Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm.

1-10

EVALUASI PROGRAM KONSELING INDIVIDU DI SMP


LABORATORIUM UNIVERSITAS NEGERI MALANG
DENGAN MODEL DISCREPANCY

Wahyu Nanda Eka Saputra


Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan
email: wahyu.kons@gmail.com

Abstract

This study aims to determine the discrepancy between the performance of


individual counseling program on SMP Laboratorium Universitas Negeri
Malang with standards. This study uses a standard of Guidelines for
Performance Based Professional School Counselor Evaluation. Standard
reads, “the professional school counselor counsels individual students and
small groups of students with identified needs/concerns”. This study is an
evaluation research using a discrepancy model. The approach used is a
systems approach that is focused on the planning, implementation, and
evaluation of individual counseling programs. Based on the data analysis of
evaluation of individual counseling program in SMP Laboratorium Universitas
Negeri Malang is still far from standard.

Keyword: program evaluation, individual counseling, discrepancy model

1. PENDAHULUAN sering disebut dengan unfinished business


Siswa melaksanakan pembelajaran (Corey, 2009: 203; Corey, 2012 : 294;
di sekolah tidak lepas dari permasalahan. Flanagan & Flanagan, 2004: 143; Sharf,
Permasalahan tersebut harus segera 2012: 251; Wagner-Moore, 2005: 180).
diselesaikan agar tidak berpengaruh Beberapa hasil penelitian
terhadap proses belajar mengajar di menunjukkan bahwa siswa mengalami
sekolah. Akan tetapi, tidak jarang siswa masalah di sekolah. Penelitian yang
mengalami kesulitan menyelesaikan dilaksanakan oleh Siswati & Widayanti
permasalahan yang sedang mereka hadapi (2009: 1) menunjukkan bahwa 37,55%
dan akhirnya menjadi permasalahan yang siswa SD menjadi korban bullying, 42,5%
tidak terselesaikan yang termanifestikan siswa SD menderita intimidasi fisik, dan
dalam perasaan seperti kecemburuan, 34,06% siswa SD menderita intimidasi
kecemasan, kemarahan, kebencian, non fisik. Penelitian tersebut juga
kesedihan, dan perasaan bersalah atau menjelaskan bahwa ada kesempatan bagi

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 1
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

korban untuk dikembangkan sebagai guru dan orang tua. Konselor pada
pelaku. Hasil penelitian yang dasarnya juga turut bertanggung jawab
dilaksanakan Hidayat, Yusri & Ilyas dalam membantu siswa mengentaskan
(2012: 3) menyatakan bahwa tindakan permasalahan yang mereka hadapi, karena
agresif siswa dilihat dari menyakiti orang konselor memiliki kompetensi khusus/
secara fisik dengan persentase 35,32%, unik untuk membantu siswa menangani
sedangkan tindakan agresif yang permasalahannya.
dilakukan siswa dilihat dari menyakiti Salah satu layanan yang dapat
orang secara verbal 41,30%, dan tindakan dilaksanakan konselor adalah layanan
agresif dilihat dari merusak dan konseling individu. Prayitno & Amti
menghancurkan harta benda dengan (2004: 105) menjelaskan bahwa konseling
persentase 30,42%. Hasil penelitian lain merupakan proses pemberian bantuan
yang dilaksanakan oleh Suardana & melalui wawancara konseling oleh
Simarmata (2013: 209) menunjukkan seorang ahli (konselor) kepada individu
siswa yang mengalami kecemasan yang sedang menjalani sesuatu masalah
kategori sangat rendah sebanyak 2%, (konseli) yang bermuara pada teratasinya
kategori rendah sebanyak 38%, kategori masalah yang dihadapi oleh konseli.
sedang sebanyak 57%, kategori tinggi Sedangkan ahli lain, Gibson & Mitchel
3%, dan kategori sangat tinggi sebanyak (2011: 51) mendefinisikan konseling
0%. Penelitian yang dilaksanakan oleh individu sebagai hubungan yang berupa
Saputra (2015: 70) menyatakan bahwa bantuan satu-satu yang berfokus kepada
siswa SMK yang mengalami prokrastinasi pertumbuhan dan penyesuaian pribadi dan
akademik tinggi sebayak 7%, kategori memenuhi kebutuhan akan penyelesaian
sedang sebanyak 79%, dan kategori problem dan kebutuhan pengambilan
rendah sebanyak 14%. keputusan.
Hasil-hasil penelitian tersebut Beberapa penelitian menunjukkan
menunjukkan bahwa siswa pada dasarnya bahwa layanan konseling perlu dijadikan
tidak terlepas dari masalah di sekolah. perhatian konselor dalam rancangan
Pihak-pihak yang seharusnya bertanggung program bimbingan dan konseling yang
jawab untuk membantu siswa mengatasi disusun konselor. Penelitian yang
permasalahan-permasalahannya adalah dilaksanakan oleh A’yunin (2014: 80)

