem ini terbatas hanya untuk lubang bukaan yang sederhana
(tidak bercabang-cabang) dan dangkal. Pada sistem ventilasi buatan, udara
segar dimasukkan ke dalam tambang menggunakan kipas angin (fan)
bertenaga besar. Kipas angin ini dapat berfungsi sebagai pendorong udara
(blower) atau sebagai pengisap udara (exhauster).
Kebutuhan minimum oksigen dalam udara segar bagi seorang pekerja yang
harus disediakan oleh sistem ventilasi agar kondisi kerja relatif nyaman
ditunjukkan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Kebutuhan Udara Untuk Pekerja Tambang Bawah Tanah


Udara terhirup
Jenis Pernapasan Udara terhirup O2 Terkonsumsi Ratio
perpernafasan -4 3 -5 3
Kegiatan (hirupan/mnt) (x 10 m /det) (x 10 m /det) pernapasan
(x 103 mm3)
Istirahat 12 - 18 337 – 705 0,82 - 2,18 0,47 0,75
Kerja Biasa 30 1476 – 1968 7,64 - 9,83 3,3 0,90
Kerja Keras 40 2460 16,4 4,7 1,00

5.3.7. Sistem Penirisan


Untuk memindahkan air keluar tambang biasanya digunakan pompa dengan
kekuatan tertentu. Tapi sebelum dipompa keluar, air dikumpulkan dulu dalam
suatu ceruk (sump). Di tepi tiap lantai lubang bukaan dibuat paritan untuk
mengalirkan air menuju ceruk. Selanjutnya dari ceruk tersebut air dipompa, dan
dialirkan ke permukaan tanah melalui pipa-pipa.
Jenis pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal atau pompa
submersible. Jenis pompa submersible lebih menguntungkan karena pompa
akan mati secara otomatis jika air habis, dan akan hidup secara otomatis pula
jika permukaan air mencapai ketinggian katup isap dari pompa tersebut.

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-14


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

5.3.8. Sistem Penerangan Lampu


Keadaan di dalam tambang bawah tanah akan selalu gelap baik siang maupun
malam. Untuk itu diperlukan jaringan penerangan lampu listrik dengan tujuan
untuk memperlancar aktivitas penambangan dan meningkatkan keselamatan
kerja (lihat Gambar 5.11).
Titik-titik lampu ditempatkan baik di jalan masuk utama, jalan angkut, maupun di
tempat penggalian berlangsung. Untuk menghindari terjadinya kebakaran
akibat hubungan pendek (short-circuiting), maka kabel yang digunakan harus
terbungkus dan terisolasi dengan baik.

5.3.9. Sistem Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja merupakan kondisi yang harus diutamakan di dalam
tambang bawah tanah. Dalam membina sistem keselamatan kerja tambang,
pendekatan yang paling efektif ialah dengan cara mencegah atau
menghilangkan penyebab terjadinya kecelakaan. Jadi prinsip dasar dari
pencegahan kecelakaan adalah menghilangkan penyebab dari kecelakaan itu
sendiri.
Sarana keselamatan kerja, di samping alat pelindung diri (APD) seperti pakaian
kerja, helm, sepatu kerja, masker untuk debu/gas/sinar, di tambang bawah
tanah dilengkapi dengan sistem komunikasi. Sistem komunikasi ini mulai dari
yang sederhana seperti bunyi/suara, warna, gerakan tangan, sampai yang
modern seperti intercom dan telepon.
Menurut penelitian, penyebab terbesar dari kecelakaan ialah faktor manusia
(yaitu sekitar 90% dari jumlah kecelakaan yang terjadi), kemudian peralatan
(8%), dan kondisi kerja yang tidak aman (2%). Contoh kecelakaan akibat faktor
manusia misalnya pekerja terjatuh karena menaiki ban berjalan atau
menumpang alat angkut, terbentur karena tidak menggunakan topi (helm),
terkena ledakan, dsb. Sedangkan yang disebabkan oleh faktor peralatan
misalnya pekerja terbentuk alat gali karena sistem hidrolis tidak bekerja, rem
tidak berfungsi, dll. Selanjutnya, kecelakaan akibat kondisi kerja tidak aman
misalnya pekerja kejatuhan bongkah batu yang tiba-tiba jatuh dari atap
terowongan.
Oleh karena itu dalam setiap pekerjaan selalu ada prosedur kerja baku

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-15


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

(Standard Operating Procedure = SOP) yang harus ditaati oleh setiap pekerja.
Apabila prosedur kerja baku itu ditaati, maka penyebab kecelakaan yang
diakibatkan oleh kelalaian dan kecerobohan pekerja dapat dihindari. Inilah kunci
pokok sistem keselamatan kerja yang juga berlaku di tambang bawah tanah.

Gambar 5.11. Contoh penggunaan lampu pada continuous miner


(Perhatikan ruangan yang gelap dibelakang continuous miner).

5.4. METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH


Pemilihan metoda penambangan bawah tanah yang didasarkan pada geometri
cadangan dan lingkungan geomekanikanya dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Pemilihan Metode Penambangan Bawah Tanah Berdasarkan


Kekuatan Bijih dan Batuan Serta Geometri Cadangan
Kekuatan bijih dan Klasifikasi sistem Geometri Metode
batuan penambangan cadangan Penambangan
Bijih : kuat sampai Tabular, datar, tipis,
Room & Pillar
moderat ukuran besar
Swa – Sangga Tabular, datar,
Stope & Pillar
Self – Supported tebal,ukuran besar

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-16


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Kekuatan bijih dan Klasifikasi sistem Geometri Metode


batuan penambangan cadangan Penambangan
Batuan : kompeten Tabular, miring,
(tidak runtuh meski tipis,ukuran Shrinkage Stoping
tidak disangga) sembarang
Tabular, miring,
Sub-level Stoping
tebalukuran besar
Bijih: Moderat Bentuk tak teratur,
sampai lemah miring, tipis, ukuran Cut & Fill Stoping
sembarang
Penyangga buatan Tabular, miring,
Stull Stoping
(Artifically supported) tipis, ukuran kecil
Batuan: Incompeten Bentuk, kemiringan
Square Set
(runtuh jika tidak ukuran sembarang,
Stoping
disangga) tebal
Bijih : Moderat Tabular, datar, tipis,
Longwall
sampai lemah ukuran besar
Ambrukan Tabular atau masif,
Sub-level caving
(Caving) miring,
Batuan : cavable Masif, miring, tebal,
Block Caving
(dapat ambruk) ukuran besar

TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH V-17


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

BAB VI
METODE PENAMBANGAN SWASANGGA
(OPEN STOPE METHODS)

Metode swasangga (self-supported) menggunakan massa batuan near field


sebagai penyangga dirinya sendiri dan tidak memerlukan material luar sebagai
penyangga buatan.

6.1. UNDERGROUND GLORY HOLE


Underground glory hole terkadang disebut juga underground milling karena
bentuknya yang menyerupai corongan (mill hole). Corongan tersebut terdiri dari
jenjang-jenjang (benches) yang membentuk lingkaran-lingkaran konsentris
(bulat atau ellips) mengelilingi sebuah raise atau winze (lihat Gambar 6.1).
Kadang-kadang sebelum penambangan dimulai, endapan bijih dibagi dalam
blok-blok oleh beberapa level atau sublevel untuk menghubungkan beberapa
raise dengan jarak tiap level antara 8 - 15 m.

6.1.1. Syarat Penerapan


Cara ini cocok untuk endapan-endapan bijih dengan karateristik sebagai
berikut:
1. Kekuatan bijih: kompak dan kuat
2. Kekuatan batuan samping: kompak dan kuat
3. Bentuk endapan: bulat atau ellips, besar dan masif
4. Kemiringan endapan: > 80o
5. Ukuran endapan: < 10 m
6. Kadar bijih: sedikit merata, sorting tidak dapat dilakukan

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-1


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 6.1. Metode penambangan Glory hole.

6.1.2. Metode Penambangan


Penambangan underground glory hole mengaplikasikan suatu penggalian
terbuka dimana bijih dipindahkan dari lombong ke jalan pengangkutan dengan
memanfaatkan efek gravitasi (lihat Gambar 6.1).
Underground glory hole sering diartikan sebagai suatu operasi penambangan
dimana bijih dihancurkan oleh peledakan kemudian jatuh ke jalan bijih (ore
pass) oleh efek gravitasi. Open pit modern yang mengaplikasikan suatu sistem
pengangkutan bijih melalui shaft yang dibangun pada bagian luar pit limit,
mencirikan suatu kesamaan proses pengangkutan dengan underground glory
hole (lihat Gambar 6.2).

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-2


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Metode penambangan underground glory hole dapat diterapkan untuk berbagai


tipe cebakan, walaupun bentuk bahan galian tidak mempunyai kecenderungan
untuk bisa dikumpulkan pada drawpoint.

6.1.3. Pembahasan
Pada umumnya, kalau penurunan permukaan tanah (subsidence) tidak
diinginkan, maka pillar harus ditinggalkan (bila mungkin dipilihkan bagian dari
bijih yang kadarnya kecil) atau diadakan pengisian (filling) pada lombong yang
telah selesai ditambang.

Gambar 6.2. Penerapan sistem pengangkutan secara bawah tanah pada open
pit quarry.

Jika kemungkinan penurunan permukaan tanah tidak terjadi karena country


rock yang sangat kuat dan endapan bijihnya kecil, maka biasanya dilakukan

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-3


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

sistem penambangan retreating sehingga tidak perlu memelihara lombong yang


telah selesai ditambang. Bila keadaan mengizinkan, maka mekanisasi
(penggunaan peralatan mekanis) akan dapat memperbesar produksi.

6.1.4. Segi Positif Underground Glory Hole


1. Ongkos penambangan murah, karena tak perlu modal besar.
2. Cara kerjanya relatif mudah dan sederhana, sehingga tak perlu karyawan
terampil (skilled labours).
3. Relatif aman.

6.1.5. Segi Negatif Underground Glory Hole


1. Produksi kecil, yaitu 50-100 ton/hari, karena banyak pekerjaan yang
ditangani secara manual, sehingga pendapatan kecil, berarti keuntungan
juga kecil.
2. Sulit mempertahankan jenjang-jenjangnya karena kesulitan dalam
menurunkan batuan hasil peledakan.

