Contoh Pratikum Aerasi
Contoh Pratikum Aerasi
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengamati proses aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air (DO)
2. Mahasiswa mampu menghitung koefisien transfer energi
II. PRINSIP
Prinsip percobaan ini adalah aerasi sampel air yang memiliki kadar DO antara 0 – 1 mg O2/L dan metoda
yang digunakan adalah diffused-aeration menggunakan bubble aeration.
Aerasi merupakan metode pengolahan dalam pengaturan penyediaan udara pada bak aerasi, dimana
bakteri aerob akan memakan bahan organik didalam air limbah dengan bantuan oksigen. Penyediaan udara
yang lancar dapat mencegah terjadinya pengendapan di dalam bak aerasi. Adanya endapan mengakibatkan
terjadinya penahanan pemberian oksigen ke dalam sel, dengan demikian mengakibatkan timbulnya situasi
bakteri anaerobik. Pemberian oksigen yang cepat melalui jet aerator serta pemutaran dengan baling-baling
untuk mencegah timbulnya gumpalan akan meningkatkan penyerapan oksigen.
(Sugiharto, 1987)
Kolom aerator (bubble column) adalah perangka yang sederhana dan efektif untuk terjadinya kontak
antara udara dan air. Kolom ini biasanya terdiri dar tabung silinder vertikal dengan distributor udara (diffuser)
pada bagian dasar, baik jenis pelat berpori atau sparger (satu atau beberapa cincin yang berlubang-lubang
kecil). Jenis-jenis diffuser dapat dlihat pada gambar 1.
Secara umum, pada kecepatan superfisial udara yang rendah (Us < 0.5 cm/detik) diameter gelembung
sangat tergantung dengan diameter lubang sparger dan sedikit tergantung dengan kecepatan udara pada lubang
sparger. Pada kecepatan sedang (0.5 < Us< 10 cm/detik), yang terjadi sebaliknya dan diameter gelembung
merupakan fungsi dari kecepatan udara pada sparger. Pada kecepatan superfisial udara yang tinggi (Us > 10
cm/detik), baik diameter sparger dan kecepatan udara memilki efek yang kecil terhadap ukuran gelembung.
(Mashelkar, 1970)
Pada kecepatan superfisial udara > 3 ft/menit (1.5 cm/detik) ukuran gelembung tidak tergantung aliran
gas. Gelembung kecil (kurang dari 0,2 mm) bentuknya bulat dan bergerak naik dalam air dengan kecepatan
akhir (terminal velocity) yang menempatkan gelembung kecil pada daerah aliran laminer. Ketika ukuran
gelembung membesar sampai ± 2mm, bentuknya berubah. Pada ukuran diameter lebih dari 2 mm gelembung
mulai berubah menjari elipsoida. Diameter lebih besar 1 cm berubah menjadi bentuk lensa, bahkan semakin
lama menjadi bentuk topi (datar pada bagian bawah).
(Howard, 1977)
IV. PERALATAN
1. Kompresor atatu tabung gas oksigen 5. Gelas ukur 100 ml
2. Bak air berkapasitas ± 10 liter 6. Erlenmeyer 250 ml
3. Termometer 7. Buret
4. Botol winkler 8. Statif tegak
V. BAHAN
1. Sampel air 5. Asam sulfat
2. Natrium sulfit 6. Indikator amilum
3. Mangan sulfat 7. Natrium tiosulfat
4. Pereaksi oksida
VI. PROSEDUR
1. Siapkan ± 10 liter sampel air pada sebuah bak air
2. Ukur kadar DO dalam sampel air tersebut
- Ambil sampel air dengan menenggelamkan botol Winkler lalu tutup ketika masih di dalam bak
- Tambahkan 1 ml Mangan sulfat
- Tambahkan 1 ml pereaksi oksida
- Tutup botol Winkler, bolak-balikkan hingga tercampur
- Endapkan selama 5 – 10 menit
- Tambahkan 1 ml Asam sulfat
- Kocok sampai endapan hilang
- Ambil 100 ml larutan menggunakan gelas ukur
- Masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
- Tambahkan 3 – 4 tetes indikator amilum
- Titrasi dengan Natrium tiosulfat sampai tidak berwarna
𝑎 𝑥 𝑁 𝑥 8000
- Hitung kadar DO dengan rumus : DO (mg O2/L) = 100 𝑚𝑙
VIII. ANALISIS
Langkah pertama pada percobaan ini adalah menyiapkan sampel air sebanyak ± 10 liter dalam sebuah
bak. Sampel air digunakan air kran laboratorium TAPL Teknik Lingkungan ITS. Kadar DO dari sampel
tersebut dihitung berdasarkan langkah-langkah mengukur DO.