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

menyatakan bahwa konseling individu mendapat perhatian yang serius oleh


dapat diterapkan untuk mengatasi perilaku konselor. Hal ini ditunjukkan dengan
membolos siswa SMK. Penelitian yang masih banyaknya permasalahan siswa
dilaksanakan oleh Melianawati (2014: 10) yang belum terentaskan.
menyimpulkan bahwa konseling individu Program konseling individu adalah
dengan teknik CBT dapat menurunkan salah satu program bimbingan dan
intensitas kondisi fobia individu dengan konseling yang sangat fundamental, akan
kecenderungan neurotik. Penelitian yang tetapi pelaksanaan program konseling
dilaksanakan oleh Nikmaturohma, individu kurang maksimal. Hal tersebut
Legowo & Mahmudah (2015: 1) menjadi latar belakang program konseling
menunjukkan bahwa penerapan konseling individu perlu dievaluasi. Dengan
individu teknik restrukturisasi kognitif melaksanakan evaluasi, maka dapat
dapat meningkatkan internal locus of diketahui seberapa akurat program
control siswa kelas XI SMA Negeri 1 konseling individu dilaksanakan. Hal
Kedunggalar. Penelitian yang tersebut didukung oleh pendapat Otto
dilaksanakan oleh Saputra (2015: 131) (2001: 1) yang menyatakan bahwa hasil
menyimpulkan bahwa prokrastinasi evaluasi program dapat digunakan sebagai
akademik siswa SMK menurun signifikan pedoman untuk memverifikasi kelebihan,
melalui penerapan program konseling kekurangan, dan dampak program
teknik cognitive restructuring dengan konseling individu terhadap perubahan
seting individual. tingkah laku siswa.
Penelitian-penelitian yang telah Terdapat beberapa model evaluasi
dijabarkan di atas menunjukkan bahwa yang dapat digunakan untuk
layanan konseling individu perlu melaksanakan evaluasi program.
mendapat perhatian dari konselor dalam Penelitian ini menggunakan evaluasi
rancangan program yang disusun. Gibson program dengan model discrepancy.
& Mitchel (2011: 51) menyatakan bahwa Evaluasi program dengan model
program konseling individu adalah discrepancy bertujuan untuk mengetahui
program inti dari keseluruhan layanan tingkat kesenjangan antara standar yang
bimbingan dan konseling. Akan, tetapi telah ditentukan dengan performa aktual
program konseling individu belum

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 3
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