6.2. GOPHERING
Nama lain untuk metode ini adalah coyoting (di Indonesia disebut lubang tikus
atau lubang marmot), yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis,
tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development
works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya endapan bijih. Oleh
karena itu ukuran lombong juga tidak menentu, tergantung dari ukuran endapan
bijih di tempat itu dan tanpa penyanggaan (lihat Gambar 6.3).
Cara penambangan ini adalah cara penambangan yang paling sederhana,
tanpa penyangga dan penggalian dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Oleh
sebab itu, metode ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang upah buruhnya
rendah (Mexico, Amerika Latin, Asia dan Afrika).

6.2.1. Syarat Penerapan


Endapan bijih yang biasanya ditambang dengan cara ini adalah endapan bijih
yang memiliki karateristik sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: relatif kuat

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-4


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

2. Kekuatan batuan: cukup kuat


3. Bentuk endapan: tidak teratur
4. Kemiringan endapan: tidak teratur (spotty deposits)
5. Ukuran endapan: kecil atau lebarnya < 3 m, terpisah-pisah, terpencil
letaknya.
6. Kadar bijih: tinggi , bagian-bagian yang miskin ditinggalkan sebagai pilar.

Gambar 6.3. Metode penambangan Gophering.

6.2.2. Metode Penambangan


Cara penambangan Gophering hanya mengikuti arah vein. Kalau cara ini
diterapkam pada vein yang sangat kaya, metode ini sering memberikan
keuntungan sementara. Hal ini karena biaya pembuatan lubang bukaan dengan
ukuran yang sangat bervariasi sangat mahal.

6.2.3. Pembahasan
Endapan bijih yang kecil-kecil, terpisah-pisah, letaknya terpencil dan bentuknya
tidak teratur, tidak mungkin ditambang secara sistematis. Akan tetapi, cukup
menguntungkan untuk ditambang karena memiliki nilai yang tinggi. Cara
penambangan yang dapat diterapkan adalah dengan menambang secara
sederhana tanpa development works, yaitu langsung menggali endapan bijih
mengikuti arah dan bentuk alamiahnya. Bila endapan bijih tersebut tidak

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-5


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

homogen, pillar terkadang ditinggalkan dari bagian-bagian yang kadarnya tidak


ekonomis.
Cara penambangan ini tidak dibenarkan untuk menambang ore shoot atau
chimney, karena akan mengganggu cara penambangan sistematis yang dipakai
untuk menambang endapan bijih secara keseluruhan. Tetapi cara ini dapat
dipakai untuk menambang bagian-bagian endapan bijih yang berkadar tinggi
walaupun letaknya tidak memungkinkan untuk ditambang secara sistematis.

6.2.4. Segi Positif Gophering


1. Ongkos penambangan murah.
2. Memberi tempat kerja dan memperoleh pendapatan tambahan bagi
penduduk di sekitar endapan.

6.2.5. Segi Negatif Gophering


1. Produksinya rendah.
2. Mencemari lingkungan hidup di sekitarnya.
3. Kurang memperlihatkan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya.

6.3. SHRINKAGE STOPING


Shrinkage stoping merupakan suatu cara penambangan yang termasuk
overhand stoping. Tiap bagian (slice) dibor dan diledakkan dari bawah.
Tumpukan hasil peledakan tersebut akan dibiarkan di lantai untuk dipakai
sebagai:
1. Tempat berpijak untuk pemboran berikutnya.
2. Penyangga batuan samping (country rock). Karena batuan yang diledakkan
itu selalu bertambah volumenya, maka pertambahan volume itu dikeluarkan
dari tambang. Tetapi apabila nanti blok yang bersangkutan sudah selesai
ditambang, maka seluruh hasil penggalian yang berupa broken ore diambil
dan lombong dibiarkan kosong.

6.3.1. Syarat Penerapan


Cara penambangan ini umumnya cocok untuk endapan-endapan bijih yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-6


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

1. Kekuatan batuan : kuat s/d cukup kuat dan tidak mudah terbakar.
2. Kekuatan bijih : kuat dan solid.
3. Bentuk endapan : vein (urat) dan bukan endapan sulfida.
4. Kemiringan endapan : > 45o atau >70o
5. Ukuran endapan : 1-2 m atau < 3 m
6. Kadar bijih : tinggi, homogen, uniform, dan tidak bisa di-sorting.
7. Kedalaman : dangkal – moderat < 750 m

6.3.2. Metode Penambangan


Teknik penambangan shrinkage stoping seperti yang terlihat pada Gambar 6.4,
meliputi kemajuan penambangan lombong pada arah vertikal dan horisontal.
Broken ore digunakan sebagai tempat pijakan pekerja dan penyangga
sementara. Metode yang diterapkan hampir sama dengan Cut and Fill stoping.
Operasi shrinkage stoping meliputi siklus pemboran dan peledakan, ekstraksi
bijih, scalling dan penyanggaan. Bijih dihancurkan dalam lombong melalui
penggalian atap oleh penambang yang bekerja tepat pada bagian bawah atap.
Untuk menjaga ruang kerja yang cukup di dalam lombong, broken ore harus
ditarik dari bagian bawah lombong setelah peledakan.
Jumlah material yang ditarik berkaitan dengan pengembangan material dan
peningkatan nisbah void yang terjadi ketika batuan diledakkan. Akibat
peledakan, batuan yang dipindahkan berjumlah 50-55%, tetapi hanya 30-35%
yang dapat diambil. Dengan jelas, aspek ini menunjukkan kerugian produksi.
Ketika lombong selesai ditambang sampai ketinggian maksimum (yang
mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun),
timbunan broken ore di dalam lombong selanjutnya diambil sampai lombong
kosong. Pada saat penarikan broken ore ini mungkin saja hancuran batuan dari
dinding akan terbawa sehingga menyebabkan terjadi dillution.
Jenis badan bijih, orientasi, dan sifat-sifat geomekanik batuan adalah hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan shrinkage stoping. Hal lain yang juga
penting adalah sifat fisik-kimiawi bijih. Badan bijih harus benar-benar inert yang
tidak mempunyai kecenderungan beroksidasi, hydrolysis, dissolution atau
perekatan meterial. Badan bijih juga harus mempunyai ketahanan terhadap
peremukan dan degradasi selama proses pengambilan. Sifat-sifat ini sangat

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-7


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

penting untuk memastikan bahwa bijih cocok untuk diledakan.


Pada metode ini juga dibutuhkan mobilitas agar terjadi aliran bebas butiran
selama dalam lombong. Degradasi sifat fisik dan kimia bijih serta perekatan
bijih dapat disebabkan oleh air tambang (misalnya akibat pemboran) yang
mengalami perkolasi melewati masa batuan.
Pengembangan pre-produksi untuk shrinkage stoping menyerupai cut-and-fill
stoping, kecuali tidak diperlukannya pembuatan ore-pass dalam footwall badan
bijih. Oleh karena itu, sistem ekstraksi harus dibuat pada dasar lombong dan ini
terdiri atas sebuah slusher drift, yang digerakan mengarah ke finger raises atau
drawpoint dan cocok untuk dikombinasikan dengan overshot loader.

Gambar 6.4. Metode Shrinkage Stoping (Hartman, 1982).

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-8


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

6.3.3. Pembahasan
Untuk endapan bijih kecil/sempit dan batuan keras, dapat dipakai cara-cara
penambangan open lombong lain sebagai alternatif selain shrinkage stoping.
Metode penambangan shrinkage stoping lebih baik diterapkan pada bijih
berbentuk vein dengan kemiringan yang besar dimana bagian-bagian yang
miskin (barren or low grade) tidak terlalu banyak, sehingga gaya gravitasi dapat
dimanfaatkan.
Untuk endapan bijih yang tebal dan lebar, alternatifnya adalah: sublevel
stoping, block caving atau caving method yang lain. Metode penambangan
shrinkage stoping lebih disukai untuk menambang endapan-endapan bijih yang
menghendaki penambangan yang bersih (mining recovery besar), endapan
bijihnya keras, tetapi mudah pecah oleh peledakan serta tidak menghendaki
surface subsidence.
Shrinkage stoping dapat segera berproduksi, walaupun pada tahap pertama
produksi tidak dapat terlalu besar karena sebagian besar broken ore masih
ditinggalkan di dalam lombong. Kondisi ini mengartikan bahwa sebagian besar
modal ”mati” dalam bentuk broken ore yang masih tertinggal dalam lombong.
Untuk perusahaan-perusahaan pertambangan yang kecil, hal ini merupakan
sesuatu yang kurang disukai.

Broken ore yang ditinggalkan dalam lombong dapat berfungsi sebagai:


1. Tempat berpijak yang stabil bagi pembor yang dapat menampung banyak
pembor sehingga dapat mempercepat penambangan.
2. Sebagai penyangga country rock. Hal ini tidak semata-mata dimaksudkan
sebagai penyangga dinding lombong, sebab bila dinding tersebut mudah
pecah atau runtuh maka akan terjadi dilution.

Meninggalkan broken ore dalam lombong tidak boleh terlalu lama karena akan
mengakibatkan terjadinya oksidasi (terutama mineral-mineral sulfida) yang
dapat menyebabkan bijih ini mengeras kembali dan akhirnya akan mengganggu
proses metalurgi.
Bila endapan biijih tidak pecah menjadi butir-butir yang lebih kecil sesudah
peledakan, maka dibutuhkan secondary blasting yang terkadang sulit dilakukan.

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-9


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Kalau boulders (batuan yang tidak pecah akibat peledakan) tersebut berada di
atas tumpukan batu hasil peledakan, maka hal itu akan mempermudah
secondary blasting. Tetapi bila telah tertimbun tumpukan batuan, boulders
tersebut nantinya akan dijumpai pada mulut ore chute. Oleh karena itu, pada
bagian atas ore chute perlu diberi grizzly agar dapat menahan boulders
sehingga dapat diakukan secondary blasting.
Sesudah penambangan pada lombong selesai, maka lombong itu dapat
dibiarkan kosong. Tetapi kalau endapan bijih itu tebal/lebar maka untuk
mencegah surface subsidence atau pengambilan pillars di sekitar tiap levels,
maka pengisian lombong dengan material lain perlu dilakukan. Disini mungkin
diperlukan perataan filling material agar dapat mengisi seluruh ruangan.
Cara penambangan ini tidak memungkinkan adanya sorting atau selective
mining. Bila terdapat irregularrities bijih, maka barren atau low grade akan ikut
terambil.
Cara penambangan ini membutuhkan ongkos penggalian antara $ 1,00/ton
untuk endapan bijih yang tebal dan mudah ditambang sampai $4,00/ton untuk
endapan bijih yang kecil sempit dan sifat-sifat fisiknya menyebabkan
penambangannya agak sulit.

