BAB V Teknik Penambangan Bawah Tanah PDF
BAB V Teknik Penambangan Bawah Tanah PDF
BAB V
TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH
5.2.3. Ukuran
Dimensi absolut dan relatif penting untuk diketahui dalam menentukan metode
penambangan yang cocok. Cebakan berukuran teratur dan besar mungkin
cocok untuk penambangan mekanis mass-mining seperti block caving.
Cebakan kecil dengan tipe bijih yang sama mungkin perlu metode selective
mining dan ketepatan ground-control agar operasinya menguntungkan.
5.2.4. Geomekanika
Sifat-sifat batuan utuh adalah kekuatan, karakteristik deformasi (sifat elastik,
plastik dan rayapan) serta karakteristik pelapukan. Sifat-sifat massa batuan
ditentukan oleh kehadiran, geometri dan sifat-sifat mekanis dari kekar, patahan,
zona geser dan bidang-bidang diskontinyu lainnya. Kondisi tegangan insitu
awal di dalam batuan induk juga merupakan parameter penting.
Cara yang akan dipilih tergantung pada ukuran lubang bukaan, karakteristik
massa batuan, dan peralatan yang mampu disediakan.
Secara garis besar, siklus penggalian suatu lubang bukaan adalah sbb :
1. Penggalian (breaking/excavation)
2. Pembersihan asap ledakan (smoke clearing), jika menggunakan peledakan
3. Pembersihan atap (scaling)
4. Penyanggaan (supporting): penyanggaan sementara dan permanen.
5. Pengumpulan dan pemuatan material hasil penggalian (mucking & loading)
6. Pengangkutan material (hauling)
Gambar 5.6. Jumbo drill pada kegiatan development tambang bawah tanah.
dari balok kayu, besi baja, atau beton. Sedangkan perkuatan berfungsi
memperkuat ikatan massa batuan di sekitar lubang bukaan, menggunakan baut
batuan (rock bolt), beton-tembak (shotcrete) dan anyaman kawat (wire mesh).
Maka berdasarkan pembedaan tersebut, jenis material penyangga dan
perkuatan adalah :
1. Material penyangga
• Pasangan balok kayu
• Kombinasi kayu dan besi baja
• Pasangan besi baja (steel arch, steel rib)
• Pasangan beton monolit
2. Material perkuatan
• Baut batuan (lihat Gambar 5.7)
• Beton tembak (shotcrete)
• Beton tembak dan anyaman kawat (wiremesh)
Oleh karena itu, sistem pengangkutan di tambang bawah tanah sangatlah vital
dalam kelangsungan produksi tambang. Berdasarkan peranannya, sistem
pengangkutan tambang bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sistem pengangkutan utama (main haulage system):
• Sistem derek kabel (hoisting system)
• Angkutan rel (lokomotif dan lori, lori dan kabel)
• Truk jungkit (dumptruck)
• Ban berjalan (belt conveyor)
2. Sistem pengangkutan tambahan (auxilliary haulage system):
• Drag scraper
• Ore pass
• Unit Load-Haul-Dump (LHD)
• Ban berjalan
• Shuttle car (lihat Gambar 5.8)
Teknik pengaliran udara segar ke dalam tambang ada dua macam, yaitu sistem
ventilasi alam dan sistem ventilasi buatan. Pada sistem ventilasi alam, udara
akan mengalir secara alamiah ke dalam tambang karena perbedaan temperatur
dan tekanan di kedua ujung lubang bukaan yang elevasinya berbeda.
Kemampuan sistem ini terbatas hanya untuk lubang bukaan yang sederhana
(tidak bercabang-cabang) dan dangkal. Pada sistem ventilasi buatan, udara
segar dimasukkan ke dalam tambang menggunakan kipas angin (fan)
bertenaga besar. Kipas angin ini dapat berfungsi sebagai pendorong udara
(blower) atau sebagai pengisap udara (exhauster).