pelaksanaan program konseling individu


2. METODE PENELITIAN
(McKenna, 1981: 9).
Penelitian ini adalah penelitian
Pelaksanaan evaluasi program
evaluasi yang dilaksanakan dengan
konseling individu memerlukan standar
menggunakan model discrepancy. Tujuan
baku yang ditetapkan. Standar dan kriteria
evaluasi program dengan model
program konseling individu diadopsi dari
discrepancy adalah untuk membantu
Guidelines for Performance Based
administrator mengambil sebuah
Professional School Counselor
keputusan untuk keberlangsungan
Evaluation (Missouri Department of
program selanjutnya (Dimmitt, 2010,
Elementary and Secondary Education,
p.45). Penelitian evaluasi program dengan
2000: 27) yang secara jelas disebutkan
model discrepancy ini difokuskan pada
pada standar 3 kriteria 5. Standar tersebut
tiga aspek yang meliputi perencanaan,
berbunyi “konselor sekolah professional
pelaksanaan, dan evaluasi program
mengkonseling siswa secara individual
konseling individu di SMP Laboratorium
dan kelompok yang teridentifikasi
Universitas Negeri Malang. Instrumen
kebutuhan dan masalahnya dan
yang digunakan dalam penelitian evaluasi
memerlukan bantuan.” Komponen pokok
program ini adalah kuesioner evaluasi
dalam konseling individu yang akan
program konseling individu sebagai
dievaluasi yaitu perencanaan,
instrumen utama yang ditunjang oleh
pelaksanaan, dan evaluasi program
pedoman wawancara dan studi
konseling individu (Winkel, 1991: 135).
dokumentasi.
Evaluasi program konseling individu ini
Tahap evaluasi program model
dilaksanakan di SMP Laboratorium
discrepancy menggunakan tahap yang
Universitas Negeri Malang. Tujuan dari
dirumuskan oleh McKenna (1981: 12)
pelaksanaan evaluasi program konseling
yang terdiri dari enam tahap. Keenam
individu dengan model discrepancy ini
tahap tersebut secara komprehensif
adalah untuk mengetahui tingkat
dijelaskan sebagai berikut: (a)
kesenjangan antara performansi aktual
memutuskan program yang akan
program konseling individu di SMP
dievaluasi; (b) menentukan sasaran
Laboratorium Universitas Negeri Malang
program (standar) yang menjadi dasar
dengan standar yang telah ditentukan.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 4
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

evaluasi; (c) merencanakan evaluasi; (d) 3 Terlaksana ≤ Jauh dari standar


65%
melaksanakan rencana evaluasi dan
mengumpulkan informasi; (e)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menentukan kesenjangan antara sasaran
Berdasarkan hasil analisis data yang
program (standar) dengan pencapaian
dilakukan, program konseling individu di
program; dan (f) merencanakan tindakan
SMP Laboratorium Universitas Negeri
selanjutnya. Tahap tersebut merupakan
Malang masih jauh dari standar. Hasil
tahap komprehensif yang harus
analisisnya secara rinci didapatkan hasil
dilaksanakan evaluator. Standar evaluasi
bahwa 54,6% aspek program konseling
program konseling individu yang
individu telah terlaksana, 9,1% aspek
digunakan dalam penelitian ini adalah
program konseling individu sebagian
standar evaluasi program yang dirujuk
terlaksana, dan 36,4% aspek program
dari Guidelines for Performance Based
konseling individu belum terlaksana.
Professional School Counselor
Adapun data tersebut dapat digambarkan
Evaluation (Missouri Department of
secara rinci dalam bagan di bawah ini.
Elementary and Secondary Education,
2000: 27) yang secara jelas disebutkan
pada standar 3 kriteria 5 yang berbunyi Terlaksana

“konselor sekolah professional Sebagian


Terlaksana
mengonseling siswa secara individual dan Belum
terlaksana
kelompok yang teridentifikasi kebutuhan
dan masalahnya dan memerlukan
bantuan.” Bagan 1
Standar 3 kriteria 5 tersebut Persentase hasil evaluasi program
konseling individu
dijabarkan dalam bentuk rubrik penilaian.
Rubrik penilaian secara rinci dapat Berdasarkan analisis data evaluasi
dijelaskan pada tabel berikut ini. program konseling individu, disimpulkan
Tabel 1 Rubrik Penilaian bahwa program konseling individu di
No Kriteria Keterangan
1 Terlaksana 78- Sesuai dengan SMP Laboratorium Universitas Negeri
100% standar Malang masih jauh dari standar. Hasil
2 Terlaksana 66- Mendekati
77% standar penelitian ini sesuai dengan penelitian