6.3.4. Segi Positif Shrinkage Stoping


1. Memungkinkan untuk dilakukannya clean mining, sehingga mining recovery-
nya tinggi.
2. Tidak membutuhkan alat-alat tambahan untuk pemuatan karena broken ore
dapat keluar melalui ore chute oleh gravitasi, atau investasi tidak mahal.
3. Produksi dapat cepat terlaksana, walaupun pada tahap pertama tidak besar
karena sebagian besar bijih masih tertimbun di dalam lombong, recovery
baik (+75%).
4. Tidak terjadi surface subsidence, telebih bila bekas-bekas lombong
kemudian diisi dengan filling material.
5. Dapat dipakai untuk menambang endapan-endapan yang keras. Tetapi
yang paling disukai adalah apabila endapan keras tersebut sesudah
peledakan mudah pecah menjadi bongkah-bongkah yang kecil (mengurangi
jumlah bahan peledak yang dipakai).

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-10


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

6.3.5. Segi Negatif Shrinkage Stoping


1. Sebagian besar endapan masih akan tertinggal di dalam lombong. Bagi
perusahaan yang bermodal kecil hal ini sangat menyulitkan. Produktivitas
rendah sampai menengah (5-10 ton/man shift).
2. Bila country rock mudah runtuh karena getaran-getaran peledakan (ground
vibration), maka pada dinding lombong akan timbul ratakan-retakan kecil
(spalling) yang akan menyebabkan dilution.
3. Bila endapan yang sudah terpecahkan (broken ore) terlalu lama berada
dalam lombong, dimana endapan tersebut mengandung mineral-mineral
sulfida (terutama copper-sulfides) seperti: chalcosite : Cu2S, bormite :
Cu5FeS4, chalcopyrite : CuFeS2, dan lain lain) yang mudah teroksidasi oleh
udara, maka broken ore itu dapat menjadi kompak kembali.
4. Pengaruh proses kimia tersebut juga dapat menyulitkan proses metalurgi.
Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya lombong tidak dibuat terlalu
panjang sehingga broken ore dapat segera dikeluarkan.
5. Labour intensive.
6. Biaya cukup tinggi.

6.4. SUBLEVEL STOPING


Metode sublevel stoping disebut juga Vertical Crater Retreat (VCR) adalah cara
pelombongan vertikal ke atas menggunakan peledakan.
Penambangan sublevel stoping dilakukan dengan membuat sublevel di antara
dua level yang berurutan. Pada umumnya, jarak antara level: 30-70 m ; jarak
antara sublevel : 8-15 m. Penambangan dapat dilakukan dengan overhand atau
underhand, tetapi yang paling sering diterapkan adalah overhand stoping.

6.4.1. Syarat Penerapan


Sublevel stoping cocok diterapkan untuk endapan yang memiliki karakterisitik
sebagai berikut:
1. Kekuatan batuan: kuat, kompak, dan tak mudah runtuh/dilution
2. Kekuatan bijih: cukup kuat – kuat dan kurang kompetent
3. Bentuk endapan: tabular dengan batas dan kemiringan teratur
4. Kemiringan endapan: > 30o dan angle of repose > 60o

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-11


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

5. Ukuran endapan: 1 – 20 m, bila lunak < 3 m


6. Kadar bijih: merata, tidak mungkin selective mining dengan kadar yang
cukup tinggi.
7. Kedalaman: 1200 – 1400 m

6.4.2. Metode Penambangan


Bijih mulai diproduksi bila kemajuan development telah sampai pada aktivitas
dalam lombong. Fragmentasi bijih (broken ore) dalam ore diperoleh melalui ring
drill dan peledakan. Kemudian broken ore masuk ke dalam drawpoint. Muka
dan dinding samping lombong ditinggalkan tanpa diberi penyanggaan.
Pembuatan stoping dengan peledakan menggunakan lubang tembak panjang
antara 20–30 m yang dibuat dari sublevel. Sistem pemboran peledakan
umumnya terdiri dari 2 metode umum yaitu: pemboran melingkar dengan
diameter 50-75 mm dan pemboran paralel dengan diameter besar 200 mm.
Open lombong diterapkan pada badan bijih masif dengan kemiringan yang
curam. Untuk badan bijih miring, akan dihasilkan dinding lombong yang miring
pula. Kemiringan lombong pada foot wall harus melebihi angle of repose dari
broken ore. Hal ini dilakukan agar diperoleh aliran bebas dari broken ore ke
dalam daerah ekstraksi.
Karena open stope ditinggalkan tanpa ada penyanggan, kekuatan badan bijih
dan batuan samping harus sesuai agar dapat menghasilkan dinding, muka, dan
atap lombong yang stabil selama penggalian. Distribusi mineral berharga dalam
bijih harus teratur karena tidak mungkin dilakukan selective mining. Pemboran
lubang tembak yang tidak tepat pada dinding lombong akan memperbesar
kemungkinan terjadinya dilution. Dilution akibat hal ini akan lebih rentan terjadi
pada badan bijih yang sempit. Lebar minimum badan bijih untuk open lombong
+ 6 m.

6.4.3. Pembahasan
Metode penambangan dengan sublevel stoping ini dapat dilakukan secara
overhand atau underhand. Untuk memudahkan pengangkutan yaitu dapat
memanfaatkan gaya berat, umumnya dipakai cara overhand.
Sublevel stoping diterapkan untuk vein yang tipis maupun tebal (+20 m). Untuk

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-12


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

vein yang tipis, metoda ini dapat dipakai untuk menggantikan metoda yang lain
misalnya shrinkage stoping. Tetapi bila vein tebal, maka penambangan harus
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan membagi vein dalam blok-blok,
dimana penambangan dilakukan secara bersama-sama.

Gambar 6.5. Sublevel Stoping.

Bila batuan samping mengandung banyak retakan yang dikhawatirkan akan


mudah runtuh atau terjadi falling, maka dapat dilakukan penyanggaan setempat
menggunakan roof bolt, split set, swellex atau cable bolt.
Metode penambangan ini termasuk metode penambangan yang ongkosnya
rendah, yaitu ±$7,00-10,00/ton bijih, tidak termasuk ongkos persiapan
penambangan (development work).

6.4.4. Segi Positif Sublevel Stoping


1. Termasuk cara penambangan yang murah.
2. Efisiensi penambangan tinggi, karena dapat melakukan penambangan
simultan

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-13


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

3. Kondisi kerja lebih baik karena sistem ventilasi dapat lebih mudah diatur.
Bila terjadi kebakaran mudah mengatasinya karena banyak lubang-lubang
bukaan.
4. Penyangga yang diperlukan hanya sedikit.

6.4.5. Segi Negatif Sublevel Stoping


1. Pekerjaan development banyak dan membutuhkan waktu lama.
2. Sulit melaksanakan selective mining.
3. Bila bijih berkekar penambangan harus hati-hati untuk menghindari dilution.
4. Konsumsi udara ventilasi besar.

6.5. ROOM AND PILLAR


Metode room and pillar dan stope and pillar menggunakan lubang bukaan
mendatar, perbandingan lebar lubang bukaan terhadap pilar kecil,
penyanggaan pada semua lubang bukaan ringan sampai moderat.
Metode ini idealnya diterapkan untuk endapan mendatar misalnya batubara,
beberapa jenis endapan nonlogam (boraks, flourspar, batugamping, garam,
dsb) dan sedikit endapan logam (besi, timbal, dsb).
Pada akhir penambangan, terkadang dilakukan ekstraksi pilar, yaitu mengambil
endapan yang semula sebagai pilar, dengan maksud untuk meningkatkan
perolehan tambang (recovery).

6.5.1. Syarat Penerapan


Metode room and pillar cocok diterapkan untuk endapan yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1. Kekuatan cadangan yang ditambang: lemah sampai moderat.
2. Kekuatan batuan sekitar: moderat sampai kuat.
3. Bentuk cadangan: rata (tabular).
4. Kemiringan cadangan: 0 - 15 derajat.
5. Ukuran endapan: penyebaran luas, tebal 1 - 4,50 m.
6. Kadar cadangan: moderat.
7. Kedalaman: dangkal sampai moderat (untuk batubara kurang dari 600
m).

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-14


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

6.5.2. Metode Penambangan


Pada metode ini, pengambilan endapan dilakukan dengan meninggalkan pilar-
pilar dengan letak dan ukuran yang beraturan. Fungsi pilar di sini ialah untuk
menjamin agar rongga penambangan tidak runtuh. Sebagai alat gali dapat
digunakan mulai dari sistem nonmekanis (gancu, sekop) sampai dengan sistem
mekanis penuh (continuous miner, road header). Untuk sistem mekanis penuh
dibedakan menjadi dua sistem yaitu (lihat Gambar 6.6 dan 6.7):
1. Sistem mekanis konvensional: alat gali muat dan angkut bergerak dari
satu tempat ke tempat lain, seperti: coal cutting machine, loading
machine dan shuttle car.
2. Sistem mekanis kontinyu: alat gali muat dan angkut tidak bergerak,
seperti: continuous miner dan conveyor belt.

6.5.3. Pembahasan
Ukuran pilar (atau rasio antara lebar pilar dengan lebar penggalian) harus
diperhitungkan secara cermat. Lebar pilar ditentukan berdasarkan beban atap
atau berat overburden di atas penggalian, lebar penggalian dan kekuatan
batuan di sekitar penggalian. Sebagai contoh, jika ditentukan rasio lebar pilar
dengan lebar penggalian 3:1, maka jika lebar pilar 18 m berarti lebar penggalian
maksimum 6 m.

6.5.4. Segi Positif Room and pillar


Beberapa keuntungan dari penerapan metode room and pillar yaitu :
1. Produktivitas cukup tinggi: 14 ton clean coal atau 30-80 raw coal/man-
shift.
2. Biaya penambangan: moderat (relative cost: 30 %)
3. Recovery: cukup sampai baik (dengan ekstraksi pilar: 70-90 %)
4. Dilusi rendah sampai tinggi (0 - 40%).
5. Cocok untuk mekanisasi penuh.
6. Operasinya terpusat.
7. Cocok untuk berbagai variasi kondisi batuan atap.
8. Ventilasi bagus karena banyak lubang bukaan.

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-15


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

6.5.5. Segi Negatif Room and Pillar


Adapun kerugiannya adalah:
1. Ekstraksi pillar dapat mengakibatkan runtuhan dan penurunan
permukaan.
2. Tata-letaknya tidak fleksibel.
3. Jika tanpa ekstraksi pillar, recovery rendah (40 - 60%).
4. Makin jauh dari permukaan, beban penyangga (pilar) semakin besar.
5. Mekanisasi memerlukan investasi modal yang besar.
6. Diperlukan persiapan yang lama karena banyak lubang bukaan yang
harus dibuat sebelum dapat berproduksi.
7. Berpotensi terhadap timbulnya bahaya kesehatan dan kecelakaan
bawah tanah terutama pada tambang batubara.