Kebutuhan minimum oksigen dalam udara segar bagi seorang pekerja yang
harus disediakan oleh sistem ventilasi agar kondisi kerja relatif nyaman
ditunjukkan pada Tabel 5.1.
(Standard Operating Procedure = SOP) yang harus ditaati oleh setiap pekerja.
Apabila prosedur kerja baku itu ditaati, maka penyebab kecelakaan yang
diakibatkan oleh kelalaian dan kecerobohan pekerja dapat dihindari. Inilah kunci
pokok sistem keselamatan kerja yang juga berlaku di tambang bawah tanah.
BAB VI
METODE PENAMBANGAN SWASANGGA
(OPEN STOPE METHODS)
6.1.3. Pembahasan
Pada umumnya, kalau penurunan permukaan tanah (subsidence) tidak
diinginkan, maka pillar harus ditinggalkan (bila mungkin dipilihkan bagian dari
bijih yang kadarnya kecil) atau diadakan pengisian (filling) pada lombong yang
telah selesai ditambang.
Gambar 6.2. Penerapan sistem pengangkutan secara bawah tanah pada open
pit quarry.
6.2. GOPHERING
Nama lain untuk metode ini adalah coyoting (di Indonesia disebut lubang tikus
atau lubang marmot), yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis,
tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development
works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya endapan bijih. Oleh
karena itu ukuran lombong juga tidak menentu, tergantung dari ukuran endapan
bijih di tempat itu dan tanpa penyanggaan (lihat Gambar 6.3).
Cara penambangan ini adalah cara penambangan yang paling sederhana,
tanpa penyangga dan penggalian dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Oleh
sebab itu, metode ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang upah buruhnya
rendah (Mexico, Amerika Latin, Asia dan Afrika).
6.2.3. Pembahasan
Endapan bijih yang kecil-kecil, terpisah-pisah, letaknya terpencil dan bentuknya
tidak teratur, tidak mungkin ditambang secara sistematis. Akan tetapi, cukup
menguntungkan untuk ditambang karena memiliki nilai yang tinggi. Cara
penambangan yang dapat diterapkan adalah dengan menambang secara
sederhana tanpa development works, yaitu langsung menggali endapan bijih
mengikuti arah dan bentuk alamiahnya. Bila endapan bijih tersebut tidak
1. Kekuatan batuan : kuat s/d cukup kuat dan tidak mudah terbakar.
2. Kekuatan bijih : kuat dan solid.
3. Bentuk endapan : vein (urat) dan bukan endapan sulfida.
4. Kemiringan endapan : > 45o atau >70o
5. Ukuran endapan : 1-2 m atau < 3 m
6. Kadar bijih : tinggi, homogen, uniform, dan tidak bisa di-sorting.
7. Kedalaman : dangkal – moderat < 750 m
6.3.3. Pembahasan
Untuk endapan bijih kecil/sempit dan batuan keras, dapat dipakai cara-cara
penambangan open lombong lain sebagai alternatif selain shrinkage stoping.
Metode penambangan shrinkage stoping lebih baik diterapkan pada bijih
berbentuk vein dengan kemiringan yang besar dimana bagian-bagian yang
miskin (barren or low grade) tidak terlalu banyak, sehingga gaya gravitasi dapat
dimanfaatkan.
Untuk endapan bijih yang tebal dan lebar, alternatifnya adalah: sublevel
stoping, block caving atau caving method yang lain. Metode penambangan
shrinkage stoping lebih disukai untuk menambang endapan-endapan bijih yang
menghendaki penambangan yang bersih (mining recovery besar), endapan
bijihnya keras, tetapi mudah pecah oleh peledakan serta tidak menghendaki
surface subsidence.
Shrinkage stoping dapat segera berproduksi, walaupun pada tahap pertama
produksi tidak dapat terlalu besar karena sebagian besar broken ore masih
ditinggalkan di dalam lombong. Kondisi ini mengartikan bahwa sebagian besar
modal ”mati” dalam bentuk broken ore yang masih tertinggal dalam lombong.