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 5
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

yang dilaksanakan oleh Sugiyanto (2015: perkembangan teori dan teknologi dalam
134-135) yang menyimpulkan bahwa bidang bimbingan dan konseling sangat
implementasi program Individual pesat akhir-akhir ini. Perkembangan teori
Learning Plans terhadap perencanaan dan teknologi dalam bimbingan dan
pendidikan siswa di lima Sekolah konseling sejatinya dapat menunjang
Menengah Pertama Negeri Se-Kota keefektifan pelaksanaan program
Barabai-Kalimantan Selatan masih sangat bimbingan dan konseling, khususnya
jauh di bawah standar. Program konseling program konseling individu.
individu masih jauh dari standar karena Perkembangan penting pertama
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: (a) dalam bimbingan dan konseling adalah
pelaksanaan konseling individu perkembangan teori-teori konseling.
menggunakan metode-metode Beberapa teori konseling yang berbasis
konvensional; dan (b) konselor tidak postmodern telah berkembang karena
melaksanakan penilaian terhadap ketidakpuasan terhadap teori konseling
pelaksanaan program konseling individu konvensional yang cenderung lama
yang telah dilaksanakan. Hal tersebut pelaksanaan dan prosedurnya, diantaranya
berdasarkan analisis data kuesioner adalah Solution Focused Brief Counseling
program evaluasi konseling individu, dan Narrative Counseling (Corey, 2009:
pedoman wawancara, dan studi 374). Beberapa teori konseling baru juga
dokumentasi. telah muncul karena ketidakpuasan
a. Konselor melaksanakan konseling terhadap pelaksanaan konseling
individu metode konvensional
konvensional, diantaranya adalah
Berdasarkan hasil analisis data Acceptance and Commitment Therapy
kuesioner evaluasi program konseling (ACT). ACT ini dikenal sebagai wajah
individu, pedoman wawancara, dan studi baru dari CBT (Forman dkk., 2007: 775;
dokumentasi, salah satu komponen yang Fung, 2014: 3; Yovel, 2009: 304) atau
menyebabkan program konseling individu dalam literatur lain dikenal sebagai wajah
masih jauh dari standar adalah konselor ketika konseling behavior (Cormier,
masih melaksanakan program konseling Nurius & Osborn, 2009: 163).
individu dengan menggunakan metode- Perkembangan penting kedua dalam
metode konvensional. Padahal bimbingan dan konseling adalah

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 6
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

perkembangan teknologi yang menunjang sedemikian pesat. Konselor perlu


pelaksanaan program konseling individu. membuka mata dan selalu terbuka
Saat ini perkembangan zaman sangat terhadap perubahan dan perkembangan
menunjang keberhasilan pelaksanaan teori konseling dan pemanfaatan
program konseling individu, salah satunya teknologi dalam meningkatan efektifitas
adalah cybercounseling. Salah satu bidang program konseling individu yang akan
cyberpsychology adalah konseling online dilaksanakan. Pernyataan tersebut
yang juga disebut sebagai e-therapy, e- dikuatkan oleh Corey (2009: 18) yang
counseling, atau cybertherapy (Richards menjelaskan bahwa salah satu ciri
& Viganó, 2013: 994). Hal tersebut sesuai konselor yang efektif adalah terbuka
dengan penelitian yang dilaksanakan oleh terhadap perubahan.
Rozental & Carlbring (2013: 5) yang
b. Konselor tidak melaksanakan
menyimpulkan bahwa Cognitive-Behavior
penilaian terhadap pelaksanaan
Therapy yang memanfaatkan internet program konseling individu
(Cognitive-Behavior Cyber Counseling) Berdasarkan hasil analisis data
dapat diterapkan untuk mengurangi kuesioner evaluasi program konseling
prokrastinasi siswa. Penelitian tersebut individu, pedoman wawancara, dan studi
didukung oleh Eichman (2012: 27) yang dokumentasi, salah satu komponen lain
menyatakan bahwa online CBT dapat yang menyebabkan program konseling
diterapkan secara efektif untuk menangani individu masih jauh dari standar adalah
depresi remaja. Mallen, Vogel & Rochlen konselor kurang memperhatikan penilaian
(2005: 810) menyatakan bahwa CBT terhadap pelaksanaan program konseling
adalah pendekatan yang paling mudah individu. Sehingga, dampak program
diintegrasikan dalam konseling online, konseling individu terhadap perubahan
akan tetapi kelemahannya adalah pada tingkah laku siswa tidak dapat
pemantauan perubahan tingkah laku diidentifikasi. Hal tersebut sesuai dengan
konseli yang sulit jika CBT diintegrasikan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh
dalam konseling online. Shanty & Christiana (2013: 392) yang
Pemaparan di atas menunjukkan menyatakan bahwa pelaksanaan evaluasi,
bahwa teori dan teknologi dalam tindak lanjut proses-proses dan hasil-hasil
bimbingan dan konseling berkembang