Langkah-langkah mengukur DO adalah sampel air dimasukkan dalam botol winkler yang dicelupkan
ke dalam bak air dan ditutup ketika masih di dalam bak. Tambahkan 1 ml mangan sulfat yang berwarna merah
muda jernih namun tidak menyebabkan adanya perubahan warna pada sampel. Mangan sulfat mengoksidasi
oksigen dalam sampel berdasarkan reaksi MnSO4 + 2 KOH → Mn(OH)2 + K2SO4. Tambahkan pereaksi
oksigen yang tidak berwarna untuk mempercepat terbentuknya endapan MnO2. Segera setelah penambahan
terbentuk gumpalan berwarna cokelat. Reaksinya adalah Mn(OH)2 + ½ O2 → MnO2 + H2O. Tutup botol
winkler dan kocok hingga rata dengan cara membolak-balikkan botol. Setelah itu endapkan selama 5 – 10
menit agar pereaksi oksigen bereaksi dengan sampel air. Tambahkan 1 ml asam sulfat yang tidak berwarna
namun perlu hati-hati karena asam sulfat ini pekat dan berbahaya jika terkena kulit untuk menurunkan pH,
karena mangan yang bervalensi tinggi dapat mengoksidasi I- menjadi I2 dalam asam dengan reaksi MnO2 + 2I-
+ 4H+ → Mn2+ + I2 + 2H2O. Bolak-balikkan botol winkler sampai endapan hilang. Sampel air menjadi
berwarna kuning. Ambil sampel sebanyak 100 ml menggunakan gelas ukur 100 ml lalu pindahkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 5 tetes indikator amilum yang sedikit berwarna kemerahmudaan dan
mengakibatkan sampel air berwarna hitam. Titrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,0125 N sampai warna
sampel menjadi bening. Reaksinya adalah I2 + 2S2O32- → S4O6- + 2I-. Saat titik akhir titrasi, iodin yang
dihasilkan pada reaksi berikatan dengan S2O32-, larutan berubah menjadi warna asal sampel. Ukur kadar DO
𝑎 𝑥 𝑁 𝑥 8000
dengan rumus DO (mg O2/L) = 100 𝑚𝑙
dimana a = volume titrasi dan N = normalitas Natrium tiosulfat.
Setelah dihitung, DO awal sampel adalah 6,5 mg O2/L. Pada percobaan ini DO sampel air harus di
antara 0 – 1 mg O2/L karena bila kadar DO lebih dari 1 mg O2/L, transfer oksigen terlalu cepat dan tidak dapat
dilihat pada grafik. Maka dari itu ditambah 0,5 gram natrium sulfit sesuai perhitungan untuk menurunkan
kadar DO karena Natrium Sulfit (Na2SO3) dapat mengikat oksigen dalam air sesuai persamaan berikut:
2Na2SO3 + O2 ↔ 2Na2SO4. Setelah ditambahkan 0,5 gram natrium sulfit dan dihitung kembali kadar DO-nya,
didapatkan kadar DO sampel adalah 0,4 mg O2/L. Barulah dilakukan aerasi dengan metoda diffused-aeration
menggunakan bubble aeration. Aerasi dilakukan dengan memasukkan selang bubble aeration ke dalam bak
berisi sampel air. Ukur DO dan temperatur pada sampel air menit ke-0, 3, 6, 10, 15, 20, 30, 40, 50, dan 60.
Berdasarkan data yang didapat selama percobaan, temperatur sampel air tetap yaitu 29,5 ºC dan kadar
DO semakin besar. Grafik yang diperoleh adalah sebagai berikut :
5 30
25
DO (mg O2/L)
4
20
Tº C
3
15
2
10
1 5
0 0
0 20 40 60 0 20 40 60
y = 0.0738x + 1.0942 y = 29.5
R² = 0.9358 Waktu (menit) Waktu (menit)
R² = #N/A
= 7,7 mg/l
Cs = {(Cs)760 (750-р)/(P-p) }
= {7,7(750-31)/(760-31)}
=7,6 mg/l
Waktu(menit) Cs C (mg O2) Cs-C Ln(Cs-C)
0 7,6 0,4 7,2 1,97408103
3 7,6 1 6,6 1,88706965
6 7,6 1,6 6 1,79175947
10 7,6 2 5,6 1,7227666
15 7,6 2,5 5,1 1,62924054
20 7,6 3 4,6 1,5260563
30 7,6 3,8 3,8 1,33500107
40 7,6 4,3 3,3 1,19392247
50 7,6 4,5 3,1 1,13140211
60 7,6 5,1 2,5 0,91629073
1.5
Ln(Cs-C)
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60
y = -0.0168x + 1.9047 Waktu (menit)
R² = 0.9829
X. KESIMPULAN
1. Percobaan aerasi ini menggunakan sampel air dengan kadar DO antara 0 - 1 mg O2/L dan dilakukan
dengan metoda diffused-aeration menggunakan bubble aeration selama 60 menit
2. Koefisien transfer oksigen dari percobaan ini adalah 0,016
3. Temperatur sampel air tetap yaitu 29,5 ºC dan kadar DO semakin besar
4. Aplikasi aerasi antara lain penyisihan rasa dan bau, penyisihan besi dan mangan, penyisihan senyawa
organik volatile, penyisihan karbondioksida, dan penyisihan hidrogen sulfida