Untuk perusahaan-perusahaan pertambangan yang kecil, hal ini merupakan
sesuatu yang kurang disukai.
Meninggalkan broken ore dalam lombong tidak boleh terlalu lama karena akan
mengakibatkan terjadinya oksidasi (terutama mineral-mineral sulfida) yang
dapat menyebabkan bijih ini mengeras kembali dan akhirnya akan mengganggu
proses metalurgi.
Bila endapan biijih tidak pecah menjadi butir-butir yang lebih kecil sesudah
peledakan, maka dibutuhkan secondary blasting yang terkadang sulit dilakukan.
Kalau boulders (batuan yang tidak pecah akibat peledakan) tersebut berada di
atas tumpukan batu hasil peledakan, maka hal itu akan mempermudah
secondary blasting. Tetapi bila telah tertimbun tumpukan batuan, boulders
tersebut nantinya akan dijumpai pada mulut ore chute. Oleh karena itu, pada
bagian atas ore chute perlu diberi grizzly agar dapat menahan boulders
sehingga dapat diakukan secondary blasting.
Sesudah penambangan pada lombong selesai, maka lombong itu dapat
dibiarkan kosong. Tetapi kalau endapan bijih itu tebal/lebar maka untuk
mencegah surface subsidence atau pengambilan pillars di sekitar tiap levels,
maka pengisian lombong dengan material lain perlu dilakukan. Disini mungkin
diperlukan perataan filling material agar dapat mengisi seluruh ruangan.
Cara penambangan ini tidak memungkinkan adanya sorting atau selective
mining. Bila terdapat irregularrities bijih, maka barren atau low grade akan ikut
terambil.
Cara penambangan ini membutuhkan ongkos penggalian antara $ 1,00/ton
untuk endapan bijih yang tebal dan mudah ditambang sampai $4,00/ton untuk
endapan bijih yang kecil sempit dan sifat-sifat fisiknya menyebabkan
penambangannya agak sulit.
6.4.3. Pembahasan
Metode penambangan dengan sublevel stoping ini dapat dilakukan secara
overhand atau underhand. Untuk memudahkan pengangkutan yaitu dapat
memanfaatkan gaya berat, umumnya dipakai cara overhand.
Sublevel stoping diterapkan untuk vein yang tipis maupun tebal (+20 m). Untuk
vein yang tipis, metoda ini dapat dipakai untuk menggantikan metoda yang lain
misalnya shrinkage stoping. Tetapi bila vein tebal, maka penambangan harus
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan membagi vein dalam blok-blok,
dimana penambangan dilakukan secara bersama-sama.
3. Kondisi kerja lebih baik karena sistem ventilasi dapat lebih mudah diatur.
Bila terjadi kebakaran mudah mengatasinya karena banyak lubang-lubang
bukaan.
4. Penyangga yang diperlukan hanya sedikit.
6.5.3. Pembahasan
Ukuran pilar (atau rasio antara lebar pilar dengan lebar penggalian) harus
diperhitungkan secara cermat. Lebar pilar ditentukan berdasarkan beban atap
atau berat overburden di atas penggalian, lebar penggalian dan kekuatan
batuan di sekitar penggalian. Sebagai contoh, jika ditentukan rasio lebar pilar
dengan lebar penggalian 3:1, maka jika lebar pilar 18 m berarti lebar penggalian
maksimum 6 m.
Gambar 6.6. Metode room and pillar. (kiri: mekanis konvensional, kanan:
mekanis kontinyu (Hartman, 1987)).
sebagai pillar.
8. Kedalaman: dangkal sampai moderat (pada batuan kompeten < 900 m,
pada batuan sangat kuat bisa sampai 1000 m).
6.6.3. Pembahasan
Yang membedakan metode ini dengan metode room and pillar, selain jenis
bahan galian yang ditambang, adalah lokasi pilar dan benching systems. Pada
metode ini, bentuk dan ukuran pilar tidak beraturan. Selain itu, pilar ditempatkan
pada daerah yang berkadar rendah, bahkan tidak jarang batuan samping
berfungsi sebagai pilar. Pada lapisan bijih yang tebal (>6 m), maka benching
system akan digunakan (lihat Gambar 6.9).