Gambar 6.6. Metode room and pillar. (kiri: mekanis konvensional, kanan:
mekanis kontinyu (Hartman, 1987)).

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-16


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 6.7. Room and pillar method pada tambang metal.

6.6. STOPE AND PILLAR


Istilah lain dari metode ini yaitu open stoping, breast stoping, pillar stoping, dan
bord and pillar mining. Metode ini secara garis besar sama dengan room and
pillar tetapi ada perbedaan yang unik. Stope and pillar paling banyak dipakai
untuk semua jenis batuan keras (bijih tembaga, besi, timbal, batugamping dan
marmer, uranium, seng, dsb). Lubang bukaan dibuat mendatar tanpa
penyangga buatan di dalam endapan mineral dengan pola yang teratur atau
sembarang dan membentuk pillar sebagai penyangga (lihat Gambar 6.8).

6.6.1. Syarat Penerapan


Persyaratan penggunaan metode stope and pillar:
1. Kekuatan bijih: moderat sampai kuat.
2. Kekuatan batuan: moderat sampai kuat.
3. Bentuk endapan: tabular, lensa.
4. Kemiringan endapan: datar atau kurang dari 300
5. Ukuran endapan: penyebaran cukup luas dengan tebal moderat
6. Kadar bijih: rendah sampai moderat.
7. Keseragaman bijih: bervariasi, waste atau yang berkadar rendah ditinggal

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-17


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

sebagai pillar.
8. Kedalaman: dangkal sampai moderat (pada batuan kompeten < 900 m,
pada batuan sangat kuat bisa sampai 1000 m).

6.6.2. Metode Penambangan


Penambangan metode stope and pillar menggunakan siklus dasar produksi
yang umum digunakan, yaitu: pemboran, peledakan, pemuatan, dan
pengangkutan dengan meninggalkan pillar sebagai penyangganya. Karena
metode ini digunakan untuk tambang bawah tanah noncoal yang batuan
sampingnya relatif keras, maka metode ini tidak menggunakan continuous
miner. Aplikasi Tunnel Boring Machine (TBM) dan continuous miner bisa saja
digunakan untuk development dan penambangan, dengan syarat material yang
digali adalah material lemah.

6.6.3. Pembahasan
Yang membedakan metode ini dengan metode room and pillar, selain jenis
bahan galian yang ditambang, adalah lokasi pilar dan benching systems. Pada
metode ini, bentuk dan ukuran pilar tidak beraturan. Selain itu, pilar ditempatkan
pada daerah yang berkadar rendah, bahkan tidak jarang batuan samping
berfungsi sebagai pilar. Pada lapisan bijih yang tebal (>6 m), maka benching
system akan digunakan (lihat Gambar 6.9).

6.6.4. Segi Positif Stope and pillar


Keuntungan dari metode ini adalah:
1. Produktivitas: moderat sampai tinggi (untuk nonbatubara 30-50 ton/man-
shift, maksimum 50-70 ton/man shift).
2. Biaya penambangan: moderat (relative cost: 30 %).
3. Tingkat produksi: moderat sampai tinggi.
4. Fleksibilitas tinggi: metode mudah dimodifikasi
5. Cocok untuk mekanisasi dengan peralatan besar
6. Tempat penggalian dapat lebih dari satu
7. Recovery tanpa ekstraksi pilar: sedang sampai baik (60-80%), dilusi
rendah (10-20%).

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-18


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

6.6.5. Segi Negatif Stope and Pillar


Sedangkan kerugiannya adalah :
1. Diperlukan ground control yang kontinyu di belakang penggalian jika
batuan dan bijih tidak kompeten karena tegangan di lubang bukaan makin
dalam makin besar.
2. Untuk mekanisasinya, diperlukan investasi yang mahal.
3. Beberapa endapan bijih tertinggal sebagai pillar.
4. Ventilasi kurang baik karena kecepatan aliran udara rendah.

Gambar 6.8. Metode Stope and pillar.

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-19


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 6.9. Benching system pada metode stope and pillar.

METODE PENAMBANGAN SWASANGGA VI-20


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

BAB VII
METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA
(SUPPORTED STOPE METHODS)

Metode penambangan yang diterapkan untuk endapan-endapan yang batuan


samping dan bijihnya lunak memerlukan suatu sistem penyanggaan yang
sistematis. Penyangga yang dimaksud disini bukanlah penyangga alamiah
melainkan penyangga buatan.
Secara umum, penyangga yang digunakan di suatu tambang bawah tanah
dapat dibagi atas:
1. Penyangga alamiah (natural support):
a. bijih sendiri
b. bijih berkadar rendah (low grade ore)
c. waste atau barren rock
2. Penyangga buatan/tiruan (artificial support):
a. kayu (timber)
b. beton (concrete)
c. dinding/tembok (masonry)
d. material pengisi yang bisa berupa pasir, tanah, tailing, waste
e. roof bolting terutama untuk batuan samping
f. rock bolting yang berlapis-lapis
g. cable bolt
h. split set, swellex
i. baja (steel)
j. anyaman kawat (wire mesh)
k. jangkar pra tegang (pre-stress anchor)
l. suntikan kimia (chemical grouting)
m. cement grouting
n. resin grouting

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-1


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Yang termasuk kedalam metode ini adalah:


1. Cut and fill stoping
2. Stull stoping
3. Square set stoping
4. Shrink fill stoping

7.1. CUT AND FILL STOPING


Metode ini menggunakan sistem penyanggaan dengan material pengisi (filling
material) dan juga penyanggaan secara sistematis dengan salah satu material
penyangga buatan tersebut diatas. Keduanya membutuhkan biaya yang tinggi,
oleh sebab itu cara penambangan ini menjadi mahal, dan hanya endapan-
endapan bijih yang bernilai tinggi saja yang dapat ditambang dengan cara ini.
Bijih ditambang dalam arah horizontal untuk tiap bloknya/per slice, dimulai dari
bagian bawah stope dan bergerak ke atas. Bijih yang sudah digali/diledakkan
lalu dimuat dan ditransportasikan keluar stope. Ketika satu blok/slice sudah
ditambang habis, volume blok yang kosong kemudian diisi oleh waste material
(lihat Gambar 7.1 dan 7.2).
Fungsi material pengisi adalah:
1. Tempat berpijak pekerja dalam melakukan pemboran dan persiapan
peledakan untuk melanjutkan penambangan blok/slice di atasnya.
2. Untuk menyangga batuan samping (country rock) di tempat-tempat yang
bijihnya sudah diambil.
3. Untuk menghindari terjadinya amblesan (surface subsidence).

7.1.1. Syarat Penerapan


Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: kuat dan keras, tetapi di bagian tengah-tengah ada yang
kurang kompak, kadang-kadang perlu temporary support.
2. Kekuatan batuan samping: agak lemah atau kurang kompak.
3. Bentuk endapan: bijih tabular, atau cebakan (endapan) dengan batas
kurang teratur atau banyak batuan “kosong” (barren rock) di antara
endapan bijihnya .

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-2


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

4. Kemiringan endapan: 35o – 90o ; untuk yang berbentuk vein.


5. Ukuran endapan: 4 – 40 m, tetapi yang umum adalah 10 - 12 m.
6. Kadar bijih: tinggi dan mining recovery harus diusahakan tinggi
7. Kedalaman: dangkal atau dalam.

7.1.2. Metode Penambangan


Kemajuan penambangan pada sebagian besar metode cut and fill stoping
dilakukan naik sepanjang badan bijih miring (overhand stoping). Kemajuan
penambangan dilakukan dalam suatu siklus yang meliputi tahapan aktivitas
sebagai berikut :
1. Pemboran dan peledakan, untuk batuan berlapis dengan ketebalan 3 m
dilakukan pemboran pada atap stope.
2. Scalling dan penyanggaan, meliputi pelepasan loose material dari atap dan
dinding stope serta penempatan penyangga.
3. Pemuatan dan pengangkutan bijih, dimana bijih secara mekanis
dipindahkan dari dalam stope ke ore pass, kemudian jatuh ke jalan
pengangkutan oleh gravitasi.
4. Pengisian kembali (backfill). Stope yang telah kosong diisi kembali dengan
material filling.
Aspek penting pada cut and fill stoping adalah penambang bekerja secara
kontinyu dalam stope, dimana seluruh aktivitas produksi dilakukan tepat pada
bagian bawah atap stope. Untuk keberhasilan metode penambangan ini,
diperlukan pemahaman perilaku batuan dengan baik, sehingga pengendalian
pada setiap tahap pekerjaan dapat dilakukan, misalnya dengan melakukan
controlled blasting, mengaplikasikan penyangga bervariasi dengan teknik-teknik
perkuatan batuan, serta pemantuan lubang bukaan stope.
Untuk badan bijih yang berbentuk cebakan besar, badan bijih dibagi manjadi
blok-blok stope yang dipisahkan oleh pillar vertikal. Penggunaan backfill pada
cut and fill stoping adalah untuk batuan samping yang berkekuatan rendah,
tetapi badan bijihnya mempunyai kekuatan yang lebih baik.
Kadar mineral barharga dalam bijih harus tinggi agar bisa mengakomodasi
dillution yang dapat terjadi ketika proses backfill. Di pihak lain, metode ini
memberikan fleksibilitas dan selektivitas dalam penambangan. Kondisi ini

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-3


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

mengijinkan kontrol kadar yang baik, karena barren dibiarkan tidak ditambang
atau dihancurkan walaupun tidak dikeluarkan dari stope. Kondisi ini juga
memungkinkan penambangan badan bijih yang tidak teratur dengan melakukan
selective mining.
Keuntungan lingkungan yang diperoleh dari cut and fill stoping adalah dengan
digunakannya backfill. Dari sisi lingkungan internal penambangan,
pemeliharaan kondisi massa batuan memberikan pengertian bahwa
permeabilitas dan hidrogeologi tidak mempengaruhi penambangan.
Keuntungan metode ini terhadap lingkungan eksternal penambangan adalah
jarang terjadi surface subsidence.
Tailing mill sangat cocok sebagai material backfilingl apabila material tersebut
dapat diangkut secara hidraulik ke stope. Hal ini untuk mengeliminasi
kebutuhan material tambahan dalam pengembangan tambang terutama dalam
melakukan backfilling.

Gambar 7.1. Tata letak penambangan cut and fill.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-4


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 7.2. Layout metode cut and fill.