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 7
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

konseling individu hanya bersifat jangka dan (c) 36,4% program konseling
pendek. kelompok tidak terlaksana sama sekali.
Tidak adanya penilaian terhadap
5. DAFTAR PUSTAKA
pelaksanaan program konseling akan
berdampak panjang terhadap pelaksanaan A’yunin, Q. 2014. Penerapan Konseling
program konseling selanjutnya. Individual dalam Membantu
Mengatasi Perilaku Membolos
Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Siswa. Skripsi tidak diterbitkan.
gagasan Gibson & Mitchel (2011: 579) Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
yang menyatakan bahwa mengindari
Corey, G. 2009. Theory and Practice of
evaluasi terhadap pelaksanaan layanan
Counseling and Psychotherapy.
konseling individu sama saja mengatakan Belmont, CA: Thomson
Brooks/Cole.
bahwa programnya memiliki kelemahan
dan berpotensi gagal. Evaluasi yang Corey, G. 2012. Theory and Practice of
Group Counseling. Belmont, CA:
dilakukan oleh konselor di berbagai Thomson Brooks/Cole.
lingkup adalah proses vital bagi
Cormier, S., Nurius, P. S., & Osborn, C.
penyempurnaan profesionalitas, sebuah J. 2009. Interviewing and Change
proses yang mengumpulkan data Strategies for Helpers:
Fundamental Skills and Cognitive
performa yang objektif berdasarkan Behavioral Interventions.
analisis yang sistematis dan tidak bias. Belmont, CA: Brooks/Cole.

Dimmitt, C. 2010. Evaluation In School


4. KESIMPULAN Counseling: Current Practices and
Berdasarkan analisis data evaluasi Future Possibilities. Counseling
Outcome Research and
program konseling individu di SMP Evaluation, 1 (1): 44-56.
Laboratorium Universitas Negeri Malang
Eichman, D. 2012. Online Cognitive
masih jauh dari standar. Secara rinci Behavioral Therapy for the
Prevention and Treatment of
dipaparkan berikut ini: (a) 54,6% aspek
Depression and Anxiety in
kegiatan program konseling kelompok Children and Adolescents: A
Review. (online),
telah terlaksana dengan baik; (b) 9,1%
(www.winona.edu), diakses 3
aspek kegiatan program konseling Desember 2015.
kelompok hanya terlaksana sebagaian; Flanagan, S. J., & Flanagan, S. R. 2004.
Counseling and Psychotherapy
Theories in Context and Practice.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 8
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