BAB VII
METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA
(SUPPORTED STOPE METHODS)
mengijinkan kontrol kadar yang baik, karena barren dibiarkan tidak ditambang
atau dihancurkan walaupun tidak dikeluarkan dari stope. Kondisi ini juga
memungkinkan penambangan badan bijih yang tidak teratur dengan melakukan
selective mining.
Keuntungan lingkungan yang diperoleh dari cut and fill stoping adalah dengan
digunakannya backfill. Dari sisi lingkungan internal penambangan,
pemeliharaan kondisi massa batuan memberikan pengertian bahwa
permeabilitas dan hidrogeologi tidak mempengaruhi penambangan.
Keuntungan metode ini terhadap lingkungan eksternal penambangan adalah
jarang terjadi surface subsidence.
Tailing mill sangat cocok sebagai material backfilingl apabila material tersebut
dapat diangkut secara hidraulik ke stope. Hal ini untuk mengeliminasi
kebutuhan material tambahan dalam pengembangan tambang terutama dalam
melakukan backfilling.
Jumlah pekerjaan development pada cut and fill relatif sedikit bila dibandingkan
dengan metode open stope. Hal ini disebabkan bijih yang ditambang juga
merupakan medan kerja dan beberapa pembukaan jalan masuk dikembangkan
sebagai kemajuan stope. Di sisi lain, pengembangan praproduksi stope dapat
dibandingkan dengan pengembangan yang dibutuhkan untuk membuka stope.
Cut and fill stoping hanya dapat dimulai setelah pembuatan jalan transportasi,
ore passes, drift dan cross-cut, jalan masuk naik atau miring dan lubang bukaan
naik untuk ventilasi selesai.
7.1.3. Pembahasan
Metode ini termasuk agak luwes, artinya jika sifat fisik batuan berubah, maka
cara penambangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, cut and fill
bisa diganti dengan square setting atau bila endapan semakin ke atas semakin
rendah kadarnya dan memakai cut and fill terlalu mahal, maka bisa memakai
caving methods dengan syarat tidak ada permasalahan amblesan (surface
subsidence).
Penerapan cut and fill untuk endapan yang tipis, tetapi berkadar tinggi disebut
resuing. Endapan bijih yang tipis perlu penambangan yang lebar untuk
mendapat ruang kerja yang leluasa dan nyaman. Konsekuensinya, country rock
harus diambil terlebih dahulu. Batuan samping diambil sebagian sebagai filling
material dan sisanya dibuang melalui ore pass.
Badan bijih yang tersingkap dibor dan diledakkan ke arah atap. Resuing ini
cocok untuk endapan bijih yang mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: kuat dan keras, tetapi di bagian tengah-tengah ada yang
kurang kompak, kadang-kadang perlu temporary support.
2. Kekuatan batuan samping: agak lemah atau kurang kompak.
3. Bentuk endapan: mempunyai bidang batas yang jelas antara endapan bijih
dan batuan samping.
4. Kemiringan endapan: > 700.
5. Ukuran endapan: sangat tipis yaitu < 1 m; dapat berbentuk ore shoot atau
berbentuk cabang dari suatu vein.
7.2.3. Pembahasan
Cara penambangan ini sangat unik karena:
Penerapannya dibatasi oleh panjang stull (timber), artinya urat bijih (vein)
yang dapat dikerjakan sama dengan panjang kayu yang ada.
Adanya persoalan lubang-lubang bekas lombong, dapat dibuat modifikasi
lain.
Jika tidak ingin terjadi amblesan (surface subsidence), maka stope yang
sudah ditambang harus diisi dengan material pengisi (filling material).
Perubahan ini menjadi cut and fill.
Kalau penurunan permukaan bumi diperbolehkan terjadi, maka lubang-
lubang bekas lombong boleh dibiarkan kosong dan runtuh secara alamiah.
sangat mahal.