Jumlah pekerjaan development pada cut and fill relatif sedikit bila dibandingkan
dengan metode open stope. Hal ini disebabkan bijih yang ditambang juga
merupakan medan kerja dan beberapa pembukaan jalan masuk dikembangkan
sebagai kemajuan stope. Di sisi lain, pengembangan praproduksi stope dapat
dibandingkan dengan pengembangan yang dibutuhkan untuk membuka stope.
Cut and fill stoping hanya dapat dimulai setelah pembuatan jalan transportasi,
ore passes, drift dan cross-cut, jalan masuk naik atau miring dan lubang bukaan
naik untuk ventilasi selesai.

7.1.3. Pembahasan
Metode ini termasuk agak luwes, artinya jika sifat fisik batuan berubah, maka
cara penambangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, cut and fill
bisa diganti dengan square setting atau bila endapan semakin ke atas semakin
rendah kadarnya dan memakai cut and fill terlalu mahal, maka bisa memakai
caving methods dengan syarat tidak ada permasalahan amblesan (surface
subsidence).

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-5


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Apabila kestabilan bukaan mantap, pillar tidak ditinggalkan, sebab akan


mengganggu penurunan bijih hasil peledakan (broken ore) ke corongan (chute).
Sebaliknya, apabila kestabilan bukaan tidak mantap, beberapa pillar
ditinggalkan sebagai penyanggaa dan untuk menghindari pengotoran (dillution)
terhadap bijih, atau dengan cara meledakkan waste secara terpisah dan
dibuang dan diusahakan tidak bercampur dengan bijih. Cara ini disebut clean
mining.
Beberapa gagasan untuk memperbaiki cara penambangan antara lain:
1. Mengisi lombong dengan material pengisi yang basah supaya menyebar
ke segala arah dan bisa lebih padat.
2. Mengadakan sorting baik di dalam maupun di permukaan bumi. Di dalam
stope ruangan sempit, yang bisa dilakukan hanya hand sorting (manual).
Lambat dan kurang sempurna, tetapi jumlah material yang diangkut
melalui shaft menjadi sedikit.
3. Untuk memisahkan filling material dengan broken ore dipakai papan
bekas, lembaran plastik yang tebal, semen tipis, alang-alang atau
anyaman daun kelapa.

7.1.4. Segi Positif Cut and Fill


1. Termasuk metode yang luwes, karena metode ini bisa menambang
endapan-endapan yang tidak teratur bentuknya, pengubahan ke metode
penambangan yang lain tidak begitu sulit, memungkinkan dilakukannya
selective mining, walaupun terbatas.
2. Akibat dari sifat metode ini, maka dapat diusahakan mining recovery yang
tinggi, yaitu mendekati 100%.
3. Dari front atau lombong dapat sekaligus dilakukan prospecting dan
eksplorasi.
4. Batuan samping (country rock dan barren rock) yang secara tidak sengaja
pecah dapat dipakai sebagai filling material, sehingga tidak perlu diangkut
ke luar tambang.
5. Karena memakai material pengisi, maka: pemakaian penyangga kayu
(timber) bisa dikurangi, surface subsidence dapat dicegah, kemungkinan
kebakaran juga berkurang, dan pembusukan juga berkurang.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-6


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

6. Ventilasi bisa dihemat atau dikurangi, karena bagian-bagian yang kosong


bisa ditutup dengan material pengisi, sehingga tak ada tempat penyimpanan
gas-gas beracun.
7. Penambangan bisa dilakukan di beberapa lombong sekaligus, sehingga
produksi bisa diatur besar kecilnya.

7.1.5. Segi Negatif Cut & Fill


1. Selain harus menambang bijihnya, metode ini juga harus memperhatikan
material pengisi sehingga diperlukan lebih banyak karyawan, terutama jika
material pengisi harus diambil dari jauh.
2. Untuk bentuk endapan bijih yang tak teratur, maka batuan samping harus
ikut digali.
3. Setiap kali akan dilakukan peledakan, maka harus mempersiapkan alat
untuk memisahkan material pengisinya dari bijih (broken ore), berarti
terdapat ongkos tambahan untuk papan, tikar, dan lain-lain.
4. Ongkos penambangannya mahal, jadi hanya endapan-endapan bijih dengan
nilai yang tinggi bisa ditambang dengan metode ini.

Penerapan cut and fill untuk endapan yang tipis, tetapi berkadar tinggi disebut
resuing. Endapan bijih yang tipis perlu penambangan yang lebar untuk
mendapat ruang kerja yang leluasa dan nyaman. Konsekuensinya, country rock
harus diambil terlebih dahulu. Batuan samping diambil sebagian sebagai filling
material dan sisanya dibuang melalui ore pass.
Badan bijih yang tersingkap dibor dan diledakkan ke arah atap. Resuing ini
cocok untuk endapan bijih yang mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: kuat dan keras, tetapi di bagian tengah-tengah ada yang
kurang kompak, kadang-kadang perlu temporary support.
2. Kekuatan batuan samping: agak lemah atau kurang kompak.
3. Bentuk endapan: mempunyai bidang batas yang jelas antara endapan bijih
dan batuan samping.
4. Kemiringan endapan: > 700.
5. Ukuran endapan: sangat tipis yaitu < 1 m; dapat berbentuk ore shoot atau
berbentuk cabang dari suatu vein.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-7


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

6. Kadar bijih: tinggi, sehingga walaupun penambangan bijih hanya sedikit


tetapi masih bisa menutupi penambangan.
7. Kedalaman: dangkal atau dalam.

7.2. STULL STOPING


Stull stoping merupakan metode penambangan yang menggunakan penyangga
kayu (timber) dan penyangga tersebut dipasang langsung dari hanging wall ke
foot wall (lihat Gambar 7.3 dan 7.4). Penyangga ini disebut stull. Penyangga ini
selain bisa dipasang dengan jarak yang beraturan (sistematis), tetapi juga bisa
hanya dipasang pada tempat-tempat tertentu bila keadaan batuannya
memungkinkan.

7.2.1. Syarat Penerapan


Metode penambangan ini cocok untuk endapan bijih yang memiliki karakteristik
seperti berikut:
1. Kekuatan bijih: agak kuat, sehingga tak perlu disangga secara langsung
selama penambangan berlangsung.
2. Kekuatan batuan samping: mudah pecah menjadi bongkah-bongkah (slabs),
sehingga perlu penyanggaan.
3. Bentuk endapan vein dan kemiringan endapan tidak terlalu berpengaruh.
4. Ukuran endapan: antara 1-3 m, yaitu ketebalan yang masih bisa dicapai
oleh penyangga kayu tanpa sambungan (timber).
5. Kadar bijih: nilai yang tinggi, karena ongkos penambangannya juga tinggi,
sehingga perolehan penambangan (mining recovery) harus tinggi.
6. Kedalaman: moderat (<1,1km).

7.2.2. Metode Penambangan


Kegiatan penambangan dimulai dengan aktivitas development dengan urutan
seperti pada penambangan overhand stoping namun lebih sederhana. Setelah
semua level dibuat, kegiatan dilanjutkan dengan pembuatan raise antarlevel.
Ore pass dibuat mengikuti kemajuan stope. Drawpoint dan drawbell tidak
diperlukan karena biasanya ujung bawah ore pass digunakan chute.
Berbeda dengan cut and fill, stull stoping jarang mengambil manfaat dari sistem

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-8


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

mekanisasi. Stope yang sempit tidak dapat mengakomodasi mobile equipment.


Oleh karena itu, siklus operasi penambangan mengikuti siklus penambangan
manual, yaitu pemboran, charging+blasting, pemuatan, dan pengangkutan.
Salah satu hal yang sangat penting pada metode ini yaitu pemasangan stull
yang harus dilakukan/diletakkan sedemikian rupa di dekat back setelah
peledakan produksi dilakukan. Selain itu, pemasangan plat form di lantai
supaya pekerja dapat melakukan pemboran dengan nyaman.

7.2.3. Pembahasan
Cara penambangan ini sangat unik karena:
ƒ Penerapannya dibatasi oleh panjang stull (timber), artinya urat bijih (vein)
yang dapat dikerjakan sama dengan panjang kayu yang ada.
ƒ Adanya persoalan lubang-lubang bekas lombong, dapat dibuat modifikasi
lain.
ƒ Jika tidak ingin terjadi amblesan (surface subsidence), maka stope yang
sudah ditambang harus diisi dengan material pengisi (filling material).
Perubahan ini menjadi cut and fill.
ƒ Kalau penurunan permukaan bumi diperbolehkan terjadi, maka lubang-
lubang bekas lombong boleh dibiarkan kosong dan runtuh secara alamiah.

Gambar 7.3. Bentuk penyanggan pada penambagan stull stoping.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-9


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 7.4. Contoh penyanggaan stull set yang ideal.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-10


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

7.2.4. Segi Positif Stull Stoping


1. Cara penambangannya termasuk sederhana, penyanggaannya tidak sulit,
sehingga tidak diperlukan banyak karyawan yang terlatih.
2. Cukup luwes, dalam artian dapat menambang bentuk-bentuk yang tidak
teratur (irregular) dan batas antara bijih dengan batuan samping yang
kurang jelas (sukar diikuti).
3. Mudah diubah ke metode penambangan yang lain, misalnya: square set
stoping, cut and fill atau metode ambrukan.
4. Bisa meninggalkan pillar yang terbuat dari barren rock, dengan syarat pillar
tersebut tidak terlalu besar.
5. Karena luwes dan dapat melakukan selective mining, maka perolehan
tambangnya tinggi.
6. Lebih aman jika dibandingkan dengan square set stoping atau cut and fill,
karena ukuran endapan bijihnya tipis.

7.2.5. Segi Negatif Stull Stoping


1. Karena memakai penyangga kayu, metode ini bisa menyebabkan terjadinya
pembusukan serta bahaya kebakaran. Hal ini menyebabkan ongkos
ventilasi akan lebih tinggi dan juga diperlukan ongkos pengawetan kayu
penyangga.
2. Dapat menyebabkan amblesan jika tidak diikuti dengan pengisian terhadap
bekas-bekas lombong.
3. Pada umumnya sukar untuk menghindari terjadinya pengotoran (dilution)
terutama kalau batuan sampingnya mudah slabbing.*)

*) Slabbing : sifat country rock yang mudah terkelupas.


Spalling : mudah terkelupasnya country rock karena suhu yang
tinggi.
Ground vibration : getaran akibat peledakan.