New Jersey: John Wiley & Sons, Professional School Counselor


Inc. Evaluation. Jefferson City, MO:
Author.
Forman, E. M., Herbert, J. D., Moitra, E.,
Yeomans, P. D., & Geller, P. A.. Nikmaturohma, U., Legowo, E., &
2007. A Randomized Controlled Mahmudah, U. 2015. Penerapan
Effectiveness Trial of Acceptance Teknik Restrukturisasi Kognitif
and Commitment Therapy and untuk Meningkatkan Internal
Cognitive Therapy for Anxiety Locus of Control Siswa Kelas XI
and Depression. Behavior SMA Negeri 1 Kedunggalar.
Modification, 31 (6): 772-799. (online),
(www.jurnal.fkip.uns.ac.id),
Fung, K. 2014. Acceptance and diakses 2 Desember 2015.
Commitment Therapy: Western
Adoption of Buddhist tenets?. Otto, C. N. C. 2001. An Evaluation of the
Transcultural Psychiatry, 0 (0): 1- School Counseling Program at
16. Stillwater Area Schools in
Stillwater, Minnesota. University
Gibson, R. L., & Mitchel, M. H. 2011. of Wisconsin-Stout: The Graduate
Bimbingan dan Konseling. Alih College.
Bahasa: Yudi Santoso.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Prayitno & Amti, E. 2004. Dasar-Dasar
Bimbingan Konseling. Jakarta: PT.
Hidayat, H., Yusri & Ilyas, A. 2012. Rineka Cipta.
Profil Siswa Agresif dan Peranan
Guru BK. Jurnal Ilmiah Richards, D., & Viganó, N. 2013. Online
Konseling, 2 (1): 1-5. Counseling: A Narrative and
Critical Review of the
Mallen, M. J., Vogel, D. L., & Rochlen, Literature. Journal of Clinical
A. B. 2005. The Practical Aspects Psychology, 69 (9): 994-1011.
of Online Counseling: Ethics,
Training, Technology, and Rozental, A., & Carlbring, P.
Competency. The Counseling 2013. Internet-Based Cognitive
Psychologist, 3 (6): 776-818. Behavior Therapy for
Procrastination: Study Protocol for
McKenna, C. 1981. Making Evaluation a Randomized Controlled Trial.
Manageable. Journal of Extention, JMIR Research Protocols, 2 (2):
9-14. 1-10.

Melianawati. 2014. Penerapan CBT pada Saputra, W. N. E. 2015. Perbandingan


Penderita Fobia Spesifik. Jurnal Prokrastinasi Akademik Siswa
Ilmiah Mahasiswa Universitas SMK melalui Penerapan Teknik
Surabaya, 3 (1): 1-10. Cognitive Restructuring dan
Cognitive Defusion. Tesis tidak
Missouri Department of Elementary and diterbitkan. Malang: Pascasarjana
Secondary Education. 2000. Universitas Negeri Malang.
Guidelines for Performancebased

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 9
Jurnal Fokus Konseling Volume 2 No. 1, Januari 2016 Hlm. 1-10

Shanty, R. M. N., & Christiana, E. 2013. Yovel, I. 2009. Acceptance and


Pelaksanaan Layanan Konseling Commitment Therapy and the
Individudi SMPN Se- Kecamatan New Generation of Cognitive
Bangsal Mojokerto. Jurnal BK Behavioral Treatments. Israel
UNESA, 3 (1): 388-393. Journal Psychiatry Relational
Science, 46 (4): 304-309.
Sharf, R. S. 2012. Theories of
Psychotherapy and Counseling:
Concepts and Cases. Belmont,
CA: Brooks/Cole.

Siswati & Widayanti, C. G. 2009.


Fenomena Bullying di Sekolah
Dasar Negeri di Semarang:
Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal
Psikologi Undip, 5 (2): 1-13.

Suardana, A. A. P. C. P., & Simarmata,


N. 2013. Hubungan Antara
Motivasi Belajar dan Kecemasan
pada Siswa Kelas Vi Sekolah
Dasar di Denpasar Menjelang
Ujian Nasional. Jurnal Psikologi
Udayana, 1 (1): 203-212.

Sugiyanto, A. 2015. Evaluasi Program


Individual Learning Plans
terhadap Perencanaan Pendidikan
Siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri Se-Kota Barabai-
Kalimantan Selatan: Discrepancy
Model. Tesis tidak diterbitkan.
Malang: Pascasarjana Universitas
Negeri Malang.
Wagner-Moore, L. E. 2004. Gestalt
Therapy: Past, Present, Theory,
and Research. Psychotherapy:
Theory, Research, Practice,
Training 41 (2): 180-189.

Winkel, W. S. 1991. Bimbingan


Konseling di Institusi Pendidikan.
Jakarta: Grasiondo.

Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus


Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10

Anda mungkin juga menyukai