7. Kedalaman: dalam(<2.6 km).
7.3.3. Pembahasan
Umumnya cara ini cocok untuk endapan dengan batuan yang lunak, oleh
karena itu cara penambangan ini sulit untuk diubah ke cara penambangan yang
lain. Akan tetapi, apabila diharuskan, misalnya karena keadaan batuan agak
keras dan surface subsidence tidak boleh terjadi, maka dapat diubah ke cara
cut and fill atau stull stoping bila urat bijihnya tipis. Tetapi kalau surface
subsidence boleh terjadi, maka dapat dipakai cara top slicing.
Metode penambangan ini dapat dipakai sebagai pelengkap atau pembantu cara
penambangan lain bila bentuk bijihnya tidak baik, misalnya ditemukan ore
shoot, atau untuk menyangga undercut pada blockcaving. Metode ini dapat
menambang segala macam bentuk endapan.
Selain itu square set stoping juga sering dipergunakan untuk mengambil pillar
yang terletak di antara lombong-lombong yang sudah diisi dengan filling
material.
Modifikasi metode yang pernah diterapkan untuk memperbaiki cara
penambangan ini antara lain :
1. Pemasukan material pengisi dengan cara delayed filling atau simulation
filling. Untuk membantu penyanggaannya, material pengisi dapat diambil
dari penggalian di bawah tanah sendiri. Misalnya: pillar robbing dari barren
rock, hasil underground dan country rock yang terambil pada saat
penambangan, tailing, baik yang kering maupun yang basah dan
penggalian-penggalian khusus di permukaan tanah.
2. Memakai sistem penggalian yang menyerupai piramid atau rill stoping
untuk memanfaatkan bantuan gaya berat. Sehingga pemakaian alat-alat
mekanis, seperti scraper, shovel loader, dan lain-lain bisa dikurangi.
3. Memakai ukuran-ukuran kayu penyangga standar agar cara
BAB VIII
METODE AMBRUKAN
(CAVING METHODS)
8.1.3. Pembahasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pada penambangan metode top
slicing:
1. Sebaiknya tanah penutupnya cukup tebal, agar tekanan dari atas cukup
besar, sehingga cepat ambruk/runtuh.
2. Endapan bijih harus seragam, agar tidak perlu mengadakan selective
mining.
3. Penyanggaan harus baik walaupun tak perlu memakai kualitas kayu yang
baik. Volume kayu untuk penyangga berkisar antara 5-10% dari volume
endapan bijih yang digali. Penggunaan kayu semakin dalam semakin
berkurang, hal ini dikarenakan adanya mat, yaitu kayu-kayu bekas
Pada saat membuat sublevel untuk ekstraksi bijih, crosscut dibuat menembus
endapan hingga mencapai hanging wall atau batas caving. Di akhir crosscut,
dibuat lubang tembak ke atas sampai batas atas caving, lalu dibuat juga ke kiri
dan kanan sehingga berbentuk kipas. Ledakan pertama akan memecahkan slot
dan ledakan berikutnya dalam satu round akan menghasilkan muck.
Selanjutnya, beberapa round akan diledakkan secara simultan sehingga
menginisiasi caving sampai sublevel diatasnya.
Sublevel caving juga bisa menggunakan peralatan mekanis. Pemboran dan
peledakan menjadi aktivitas paling dominan dalam menentukan kesuksesan
operasi penambangan. Penentuan titik bor dilakukan dengan surveying dan
peledakannya dikontrol. Pengangkutan muck dilakukan dengan LHD dan
selajutnya ditumpahkan di orepass sehingga sampai di level pengangkutan
(lihat Gambar 8.2 dan 8.3).
8.2.3. Pembahasan
Metode ini merupakan metode perubahan dari top slicing menjadi block caving,
terutama dilihat dari penyanggaannya. Keterangan tambahan mengenai
metode sublevel caving adalah:
1 Sebaiknya batuan penutup tidak mudah pecah menjadi ukuran-ukuran
kecil karena bisa digunakan sebagai penyangga.