Contoh-contoh dari metode stull stoping adalah :


1. Flat Back Stull Stoping (lihat Gambar 7.5).
2. Rill Stull Stoping (lihat Gambar 7.6).

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-11


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 7.5. Flat back stull stoping.

Gambar 7.6. Rill Stull stoping.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-12


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

7.3. SQUARE SET STOPING


Square set stoping merupakan sistem penambangan dengan penyanggaan
sistematis yang saling tegak lurus ke segala arah (3 dimensi). Penyanggaan ini
dapat berbentuk kerangka-kerangka kubus atau empat persegi panjang (lihat
Gambar 7.7).
Di samping itu metode penambangan ini kadang-kadang dapat juga untuk
melengkapi metode penambangan yang lainnya, misalnya untuk :
1. Pillar robbing, yaitu pengambilan pillar dari daerah yang telah ditinggalkan,
terutama bila pillar ini berupa endapan bijih yang berkadar tinggi.
2. Pembuatan undercut pada cara penambangan block caving.
3. Membuat underground station, ore storage atau ore bin.
4. Menggali bagian-bagian endapan yang sukar dicapai dengan metode
penambangan sistematis lain, misalnya ore shoot.

7.3.1. Syarat Penerapan


Metode ini cocok untuk endapan-endapan yang mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: lemah serta mudah runtuh. Bijih-bijih primer yang keras
dapat berubah menjadi mudah runtuh disebabkan oleh :
ƒ Adanya soft material intercalation, yaitu penyisipan batuan lunak pada
endapan bijih itu sendiri.
ƒ Adanya pelapukan terhadap mineral-mineral sulfida yang biasanya
dalam bentuk pocket atau lensa-lensa, akibatnya akan memberi
pengaruh lebih lunak dari batuan sekitarnya.
ƒ Adanya struktur geologi yang memperlemah endapan bijih, misal adanya
joint, fault, fold, cracks, dan lain-lain .
2. Kekuatan batuan samping: lemah serta mudah runtuh.
3. Bentuk endapan: tak perlu memiliki batas-batas yang baik atau jelas dilihat,
misalnya mempunyai ore shoot, pocket, dan lain-lain.
4. Kemiringan endapan: berbentuk urat bijih, mempunyai kemiringan > 450.
5. Ukuran endapan: minimum 3,5 m.
6. Kadar bijih: sangat tinggi, sehingga diperlukan perolehan tambang (mining
recovery) yang tinggi untuk dapat menutupi ongkos-ongkos produksi yang

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-13


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

sangat mahal.
7. Kedalaman: dalam(<2.6 km).

Gambar 7.7. Square set stoping pada endapan masif.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-14


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

7.3.2. Metode Penambangan


Pada metode ini, blok bijih berukuran kecil diekstrak secara sistematis dan
disangga menggunakan susunan kayu prismatis, ditopang oleh struktur
penyangga yang saling berhubungan dan diisi oleh material pengisi lapisan
demi lapisan (lantai demi lantai). Sehingga, metode ini dapat menambang
overhand atau underhand pada berbagai jenis badan bijih.

7.3.3. Pembahasan
Umumnya cara ini cocok untuk endapan dengan batuan yang lunak, oleh
karena itu cara penambangan ini sulit untuk diubah ke cara penambangan yang
lain. Akan tetapi, apabila diharuskan, misalnya karena keadaan batuan agak
keras dan surface subsidence tidak boleh terjadi, maka dapat diubah ke cara
cut and fill atau stull stoping bila urat bijihnya tipis. Tetapi kalau surface
subsidence boleh terjadi, maka dapat dipakai cara top slicing.
Metode penambangan ini dapat dipakai sebagai pelengkap atau pembantu cara
penambangan lain bila bentuk bijihnya tidak baik, misalnya ditemukan ore
shoot, atau untuk menyangga undercut pada blockcaving. Metode ini dapat
menambang segala macam bentuk endapan.
Selain itu square set stoping juga sering dipergunakan untuk mengambil pillar
yang terletak di antara lombong-lombong yang sudah diisi dengan filling
material.
Modifikasi metode yang pernah diterapkan untuk memperbaiki cara
penambangan ini antara lain :
1. Pemasukan material pengisi dengan cara delayed filling atau simulation
filling. Untuk membantu penyanggaannya, material pengisi dapat diambil
dari penggalian di bawah tanah sendiri. Misalnya: pillar robbing dari barren
rock, hasil underground dan country rock yang terambil pada saat
penambangan, tailing, baik yang kering maupun yang basah dan
penggalian-penggalian khusus di permukaan tanah.
2. Memakai sistem penggalian yang menyerupai piramid atau rill stoping
untuk memanfaatkan bantuan gaya berat. Sehingga pemakaian alat-alat
mekanis, seperti scraper, shovel loader, dan lain-lain bisa dikurangi.
3. Memakai ukuran-ukuran kayu penyangga standar agar cara

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-15


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

pemasangannya dapat lebih mudah dan cepat.


4. Mengadakan urut-urutan pekerjaan yang baik agar pekerjaan-pekerjaan
pemboran, peledakan, penyanggaan, dan lain-lain tidak saling
mengganggu.
5. Dengan pengetahuan yang cukup mengenai mekanika batuan,
penggunaan peralatan pemantau deformasi lubang dan melakukan
simulasi/permodelan, dapat diadakan urut-urutan penggalian yang baik
agar gerakan-gerakan lapisan batuan dapat dikendalikan dengan lebih
baik pula.

7.3.4. Segi Positif Square Set Stoping


1. Dapat dipergunakan untuk menambang segala macam ukuran dan bentuk
endapan bijih, dengan syarat kemiringan > 450.
2. Dapat dipakai untuk endapan-endapan dan batuan samping yang
keadaannya sangat lunak dan mudah runtuh.
3. Memungkinkan dilakukannya penambangan dengan mining recovery yang
tinggi yaitu > 90% (high mining extraction).
4. Ventilasi lebih mudah diatur.
5. Cara penambangannya dapat memberi keamanan kerja yang tinggi.

7.3.5. Segi Negatif Square Set Stoping


1. Memakai banyak penyangga kayu, sehingga menyebabkan :
ƒ Ongkos penambangan menjadi mahal karena kayu penyangga biasanya
mahal harganya.
ƒ Kemungkinan bahaya kebakaran lebih besar.
ƒ Terjadi pembusukan sehingga akan terbentuk gas-gas beracun. Jadi
diperlukan sistem ventilasi yang baik.
ƒ Waktu untuk penyiapan dan penyediaan kayu penyangga lebih kurang
30% dari waktu operasi yang tersedia sehingga penambangan berjalan
lamban. Sedangkan volume kayu yang diperlukan berkisar 6-15% dari
volume endapan bijih yang dikeluarkan.
2. Sukar diubah ke sistem penambangan yang lain.

METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA VII-16


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

BAB VIII
METODE AMBRUKAN
(CAVING METHODS)

Metode ini merupakan metode penambangan yang diterapkan dengan kondisi


batuan samping dan/atau endapan-endapan bijih yang didesain untuk
runtuh/ambruk secara terkontrol pada saat penyanggaan tidak dilakukan.
Akibatnya, akan terjadi amblesan dipermukaan tanah (surface subsidence).
Ada 3 (tiga) metode penambangan, yaitu :
1. Top slicing
2. Sub level caving
3. Block caving
4. Longwall

8.1. TOP SLICING


Top slicing adalah suatu metode penambangan yang digunakan untuk
menambang endapan-endapan bijih dan lapisan penutup (overburden) yang
lemah atau mudah runtuh.
Penambangan dilakukan selapis demi selapis dari atas kebawah pada lombong
yang disangga. Apabila lombong sudah selesai digali, maka penyangga
diatasnya dibiarkan runtuh sedikit demi sedikit atau secara bertahap. Metode ini
akan memungkinkan perolehan tambang yang tinggi, walaupun sering terjadi
dilution.

8.1.1. Syarat Penerapan


Metode penambangan ini cocok untuk endapan bijih yang memiliki karakteristik
seperti berikut :
1. Kekuatan bijih: lemah sehingga akan segera runtuh bila dibuat lubang
galian dibagian bawahnya (undercut).
2. Kekuatan batuan samping: lemah - kuat
3. Bentuk endapan: endapan yang teratur dan jelas batasnya, sehingga tidak

METODE AMBRUKAN VIII-1


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

memerlukan selective mining.


4. Kemiringan endapan: > 600 atau boleh mendatar.
5. Ukuran endapan: berukuran besar. Tetapi untuk ukuran yang tipis, yaitu 2-
3 meter dan kemiringan yang besar, harus mempunyai batuan samping
yang kuat agar tidak terjadi pengotoran (dilution).
6. Kadar bijih: cukup tinggi.
7. Kedalaman: dangkal.

8.1.2. Metode penambangan


Penambangan dimulai dari bagian atas urat-bijih setelah dibuat raise dan cross
cut (lihat Gambar 7.1). Dari ujung-ujung cross cut digali drift sampai batas urat-
bijih.

Gambar 8.1. Metode penambangan top slicing.

8.1.3. Pembahasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pada penambangan metode top
slicing:
1. Sebaiknya tanah penutupnya cukup tebal, agar tekanan dari atas cukup
besar, sehingga cepat ambruk/runtuh.
2. Endapan bijih harus seragam, agar tidak perlu mengadakan selective
mining.
3. Penyanggaan harus baik walaupun tak perlu memakai kualitas kayu yang
baik. Volume kayu untuk penyangga berkisar antara 5-10% dari volume
endapan bijih yang digali. Penggunaan kayu semakin dalam semakin
berkurang, hal ini dikarenakan adanya mat, yaitu kayu-kayu bekas

METODE AMBRUKAN VIII-2


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

penyangga yang bertumpuk.


4. Proses ambrukan sebaiknya dibuat secara perlahan agar tidak runtuh
sekaligus. Hal ini dapat berbahaya atau mengurangi keselamatan kerja.

Beberapa upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem penambangan ini adalah:


1. Untuk memperbesar produksi, daerah penggalian diperbesar di beberapa
permuka kerja (front).
2. Mengurangi jumlah raise, berarti jarak antar raise dapat diperbesar.
3. Mengurangi pekerjaan persiapan harus diimbangi dengan pengangkutan
yang lebih effisien.

8.1.4. Segi Positif Top Slicing


1. Bila endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka perolehan
tambangnya sangat tinggi (90-95%).
2. Bila batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran jarang terjadi.
3. Termasuk metode penambangan bawah tanah yang dapat berproduksi
besar.
4. Dapat mengadakan pengambilan contoh batuan (sampling) didalam
lombong secara teratur untuk mengetahui batas endapan yang tersissa
secara pasti.