2 Merupakan salah satu tambang bawah tanah yang berproduksi besar
tetapi cukup berbahaya. Umumnya kecelakaan yang terjadi disebabkan
tertimpa oleh penyangganya sendiri.
3 Sulit untuk diubah ke metode penambangan yang lain, kurang luwes.
Diatas cadangan bijih yang ditambang jangan ada bangunan penting, karena
penambangan ini akan menimbulkan amblesan.
Ore chute pada bagian bawah tiap blok dibuat terlebih dahulu untuk kemudian
diledakkan dan menimbulkan efek ambrukan terhadap material diatasnya.
Setelah peledakan terjadi, batuan samping akan pecah membentuk bongkah
dan ukurannya lebih besar daripada bijih yang ikut hancur. Oleh karena itu, bijih
akan mengalir ke drawpoint, sedangkan batuan samping akan tertahan diatas
sebagai penyangga.
Gambar 8.4 menunjukkan skematik metode block caving pada tambang emas
di North Park, Sydney, Australia. Sedangkan Gambar 8.5 menunjukkan
skematik bentuk drawbell pada tambang tersebut.
Gambar 8.4. Skematik metode block caving, tambang emas North Park,
Sydney, Australia.
8.3.3. Pembahasan
Cara ini dapat memberikan produksi yang besar dengan ongkos penambangan
per ton bijih yang murah, walaupun :
1. Ongkos persiapan besar.
2. Perolehan tambangnya rendah, yaitu antara 70 - 80 %.
3. Sering terjadi pengotoran, sehingga menyulitkan dalam pengolahannya.
Pada umumnya cara ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang berukuran
besar, dan akan sangat mudah dalam penambangannya jika batas antara
endapan bijih dan lapisan penutupnya teratur, tidak banyak kantung bijih
(pockets), ore shoot, dll.
Kondisi pemasaran tidak boleh tersendat-sendat, karena pengambilan bijihnya
harus tetap (konstan).
Urutan peringkat
Parameter
1 2 3
Pemakaian kayu penyangga BC SC TS
Ventilasi alamiah (natural ventilation) BC SC TS
Keluwesan (flexibility) TS SC BC
Pengaturan ambrukan (control of caving) TS SC BC
Perolehan penambangan TS SC BC
Keterangan :
BC = Block caving TS = Top slicing SC = Sublevel caving
8.4.3. Pembahasan
Metode longwall merupakan metode penambangan yang sudah lama
digunakan. Metode ini pertama kali digunakan pada penambangan batubara
bawah tanah di Eropa pada abad ke-17. Di Amerika, metode ini sudah
digunakan sejak ± 46 tahun yang lalu dan sekarang sudah lebih dari 100
longwall mining yang sedang beroperasi di Amerika. Di Indonesia, metode ini
pertama kali digunakan pada penambangan batubara di Tanjung Enim oleh PT.
Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 1993.
Walaupun metode ini mengijinkan terjadinya ambrukan, penurunan permukaan
tanah dan rockburst merupakan dua potensi bahaya yang harus diwaspadai.
Penurunan permukaan tanah tergantung pada kedalaman longwall dan area
ambrukan yang dicakupinya. Meskipun penurunan diijinkan, tetapi penurunan
tersebut dapat dikontrol dengan mengaplikasikan kemajuan penambangan
(advance) yang seragam. Sedangkan rockburst merupakan merupakan
fenomena lepasnya energi regangan tingkat tinggi yang biasanya terjadi pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Anon., 1977, Blaster’s Handbook, 16th ed., E.I. DuPont de Nemours & Co.,
Wilmington, DE, 494 pp.
2. Anon., 1979a, “History of Mining and Minerals,” John Myers Marketing, Eng.
Mng. J., 1p.
3. Hartman, L. Howard, 1987, Introductory Mining Engineering, Canada: John
Wiley & Sons, Inc.
4. Mining Education Australia, 2007.
DAFTAR PUSTAKA