8.1.5. Segi Negatif Top Slicing


1. Banyak menggunakan penyanggaan kayu, sehingga dapat menyebabkan:
ƒ Bahaya kebakaran dan penimbunan gas-gas beracun dari proses
pembusukan kayu-kayu penyangga.
ƒ Ongkos penambangan menjadi tinggi.
ƒ Memakan waktu untuk pemasangannya dan membutuhkan tenaga
pemasang yang terampil.
2. Ventilasi di lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan khusus.
3. Membutuhkan persiapan kerja yang banyak dan lama.
4. Menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata lingkungan.
5. Pada waktu hujan, penirisan menjadi sibuk karena air hujan masuk dari
retakan-retakan.

METODE AMBRUKAN VIII-3


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

8.2. SUB LEVEL CAVING


Metode ini sering juga disebut juga: sub drift caving, sub level slicing, sub
slicing, slicing and caving atau sub level slicing with ore caving.
Sublevel caving merupakan suatu cara penambangan yang mirip dengan top
slicing tetapi penambangannya dimulai dari sub level, artinya penambangan
dimulai dari atas kebawah dan tiap penambangan pada suatu level dilakukan
secara lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih diantara dua
sublevel ditambang dengan cara meruntuhkan atau mengambrukan. Suatu
tumpukan bekas penyangga (timber mat) akan terbentuk di bagian atas dari
ambrukan, sehingga akan memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan
penutup diatasnya.

8.2.1. Syarat Penerapan


Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki karakteristik
seperti berikut :
1. Kekuatan bijih: lemah tetapi batuan tidak mudah runtuh untuk jangka
waktu tertentu dengan penyanggaan biasa, namun endapan ini akan
runtuh bila penyanggaannya ini diambil.
2. Kekuatan batuan samping: lemah dan dapat pecah menjadi bongkah-
bongkah, dan akan menjadi penyangga batuan terhadap timber di
bawahnya.
3. Bentuk endapan: agak homogen karena selective mining tidak mungkin
dilakukan.
4. Kemiringan endapan: tidak begitu penting.
5. Ukuran endapan: sebaiknya > 3 meter.
6. Kadar bijih: sedang sampai tinggi.
7. Kedalaman: dangkal sampai moderat.

8.2.2. Metode Penambangan


Pada sub-level caving, 15-20% produksi dilaksanakan pada saat development.
Pada umumnya, development adalah membuat lubang bukaan horisontal
seperti level pengangkutan dan sublevel (drift dan crosscut). Level
pengangkutan biasanya diletakkan diluar grid dari drift atau crosscut.

METODE AMBRUKAN VIII-4


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Pada saat membuat sublevel untuk ekstraksi bijih, crosscut dibuat menembus
endapan hingga mencapai hanging wall atau batas caving. Di akhir crosscut,
dibuat lubang tembak ke atas sampai batas atas caving, lalu dibuat juga ke kiri
dan kanan sehingga berbentuk kipas. Ledakan pertama akan memecahkan slot
dan ledakan berikutnya dalam satu round akan menghasilkan muck.
Selanjutnya, beberapa round akan diledakkan secara simultan sehingga
menginisiasi caving sampai sublevel diatasnya.
Sublevel caving juga bisa menggunakan peralatan mekanis. Pemboran dan
peledakan menjadi aktivitas paling dominan dalam menentukan kesuksesan
operasi penambangan. Penentuan titik bor dilakukan dengan surveying dan
peledakannya dikontrol. Pengangkutan muck dilakukan dengan LHD dan
selajutnya ditumpahkan di orepass sehingga sampai di level pengangkutan
(lihat Gambar 8.2 dan 8.3).

Gambar 8.2. Metode sublevel caving (Mining Education Australia, 2007).

METODE AMBRUKAN VIII-5


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 8.3. Siklus penambangan sublevel caving.

8.2.3. Pembahasan
Metode ini merupakan metode perubahan dari top slicing menjadi block caving,
terutama dilihat dari penyanggaannya. Keterangan tambahan mengenai
metode sublevel caving adalah:
1 Sebaiknya batuan penutup tidak mudah pecah menjadi ukuran-ukuran
kecil karena bisa digunakan sebagai penyangga.
2 Merupakan salah satu tambang bawah tanah yang berproduksi besar
tetapi cukup berbahaya. Umumnya kecelakaan yang terjadi disebabkan
tertimpa oleh penyangganya sendiri.
3 Sulit untuk diubah ke metode penambangan yang lain, kurang luwes.

8.2.4. Segi positif Sublevel Caving


1. Produktivitas atau produksi per man shift besar, lebih besar daripada top
slicing.
2. Metode penambangan ini termasuk metode penambangan yang agak
murah.
3. Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing, walaupun banyak
udara bersih yang lolos melewati timber mat, pecahan-pecahan bijih dan
batuan penutup.
4. Kemungkinan terjadi kebakaran kecil karena penggunaan penyangga kayu
sedikit, kecuali pada endapan-endapan sulfida.

METODE AMBRUKAN VIII-6


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

5. Tidak ada pillar bijih yang ditinggalkan.


6. Bisa mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan dari
berbagai lombong yang berbeda-beda kadarnya.
7. Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih, sehingga
sekaligus dapat berproduksi.
8. Metode penambangan ini dapat menjadi lebih murah dan aman untuk
penambangan dibatuan yang mudah runtuh karena memanfaatkan
kecenderungan mudah runtuhnya batuan samping. Lubang-lubang
penghubung tidak perlu dipelihara. Demikian juga untuk level yang sudah
selesai ditambang.

8.2.5. Segi Negatif Sublevel Caving


1. Perolehan tambang tidak tinggi yaitu berkisar 70-80%.
2. Sulit untuk mengadakan tambang pilih (selective mining) karena tidak dapat
ditambang bagian demi bagian.
3. Sulit dalam mengawasi runtuhnya batuan. Oleh karena itu, dilution sering
terjadi sampai 10%. Bila dilution harus rendah, maka mining recovery juga
menurun.
4. Metode penambangan ini merupakan metode penambangan yang kurang
luwes karena terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah
diubah ke metode yang lain.

8.3. BLOCK CAVING


Blok caving merupakan suatu metode penambangan yang dimulai dengan
membuat suatu undercut terhadap suatu blok endapan bijih. Untuk membuat
awal development berjalan lancar, maka tinggi undercut sebaiknya dibuat
antara 2,5-6,0 m. Sebelum undercut diruntuhkan, blok harus disangga dulu
menggunakan beberapa pillar. Jika pillar ini dibuang, maka blok akan runtuh
secara perlahan.
Corongan bijih (ore chute) harus banyak agar pengambilan bijih yang pecah
(broken ore) dapat merata dan batas antara bijih dan lapisan penutup teratur,
sehingga kemungkinan terjadinya pengotoran (dilution) karena bercampurnya
bijih dengan lapisan penutup dapat dibatasi atau dikurangi.

METODE AMBRUKAN VIII-7


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Diatas cadangan bijih yang ditambang jangan ada bangunan penting, karena
penambangan ini akan menimbulkan amblesan.

8.3.1. Syarat Penerapan


Metode ini cocok diterapkan terhadap endapan bijih yang memiliki karakteristik
seperti berikut:
1. Kekuatan bijih: lemah, sehingga mudah pecah atau runtuh dan dapat
dipisahkan dari blok disebelahnya.
2. Kekuatan batuan samping: lemah sehingga mudah pecah menjadi
bongkah-bongkah yang lebih besar dari pada bongkah bijih, dimana
tekanannya akan membantu memecah endapan bijih dibawahnya.
3. Bentuk endapan: homogen karena tidak mungkin dilakukan tambang pilih.
Sebaiknya antara endapan bijih dan lapisan penutup (capping) terdapat
perbedaan fisik yang mudah dilihat, sehingga pengotoran (dilution) pada
drawpoint dapat dihindari. Endapan bijih sebaiknya tidak mudah bereaksi
dengan udara. Oleh karena itu, metode ini tidak cocok untuk endapan bijih
sulfida.
4. Kemiringan endapan: tidak menjadi persoalan, tetapi jika berbentuk urat
bijih sebaiknya memiliki kemiringan > 650.
5. Ukuran endapan: ketebalan > 3m; tinggi > 35 m.
6. Kadar bijih: tidak perlu bernilai tinggi.
7. Kedalaman: moderate.

8.3.2. Metode Penambangan


Pada metode block caving, bijih tiap blok dipindahkan dengan luas dan volume
tertentu selama proses undercutting. Luas dan volume bijih yang dipindahkan
harus cukup besar untuk menginisiasi ambrukan bijih dan massa batuan
diatasnya. Bijih dan massa batuan tersebut di arahkan ambrukannya ke dalam
drawpoint yang sudah disiapkan dibawah blok yang akan diambrukkan. Ketika
bijih tersebut ambruk ke dalam drawpoint, maka bijih dan massa batuan
diatasnya kehilangan penyangga dan akan terus ambruk. Abrukan dihentikan
apabila kandungan bijih yang ambruk sudah tidak ekonomis lagi (tercampur
dengan massa batuan yang ikut ambruk).

METODE AMBRUKAN VIII-8


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Ore chute pada bagian bawah tiap blok dibuat terlebih dahulu untuk kemudian
diledakkan dan menimbulkan efek ambrukan terhadap material diatasnya.
Setelah peledakan terjadi, batuan samping akan pecah membentuk bongkah
dan ukurannya lebih besar daripada bijih yang ikut hancur. Oleh karena itu, bijih
akan mengalir ke drawpoint, sedangkan batuan samping akan tertahan diatas
sebagai penyangga.
Gambar 8.4 menunjukkan skematik metode block caving pada tambang emas
di North Park, Sydney, Australia. Sedangkan Gambar 8.5 menunjukkan
skematik bentuk drawbell pada tambang tersebut.

Gambar 8.4. Skematik metode block caving, tambang emas North Park,
Sydney, Australia.

METODE AMBRUKAN VIII-9


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 8.5. Skematik bentuk drawbell pada metode block caving.

8.3.3. Pembahasan
Cara ini dapat memberikan produksi yang besar dengan ongkos penambangan
per ton bijih yang murah, walaupun :
1. Ongkos persiapan besar.
2. Perolehan tambangnya rendah, yaitu antara 70 - 80 %.
3. Sering terjadi pengotoran, sehingga menyulitkan dalam pengolahannya.
Pada umumnya cara ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang berukuran
besar, dan akan sangat mudah dalam penambangannya jika batas antara
endapan bijih dan lapisan penutupnya teratur, tidak banyak kantung bijih
(pockets), ore shoot, dll.
Kondisi pemasaran tidak boleh tersendat-sendat, karena pengambilan bijihnya
harus tetap (konstan).

8.3.4. Segi Positif Block Caving


1. Dapat berproduksi besar, dan hanya memerlukan sedikit pemboran,
peledakan serta penyanggaan, jadi dapat menekan ongkos
penambangannya.

METODE AMBRUKAN VIII-10


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

2. Pekerjaan persiapan penambangan hanya terjadi pada permulaan saja;


setelah ambrukan berjalan, maka pekerjaan persiapan umumnya sudah
berakhir.
3. Produksinya terpusat pada draw point, dan dari draw point terkumpul pada
grizzly level, sehingga produksi mudah dikontrol.
4. Keamanan karyawan lebih terjamin, kecuali yang harus melakukan tugas
perawatan pada draw point.
5. Ventilasi bisa lebih baik, apalagi bila rekahan-rekahan diantara bijih yang
pecah itu tidak tertutup oleh partikel-partikel halus, jadi bisa terjadi ventilasi
alam.

8.3.5. Segi Negatif Block Caving


1. Persiapan penambangan tahap pertama membutuhkan biaya besar dan
waktu yang lama.
2. Perawatan drawpoints dan saluran-saluran yang dilalui bijih (ore passes)
umunya sulit dan mahal.
3. Peroleh tambang rendah (70-80%), dan pengotoran sering terjadi, terutama
menjelang akhir penambangan.
4. Cara ini tidak luwes, dalam arti kata :
a. sukar diubah ke sistem penambangan yang lain.
b. produksinya tak dapat dihentikan terlalu lama, karena dapat menyebabkan
macetnya proses penurunan.
5. Ukuran dari broken ore tak dapat dikontrol.
Kalau ketiga metode ambrukan diatas diperbandingkan, maka urutan
peringkatnya akan terlihat seperti pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1 Urutan Peringkat Penambangan Metode Ambrukan


Urutan peringkat
Parameter
1 2 3
Murahnya ongkos penambagan BC SC TS
Clean mining atautotal mining TS SC BC
Besarnya produksi per luas daerah penambangan BC SC TS
Close grading of ore TS SC BC

METODE AMBRUKAN VIII-11


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Urutan peringkat
Parameter
1 2 3
Pemakaian kayu penyangga BC SC TS
Ventilasi alamiah (natural ventilation) BC SC TS
Keluwesan (flexibility) TS SC BC
Pengaturan ambrukan (control of caving) TS SC BC
Perolehan penambangan TS SC BC
Keterangan :
BC = Block caving TS = Top slicing SC = Sublevel caving

8.4. LONGWALL MINING


Longwall merupakan metode yang digunakan untuk menambang lapisan
batubara/bijih yang relatif datar, tipis, dan horisontal tabular. Metode ini
menggunakan shearer untuk mengekstrak batubara/bijih dan
mengumpankannya ke sebuah conveyor system (AFC = Armored Face
Conveyor). Selama penambangannya, shearer akan bergerak maju dan
dilindungi oleh sebuah sistem penyangga yang disebut hydraulic powered
support yang juga bergerak maju dan meninggalkan batuan di atasnya ambruk
dibelakang hydraulic powered support (area ambrukan disebut goaf/gob).
Bentuk layout penambangan dapat dilihat pada Gambar 8.6.

Gambar 8.6. Layout penambangan longwall mining.

METODE AMBRUKAN VIII-12


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

8.4.1. Syarat Penerapan


Metode ini cocok diterapkan terhadap endapan bijih yang memiliki karakteristik
seperti berikut:
1. Kekuatan batubara: lemah ataupun kuat, namun harus hancur saat
mendapat tekanan atap.
2. kekuatan batuan samping: lemah ke moderat, harus hancur dan ambruk.
3. Bentuk endapan: tabular.
4. Kemiringan endapan: rendah (<120) dan seragam.
5. Ukuran endapan: luas (> 260 ha) dengan ketebalan yang merata.
6. kadar endapan: moderat.
7. Keseragaman endapan: seragam.
8. Kedalaman: moderat (150-900 m) dan bahkan bisa lebih dalam untuk
batubara dan nonbatubara (<3,5 km).

8.4.2. Metode Penambangan


Kegiatan penambangan dimulai dengan membangun panel-panel
penambangan yang tegak lurus strike batubara/bijih (lihat Gambar 8.7). Untuk
kegiatan development, biasanya digunakan continuous miner. Di bagian sisi-sisi
panel penambangan, continuous miner akan meninggalkan batubara/bijih
sebagai pilar yang disebut rib. Ketika panel siap untuk ditambang, powered roof
support dan shearer akan dipasang sepanjang panel tegak lurus strike
batubara/bijih (lihat Gambar 8.8 dan 8.9). Shearer yang akan bergerak
mengekstrak batubara/bijih sepanjang panel (air akan disemprot ke shearer
selama proses ini untuk mengurangi debu dan panas) dan mengalirkan material
yang dipotong ke atas AFC yang akan mengalirkan material tersebut ke main
conveyor di luar panel untuk selanjutnya dibawa keluar tambang. Metode
penambangan dapat berupa retreating atau advancing. Retreating adalah
metode yang digunakan saat menambang mundur dari arah panel yang dibuat.
Advancing adalah metode yang digunakan saat menambang maju searah
pembangunan panel penambangan.

METODE AMBRUKAN VIII-13


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 8.7. Skematik panel-panel penambangan metode longwall mining.

METODE AMBRUKAN VIII-14


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 8.8. Hydraulic roof support dan shearer.

METODE AMBRUKAN VIII-15


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 8.9. Longwall mining pada lapisan batubara tebal (shearer


dikendalikan oleh operator menggunakan remote controll).

8.4.3. Pembahasan
Metode longwall merupakan metode penambangan yang sudah lama
digunakan. Metode ini pertama kali digunakan pada penambangan batubara
bawah tanah di Eropa pada abad ke-17. Di Amerika, metode ini sudah
digunakan sejak ± 46 tahun yang lalu dan sekarang sudah lebih dari 100
longwall mining yang sedang beroperasi di Amerika. Di Indonesia, metode ini
pertama kali digunakan pada penambangan batubara di Tanjung Enim oleh PT.
Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 1993.
Walaupun metode ini mengijinkan terjadinya ambrukan, penurunan permukaan
tanah dan rockburst merupakan dua potensi bahaya yang harus diwaspadai.
Penurunan permukaan tanah tergantung pada kedalaman longwall dan area
ambrukan yang dicakupinya. Meskipun penurunan diijinkan, tetapi penurunan
tersebut dapat dikontrol dengan mengaplikasikan kemajuan penambangan
(advance) yang seragam. Sedangkan rockburst merupakan merupakan
fenomena lepasnya energi regangan tingkat tinggi yang biasanya terjadi pada

METODE AMBRUKAN VIII-16


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

kedalaman >750 m. Fenomena rockburst biasanya disertai dengan suara


ledakan tinggi dan dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja dan peralatan.
Pada tambang batubara, rockburst dipicu oleh ledakan gas metana. Sedangkan
pada tambang metal, rockburst dipicu oleh runtuhnya/hancurnya batuan brittle
seperti quartzite.
Masalah seringkali muncul saat atap longwall (overburden di atas roof support)
tidak runtuh bertahap walapun diharapkan untuk ambruk seiring dengan
kemajuan penambangan. Atap yang menggantung ini dapat menimbulkan
masalah besar. Apabila ambrukannya tidak diatur secara bertahap dan sesuai
dengan waktu perkiraan akan ambruk, maka ambrukan atap bisa terjadi secara
tiba-tiba dan melibatkan massa batuan yang sangat besar. Bila hal ini terjadi,
maka fenomena windblast akan terjadi, yaitu ambruknya atap penambangan
yang melibatkan massa batuan dalam jumlah besar dan memunculkan suara
ledakan tinggi di udara (di dalam zona operasi) yang disertai oleh lepasnya
udara bertekanan tinggi keseluruh panel-panel penambangan. Fenomena ini
tentu saja bisa menimbulkan bahaya bagi pekerja dan peralatan. Untuk
mengatasi hal ini, ambrukan yang terkontrol (Gambar 8.10) dan dimensi panel-
panel penambangan yang sesuai merupakan salah satu cara untuk
menghindari windblast.

8.4.4. Segi Positif Longwall Mining


1. Produktivitas tinggi, ± 107 tons/man-shift.
2. Biaya penambangan rendah.
3. Laju produksi tinggi.
4. Produksi yang berkelanjutan dan terus-menerus.
5. Membutuhkan pekerja yang sedikit.
6. Perolehan tambang tinggi (70-90%) dan dilusi rendah (10-20%). Secara
teori, apabila entry chain pillars ikut ditambang, maka perolehan tambang
bisa mencapai 100%.
7. Kegiatan operasi terpusat dan dapat dilakukan pada lapisan dengan
kedalaman yang sangat ekstrim dan kondisi atap yang buruk/lemah.
8. Tingkat keselamatan pekerja dan alat cukup tinggi karena pekerja dilindungi
oleh roof support yang ikut bergerak seiring dengan kemajuan shearer.

METODE AMBRUKAN VIII-17


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

Gambar 8.10. Ambrukan yang terkontrol pada longwall mining.

8.4.5. Segi Negatif Longwall Mining


1. Ambrukan dan penurunan permukaan tanah yang terjadi dapat mencakup
area yang luas.
2. Metode ini tidak fleksibel.
3. Laju penambangan harus seragam untuk menghindari masalah roof support
dan penurunan.
4. Membutuhkan modal awal yang tinggi (US$ 59.000-US$ 80.000/m) per
meter muka kerja.
5. Tingginya biaya pemindahan peralatan apabila salah satu panel sudah
ditambang dan akan berpindah menambang ke panel selanjutnya.
6. Kondisi yang panas di daerah gob akan menimbulkan masalah temperatur-
kelembaban.
7. Berpotensi terjadinya windblast dan rockburst.

METODE AMBRUKAN VIII-18


TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN

DAFTAR PUSTAKA

1. Anon., 1977, Blaster’s Handbook, 16th ed., E.I. DuPont de Nemours & Co.,
Wilmington, DE, 494 pp.
2. Anon., 1979a, “History of Mining and Minerals,” John Myers Marketing, Eng.
Mng. J., 1p.
3. Hartman, L. Howard, 1987, Introductory Mining Engineering, Canada: John
Wiley & Sons, Inc.
4. Mining Education Australia, 2007.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai